Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verrel Alhafizh
"Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak bumi untuk transportasi yang tak diimbangi dengan persediaannya yang semakin menipis, maka diperlukan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil. Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu bioetanol. Etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12 %b/b, dimana rentang konsentrasi ini belum memenuhi fuel grade ethanol dimana kemurnian dari ethanol harus diatas 95 %v/v. Untuk itu, diperlukan proses pemurnian lanjut terhadap etanol. Salah satu proses pemurnian yang ekonomis dan efektif untuk digunakan dalam mengatasi kendala terbentuknya campuran azeotrop antara etanol dan air yaitu proses adsorpsi. Pada penelitian ini, membahas proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinyu unggun tetap dengan dua jenis karbon aktif sebagai adsorben. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini yaitu karbon aktif Calgon dan Karbon aktif Haycarb terhadap etanol dengan kemurnian 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan(20oC dan 1 atm, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinyu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini berupa kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi yang dilakukan, sehingga didapatkan bahwa karbon aktif Calgon dengan luas permukaan yang lebih tinggi merupakan adsorben yang paling baik digunakan dengan hasil kemurnian etanol yang paling tinggi, yaitu sebesar 59,36%v/v untuk konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,46%v/v untuk konsentrasi awal etanol 10%v/v.

As the increasing the demand of petroleum for transportation that is not balanced with the diminishing supply of petroleum, alternative energy is needed to replace fossil fuels. One alternative fuel that has a potential to be developed is bioethanol. Concentration result from fermentation has a purity of 5-12 %w/w, where this concentration range is not fulfilled the fuel grade ethanol that has ethanol purity above 95%. Therefore, further purification of ethanol is needed. One of the economically and effective purification process to be used in overcoming the formation of azeotropic mixture in ethanol water is adsorption process. In this study, the process of initialbstages purification of ethanol water mixture using a fixed bed continuous adsorption process with two types of activated carbon as an adsorbent is discussed. The adsorbent materials used in this study were Calgon activated carbon and Haycarb activated carbon toward ethanol with a 50%v/v and 10%v/v purity. This research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure (20oC dan 1 atm), and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the activated carbon adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. Therefore, it is indicated that Calgon activated carbon which has a higher surface area is the best adsorbent to be used with the highest ethanol purity yield, which is 59,36%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27,46%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aryanti Sukarmanto
"ABSTRAK
Penjernihan Air Sungai Lahan Gambut Menggunakan Karbon Aktif Gambut. Di daerah lahan gambut seperti Riau dan Kalimantan masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Air sungai tersebut berwarna kuning kecoklatan karena terlarutnya senyawa humat dari gambut.
Pengolahan air secara klorinasi menyebabkan residu humat membentuk trihalometana yang bersifat karsinogenik. Dapat pula digunakan metode adsorpsi dengan karbon aktif, tetapi harganya mahal. Untuk itu diteliti kemungkinannya membuat karbon aktif dari gambut dan dicoba untuk mengadsorpsi warna air gambut. Pengaktifan karbon dilakukan dengan cara kimia menggunakan ZnClz dan cara fisika dengan pemanasan pada suhu 800 °C.
Hasil penelitian menunjukkan karbon aktif kimia (KAK) mempunyai daya adsorpsi lebih baik daripada karbon aktif fisik (KAF). Daya serap optimum karbon aktif di peroleh pada kondisi pH 5, waktu kontak 1,5-2 jam dengan dosis 20 gll, menghasilkan penurunan kadar warna sebesar 94,6%dari 709,46 TCU menjadi 38,01 TCU dan kadar organik sebagai bilangan KMnO4 sebesar 91,5%dari 152,5 mg/l menjadi 9,5 mg/l. Kondisi air demikian telah memenuhi baku mutu air bersih (PERMENKES No. 416/MENKES/PERAX/1990)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Milasari Herdiana Putri
"Amonia yang berasal dari limbah dan terkandung dalam lingkungan perairan dapat membahayakan kesehatan manusia dan merusak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas kombinasi proses ozonasi dan membran terhadap penghilangan ammonia dari air limbah. Kelebihan kontaktor membran dibandingkan kontaktor konvensional seperti kolom absorber adalah luas permukaan kontaknya yang jauh lebih besar. Kelemahannya adalah adanya tahanan perpindahan massa tambahan di fasa membran selain di fasa cair, dibandingkan dengan kolom absorber konvensional yang hanya memiliki tahanan perpindahan di fasa cair. Penggunaan proses lanjutan dengan ozonasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan pemisahan ammonia dari air limbah. Ada dua hal yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: (1) Studi perpindahan massa pemisahan ammonia dari air limbah melalui kontaktor membran serat berongga menggunakan pelarut bahan alam, dan dilanjutkan dengan proses ozonasi; dan (2) Studi hidrodinamika pelarut tersebut di dalam kontaktor membran serat berlubang dan ozonator.

Ammonia from waste contained in aquatic environment may lead human health and damage environment. This research analyzes the effectiveness of combination between ozonation and membrane process the removal of ammonia from wastewater. The advantages membrane contactors rather than conventional contactors such as column absorber is the surface of area contact much larger. The weakness is the presence of resistance in additional mass transfer in membrane phase based in the liquid phase, as compared with conventional absorber column that only has custody transfer in liquid phase. The use of advanced ozonation process is a way to improve the separation of ammonia from wastewater. Two things that will be examined in this research are: (1) Study of mass transfer in the separation of ammonia from wastewater through hollow fiber membrane contactors using a solvent of natural materials, continued with ozonation process; and (2) study the hydrodynamics of solvent in membrane contactors hollow fiber and ozonator. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
"Peraturan Menkes RI No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coil dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. coil dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coil pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedimentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah A12(SO4), yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan altematif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chlorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi.
Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air bake yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratorium pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekeruhan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.
Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coils rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengan reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Alum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppm dengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil lebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7.2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah : kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%.
Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400/bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dari penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH.
Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggi PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dan segi teknis lebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaporit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik.

In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which are shown by the existing of an organism society called Coli form such as Bacterium cola, Bacillus coil or Escherichia cola which are the ones of microbiologies parameter. The existent of Coli form bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coli form bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn't contain the Escherichia coil bacteria in 100 ml the sample of water.
The E. cola bacteria may cause Gastroenteritis. One way of reducing E.coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by flocculation and sedimentation. One factor which determined the success of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high turbid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO,), called "Tawas" or "Alum", it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Use of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water.
Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant. Research was done in a laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.
Average reduction of E. cola by the PAC is 88.32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33) % with p 0.05 in CI 95% of significant difference. The average optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters like : pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are: the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coil reduction is 97.29%. Conditions with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%.
Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.0001month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick-lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore.
Using the results obtained, it's recommended, for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the "Kaporit" dose in the disinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it's cheaper, and we can get better water quality than before.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Powell, Sheppard T.
New York : McGraw-Hill, 1954
628.162 POW w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku yang berjudul "Water treatment handbook" ini merupakan sebuah buku panduan mengenai pelayanan air, seperti air minum, dan lain-lain."
New York: A Halsted Press Book, 1979
R 628.445 WAT (2)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Verenia Sembiring
"Sebagai perusahaan minyak dan gas bumi, CNOOC SES Ltd. memiliki beberapa wilayah kerja, salah satunya adalah Pulau Pabelokan. Pada pulau tersebut berlangsung aktivitas yang menghasilkan air limbah, yaitu aktivitas di dapur, tempat laundry, kamar mandi, dan toilet. Sebelum dialirkan ke badan air terdekat, air limbah tersebut diolah di sewage treatment plant yang terdiri dari beberapa unit, yaitu ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, dan activated carbon tank. Unit abiotech tank merupakan unit pengolahan air limbah secara biologis dengan prinsip attached growth reactor. Keberadaan biofilm pada tangki ini memungkinkan terjadinya kombinasi reaksi nitrifikasi-denitrifikasi yang berdampak pada penurunan konsentrasi amonia. Namun, berdasarkan data harian kualitas air limbah STP Pabelokan, setiap hari terjadi peningkatan konsentrasi amonia sebesar rata-rata 20-30% setelah air limbah melalui proses pengolahan di unit abiotech tank. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kenaikan konsentrasi amonia tersebut dan memberikan solusi pencegahan. Kegiatan operasional pihak pengelola STP Pabelokan yang diduga dapat menjadi faktor penyebab kenaikan konsentrasi amonia adalah penambahan 0,2 kg nutrisi dan 0,5 kg mikroorganisme ke unit aeration tank. Hasil analisis dampak pemberian nutrisi melalui perhitungan stoikiometri dengan reaksi nitrifikasi membuktikan adanya peningkatan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah sebesar rata-rata 15-19%. Sedangkan penambahan mikroorganisme berdampak pada peningkatan angka kematian mikroorganisme di unit abiotech tank. Mikroorganisme yang mati berdampak pada peningkatan konsentrasi amonia karena mikroorganisme tersebut terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa sederhana, salah satunya amonia. Solusi yang dapat diberikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah mengalihkan pemberian nutrisi dan mikroorganisme yang pada awalnya melalui unit aeration tank menjadi langsung ke unit abiotech tank.

As an oil and gas company, CNOOC SES Ltd. has some working areas, one of them is Pabelokan Island. Activities that produce wastewater originate from the kitchen, laundry, bathroom, and toilet. Before dumped into the sea, the wastewater is treated at the sewage treatement plant that consists of several units: ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, and activated carbon tank. Abiotech tank is a biological wastewater treatment that adopts attached growth reactor principle. The presence of biofilm in the tank allows the combination of nitrification and denitrification which can reduce the ammonia concentration. However, based on the daily report of wastewater quality, it is known that the increase of ammonia concentration consistently occurs after being processed in abiotech tank, with the increase of around 20-30%. The purposes of this study are to determine the factors that cause the increase of ammonia concentration in treated domestic wastewater at STP Pabelokan and to suggest solutions. It is estimated that the causes of the ammonia increase are the addition of 0,2 kg nutrition and 0,5 kg microorganism to aeration tank. The result of adding nutrition to nitrification reaction (done with stoichiometry calculation) gave evidence that by adding nutrition causes an increase in the concentration of ammonia around 15-19%. Whereas the addititon of microorganism increases the dead rate of microorganism in abiotech unit. The dead microorganisms can trigger an increase of ammonia concentration because their body will be hydrolyzed into several compounds, one of them is ammonia. The solution can be given based on those analysis is to shift the distribution of nutrient and microorganism that initially given to aeration tank, directly to abiotech tank."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Juliana
"Desorpsi oksigen menggunakan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan kontaktor membran berdasarkan studi perpindahan massa dan hidrodinamika, serta menganalisis struktur morfologi membran PVC dan kesesuaiannya untuk desorpsi oksigen. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air pada selongsong, sedangkan udara vakum dalam serat, dengan memvariasikan laju alir air (1-5,25 liter/menit) dan jumlah serat (50, 60, 70 serat). Berdasarkan studi perpindahan massa diperoleh fluks oksigen sebesar 0,037 – 0,15 g/m2.h, koefisien perpindahan massa sebesar 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, dengan korelasi Sh=(0,0015φ2-0,0319φ+0,338)Re(0,0014φ2-0,0499φ+1,086). Parameter performa perpindahan massa, kLa mencapai 0,00124 s-1 (tiga kali lebih besar dari kontaktor konvensional). Berdasarkan studi hidrodinamika, friksi terbesar mencapai 40 kali lebih besar dibandingkan friksi pipa halus, dengan korelasi f=(10,645φ2-216,1φ+1125,9)Re(-0,0086φ2+0,145φ-1,176). Berdasarkan uji FESEM, membran PVC memiliki struktur permukaan selimut yang kompak yang menghasilkan stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik serta memiliki banyak pori yang meminimalkan tahanan perpindahan massa.

Oxygen desorption with PVC hollow fiber membrane contactor is done in this research. The purpose of this research is to evaluate application of membrane contactor based on mass transfer and hydrodynamic study and to analyze structure of PVC membrane and its compatibility to desorp oxygen. This research applied by flowing water in shell side, while gas in lumen side is vacuumed by varying water flow rate (1-5.25 litre/min) and number of fibers (50, 60, 70 fibers). According to mass transfer study, oxygen flux achieved is 0,037 – 40,15 g/m2.h, mass transfer coefficient achieved is 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, with correlation of Sh=(0.0015φ2-0.0319φ+0.338)Re(0.0014φ2-0.0499φ+1.086). Mass transfer performance’s parameter, kLa reaches 0.00124 s-1 (three times higher than conventional contactor). According to hydrodynamic study, the largest friction is 40 times higher than friction in smooth pipe, with correlation of f=(10.645φ2-216.1φ+1125.9)Re(-0.0086φ2+0.145φ-1.176). From FESEM test, PVC membrane has compact structure which leads to better mechanic stability and resistance toward fouling and high-pore structure which decreases mass transfer resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crittenden, John C.
"Updating the most comprehensive and complete guide to water treatment planning and design, this edition maintains the book's broad scope and reach, while reaching the working professional with additional worked problems and new treatment approaches. It covers both the principles and theory of water treatment as well as the practical considerations of plant design and distribution. The contents have been updated to cover changes to regulatory requirements, testing methodology, and design approaches, as well as the emergent topics of pharmacological agents in the water supply and treatment strategies"
Hoboken, N.J. : John Wiley & Sons, 2012
628.162 MWH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smethrust, George
London: Thomas Telford, 1997
628.162 SME b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>