Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vanni Randu Lasaufa
"Adsorpsi merupakan proses efektif dalam pengolahan limbah cair berwarna. Penelitian ini memanfaatkan lumpur alum sebagai adsorben polutan methylene blue, kemudian dilakukan regenerasi agar lumpur tersebut dapat digunakan untuk reuse. Lumpur alum dikarakterisasi dengan SEM-EDX untuk melihat morfologi, dan komposisi kimianya. Hasil mikrograf lumpur alum memiliki struktur kasar, berpori, dan oleh unsur oksigen, silika, dan alumunium. Hasil eksperimen adsorpsi menunjukkan % removal meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi adsorben dan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi polutan methylene blue. Kapasitas adsorpsi mengikuti pola isoterm Langmuir dengan konstanta a dan b berturut-turut 24.631 dan 0.021 serta kapasitas adsorpsi 26.05 mg/g. Selanjutnya hasil eksperimen Fenton homogen menunjukkan % removal meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi H2O2 dan FeSO4. Kemudian hasil regenerasi menunjukkan semakin besar kapasitas adsorpsi pada adsorben menghasilkan % removal yang semakin rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses regenerasi, beberapa sampel lumpur alum kembali dilakukan proses reuse adsorpsi. Hasil % removal dari reuse untuk adsorben setelah regenerasi adalah 45.25%, dimana lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan adsorben tanpa regenerasi. Sebagai kesimpulan, adsorben lumpur alum dan proses oksidasi Fenton homogen efektif dalam penyisihan senyawa methylene blue di air.

Adsorption is an effective process in the dye wastewater treatment. This research will utilize alum sludge as adsorbent in removal methylene blue pollutants. Then regeneration is carried out so that the sludge can be reused. Alum sludge will be characterized using SEM-EDX to see its morphology, and chemical composition. The alum sludge micrograph has a rough, porous structure, and is dominated by oxygen, silica and alumunium. The adsorption experimental results show that % removal increases with increasing adsorbent concentrations and decreases with increasing methylene blue pollutant concentrations. The adsorption capacity follows the Langmuir isotherm pattern with constants a and b respectively 24.631 and 0.021 and the adsorption capacity of 26.05 mg/g. The Fenton experimental results show efficiency removal increases with increasing H2O2 and FeSO4 concentrations. Then regeneration experiments were carried out with the results showing the greater adsorption capacity of the adsorbent produced lower % removal. To find out the success of the regeneration process, a number of alum sludge samples were reused for adsorption. The result of removal efficiency of reuse for adsorbents after regeneration is 45.25%, the value is more than doubled when compared to adsorbents that have not been regenerated. In conclusion, alum sludge adsorbent and homogeneous Fenton oxidation process are effective for removal of methylene blue compounds in water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Nabila
"Lumpur alum yang dihasilkan dari IPA Citayam digunakan sebagai adsorben untuk menyisihkan senyawa methylene blue dari air limbah. Lumpur alum dikarakterisasi menggunakan metode SEM-EDX dan XRF untuk melihat kondisi morfologi dan komposisi penyusun lumpur alum. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum dalam penyisihan senyawa methylene blue, yang merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai model bahan kimia organik. Desain eksperimen full factorial 2k digunakan dalam optimasi proses adsorpsi. Empat faktor bebas yaitu diantaranya pH, suhu, konsentrasi adsorben, dan konsentrasi methylene blue diteliti menggunakan metode adsorpsi batch. Hasil menunjukkan bahwa semua faktor merupakan faktor yang signifikan dengan faktor konsentrasi adsorben merupakan faktor yang paling signifikan diikuti dengan faktor konsentrasi methylene blue, pH dan terakhir suhu. Dengan menggunakan software Minitab 19, didapatkan bahwa kondisi terbaik untuk menyisihkan methylene blue dengan adsorben lumpur alum yaitu saat pH 8; suhu 60 oC; konsentrasi adsorben 1 g/L; dan konsentrasi methylene blue 0,05 g/L. Rata-rata penyisihan methylene blue dalam kondisi tersebut yaitu sebesar 75,27%. Interaksi antar faktor yang signifikan secara berurutan yaitu konsentrasi methylene blue-konsentrasi adsorben, pH-konsentrasi methylene blue, suhu-konsentrasi methylene blue, suhu-konsentrasi adsorben dan pH-konsentrasi adsorben sedangkan interaksi antara pH-suhu tidak signifikan mempengaruhi penyisihan methylene blue. Selain itu, hasil karakterisasi lumpur alum menunjukkan bahwa karakter lumpur alum juga memainkan peran penting dalam adsorpsi methylene blue ke lumpur alum.

Alum sludge produced from Citayam WTP is used as an adsorbent to remove methylene blue compounds from wastewater. Alum sludge was characterized using SEM-EDX and XRF method to see the morphological conditions and composition of alum sludge. The main objective of this research is to determine the optimum conditions for the removal of methylene blue compounds, wich are compounds that are often used as a model for organic chemicals. Full factorial 2k is used in the optimization of the adsorption process. Four independent factors, including pH, temperature, adsorbent concentration, and methylene blue concentration were examined using the batch adsorption method. The results showed that all factors were significant factors with adsorbent concentration factor being the most important factor followed by the methylene blue concentration, pH and temperature. Using Minitab 19 software, it was found that the best conditions for removing methylene blue with alum sludge adsorbents were at pH 8; temperature 60 oC; adsorbent concentration 1 g/L; and the concentration of methylene blue 0,05 g/L. Average removal of methylene blue in these conditions is 75,27%. Interactions between factors that are significantly sequential are methylene blue concentration-adsorbent concentration, pH-methylene blue concentration, temperature-methylene blue concentration, temperature-adsorbent concentration and pH-adsorbent concentration while interaction between pH-temperature do not significantly affect the removal of methylene blue. In addition, the results of the characterization of alum sludge indicate that alum sludge character also play an important role in the adsorption of methylene blue to alum sludge.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Hidayatul Maftuhah
"

Pengolahan air bersih menghasilkan lumpur yang membutuhkan lahan besar dalam pengolahannya. Antibiotik amoksisilin dan pewarna brilliant green merupakan polutan bio-refractory-organic yang tidak cukup efektif disisihkan dengan pengolahan air limbah konvensional. Maka, diperlukan alternatif lain untuk mengolah polutan tersebut dengan efisiensi tinggi. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas lumpur alum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Citayam sebagai adsorben senyawa amoksisilin dan brilliant green dibandingkan dengan menggunakan karbon aktif komersial. Adsorben berbahan dasar lumpur alum tersebut terdiri dari tiga jenis, yaitu lumpur alum non-aktivasi (AS), komposit lumpur alum dan TiO2 (TiO2@AS), serta komposit lumpur alum dan ZnCl2 (ZnCl2@AS) sedangkan karbon aktif komersial yang digunakan berupa Powdered Activated Carbon (PAC). Beberapa variabel adsorpsi seperti dosis adsorben, konsentrasi polutan dan pH dilakukan dalam sistem batch. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan polutan meningkat seiring peningkatan dosis adsorben, dan menurun seiring peningkatan konsentrasi polutan. Sedangkan efek pH pada penyisihan polutan dapat bervariasi tergantung pada pHPZC adsorben dan pKa polutan. Efisiensi penyisihan untuk kedua polutan lebih efektif dengan menggunakan PAC. Akan tetapi, AS juga merupakan adsorben yang efektif untuk menyisihkan brilliant green. Sedangkan amoksisilin tidak efektif disisihkan baik dengan AS, TiO2@AS maupun ZnCl2@AS. Model isoterm Langmuir sesuai untuk adsorpsi brilliant green menggunakan AS (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Sedangkan model isoterm Freundlich lebih sesuai untuk adsorpsi amoksisilin menggunakan PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). Model kinetika menunjukkan bahwa adsorpsi brilliant green menggunakan AS, TiO2@AS dan PAC paling sesuai dengan model pseudo second order yang menunjukkan bahwa adsorpsi berlangsung secara kimia.

 


Drinking water treatment plants produce sludge that require large space for its treatment. An antibiotic compound amoxicillin and brilliant green dye are bio-refractory-organic pollutant which are not effectively removed by conventional sewage treatment plant. Therefore, it is needed to find another alternative for treating those pollutants with high efficiency. This study is aimed to evaluate the effectiveness of alum sludge from Citayam Water Treatment Plant (WTP) as adsorbent for amoxicillin and brilliant green, compare to commercial activated carbon. Alum-sludge based adsorbent consists of three types, alum sludge without activation (AS), composite of alum sludge with TiO2 (TiO2@AS) and composite of alum sludge with ZnCl2 (ZnCl2@AS), while commercial activated carbon used is Powdered Activated Carbon (PAC). Some adsorption variables such as adsorbent dosage, pollutant concentration and pH were conducted in batch system. Experiment results showed that removal efficiency of pollutant increases with increasing adsorbent dosage, and decreases with increasing pollutant concentration. Effect of pH on pollutant removal depends on pHPZC of adsorbent and pKa of pollutant. Removal efficiency for both pollutant are higher for PAC. However, AS is also an effective adsorbent for removing brilliant green. Meanwhile, amoxicillin is not effectively removed by AS, TiO2@AS or ZnCl2@AS. Langmuir isotherm model fitted well for Brilliant green adsorption using AS, (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Meanwhile Freundlich isotherm model fitted well for amoxicillin adsorption using PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). The kinetics data showed that brilliant green adsorption using AS, TiO2@AS and PAC followed pseudo second order model indicating chemisorption process.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Pricilia Duma Laura
"ABSTRAK
Inovasi dan perkembangan industri farmasi dapat memberikan dampak buruk bila tidak diiringi dengan pengolahan air limbah yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyisihan COD limbah industri farmasi melalui adsorpsi karbon aktif batu bara dan tempurung kelapa. Percobaan skala laboratorium dilakukan dengan batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben (10-50 g/L) dan waktu kontak (30-150 menit) optimum. Dari hasil percobaan dan perhitungan isoterm, penyisihan COD optimum dicapai karbon aktif batu bara dan tempurung kelapa dengan dosis 150 dan 600 g/L pada waktu kontak 90 dan 120 menit. Regenerasi dengan NaOH 4% dilakukan 3 kali, di mana efisiensi regenerasi karbon aktif batu bara mencapai 84,6%; 96,0%; dan 97,8% sedangkan tempurung kelapa mencapai 60,5%; 46,0%; dan 46,6%.

ABSTRACT
Innovation and development of pharmaceutical industries may cause bad impact when they are not coupled with a good wastewater treatment. This research was conducted to investigate reduction of COD in pharmaceutical wastewater by coconut shell and coal-based activated carbon adsorption. Laboratory scale experiments were performed using batch adsorption method to determine the optimum dose of adsorbent (10-50 g/L) as well as contact time (30-150 min). Results and isotherms showed that optimum COD reduction was achieved by 150 g/L coal-based AC for 90 min and 600 g/L coconut shell-based AC for 120 min. Regeneration using NaOH 4% was performed 3 times, where the regeneration efficiency were 84,6%-96,0%-97,8% for coal-based AC and 60,5%-46,0%-46,6% for coconut shell-based AC."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amala Kusumaputri
"Pengelolaan air limbah di rumah sakit diperlukan untuk mengurangi beban pencemar yang terkandung di dalam air limbah. Pengelolaan air limbah di rumah sakit secara terpadu dilakukan mulai dari reduksi pada sumber, pengolahan, sampai ke pembuangan. Masalah dalam penelitian ini adalah rumah sakit sudah melakukan upaya pemanfaatan air limbah namun dihentikan karena terkendala biaya operasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan produksi bersih dalam pengelolaan IPAL melalui identifikasi peluang inefisiensi pengelolaan air limbah serta upaya reuse air hasil olahan. Metode yang digunakan menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan mix method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan adanya inefisiensi pada pengelolaan IPAL dari aspek manusia, metode, material, dan mesin. Pekerja di RS Kanker Dharmais sudah memiliki tingkat keterlibatan yang baik pada upaya penerapan produksi bersih IPAL ditinjau dari tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku karyawan yang baik. Efisiensi biaya operasional yang didapatkan melalui penerapan produksi bersih sebesar Rp.762.375.500/tahun. Kesimpulan penelitian ini adalah Implementasi produksi bersih dapat meningkatkan kinerja IPAL melalui optimasi sistem dan teknologi IPAL.

Wastewater management in hospitals is needed to reduce the pollutant load contained in wastewater. Integrated management of wastewater in hospitals is carried out starting from reduction at source, processing, to disposal. The problem in this study is that the hospital has made efforts to utilize wastewater but was discontinued due to operational costs. The purpose of this study was to analyze the effect of implementing cleaner production in WWTP management through identifying opportunities for inefficiency in wastewater management and efforts to reuse processed water. The method used is a quantitative approach using a mix method. The results showed that there were inefficiencies in WWTP management from the human, method, material, and machine aspects. Workers at Dharmais Cancer Hospital already have a good level of involvement in efforts to implement cleaner production on WWTP in terms of the level of knowledge, attitudes, and good employee behavior. The operational cost efficiency obtained through the application of cleaner production is Rp.762.375.500/year. The conclusion of this study is that the implementation of cleaner production can improve the performance of WWTPs through system optimization and WWTP technology.."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Firdaus
"Secara umum, instalasi pengolahan air minum yang ada di Indonesia menggunakan metode konvensional dan menghasilkan by product berupa lumpur dalam prosesnya. Kandungan bahan kimia dalam lumpur dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan sekitar sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kemudian, salah satu limbah pencemar yang berbahaya dan sering digunakan dalam industri tekstil adalah methylene blue. Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut, penelitian ini akan memanfaatkan lumpur IPAM sebagai adsorben polutan biru metilen. Lumpur IPAM akan dikarakterisasi menggunakan SEM-EDX, XRD, BET, PSA, pHpzc berturut-turut untuk melihat kondisi morfologi, komposisi mineral, luas permukaan, dan distribusi partikelnya serta nilai pH muatan nol dari adsorben.
Hasil karakterisasi menunjukan, lumpur alum didominasi oleh unsur silika dalam bentuk quartz dengan luas permukaan 65,58 m2/gr dan terdistribusi pada ukuran 0,006 μm - 2,669 μm. Hasil pengujian pHpzc pada lumpur alum menunjukan nilai 6,25 sehingga lumpur alum dapat bekerja secara netral pada pH ini. Hasil eksperimen parametrik pada penelitian ini menunjukan bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi adsorben dan pH, persentase removal MB mengalami peningkatan pula. Hal tersebut berbanding terbalik dengan faktor peningkatan konsentrasi polutan yang menyebabkan penurunan persentase removal MB. Lebih lanjut, untuk faktor peningkatan suhu tidak menunjukan pengaruh yang signifikan. Efektivitas adsorpsi mengikuti pola isotherm mengikuti isotherm Langmuir dengan nilai konstanta a dan b adalah 37,453 dan 1,103 serta qe sebesar 36,93 mg/g. Kemudian menurut permodelan kinetika, hasil penelitian ini mengikuti model pseudo second order dengan nilai konstanta k2 adalah 1,77 x 10-3 g/mg.min dan qe sebesar 38,91 mg/g. Sebagai kesimpulan, lumpur alum yang berasal dari IPA Citayam, Depok dapat digunakan sebagai adsorben polutan biru metilen.

In general, drinking water treatment plants in Indonesia use conventional methods and produce by-products in the form of mud in the process. The chemical content in mud can cause pollution in the surrounding environment so that it requires further processing. Then, one of the hazardous and often used in the textile industry is methylene blue. To overcome these two problems, this study will utilize IPAM sludge as an adsorbent for methylene blue pollutants. The IPAM mud will be characterized using SEM-EDX, XRD, BET, PSA, pHpzc respectively to see the morphological conditions, mineral composition, surface area, particle distribution and the pH value of the zero charge of the adsorbent.
The results of the characterization show that alum sludge is dominated by silica elements in the form of quartz with a surface area of 65.58 m2 / gr and distributed at sizes of 0.006 μm-2.669 μm. The pHpzc test results on alum sludge showed a value of 6.25 so that alum sludge can work neutrally at this pH. The parametric experimental results in this study show that along with the increase in the concentration of the adsorbent and pH, the percentage of MB removal has also increased. This is inversely proportional to the factor increasing the concentration of pollutants which causes a decrease in the percentage of MB removal. Furthermore, for an increase in temperature factor it does not show a significant effect. The effectiveness of adsorption following the isotherm pattern of The Langmuir isotherm with constants a and b being 37.453 and 1.103 and qe of 36.93 mg/g. Then according to kinetics modeling, the results of this study followed the pseudo second order model with a k2 constant value of 1.77 x 10-3 g/mg.min and qe of 38.91 mg/g. In conclusion, alum sludge from IPA Citayam, Depok can be used as an adsorbent for methylene blue pollutants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Modistian
"Studi adsorpsi methyl orange (MO) menggunakan adsorben karbon aktif dan lumpur alum telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas adsorben serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen pada tingkat penyisihan MO. Beberapa faktor pengaruh yang diamati pada proses adsorpsi ini adalah efek konsentrasi adsorben, konsentrasi polutan, pH, temperatur, kecepatan pengadukan, volume reaksi serta penggunaan kembali adsorben (reuse). Studi dilakukan karena MO merupakan salah satu zat pewarna yang berbahaya dalam industri tekstil yang memiliki dampak terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan eksperimen parametrik yang dilakukan pada adsorben karbon aktif diketahui bahwa seiring dengan naiknya konsentrasi adsorben, efisien penyisihan polutan MO juga meningkat sebesar 99,87% pada 1 g/L karbon aktif. Sedangkan pada efek konsentrasi polutan MO berbanding terbalik dimana semakin besar konsentrasi polutan yang diberikan, tingkat penyisihan pada adsorben semakin menurun, yaitu dari 95,89% menjadi 16,8%. Dan untuk adsorben lumpur alum, efisiensi penghilangan polutan MO sangat kecil hanya 5% dengan aktivasi KOH. Dari kedua perbandingan adsorben yang telah dilakukan, karbon aktif merupakan adsorben yang efektif digunakan untuk menghilangkan polutan methyl orange di air dengan persentase removal hampir 100% pada konsentrasi adsorben 0.5 g/L. Karbon aktif juga dapat diregenerasi dengan efisiensi penyisihan mencapai 80%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Dzakiyah Amany
"Peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, di Indonesia greywater hanya akan dibuang menuju drainase. Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi konvensional yang dapat mengolah greywater. Pengolahan dengan sistem lahan basah buatan dapat menjadi alternatif untuk mengolah greywater menjadi air baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan serta pengaruh organic loading rate terhadap efektivitas lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka dalam mendegradasi TSS, BOD5, COD, NH4-N, dan Fecal coliform dalam greywater. Penelitian ini menggunakan jenis lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan dengan sistem batch dengan kombinasi media kerikil, pasir silika, arang, dan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan kombinasi tanaman Canna indica dan Phragmites karka mampu mencapai efisiensi penyisihan polutan sebesar 88% untuk BOD, 71% untuk COD, 86% untuk TSS, 95% untuk amonia, dan 96% untuk Fecal coliform. Organic loading rate yang diterima oleh lahan basah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lahan basah. Berdasarkan hasil tersebut, lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka memiliki kinerja yang efektif dalam menurunkan polutan TSS, BOD5, COD, amonia, dan Fecal coliform.

The increase in the need for clean water is followed by an increase in the amount of wastewater produced. Generally, in Indonesia, greywater will only be discharged into drainage. Constructed wetland is one of the conventional technologies that can treat greywater. Treatment with an constructed wetland system can be an alternative to processing greywater into raw water. The purpose of this study was to analyze the ability and effect of organic loading rate on the effectiveness of constructed wetlands with a combination of Canna indica and Phragmites karka in degrading TSS, BOD5, COD, NH4-N, and Fecal coliform in greywater. This study uses horizontal subsurface flow constructed wetland with a batch system with a combination of gravel, silica sand, charcoal, and soil media. The results of this study indicate that the constructed wetlands with the combination of Canna indica and Phragmites karka were able to achieve pollutant removal efficiency of 88% for BOD, 71% for COD, 86% for TSS, 95% for ammonia, and 96% for Fecal coliform. The organic loading rate received by the wetland does not have a significant effect on the performance of the wetland. Based on these results, an constructed wetland with a combination of Canna indica and Phragmites karka has an effective performance in reducing TSS, BOD5, COD, ammonia, and Fecal coliform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Annisa
"Penelitian yang berkembang saat ini mengarah kepada pemanfaatan limbah sebagai
material yang sustainable. Salah satu bentuk pemanfataan lumpur alum hasil
pengolahan air minum pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah untuk proses
adsorpsi berbagai polutan. Metode aktivasi yang digunakan untuk meningkatkan
efisiensi penyerapan polutan zat warna Rhodamine-B dan emerging contaminants
parasetamol mengunakan adsorben lumpur alum pada penelitian ini adalah berupa
kalsinasi pada temperatur 400oC dan 600oC (CAL400 dan CAL600), gelasi (GEL),
sintesis komposit TiO2-lumpur alum (TiO2@AS), dan sintesis komposit ZnCl2-
lumpur alum (ZnCl2@AS). Karakteristik dari adsorben ditinjau dengan metode
SEM-EDS, XRF, BET, dan pHPZC. Kondisi optimum dari penyisihan polutan
ditinjau dengan metode batch, hasilnya menunjukkan penyerapan maksimum
Rhodamine-B didapat pada jenis adsorben ZnCl2@AS, waktu kontak 120 menit,
konsentrasi adsorben 3 g/L, konsentrasi polutan 10 mg/L, dan pH ±2 untuk polutan
Rhodamine-B. Kuantifikasi Rhodamine-B dilakukan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada λmax 554 nm dan kurva kalibrasi standard, sementara
pada parasetamol digunakan pada λmax 288 nm. Pemodelan kinetika adsorpsi
Rhodamine-B dengan pseudo second-order memiliki koefisien korelasi paling
mendekati 1 (R2=0.9996). Persamaan isoterm Freundlich dapat mendeskripsikan
data eksperimen adsorpsi Rhodamine-B lebih baik dibanding metode isoterm
lainnya (R2=0.9485). Metode aktivasi yang dilakukan pada penelitian ini kurang efektif untuk penyisihan polutan Parasetamol, dengan penyisihan <10% pada pH
natural.

The present works aim at the utilizations of waste as a sustainable material, one of
them is alum sludge from drinking water treatment plant for adsorption of various
pollutants. Activation methods used to improve the adsorption efficiency
Rhodamine-B and paracetamol using alum sludge adsorbent in this study is
calcination at 400oC and 600oC (CAL400 and CAL600), gelation (GEL), synthesis
of TiO2-alum sludge composites (TiO2 @ AS), and synthesis of ZnCl2-alum sludge
composites (ZnCl2 @ AS). The adsorbents were characterized by SEM-EDS, XRF,
BET, and pHPZC. The optimum condition of the removal was investigated using
batch method, the result given were: maximum dye removal was obtained using
ZnCl2@AS adsorbent, optimum contact time of 120 minutes, adsorbent
concentration of 3 g/L, initial dye concentration of 50 mg/L. Quantification of dye
was carried out by using UV-visible spectrophotometer at λmax=554 nm and an as
prepared standard calibration curve. The pseudo-second order kinetic model had the highest correlation coefficient (R2 = 0.9996). The Freundlich isotherm equation
can best describe the experimental data (R2= 0.9485). The activation methods used
in this study were ineffective for removing Paracetamol, with <10% removal in
natural pH.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Andria Wardani
"ABSTRAK
Industri tahu di daerah Kota Probolinggo yang bernama CV. Proma Tun
Saroyyan, pada tahun 2015 membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
anaerobik dan menghasilkan biogas untuk bahan bakar memasak. Disisi lain
kandungan organik pada effluent limbah cair pada IPAL tersebut masih belum
memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja operasi optimum IPAL,
menganalisis persepsi masyarakat tentang manfaat biogas, dan pengembangan
potensi pemanfaatan effluent sebagai kerajinan tangan. Metode penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan evaluasi kinerja operasi optimum,
wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat penerima biogas, dan
melakukan uji coba pembuatan nata dari effluent sebagai kerajinan tangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kinerja operasi optimum IPAL memiliki efisiensi
83,38%. Persepsi masyarakat menunjukkan dampak positif, karena kegiatan
tersebut memberikan keuntungan ekonomi bagi warga sekitar. Alternatif potensi
pengembangan pemanfaatan effluent limbah cair, diperoleh hasil bahwa perlakuan
C1N1 menghasilkan ketebalan nata terbaik untuk kerajinan tangan yaitu sebesar
1,13 cm.

ABSTRACT
Tofu industry in Probolinggo City area named CV. Proma Tun Saroyyan, in 2015
built an anaerobic Wastewater Treatment Plant (WTP) which was producing
biogas for cooking fuel. While the organics matter in liquid effluent of WWTP
has not fulfilled the quality standard requirements that set by the government.
Therefore, the purpose of this study were evaluating the optimum operating
performance of WWTP, analyzing public perception about biogas, and try to
develope potential of effluent utilization as handicraft. This research method was
conducted using approach of the evaluation of the optimum operating
performance of WWTP, interviewing by questionnaires to the recipient
community of biogas, and testing the manufacture of nata from the effluent as
handicrafts.The results showed that the optimal performance WWTP has an
efficiency 83.38%. This can be caused by the degradation of solids in the previous
waste. The perception of the community has a positive impact, because the
activity provide economic benefit for local residents. For the alternative potential
development concerning effluent of wastewater, The obtain result showed that
C1N1 yield the best nata thickness for hand crafting equal to 1,13 cm."
2018
T50370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>