Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Suryani
"

ABSTRAK

 

Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan lembaga kredit digital di Indonesia meningkat pesat. Hal tersebut memberi sumber finansial baru bagi pengguna internet yang ingin mengakses dan memanfaatkannya untuk kebutuhan konsumsi mereka yang tidak ada habisnya. Studi-studi sebelumnya melihat bahwa akses terhadap internet memediasi aktivitas konsumsi dan aktivitas ini menjadi gaya hidup. Studi ini berfokus pada peran kredit digital terhadap perilaku konsumsi penggunanya yang cenderung untuk kebutuhan gaya hidup karena konsumsi. Sebagaimana teori masyarakat konsumer yang melihat konsumsi masyarakat bukan hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (need) melainkan untuk kebutuhan memenuhi hasrat (desire) penggunanya yang antara lain bersifat kenikmatan (pleasure) dan pemenuhan kepuasan hasratnya (desire). Menggunakan pendekatan kualitatif, antara lain wawancara mendalam pada pengguna kredit digital, hasilnya menunjukkan bahwa pemanfaatan kredit digital untuk konsumsi yang sifatnya memenuhi kebutuhan menyangkut hobi, fashion, dan aktivitas pleasure lainnya menunjukkan kredit digital mereproduksi gaya hidup. Temuan ini mengokohkan pernyataan Baumann bahwa masyarakat konsumer adalah masyarakat kartu kredit yang lekat dengan aktivitas konsumsi sehingga memproduksi gaya hidup.

 

Kata Kunci: Kredit Digital, Perilaku Konsumsi, Masyarakat Konsumer, Gaya Hidup

 


ABSTRACT

 

In recent years, the existence of digital credit institutions in Indonesia has increased rapidly. This provides a new financial resource for internet users who want to access and use it for their endless consumption needs. Previous studies have seen that access to the internet mediates consumption activities and these activities become lifestyle. This study focuses on the role of digital credit on the consumption behavior of its users who are inclined to lifestyle needs due to consumption. As consumer society theory that sees public consumption is not only intended to meet the needs of life but to meet the needs of the desires of users, among others, are pleasure and the fulfillment of the satisfaction of desires. Using a qualitative approach, including in-depth interviews with digital credit users, the results show that the use of digital credit for consumption that meets the needs regarding hobbies, fashion, and other pleasure activities shows that digital credit reproduces lifestyles. This finding reinforces Baumann's statement that the consumer society is a credit card society that is closely linked to consumption activities so as to produce a lifestyle.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alessandro Georgie Putra
"Menswear dan lifestyle adalah dua hal yang umumnya melekat pada kehidupan seorang pria modern di Jakarta. Tingkat ketergantungan akan kedua hal tersebut ditandai dengan 13 840 pria se Indonesia yang terdaftar dalam sebuah forum menswear dan lifestyle Darahkubiru. Dari forum tersebut lah masing masing member bertukar pikiran dan saling memberikan informasi seputar menswear dan lifestyle. Dari situ lah kebutuhan akan mengonsumsi media serupa lainnya meningkat namun sejauh ini belum ada media lokal lainnya yang mewadahi kebutuhannya tersebut. Maka dari itu majalah menswear impor yang 'berselera' sama dengan forum tersebut menjadi incaran para lelaki yang menjadi responden penulis. Namun majalah menswear impor tentunya hanya memberikan informasi lifestyle dari negara asalnya. Lalu harganya pun cenderung mahal dan tidak praktis jika dibandingkan dengan tingginya mobilisasi pria modern di Jakarta. Untuk itu dibuatlah sebuah karya berupa majalah digital bernama Garcon yang mengabungkan antara konten menswear dari majalah impor tersebut lalu konten lifestyle Jakarta. Manfaat dari majalah digital Garcon antara lain yakni memberikan informasi seputar menswear dan lifestyle kepada para pria modern. Selain itu Garcon mengajak pembaca untuk konsumtif secara lebih cerdas dan berpikir independen. Namun yang terpenting Garcon menginginkan agar pembacanya tidak hanya tampil bergaya saja melainkan pula berwawasan luas dan global. Sedangkan tujuan dari Garcon sendiri menjadi pedoman bagi para lelaki modern di Jakarta. Garcon merupakan majalah digital bulanan yang diunggah di aplikasi smartphone Wayang Force. Selain memberikan informasi yang inspiratif menghibur dan juga mengajak pembacanya untuk berpikir. Garcon juga mengajak pembacanya untuk lebih interaktif. Majalah digital ini ditujukan untuk lelaki muda dengan usia 23 27 tahun SES A dan B

Generally menswear and lifestyle are two things that are attached to the life of a modern young gentleman in Jakarta. It is characterized by 13 840 members listed in darahkubiru com Indonesia's leading men's lifestyle and menswear forum in Indonesia. Since then the menswear media industry is feeling much of the same growth and attention that women's wear is in addition the social media also took a big part. However the men in Jakarta prefer to consume imported magazine while the magazine does not provide the lifestyle in Indonesia. The the price tends to be more expensive and impractical when compared to the high mobilization of the modern young gentlemen in Indonesia. As the conclusion the idea was conceived Garcon is a digital magazine which combines the Menswear content of the imported magazines and local's lifestyle content. The Benefits of Garcon digital magazine are to provide information about menswear and lifestyle to the readers as guide to the readers to create a smart spending plan to know practical tips and proven tips from PROS and experienced. While the purpose of the Garcon itself is as a lifestyle guide to the Indonesia's modern young gentleman Garcon is a daily digital magazine dedicated to the lifestyle and menswear of the Indonesia's modern young gentleman. Coverage include menswear sneakers Jakarta's lifestyle and culture sport women and love life in depth feature interviews and beyond. Target readers of this digital magazine are men with age range 23 up to 27 years old SES AB Class.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53426
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoceline Amanda Anggita
"Hanya dalam waktu dua tahun sejak dinyatakan resmi Organisasi Kesehatan Dunia mengenai pandemi COVID-19, banyak perubahan dalam perilaku konsumen telah terjadi. Perubahan kebiasaan manusia yang paling signifikan adalah transformasi menuju kehidupan digital. Pandemi COVID-19 memaksa masyarakat menjalankan rutinitas sehari-hari melalui platform atau media seperti telepon atau internet. Alasan khusus dari keadaan ini adalah penyebaran kasus COVID-19 yang tercatat meningkat pesat (Our World in Data, 2022). Oleh karena itu, pemerintah di seluruh dunia mengatur peraturan untuk membatasi interaksi tatap muka secara ketat untuk mengurangi jumlahnya. Di sisi lain, manusia adalah makhluk sosial, yaitu hampir tidak mungkin hidup tanpa adanya kontak dengan manusia lain. Untuk mengatasi masalah ini, banyak organisasi mengandalkan penerapan teknologi digital untuk menghubungkan orang-orang tanpa melanggar pembatasan COVID-19. Di antara banyak generasi di seluruh dunia, Baby Boomers, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964, diperkirakan akan menjadi pasar yang potensial karena diyakini akan tumbuh sebesar 0,4 miliar pada tahun 2030 (Organisasi Kesehatan Dunia, 2021). Namun karena generasi ini tidak lahir di era revolusi digital, mereka sering dianggap remeh sebagai target pasar produk-produk teknologi. Dengan usia di atas 50 tahun, Baby Boomers rentan terserang penyakit. Jenis penyakit yang mungkin dialami generasi Baby Boomer mungkin memerlukan kontak fisik dengan dokter. Ketika pandemi COVID-19 mengubah perilaku konsumen ke arah digital, keberadaan layanan kesehatan digital diharapkan dapat diandalkan dan bermanfaat karena dapat mengurangi biaya konsumen dalam memperoleh layanan kesehatan: transportasi atau konsultasi dokter secara langsung. Perilaku seperti ini diharapkan dapat mendorong konsumen untuk melakukan pemeriksaan mandiri sehingga dapat membantu dokter dalam melakukan diagnosis. Sebagai generasi yang lebih menyukai komunikasi tatap muka, layanan kesehatan digital dapat menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas dan keakuratan yang mungkin tidak menarik minat generasi Baby Boomer.
Within only two years since the official declaration from the World Health Organisation for the pandemic of COVID-19, multiple shifts in consumer behavior have been done. The most significant change in humans' habits is the transformation to digital life. The pandemic of COVID-19 forced the public to operate their daily routine through a platform or media such as the telephone or the internet. The particular reason for this circumstance is the spreading of COVID-19 cases was listed to increase rapidly (Our World in Data, 2022). Therefore, governments worldwide arranged regulations to limit face-to-face interaction strictly to reduce the number. On the other hand, humans are social creatures, i.e., it is almost impossible to live without having another human contact. To solve this problem, multiple organizations rely on the implementation of digital technology to connect people without violating the COVID-19 restriction. Among numerous generations around the world, Baby Boomers, people who were born between 1946 to 1964, are predicted to be a potential market since it is believed to grow by 0.4 billion in 2030 (World Health Organization, 2021). However, since this generation was not born in the digital revolution era, they are often underestimated as a target market for technology products. With age above 50 years old, Baby Boomers are prone to diseases. The type of illness that Baby Boomers could adopt might require doctors' physical contact. As the pandemic of COVID-19 shifts consumer behavior to digital, the existence of digital healthcare is expected to be reliable and beneficial since it could reduce consumers' cost in obtaining health services: transportation or in-person doctor consultation. This sort of behavior is hoped to encourage consumers to execute self-care examinations so that it could help doctors to diagnose. As a generation that prefers face-to-face communication, digital healthcare could generate doubts about credibility and accuracy that might not attract Baby Boomers' interest."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Fahnasya
"Pada era kapitalisme lanjut, masyarakat terus menerus dirayu untuk menjadikan konsumsi sebagai gaya hidup melalui berbagai cara yang mengakibatkan gaya hidup menjadi sentral dalam kehidupan masyarakat. Tulisan ini ingin membahas konsumerisme yang terus menerus direproduksi melalui gaya hidup konsumsi. Pendekatan rasionalitas low-information dan rasionalitas instrumental menjadi dua pendekatan dalam banyak studi-studi sebelumnya dalam mengkaji masyarakat konsumer. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalitas ekologis karena menggarisbawahi pentingnya jaringan interaksi dalam suatu lingkungan spesifik. Untuk mengkaji mengenai pekerja imaterial, pendekatan ini dirasa lebih sesuai karena penelitian ini berargumen bahwa pekerja imaterial terus menerus mereproduksi konsumerisme dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya secara partikular. Metode yang dilakukan dalam tulisan ini adalah wawancara mendalam dengan pekerja pada bidang firma hukum di Jakarta sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pekerjaan, gaya hidup konsumsi, serta identitas sosial seorang pekerja firma hukum sebagai pekerja imaterial yang terbentuk dari aspek-aspek seperti kegiatan pekerjaan, hiburan pada waktu luang, dan pembelian barang-barang bermerk menjadikan konsumerisme terus tereproduksi dan jerat kapitalisme terus menguat.

In the late capitalism era, society was continuously seduced to make consumption as a lifestyle through every way possible which made lifestyle became the central of peoples lives. This writing discusses about reproduced consumerism through consumption lifestyle. Low information rationality and instrumental rationality became the most frequent approach to be used on previous studies to explain the consumer society, while this writing tries to use the ecological rationality approach to underline and emphasizes the importance of interaction network in a specific environment. This paper argues that law firm workers as immaterial labor kept on reproducing consumerism which was affected particularly by its working environment. In depth interview with law firm workers in Jakarta as the informants was used as the methods of this writing. This research resulted that working environment which contain of peer pressure, office rules SOP, tasks position, working activities, social identity, and relation with clients build up a consumption lifestyle in law firm workers which shown in their physical appearance, also includes after midnight leisure and brand image consumption. This consumption lifestyle creates an endless chain of consumerism reproduction inside the working environment of law firm workers as immaterial labor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafara Windy Carissa
"Bank sangat berperan penting dalam melaksanakan pembangunan perekonomian nasional. Peranan tersebut tercermin melalui penyaluran kredit kepada UMKM yang dilakukan oleh bank, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Namun, hal tersebut saja tidak cukup, bank juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat seiring perkembangan teknologi di era digital ini. Maka dengan demikian, bank berupaya untuk memberikan kemudahan akses pembiayan dengan mengadakan pemberian kredit secara digital kepada masyarakat. Skripsi ini mengkaji mengenai pengaturan terkait prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit melalui perbankan digital, serta mengenai implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit melalui perbankan digital pada Bank X kepada UMKM. Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode penilitian doktrinal. Hasil dari penilitan ini adalah penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit melalui perbankan digital memiliki landasan hukum yakni Pasal 2, Pasal 8, dan Pasal 20A UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan mengenai kewajiban bagi bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian termasuk manajemen risiko dalam melakukan kegiatan usaha, serta Pasal 5 POJK Nomor 21 Tahun 2023 tentang Layanan Digital oleh Bank Umum mengenai kewajiban Bank dalam melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap calon nasabah. Dalam menyalurkan kredit, Bank X telah mengimplementasikan prinsip kehati-hatian dengan melakukan Customer Due Deligence terhadap nasabah atau calon nasabah. Akan tetapi, peneliti memiliki saran untuk Bank X agar dapat melakukan seluruh rangkaian pemberian kredit dari awal hingga akhir secara digital, dalam rangka memudahkan akses pembiayaan UMKM.

Banks play a crucial role in national economic development. This role is reflected in their distribution of credit to SMEs, conducted with a focus on prudence. However, this alone is not sufficient, banks must also adapt to societal needs amidst the technological advancements of the digital era. Therefore, banks strive to enhance financing accessibility by providing digital credit services to the public. This thesis examines the regulation of prudential principles in digital banking credit provision, specifically how Bank X implements these principles for SMEs. The thesis employs a doctrinal research method. The findings highlight that the application of prudential principles in digital banking credit is legally grounded in Article 2, Article 8, and Article 20A of Law Number 7 of 1992 on Banking, as lastly amended by Law Number 4 of 2023 on Financial Sector Development and Strengthening, which mandates banks to apply prudence principles, including risk management, in their operations. Furthermore, Article 5 of Regulation Number 21 of 2023 on Digital Services by Commercial Banks outlines banks' obligations in identifying and verifying prospective customers. In credit distribution, Bank X has implemented prudential principles by conducting Customer Due Diligence on customers or prospective clients. Nonetheless, the researcher advises Bank X to digitalize the entire credit process from start to finish to facilitate SME financing access."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrianina Azzaria Rosyada Yustianto
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui keterhubungan antara gaya hidup manusia terhadap penataan ruang kota pada era digital saat ini dengan konsep compact city. Konsep compact city dianggap efektif dalam mengembangkan daerah perkotaan dengan tujuan utama menciptakan kota yang nyaman, aman, dan efisien bagi masyarakat. Terutama adanya pergeseran zaman menjadi zaman digital yang dapat mengubah kebutuhan ruang kota dari setiap individu. Studi ini dilakukan di Sudirman Central Business District (SCBD), sebuah kawasan di daerah Jakarta yang menggunakan konsep compact city dan kehadiran kawasan ini yang berada di dua zaman yang berbeda, yaitu zaman dimana belum ada teknologi digital hingga di zaman dengan teknologi digital yang sudah berkembang pesat. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan pencerahan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada compact city di era digital saat ini.

This thesis aims to determine the relationship between human lifestyle and urban spatial planning in the current digital era with the compact city concept. The compact city concept is considered effective in developing urban areas with the main aim of creating a comfortable, safe and efficient city for the community. Especially the shift in time to the digital era which can change the urban space needs of every individual. This study was conducted in the Sudirman Central Business District (SCBD), an area in the Jakarta area that uses the concept of a compact city and the presence of this area is in two different eras, namely the era when there was no digital technology until the era where digital technology has developed. fast. It is hoped that the results of this study will provide insight into the changes that may occur in compact cities in the current digital era."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Ika Kusumastuty
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberlakuan pendekatan Structural Choice (Cyber L-RAT) terhadap kerentanan viktimisasi kekerasan online yang disebabkan oleh platform pinjaman online ilegal di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei based quasi experiment dengan menggunakan perlakuan pada karakteristik partisipan penelitian berdasarkan keterlibatan partisipan pada pinjaman online. Partisipan dalam penelitian terdiri dari 159 orang yang berusia 18-65 tahun dan menggunakan internet dalam kesehariannya. Teknik analisa pengujian hipotesa penelitian dilakukan menggunakan SPSS 26 melalui model regresi linier berganda baik pada masing-masing kelompok maupun secara keseluruhan. Selain itu dilakukan juga pengujian Moderated Regression Analysis (MRA) terhadap variabel keterlibatan dalam pinjaman online. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan bahwa gaya hidup online dapat meningkatkan kerentanan viktimisasi baik pada partisipan yang memiliki keterlibatan langsung pada pinjaman online maupun partisipan yang memiliki keterlibatan tidak langsung pada pinjaman online Di lain pihak, pengujian terkait komponen perlindungan diri yang diukur melalui literasi digital menunjukkan hasil yang kurang konsisten dan berbeda pada masing-masing kelompok yang dapat disebabkan oleh adanya kebutuhan mekanisme yang berbeda dalam tiap kelompok. Selain itu, hasil pengolahan model data juga menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pinjaman online dapat meningkatkan kerentanan viktimisasi kekerasan online yang dipicu oleh gaya hidup online baik pada kelompok partisipan yang memiliki keterlibatan langsung pada pinjaman online, kelompok partisipan yang memiliki keterlibatan tidak langsung pada pinjaman online, maupun partisipan yang tidak terlibat pada pinjaman online. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap studi dan penelitian lanjutan terkait viktimisasi pada ruang digital pada konteks viktimisasi kejahatan siber dan utamanya dalam konteks fenomena pinjaman online. Sementara secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai viktimisasi siber dalam industri Fintech Peer to Peer lending di Indonesia serta memberikan wawasan terkait faktor risiko serta mekanisme perlindungan diri dan dampak viktimisasi kejahatan pinjaman online. Temuan penelitian ini akan berguna bagi para pengambil kebijakan, regulator, dan pemangku kepentingan dalam industri pinjaman online di Indonesia.

This research aims to test the applicability of the Structural Choice (Cyber L-RAT) approach to vulnerability to online violence victimization caused by illegal online lending platforms in Indonesia. The research method used in this study is population based quasi experiment by using treatment on the characteristics of research participants based on participant involvement in online loans. Participants in the study consisted of 159 people aged 18-65 years and used the internet in their daily lives. Data analysis was carried out using SPSS 26, 2023 and research hypotheses was tested using multiple regression models for each group. Apart from that, Moderated Regression Analysis (MRA) testing was also conducted to test the moderation effect of online loans to respected independent variables in the study. Based on the results of data processing, this research found that online lifestyle can increase the vulnerability to victimization both in participants who have direct involvement in online loans and participants who have indirect involvement in online loans. On the other hand, tests related to guardianship component measured through digital literacy show inconsistent result in different group, this shows that each group needs different guardianship mechanism. Apart from that, the results of the data model processing also show that involvement in online loans can increase the vulnerability of online loan victimization triggered by online lifestyle, both in groups of participants who have direct involvement in online loans, groups of participants who have indirect involvement in online loans, and participants who are not involved in online loans. It is hoped that this research can contribute to further studies and research related to victimization in the digital space in the context of cybercrime victimization and especially in the context of the online lending phenomenon. Meanwhile, as for practical implication, this research is expected to contribute to the understanding of cyber victimization in the Fintech Peer to Peer lending industry in Indonesia and provide insight into risk factors and self-protection mechanisms and the impact of online loan crime victimization. The findings of this research will be useful for policy makers, regulators, and stakeholders in the online lending industry in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Luga Kristina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dan mengevaluasi efisiensi proses bisnis akuisisi kartu kredit pada Bank X setelah melakukan transformasi digital pada proses front-end sebagai salah satu respon terhadap pandemi Covid 19. Transformasi digital yang dilakukan oleh Bank X pada periode tersebut adalah pengembangan kanal yang digunakan untuk menerima dan mengelola aplikasi kartu kredit melalui sales tool untuk pengajuan melalui petugas sales, kanal website, dan super app. Penelitian ini berjenis studi kasus dengan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dokumen sekunder berupa laporan tahunan, laporan keuangan, kilas kinerja, serta berita pada website perusahaan maupun media elektronik. Wawancara dilakukan dengan enam orang responden dari berbagai level unit kerja yang merupakan pihak yang menjadi bagian dari proses bisnis kartu kredit yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan membangun model logis dari unit analisis dan melakukan komparasi dengan kriteria kinerja dari konsep manajemen proses bisnis (BPM). Penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi digital memberikan manfaat efisiensi bagi proses bisnis akuisisi kartu kredit di Bank X dari segi pengurangan jumlah aktivitas, pengurangan siklus waktu serta pengurangan penggunaan sumber daya dengan memaksimalkan penggunaan perangkat lunak dan teknologi digital. Tingkat efisiensi yang dihasilkan pada setiap kanal berbeda secara keseluruhan pada proses front-end dan back-end.

This study aims to acknowledge and evaluate credit card acquisition business process efficiency of Bank X subsequent to digital transformation on front-end process as response to Covid 19 pandemic. Digital transformation performed by Bank X in this period refered to channel development contained sales tool, website, and super app. It took qualitative method in the form of case study. Data were collected through interviews and observation towards Bank X’s  documents contain annual report, financial statement, performance highlight, and other publications on Bank X’s website and electronic media. The interviews were conducted with six respondents from different business unit that were in charge or responsible in such business process. Data analysis was carried out by building up logic models and comparation between the analysis units with the performance indicator of business process management (BPM) as measuring criteria. This study discovers that digital transformation give benefits of efficiency to bank X’s credit card acquisition business process. It is obtained through reducing activities conducted, cycle time, and usage of resources, particularly labor  due to the removal of some activities and digital  technology utilization. Each acquisition channel generates efficiency in different level."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alvito Rizki
"Perkembangan perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang sangat pesat mendorong industri perbankan untuk tetap berkembang guna bersaing dengan perusahaan teknologi keuangan. Industri perbankan berdaptasi dengan menerbitkan layanan baru yaitu Bank Digital. Untuk mengurangi persaingan dengan perusahaan teknologi keuangan, Bank Digital juga melakukan kolaborasi dengan perusahaan teknologi keuangan Peer to Peer Lending. Salah satu bentuk kerja sama antara Bank Digital dengan perusahaan Peer to Peer Lending yaitu kerja sama penyaluran kredit. Penelitian ini membahas dua permasalahan. Pertama, membahas bagaimana pengaturan kegiatan usaha Bank Digital dalam hal penyaluran kredit. Kedua, membahas permasalahan hukum dan non-hukum apa saja yang timbul pada kerja sama antara Bank Digital dan perusahaan Peer to Peer Lending dalam penyaluran kredit. Bentuk penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan tipe penelitian deskriptif analitis. Hasil penelitian yang didapatkan adalah kerja sama penyaluran kredit yang dilakukan oleh Bank Digital dan Perusahaan Peer to Peer Lending harus didasarkan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (“POJK”) Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (“POJK 77/2016”). Kerja sama penyaluran kredit antara Bank Digital dan Perusahaan Peer to Peer Lending diawali dengan perjanjian kerja sama antara Bank Digital dengan perusahaan Peer to Peer Lending dan setelah perjanjian setujui oleh kedua pihak, perusahaan Peer to Peer Lending melakukan perjanjian pinjam meminjam dengan peminjam. Dalam kerja sama antara Bank Digital dan perusahaan Peer to Peer Lending juga terdapat permasalahan hukum dan non-hukum. Permasalahan yang timbul dari kerja sama antara Bank Digital dan perusahaan Peer to Peer Lending adalah penerima pinjaman yang gagal bayar dan Bank Digital menuntut perusahaan Peer to Peer Lending untuk mengganti kerugian dari penerima pinjaman yang gagal bayar sedangkan permasalahan non-hukum yang timbul adalah penyalahgunaan pinjaman, kesalahan penanggalan pada pencatatan Bank Digital dan Perusahaan Peer to Peer Lending, dan pengembalian dana yang telat oleh perusahaan Peer to Peer Lending. Penelitian ini memberikan saran kepada OJK untuk menerbitkan panduan kerja sama antara Bank Digital dengan perusahaan Peer to Peer Lending dan kepada Bank Digital untuk membuat klasifikasi perusahaan teknologi keuangan yang dapat diajak bekerja sama.

The rapid development of financial technology (fintech) companies encourages the banking industry to continue to grow to compete with financial technology companies. The banking industry is adapting to issuing a new service, namely Digital Bank. To reduce competition with financial technology companies, Digital Bank collaborates with financial technology company Peer to Peer Lending. One form of cooperation between Digital Bank and Peer to Peer Lending companies is credit channeling cooperation. This study addresses two issues. First, analyze how the regulation of business activities of Digital Bank in terms of credit channeling. Second, discuss what legal and non-legal issues arise in the cooperation between Digital Bank and Peer to Peer Lending companies in lending. The form of research used is normative juridical with an analytical descriptive research type. The results of the research obtained are credit channeling cooperation conducted by Digital Bank and Peer to Peer Lending Companies must be based on Financial Services Authority Regulation ("POJK") Number 77/POJK.01/2016 on Information Technology-Based Lending Services ("POJK 77/2016"). The credit channeling cooperation between Digital Bank and Peer to Peer Lending Company begins with a cooperation agreement between Digital Bank and Peer to Peer Lending company and after the agreement is agreed by both parties, Peer to Peer Lendingcompanies conduct loan agreements with borrowers. In cooperation between Digital Bank and Peer to Peer Lending companies there are also legal and non-legal issues. Problems arising from the cooperation between Digital Bank and Peer to Peer Lending companies are recipients of loans that default and Digital Bank demands Peer to Peer Lending companies to compensate for losses from defaulted loan recipients while non-legal problems that arise are loan abuse, dating errors on the recording of Digital Banks and Peer to Peer Lending Companies, and late refunds by Peer to Peer Lending companies. This research provides advice to OJK to issue cooperation guidelines between Digital Bank and Peer to Peer Lending companies and to Digital Bank to make a classification of financial technology companies that can be invited to cooperate."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Hidayati
"Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko kredit di Bank XYZ dalam konteks pemberian kredit melalui kerja sama channeling dengan platform P2P. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari karyawan senior dan pejabat kunci Bank XYZ yang terlibat langsung dalam praktik manajemen risiko kredit, serta pihak mitra platform P2P. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen dan wawancara. Analisis data kualitatif dilakukan dengan melibatkan reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Bank XYZ mengelola risiko kredit dalam kerja sama channeling dengan platform P2P. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan praktik manajemen risiko kredit mereka, serta bagi regulator dalam merumuskan kebijakan yang sesuai untuk industri fintech dan kerja sama channeling dengan platform P2P.

This study aims to evaluate the implementation of credit risk management at Bank XYZ in the context of providing credit through channeling cooperation with P2P platforms. The research method employed is qualitative research with a case study approach. The informants in this study consist of senior employees and key officials of Bank XYZ directly involved in credit risk management practices, as well as partner institutions. The data utilized in this qualitative study include primary and secondary data. Data collection is conducted through document analysis and interviews. The qualitative data analysis is performed which involves data reduction, data display, and conclusion drawing. The findings of this study are expected to provide a better understanding of how Bank XYZ manages credit risk in the channeling cooperation with P2P platforms. This research is also anticipated to offer valuable insights for companies to enhance their credit risk management practices and for regulators to formulate appropriate policies for the fintech industry and channeling cooperation with P2P platforms."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>