Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158796 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismaniari
"Anaerobic digester telah menjadi salah satu metode untuk mengolah limbah organik yang mampu menghasilkan biogas sebagai energi baru dan terbarukan. Namun, operator dan/atau pengguna teknologi anaerobic digester seringkali mengalami kendala teknis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku pengguna teknologi anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi dalam operasional dan pemeliharaannya, menganalisis kinerja operasional, serta menganalisis hubungan antara perilaku dan output untuk penetapan prosedur operasional pengolahan limbah organik. Lokasi penelitian dilaksanakan di Banten, Karawang, dan Bandung karena menyesuaikan dengan proyek penempatan instalasi teknologi anaerobic digester tipe pra-fabrikasi yang masing-masing berada di daerah pesisir, pertanian, serta peternakan. Identifikasi mengenai kendala dan perilaku dalam mengoperasikan teknologi anaerobic digester yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu wawancara. Identifikasi tersebut dilakukan terhadap variabel frekuensi feeding; jumlah feeding; volume air tambahan untuk feeding; sumber air untuk feeding yang digunakan; durasi perendaman substrat dalam ember pencampur untuk feeding; pencacahan substrat untuk feeding; serta frekuensi pemeliharaan waterdrain. Sedangkan, metode kuantitatif juga digunakan dengan melakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan yaitu pH, temperatur, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, dan pengukuran produksi biogas, serta konsentrasi metana pada biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua variabel identifikasi perilaku pengguna unit anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi mampu mempengaruhi kinerja operasional unit anaerobic digester secara signifikan, yakni volume air yang ditambahkan untuk feeding mampu mempengaruhi warna api dan kestabilan tekanan biogas (p<0,05) serta variabel identifikasi durasi perendaman substrat untuk feeding mampu menghasilkan produk biogas lebih banyak ±13,3% (p<0,05). Dengan demikian, penambahan volume air dan durasi perendaman substrat dapat menjadi perilaku yang efektif dalam menghasilkan biogas. Rata-rata hasil kinerja operasional unit anaerobic digester tipe pra-fabrikasi menghasilkan nilai TSR (84,3±48,35%); VSD (61,4±70,62%); dan CODR (75±69,26%). Sementara, pH output sudah optimum sebesar 7,2±0,51. Parameter temperatur sampel input dan output tergolong mesofilik, masing-masing sebesar 28,1±1,990C dan 27,7±2,010C. Sedangkan, produksi biogas dan kadar metana menghasilkan nilai masing-masing sebesar 498±456,36 Lbiogas/kgVS dan 214±183,41 LCH4/kgVS.

Anaerobic digester is getting widely known for its capability to treat organic waste into renewable energy. However, its operators and/or users often experienced technical problems. Therefore, this study aimed to identify the pre fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context, analyze operational performance, as well as establish basic operational concept of organic waste treatment. The study was carried out installed anaerobic digester in Banten, Karawang, and Bandung because they were following the pre fabricated type of anaerobic digester installation project, which were located in coastal area, agriculture, and animal husbandry. The identification of pre-fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context used qualitative methods by means of interview. Several variables were observed and analysed in terms of feeding frequency; the total amount of feeding; additional water input and its sources; the duration of substrate immersion; pre-treatment substrate for feeding; and the frequency of waterdrain maintenance. Meanwhile, quantitative methods were also used by measuring several environmental parameters, such as pH, temperature, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, and measuring biogas production, as well as the concentration of methane in biogas. The results showed that the additional water and the duration of substrate immersion significantly affected the performance of anaerobic digester. Added water could influence the color of the fire and the stability of the biogas pressure p<0,05, while the duration of the substrate immersion increased biogas production by up to ±13,3% p<0,05. The measurement of anaerobic digester showed TSR values ​​84,3±48,35%; VSD 61,4±70,62%; and CODR 75±69,26%. The optimum pH of effluent was 7,2+0,51, while the temperature of substrate input and effluent were classified as mesophilic, with value of 28,1±1,990C and 27,7±2,010C, respectively. Whereas, biogas and methane were produced by up to 498±456,36 Lbiogas/kgVS and 214±183,41 LCH4/kgVS, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Joice Az Zahra
"Sampah menjadi masalah di semua negara baik maju ataupun berkembang, diketahui bahwa di negara berkembang umumnya didominasi oleh sampah organik sedangkan negara maju ialah sampah anorganik seperti plastik dan kertas. Diperlukan pengelolaan sampah yang lebih optimal dan terpadu yang dapat diterapkan di suatu wilayah atau kota yang memerlukan perhitungan timbulan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu sampling terhadap timbulan dan komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan. Perhitungan timbulan dan komposisi sampah diukur menggunakan metode SNI 19-3964-1994 dengan waktu sampling selama 16 hari berturut-turut yang berlokasi di Perumahan Kavling UI Timur. Dilakukan variasi sampling kurang dari 8 hari berturut-turut yaitu variasi 5 hari, 6 hari maupun secara acak untuk melihat signifikansi terhadap SNI-19-3964-1994. Data menghasilkan timbulan sampah anorganik rumah tangga dengan rata-rata 0,125 kg per orang per hari. Komposisi sampah anorganik rumah tangga di lokasi studi didominasi oleh kardus yang mencapai 20.478% dengan berat rata-rata 1.225 kg per hari. Kategori komposisi sampah lainnya terdiri dari 19.97% sampah residu, 19.576% plastik biasa, plastik botol sebesar 7.84%, gelas plastik sebesar 4%, stereofoam sebesar 1.27%, kertas sebesar 6.3%, kain sebesar 3.8%, saset alumunium sebesar 2.875%, plastik sebesar 0.05%, karet sebesar 1.94%, popok sebesar 8%, beling sebesar 0.93%, e-waste sebesar 0.27%, plastik HDPE sebesar 1.03%, kaleng sebesar 0.74%, besi sebesar 0.33%, dan kayu sebesar 0.34%. Seluruh data dengan variasi diuji normalitasnya menggunakan metode Shapiro Wilk dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji statistik T independen untuk menguji hipotesis, dan hasilnya menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang menandakan bahwa waktu sampling tidak mempengaruhi timbulan sampah. Semua faktor yang terlibat dalam pengambilan data mempengaruhi hasil perhitungan timbulan sampah dan komposisinya termasuk waktu pengambilan data. Analisis data menunjukkan bahwa perhitungan timbulan sampah anorganik rumah tangga di masa mendatang dapat dilakukan selama 8 hari berturut-turut, 5 hari berturut-turut, 6 hari berturut-turut, atau selama 8 hari secara acak tanpa perbedaan signifikan.

Trash is a problem in all countries, both developed and developing. It is known that developing countries generally have predominantly organic waste, whereas developed countries have inorganic waste such as plastic and paper. Optimal and integrated waste management is needed, which can be implemented in a region or city, requiring the calculation of waste generation. This study aims to determine the effect of sampling time on the generation and composition of household waste produced. Waste generation and composition calculations were measured using the SNI 19-3964-1994 method with a sampling time of 16 consecutive days, located in the Kavling UI Timur Housing Complex. Sampling variations of less than 8 consecutive days, namely variations of 5 days, 6 days, or randomly, were conducted to observe significance compared to SNI-19-3964 1994. The data resulted in an average household inorganic waste generation of 0.125 kg per person per day. The composition of household inorganic waste in the study location was dominated by cardboard, reaching 20.478% with an average weight of 1.225 kg per day. Other waste composition categories consist of 19.97% residual waste, 19.576% ordinary plastic, 7.75% plastic bottle 4,84%, plastic, 1.27% styrofoam, 6.3% paper, 3.8% fabric, 2.875% aluminum sachets, 0.05% Flexible plastic, 1.94% rubber, 8% diapers, 0.93% glass, 0.27% e-waste, 1.03% Strong plastic, 0.74% cans, 0.09% Jerrycan plastic, 0.33% iron, and 0.34% wood. All data with variations were tested for normality using the Shapiro-Wilk method with a significance value greater than 0.05, indicating that the data is normally distributed. Subsequently, an independent T-test was conducted to test the hypothesis, and the results showed that all significance values were greater than 0.05, indicating that sampling time does not affect waste generation. All factors involved in data collection affect the results of waste generation and composition calculations, including the data collection time. Data analysis shows that future calculations of household inorganic waste generation can be conducted over 8 consecutive days, 5 consecutive days, 6 consecutive days, or 8 random days without significant differences."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reynaldi Sofyan
"Sampah organik merupakan salah satu jenis sampah yang memiliki jumlah terbesar di Indonesia. Rumah tangga dan Restoran merupakan sumber terbanyak yang menghasilkan sampah organik khususnya sampah makanan. Salah satu teknologi untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui proses biokonversi dengan larva Black Soldier Fly (BSF). Penelitian ini bertujuan untuk [1] menganalisis karakteristik sampah organik rumah tangga dan restoran; [2] menganalisis proporsi sampah organik dari rumah tangga dan restoran terhadap efektivitas biokonversi larva BSF; [3] menganalisis pengaruh penambahan substrat dengan campuran sampah organik rumah tangga dan restoran terhadap efektivitas biokonversi larva BSF. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Berdasarkan hasil analisis proksimat, sampah organik rumah tangga, sampah organik restoran, dan lumpur susu memiliki kadar air masing-masing sebesar 73%, 81%, dan 82%. Berdasarkan hasil biokonversi, memberikan gambaran bahwa kelompok kontrol dengan proporsi sampah rumah tangga dan restoran 30:70 memiliki nilai WRI tertinggi jika dibandingkan dengan proporsi lainnya. Hasil tersebut dapat disebabkan karena sampah organik restoran memiliki keadaan yang lebih murni dibandingkan sampah organik rumah tangga. Sementara, penambahan substrat limbah susu tidak dapat meningkatkan nilai WRI, namun penambahan substrat dapat meningkatkan terhadap nilai ECD, RGR, dan RSR. Hasil tersebut dapat disebabkan karena lumpur susu memiliki kadar air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar air yang dimiliki oleh sampah organik rumah tangga dan sampah organik restoran.

Organic waste is one type of waste that has the largest amount in Indonesia. Households and restaurants are the largest sources of organic waste, especially food waste. One technology to overcome this is through a bioconversion process with Black Soldier Fly (BSF) larvae. This research aims to [1] analyze the characteristics of household and restaurant organic waste; [2] analyzed the proportion of organic waste from households and restaurants on the effectiveness of bioconversion of BSF larvae; [3] analyzed the effect of adding a substrate mixed with household and restaurant organic waste on the effectiveness of bioconversion of BSF larvae. The instrument used in this research was an experiment. Based on the results of proximate analysis, household organic waste, restaurant organic waste, and milk sludge have water contents of 73%, 81%, and 82% respectively. Based on the bioconversion results, it shows that the control group with a proportion of household and restaurant waste of 30:70 has the highest WRI value when compared to other proportions. These results can be caused because restaurant organic waste is purer than household organic waste. Meanwhile, the addition of milk waste substrate cannot increase the WRI value, but the addition of substrate can increase the ECD, RGR and RSR values. This result could be caused by milk sludge having a higher water content compared to the water content of household organic waste and restaurant organic waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trisna Delfyan
"Kabupaten Bekasi menempati peringkat pertama kabupaten dengan total timbulan sampah harian dan total timbulan sampah tahunan terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dengan total timbulan sampah harian sebesar 1.900 Ton/hari dan jumlah timbulan sampah tahun 2020 sebesar 693.586 ton/tahun. Pemerintah daerah kabupaten Bekasi menetapkan sebuah peraturan turunan dari Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 91 Tahun 2018 berbentuk Peraturan Bupati Bekasi Nomor 33 Tahun 2019 Tentang Kebijakan dan Strategi Daerah (JAKSTRADA) Kabupaten Bekasi Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga di kabupaten Bekasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kerangka hukum yang terdapat pada kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga sudah tersedia dari hierarki peraturan tertinggi pada level nasional, provinsi, Sampai kepada level peraturan daerah kabupaten. Permasalahan teknis yang dihadapi cukup beragam yaitu tidak adanya teknologi yang digunakan pada proses pengelolaan sampah akhir di TPA, Lahan TPA yang sudah Overload dan kurangnya sarana prasarana pengelolaan. karakteristik kebijakan menunjukan bahwa tujuan kebijakan sudah jelas dan detail membahas teknis tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi pelaksana kebijakan, serta target dan capaian kebijakan. Alokasi anggaran yang besar terlihat tidak sebanding dengan pelaksanaan pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi yang masih dihadapi dengan permasalahan pada teknologi dan sarana dan prasarana. Masih terdapat ego sektoral atau tindakan mementingkan instansi masing-masing.pada koordinasi antar hierarki instansi pelaksana kebijakan. Satu aspek penting pada lingkungan kebijakan yang masih perlu untuk diperbaiki adalah ketersediaan teknologi dalam pengelolaan akhir sampah rumah tangga. Pada tahapan dalam proses implementasi kebijakan, Output yang dikeluarkan sebagai bentuk turunan kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga dikabupaten Bekasi adalah berupa program dan kegiatan masing-masing instansi pelaksana. Disiplin dan Kesadaran Masyarakat terkait Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Masih Rendah Bentuk pelanggaran kelompok sasaran berupa membuang sampah ke aliran sungai dan tempat pembuangan sampah liar.

Bekasi Regency is ranked first in the city/regency with the highest total daily waste volume and the highest total annual waste volume in West Java Province, with a total daily waste volume of 1,900 tons/day and total waste generation in 2020 of 693,586 tons/year. The Bekasi district government stipulates a derivative regulation from Presidential Regulation Number 97 of 2017 and West Java Governor Regulation Number 91 of 2018 in the form of Bekasi Regent Regulation Number 33 of 2019 concerning Regional Policies and Strategies (JAKSTRADA) Bekasi Regency in the Management of Household Waste and Waste Similar to Household Waste. This study aims to analyze the implementation of household waste management policies in Bekasi Regency. The results of the study show that the legal framework contained in household waste management policies is available from the highest regulatory hierarchy at the national, provincial, to district level regulations. The technical problems faced are quite diverse, namely the absence of technology used in the final waste management process at the TPA, the TPA Land that has been overloaded and the lack of management infrastructure. The characteristics of the policy indicate that the policy objectives are clear and detailed discussing the technical main tasks and functions of each policy implementing agency, as well as policy targets and achievements. The large budget allocation seems disproportionate to the implementation of waste management in Bekasi Regency which is still faced with problems in technology and facilities and infrastructure. There are still sectoral egos or actions that prioritize their respective agencies in coordination between the hierarchies of policy implementing agencies. One important aspect of the policy environment that still needs to be improved is the availability of technology in the final management of household waste. At this stage in the policy implementation process, the output issued as a derivative form of household waste management policy in Bekasi Regency is in the form of programs and activities of each implementing agency. Discipline and Public Awareness related to Household Waste Management Policy is still low. The target group's violations are in the form of throwing garbage into rivers and illegal dumping sites."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Senjaya
"Dalam era yang semakin maju, isu lingkungan menjadi perhatian utama bagi masyarakat dan pemerintah. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengelolaan sampah yang efisien dan berkelanjutan. Laboratorium Parangtopo di Universitas Indonesia merupakan salah satu contoh pihak yang aktif berkontribusi dalam mengelola sampah organik untuk menghasilkan berbagai produk dan energi terbarukan. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi, termasuk proses pemilahan antara sampah organik dan anorganik, tetap menjadi fokus perhatian dalam upaya pengembangan dan peningkatan efisiensi. Skripsi ini membahas tentang optimisasi pemilahan sampah organik dan anorganik berbasis integrasi sensor IoT. Tujuan utamanya adalah mengoptimalkan sistem produksi reaktor biogas melalui pemilahan yang lebih baik.
Metode penelitian yang digunakan melibatkan pengumpulan data dari sensor-sensor proximity yang terpasang di tempat sampah. Data ini dianalisis dan digunakan untuk mengembangkan algoritma pemilahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dikembangkan mampu membedakan sampah organik dan anorganik dengan efektif pada jarak kurang dari 1 mm ketika menerima tegangan sebesar 7.3 V. Sistem juga mampu mengenali hasil pengukuran jenis sampah dan mengoperasikan tutup sampah sesuai dengan kategori materi yang telah diukur. Selain itu, sistem dapat mengukur kapasitas tempat sampah dan menghirimkan hasil pengukuran sensor ke antarmuka dashboard melalui API yang telah dibuat. Dengan solusi yang efisien dan otomatis ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah semakin meningkat dan efektifitas penanganan sampah pada lingkungan dengan skala urban mikro di Universitas Indonesia dapat meningkat.

In an increasingly advanced era, environmental issues have become a major concern for society and the government. One of the challenges faced is efficient and sustainable waste management. The Parangtopo Laboratory at the University of Indonesia is an example of a party that actively contributes to managing organic waste to produce various products and renewable energy. Nevertheless, the challenges faced, including the process of sorting organic and inorganic waste, remain the focus of attention in efforts to develop and increase efficiency. This thesis discusses the optimization of organic and inorganic waste sorting based on IoT sensor integration. The main goal is to optimize the biogas reactor production system through better sorting.
The research method used involves collecting data from proximity sensors installed in trash cans. This data is analyzed and used to develop sorting algorithms. The research results show that the system developed is able to differentiate organic and inorganic waste effectively at a distance of less than 1 mm when receiving a voltage of 7.3 V. The system is also able to recognize the results of measuring types of waste and operate the waste lid according to the category of material that has been measured. In addition, the system can measure the capacity of the trash bin and send the sensor measurement results to the dashboard interface via the API that has been created. With this efficient and automatic solution, it is hoped that awareness of the importance of waste sorting will increase and the effectiveness of waste handling in micro-urban environments at the University of Indonesia can increase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poerborini Damayanti
"Pengelolaan sampah di Jakarta bergantung pada landfill TPST Bantargebang yang mendekati kapasitas maksimumnya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun ITF Sunter dengan dua alternatif teknologi, Mechanical Biological Treatment (MBT) dan Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) dengan insinerasi. Namun, keberlanjutan MBT dan PSEL dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial di ITF Sunter belum diketahui. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keberlanjutan dari ITF Sunter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran yang terdiri atas metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai BCR dari teknologi PSEL sebesar 1,479 dan MBT sebesar 1,091. Metode AHP dilakukan pada kriteria kelembagaan, efektivitas, perbandingan biaya manfaat, dan produk pengolahan, PSEL memiliki bobot penilaian tertinggi dengan nilai 0,565 dibandingkan MBT dan landfill, sehingga PSEL berpotensi lebih berkelanjutan dari MBT dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Kesimpulan yang didapat, ITF Sunter dengan teknologi PSEL memiliki nilai keberlanjutan lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi MBT dalam waktu 25 tahun

Jakarta is dependent on Bantargebang landfill which is approaching its maximum capacity. Provincial Government of Jakarta plans to build ITF Sunter with two technology alternatives, Mechanical Biological Treatment (MBT) and Waste-to-Energy with Incinerator. However, the economic, environment, and social sustainability of MBT and Incinerator in ITF Sunter has not been analysed. The research objective is to determine the sustainability of ITF Sunter. The research method used is a mixed between qualitative and quantitative methods. The results showed BCR of incinerator was 1,479 and MBT was 1,091. AHP is conducted on four criteria consisting of institution, effectiveness, cost-benefit analysis, and processing products, incinerator has the highest weighting value of 0,565 compared to MBT and landfill, incinerator has higher sustainability potential compared to MBT in terms of economic, sosial, and environmental sustainability. The conclusion is ITF Sunter with incineration has a higher sustainable potential than MBT within a span of 25 years."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regia Purnama Shofriyah
"ABSTRACT
Pemanfaatan sampah seabgai sumber energi dapat menjadi salah satu solusi untuk menanggulangi tingginya timbulan sampah serta memenuhi kebutuhan energi alternatif yang ramah lingkungan. Namun, hal tersebut dibatasi dengan tingginya kadar air pada sampah khususnya sampah organik yang mempengaruhi nilai kalor yang terkandung pada sampah. Biodrying merupakan suatu metode yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menghasilkan panas yang mampu menurunkan kadar air dengan bantuan injeksi udara. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh dari kadar air awal terhadap proses biodrying. Dengan memanfaatkan sampah organik berupa sampah makanan dan sampah halaman sebagai feedstock, akan dibuat 3 buah reaktor skala laboratorium dengan volume 168 dm3 yang terbuat dari styrofoam dengan kadar air masing ndash; masing reaktor adalah 51,07 , 63,96 dan 71,06 . Dengan durasi percobaan selama 21 hari, diperoleh hasil bahwa ketiga reaktor menunjukkan kadar air akhir yang signifikan berbeda namun dengan nilai volatile solid yang identik. Perubahan karakteristik seperti rasio C:N, FAS, dan nilai kalor juga berubah setelah proses biodrying. Perbedaan kadar air awal juga berpengaruh terhadap lamanya penegringan untuk mencapai kadar air akhir.

ABSTRACT
The use of solid waste can be a good solution for increasing waste generation and alternative energy demand which is environmentally friendly. However, it is limited by the high moisture content, especially organic waste which affects the heat value of the waste. Biodrying is a method by utilizing microbial activities to produce heat in order to decrease the moisture content which helped by the air injection. The experiment will discuss about the effects of wastes rsquo initial moisture content on biodrying process. By using organic waste consist of food wastes and garden wastes as feedstock, there will be 3 laboratory scale reactors with volume 168 dm3 made by styrofoam. Feedstocks were made into 3 initial moisture content variations which were 51,07, 63,96, and 71,06 wt w with air flow rate 10 L min.kg. After 21 days, it was shown that moisture content among 3 reactors are significantly different while the volatile solids are identic. Also, C N ratio, free air space and heat value change after biodrying process. Different initial moisture content causing different duration to dry the organic waste until the moistures reache."
2017
S69307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Naldi
"Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat termasuk dari kalangan remaja sebagai aset pembangunan berkelanjutan. Desa Paulan adalah salah satu desa di Kabupaten Karanganyar yang telah mengelola sampahnya secara mandiri. Namun, masih ditemukan prinsip-prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan yang belum terpenuhi, salah satunya adalah kurangnya partisipasi remaja. Masalah dalam penelitian ini adalah perlunya optimalisasi partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan di Desa Paulan. Metode yang digunakan adalah metode riset kualitatif dengan wawancara mendalam yang didukung dengan hasil kuesioner pada tahapan pra-wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kebiasaan/pengalaman, rasa tanggung jawab, pengetahuan dan pendidikan, agama, norma, dan budaya adalah enam faktor dominan yang dapat memengaruhi partisipasi remaja; hadirnya fasilitas pengolahan sampah di dekat sumber tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan tingkat partisipasi remaja; dan pemerintah desa memiliki peran utama untuk memberdayakan remaja dan karang taruna dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kesimpulan penelitian ini adalah pemerintah desa perlu menjalankan fungsinya sebagai pembina dan menyusun program pemberdayaan remaja yang dibuat secara berkelanjutan untuk mengoptimalisasi partisipasi remaja Desa Paulan dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
.....Youths need to be involved in community participation to achieve sustainability in household waste management. Paulan Village is one of the villages in Karanganyar Regency that has managed its waste independently. However, it is still found that the principles of sustainable waste management have not been fulfilled, one of them is the lack of youth participation. The research problem is the need to optimize youth participation to realize sustainable household waste management. The research purpose is to optimize youth participation to realize sustainable household waste management in Paulan Village. The research method is qualitative method with in-depth interviews supported by questionnaire’s results at the pre-interview stage. The results of this study indicate that the factors of habit/experience, sense of responsibility, knowledge and education, religion, norms, and culture are the six dominant factors that affect Paulan’s youth participation; the presence of waste processing facilities does not significantly inlfuence youth participation; and the village government has a major role to empower youth and local youth organization (karang taruna) to achieve sustainable waste management system. The conclusion of this study is that the village government needs to develop youth empowerment program to optimize the participation of Paulan Village youth in household waste management."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Wulandari Naro Putri
"Pengolahan limbah padat kota di negara berkembang menjadi permasalahan bagi banyak pembuat kebijakan. Terbatasnya peraturan yang berlaku dan sumber daya yang tersedia seringkali memicu munculnya pengolahan limbah padat secara ilegal seperti perilaku membakar sampah secara terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah persepsi masyarakat, wilayah tempat tinggal seperti pedesaan / perkotaan, dan proporsi APBD untuk lingkungan di tingkat provinsi mempengaruhi perilaku membakar sampah pada rumah tangga di Indonesia. Dengan menggunakan data tingkat rumah tangga tahun 2017 dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia dan menambahkan variabel kontrol seperti karakteristik sosio-demografi, maka digunakanlah metode regresi logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi tentang pembakaran sampah terbuka memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan terkait membakar sampah dan masyarakat yang tinggal di perdesaan cenderung melakukan pembakaran sampah secara terbuka dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Selain itu, provinsi dengan proporsi anggaran fasilitas lingkungan yang lebih tinggi cenderung memiliki lebih sedikit kasus pembakaran terbuka yang dilakukan oleh rumah tangga dibandingkan dengan provinsi dengan proporsi anggaran untuk lingkungan yang lebih rendah. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pengolahan sampah di pemerintah daerah perlu ditingkatkan untuk mengurangi perilaku membakar sampah rumah tangga secara terbuka.

Municipal solid waste treatment in developing countries is a dispute for many policy makers. Limited regulations and available resources often lead to illegal treatment of solid waste such as open burning trash behavior. This research aims to analyze whether peoples perception, living area such as rural/urban, and regional budget proportion for environment at province level influence open burning behavior of a household in Indonesia. Using household level data in 2017 from the National Socioeconomic Survey of Indonesia and adding control factors such as socio-demographic characteristics, a logit regression method is conducted. The result reveals that burn perception has an important role in burning decisions and people living in rural areas tend to do open burning trash compared to those who are living in urban areas. Furthermore, provinces with higher proportion budgets for environmental facilities tend to have fewer open burning cases done by households compared to provinces with lower proportion budgets for environment. The findings suggest that waste policies at regional government should be improved to reduce open burning trash behavior of households."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Prahtama
"ABSTRAK
Permasalahan sampah dapat dikurangi dengan menggunakan sistem digestasi anaerobik. Sampah makanan mengandung banyak kandungan organik serta limbah ikan yang kaya akan lemak yang dapat berfungsi sebagai substrat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan rasio C/N dan pH dengan komposisi gas, hubungan logam ringan dan LCFAs sebagai faktor penghambat dengan komposisi gas, dan mengetahui fluktuasi pembebanan COD. Penelitian ini dilakukan dengan sistem batch menggunakan dua digester (A perbandingan sampah makanan dan limbah ikan 70:30 dan B 50:50) dengan variabel rasio C/N, komposisi gas, pH, logam ringan, LCFAs, dan COD. Hasil yang didapat ialah rasio C/N berkisar 8,6-11,1; pH berkisar 3,1-5,7; komposisi gas menunjukkan tidak ada metana dan yang mendominasi adalah karbon dioksida berkisar 23-64% dan 11-66% pada digester A dan B. Terdapat kandungan logam ringan, pada digester A dan B masing-masing Mg 82,01 mg/L dan 86,16 mg/L; Ca 647,98 mg/L dan 1231,62 mg/L; K 777,88 mg/L dan 734,50 mg/L; Na 1261,7 mg/L dan 1191,98 mg/L. Terdapat kandungan LCFAs, pada digester A dan B masing-masing asam oleat 29,23% dan 38,86%; asam palmitat 25,09% dan 40,04%; asam miristat 0,75% dan 1,39%. Konsentrasi COD untuk digester A dan B berkisar 28.339 – 47.373 mg/L dan 23.616 – 49.866 mg/L. Hasil menunjukkan proses masih berada pada tahap asidogenesis. Adanya kandungan logam ringan di atas ambang batas optimum dan kandungan LCFAs di dalam substrat menjadi penghambat bagi terbentuknya metana.

ABSTRACT
Waste problem can be reduced by using anaerobic digestion system. Food waste contains high organic and fish waste that is rich in fatty and can be useful as substrate. The purpose of this study was to investigate relationship of C/N ratio and pH with gas composition, relationship of light metals and LCFAs as inhibitor variables with gas composition, and to investigate fluctuation of COD loading. This study was conducted with a batch system using two digesters (with A with substrate comparison food waste and fish waste 70:30 and B 50:50) with variables C/N ratio, gas composition, pH, light metals, LCFAs, and COD. The results are C/N ratio ranged from 8.6-11.1; pH ranged from 3.1-5.7; gas composition showed no methane and dominated by carbon dioxide ranging from 23-64% and 11-66% for digester A and B. There are light metals content, the digester A and B contained Mg 82.01 mg/L and 86.16 mg/L; Ca 647.98 mg/L and 1231.62 mg/L; K 777.88 mg/L and 734.50 mg/L; Na 1261.7 mg/L and 1191.98 mg/L. There are LCFAs content, the digester A and B contained oleic acid 29.23% and 38.86%; palmitic acid 25.09% and 40.04%; miristic acid 0.75% and 1.39%. Concentration of COD for digester A and B ranged from 28,339 – 47,373 mg/L and 23,616 – 49,866 mg/L. The results indicate the process is still at the acidogenesis stage. There are high concentration of light metals and LCFAs in substrate become inhibitor to the formation methane.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>