Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Wulandari
"Kampung sebagai unplanned settlement memiliki proses pembentukkan secara berangsur-angsur (incremental) tanpa adanya perencanaan terpusat. Adanya fenomena transformasi yang dipengaruhi oleh perkembangan kota membuat etnis Betawi sebagai penduduk urban terusir dari inner-city dan berbagai area di wilayah kota. Keberadaan kaum pendatang pada area kampung mempengaruhi kultur Betawi yang tercermin melalui pola fisik berupa cara bermukim dan kultur bertanam. Kondisi kampung yang yang semakin padat akibat aktivitas pembangunan membuat pola hunian Betawi yang awalnya dipengaruhi oleh keberadaan kebun mengalami perubahan dengan membentuk pola klaster (Nas et al., 2008). Pada Kampung Rawa Belong, berkembangnya aktivitas pembangunan mendorong masyarakat Betawi menjual atau menyewakan tanahnya bagi kaum pendatang. Hal tersebut merupakan wujud transformasi kelompok hunian Betawi yang tidak lagi hanya ditempati oleh kerabat tetapi juga kaum pendatang. Fenomena tersebut mencerminkan karakteristik etnis Betawi sebagai etnis yang berasal dari daerah urban yang bersifat dinamis dan terbuka. Dalam kultur bertanam, Kampung Rawa Belong sebagai pusat penyedia tanaman tidak hanya melibatkan etnis Betawi sebagai pelaku usaha tetapi juga masyarakat umum. Hal tersebut menunjukkan adanya pergeseran kultur menjadi common values berupa nilai ekonomi. Perkembangan variasi usaha tanaman pada kampung membuat ruang yang digunakan tidak hanya berupa pekarangan, namun juga berupa pasar maupun kios. Perkembangan usaha tanaman selain mendorong aktivitas pembangunan juga menciptakan ruang-ruang hijau pada area kampung.

Kampung as an unplanned settlement has a formation process by incremental process without centralized planning. The phenomenon of transformation which is influenced by the development of the city has made Betawi ethnic groups as urban residents driven from inner-city and various areas in the city. The presence of migrants in the village area influence the Betawi culture, which has reflected through physical patterns in the form of settlement and planting culture. The increasingly crowded condition of the villages due to development activities made the Betawi residential patterns that were initially influenced by the presence of field changes by forming a cluster pattern (Nas et al., 2008). In Kampung Rawa Belong, the development has encouraged Betawi people to sell or lease their land to migrants. This is a form of transformation of Betawi residential groups which are no longer only occupied by relatives but also migrants. This phenomenon reflects the characteristic of the ethnic Betawi as ethnic originating from urban areas that are dynamic and open. In the planting culture, Rawa Belong Village as a center of plant supply does not only involve Betawi ethnic group as business people but also the people in general. This phenomenon shows the shift of culture into common values in the form of economic values. The development of plant business variations in the village makes the use of space not only in the form of yards, but also in the form of market and kiosks. The development of plant business beside encouraging development also creating green spaces in the kampung area.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchelia Lunggaer
"Suku Betawi adalah suku asli Jakarta yang memiliki banyak kegiatan kebudayaan. Suku Betawi merupakan hasil dari percampuran banyak suku bangsa yang membuat suatu kebudayaan baru. Suku Betawi sampai saat ini bertempat tinggal di kampung. Kampung juga merupakan tempat dimana kebudayaan dan identitas berkembang. Contoh kampung yang didiami oleh mayoritas suku Betawi adalah kampung Setu Babakan yang mempertahankan kebudayaannya dengan mewariskannya dari generasi ke generasi melalui tradisi dan upacara adat pada setiap tahapan daur hidup manusia. Apakah ruang arsitektur yang merupakan sarana kebudayaan dalam siklus daur hidup suku Betawi memengaruhi masyarakat dalam menjalani kehidupannya dan perubahan apa saja yang sudah terjadi? Melalui topik ini, saya akan menjelaskan keterhubungan antar ruang kampung yang menjadi rumah disetiap kegiatan upacara daur hidup, siklus dan kebudayaan dalam kampung ini serta perubahan yang terjadi.

Betawi is the ethnic who claimed as the origin of Jakarta with many cultural activity. Betawi is the result of a mixture of many ethnic groups that produce their own culture. Until today, Betawis mostly live in the kampung which is also a place of cultural development and identity. The example of existing kampung Betawi is Setu Babakan. They inherit culture to the next generation which is by way of traditional ceremonies at every level of life cycle. Whether the architectural space that is the means of culture affect the citizens in living their lives and what changes have occurred It is important to understand space of life cycle ceremonies. Life cycle is connected with cultural ceremonies, so in this topic I will explain the connectivity between kampung as a development space of Betawis living and life cycle as a culture, to understand how they treat their own space in kampung as their house and connectivity with each other and the modification during time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Gayatri
"Penelitian ini dimaksudkan mengungkapkan pandangan orangtua terhadap pendidikan formal anak-anak mereka pada suku bangsa Betawi di lokasi pemukiman Kampung Melayu, kota madya Jakarta Selatan. Untuk menjaring informasi tentang pandangan orang Betawi tersebut, penelitian dilakukan dengan wawancara berstruktur dan berfokus terhadap kepala keluarga yang dipilih secara acak. Berdasarkan penelitian ini, orangtua berpandangan bahwa pendidikan formal bermanfaat bagi kehidupan yang dalam fungsi praktis adalah untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat sekolah yang makin tinggi dianggap memengaruhi jenis pekerjaan yang lebih baik dan dapat meningkatkan penghasilan. Pandangan tersebut berbeda dengan tulisan mengenai orang Betawi yang dikemukakan beberapa ahli antara lain Lance Castles (1987), bahwa orang Betawi memandang sekolah sebagai salah satu cara penyebaran agama Nasrani. Pandangan ini muncul karena pengalaman bahwa sekolah mulai diperkenalkan di Indonesia oleh orang Belanda yang mayoritas beragama Nasrani. Karena itu, tumbuh anggapan bahwa sekolah identik sebagai cara hidup orang Nasrani. Pandangan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang Betawi menghindari dan menolak sekolah karena dikhawatirkan akan memperlemah keimanan agama mereka (Islam). Pergeseran pandangan tersebut dipengaruhi oleh perubahan kota Jakarta. Penduduk Jakarta yang terdiri dari beragam suku bangsa memiliki kemungkinan interaksi yang tinggi dengan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang nilai dan pandangan yang berbeda-beda. Selain itu, banyak penduduk yang didirikan bermacam-macam sekolah berbasis jenjang. Sekarang ini, pendidikan di Jakarta menjadi kebutuhan yang penting untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di antara penduduk Jakarta yang makin padat. Sumber mata pencaharian tidak dapat diperoleh hanya dari hasil kebun yang makin sempit atau telah habis.
This study aims to reveal the views of parents towards formal education of their children in the Betawi ethnic group in the Kampung Melayu settlement, South Jakarta City. To gather information about the views of the Betawi people, the study was conducted through structured interviews and focused on randomly selected heads of families. Based on this study, parents are of the view that formal education is beneficial for life, which in practical terms is to obtain a job. Higher levels of schooling are considered to influence better types of jobs and can increase income. This view differs from the writings on the Betawi people put forward by several experts, including Lance Castles (1987), who said that the Betawi people view school as one way to spread Christianity. This view emerged because of the experience that schools were introduced in Indonesia by the Dutch, who were predominantly Christian. Therefore, the assumption grew that school was identical to the way of life of Christians. This view is one of the factors that causes the Betawi people to avoid and reject school because they are worried that it will weaken their religious faith (Islam). The shift in views was influenced by changes in the city of Jakarta. Jakarta's population, which consists of various ethnic groups, has a high possibility of interaction with various ethnic groups that have different backgrounds, values, and views. In addition, many residents have established various level-based schools. Currently, education in Jakarta is an important need to get decent jobs among the increasingly dense population of Jakarta. Sources of livelihood cannot be obtained only from the results of gardens that are increasingly narrow or have run out."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyatno Kurim
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defani Herbiana A.
"Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan rumah tinggal sebagai strategi dalam karir bermukim keluarga Betawi, serta mengidentifikasi preferensi karir bermukimnya tersebut. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini karena fenomena bermukim keluarga besar Betawi yang tinggal bersama dalam satu hunian, yang kemudian dimasa mendatang diturunkan kepada para generasi penerusnya sehingga terbagi menjadi beberapa petak sesuai dengan jumlah keturunan yang dimiliki. Pada kasus ini sudah tentu terdapat beberapa penyesuaian dalam menentukan strategi bermukim, terlebih dengan jumlah kerabat yang cukup banyak di dalamnya. Berbagai proses perubahan fisik maupun non-fisik pada hunian pun banyak terjadi sehubungan dengan daur hidup pada masing-masing anggota keluarga yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan perubahan pada suatu rumah tinggal yang akan disampaikan secara deskriptif melalui hasil observasi langsung. Subjek uji coba dalam pengamatan perkembangan ini adalah dua keluarga Betawi yang bermukim di wilayah padat penduduk Cengkareng, Jakarta-Barat, dimana setidaknya terdapat beberapa keluarga yang bermukim di dalamnya.

This paper aims to examine the process of changing of the residence as a strategy in the housing career of living Betawi families, as well as identifying their career preference for living. The background of this research is that there is an existence of phenomenon in a big Betawi family in which they live together in one residence. In the future, this residence or the house is being intherited to the next generation so that it is divided into several parts in accordance with the number of descendants owned. In this case there are certain adjustment in determining the settlement strategy, especially with the number of relatives who are in a quite a lot of number. Various processes of physical and non physical changes in the residence also occur in relation to the life cycle in each family member involved. This study aims to investigate the pattern and sequence of changes in a dwelling house that will be submitted descriptively through the results of direct observation. The experimental subjects in this developmental study are two Betawi families living in the densely populated areas of Cengkareng, West Jakarta. This is where at least there are some families who live inside one house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parwitaningsih
"Kajian tentang identitas orang Betawi merupakan kajian tentang posisi orang Betawi yang merupakan hasil dari terjalinnya interaksi antara orang Betawi dan orang pendatang , yang kemudian membentuk suatu jaringan dalam masyarakat Kampung Baru. Keberadaan identitas orang Betawi merupakan suatu fenomena dimana orang Betawi melihat posisinya di Kampung Baru yang berkaitan dengan perkembangan yang telah terjadi di Kampung Baru. Dengan kondisi Jakarta yang tengah mengalami perubahan menyebabkan identitas orang Betawi yang ada dipengaruhi oleh semakin intensifnya keterlibatan pendatang dalam kehidupan orang Betawi serta perkembangan yang terjadi dimasyarakat dimana globalisasi yang melanda Jakarta mengakibatkan adanya kebangkitan lokalitas dari orang Betawi sendiri. Sehingga identitas orang Betawi itu tetap ada dan bertahan karena upaya yang dilakukan oleh orang Betawi sendiri dalam rangka untuk mempertahankan keberadaan etniknya dalam arus perubahan di Jakarta.
Beranjak dari asumsi tersebut maka kajian ini berusaha menggambarkan bagaimana bertahannya identitas orang Betawi Kampung Baru ditengah arus perubahan di Jakarta. Pertanyaan tersebut diatas akan dijawab melalui beberapa pertanyaan kecil yaitu : apa identitas orang Betawi Kampung Baru era 2000-an , bagaimana kondisi yang memunculkan identitas orang Betawi, bagaimana upaya mempertahankan identitas serta bagaimana identitas orang Betawi dapat bertahan dalam perubahan yang terjadi di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sedangkan tehnik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dengan informan kunci seperti aparat desa dan tokoh masyarakat.
Dalam menjelaskan tentang identitas penjeiasan teoritis yang dipakai adalah teori dari Peter Berger yang melihat bahwa identitas terbentuk melalui suatu proses yang disebut dengan proses konstruksi sosial yang didalamnya melibatkan proses ekternalisasi, objektifikasi dan internalisasi. Pengertian tentang identitas mengacu pada suatu pemahaman yang keluar dari dalam diri individu yang berkaitan dengan interaksinya dengan Iingkungan diluar kelompoknya.
Pengkajian terhadap identitas orang Betawi memberikan informasi bahwa identitas orang Betawi Kampung Baru era 2000-an telah mengalami pergeseran dari pada waktu Kampung Baru masih merupakan wilayah orang Betawi dan sesudah Kampung Baru menjadi suatu komunitas yang heterogen. Identitas orang Betawi Kampung Baru adalah penguasa wilayah Kampung Baru. beragama Islam dan pe-reproduksi adat kebiasaan Betawi. Penanaman nilai-nilai betawi adalah melalui proses sosialisasi dan membentuk suatu jaringan sosial antara lain dengan cara memanfaatkan keluarga besar Betawi serta mewujudkan suatu kerjasama ekonomi antar orang Berawi yang sudah berhasil. Dengan dimilikinya identitas tersebut tujuannya adalah mengintegrasikan orang Betawi serta adanya penguasaan wilayah Jakarta oleh orang Betawi.
Tetap bertahannya identitas orang Betawi Kampung Baru ditengah arus perubahan di Jakarta pada satu sisi dikarenakan adanya tindakan rasional yang dilakukan oleh orang Belawi sendiri. Tindakan rasional tersebut mengacu pada digunakannya pertimbangan ekonomi oleh orang Betawi dalam setiap tindakannya dalam mencapai tujuannya. Pada sisi yang lain identitas orang Betawi dapat bertahan karena di gunakannya identitas tersebut sebagai perlawanan terhadap dominasi pendatang.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya identitas orang Betawi dari segi sosial telah mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan yang dialami oleh kota Jakarta, Artinya bahwa identitas tersebut tetap memiliki makna yang sama bagi orang Betawi tetapi cara yang digunakan untuk terbentuknya identitas tersebut berbeda, dalam hal ini orang Betawi lebih menggunakan pertimbangan ekonomi sebagai landasan dalam bertindak. Dalam penelitian ini saran yang dikemukakan bahwa identitas dapat berperan negatif maupun positif tergantung bagaimana orang Betawi menggunakan identitas tersebut dalam kehidupan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S12934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S6563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S7463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>