Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Asih Kurniati
"ABSTRAK
Antioksidan dapat mencegah proses oksidasi dengan adanya pengaruh ROS (Reactive Oxygen Species) yang dihasilkan dari sumber eksogen (seperti polusi, logam berat, dan asap rokok) atau endogen (mitokondria dan retikulum endoplasma). Berbagai tanaman telah menjadi sumber yang baik sebagai antioksidan karena kandungan senyawa metabolit sekunder. Senyawa fenol dan flavonoid merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas antioksidan dengan meredam radikal bebas melalui pemberian atom hidrogen atau elektron. Pothos tener Wall. merupakan tanaman air dengan suku araceae yang ditemukan pada area air terjun Bantimurung, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan, kadar fenol, flavonoid total dari ekstrak etanol daun dan batang Pothos tener Wall. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dengan hasil yang dinyatakan dalam Inhibition Concentration 50% (IC50). Semakin rendah nilai IC50, aktivitas antioksidan semakin baik. Pada penetapan kadar fenol menggunakan metode Folin ciocalteu dengan standar asam galat, sementara penetapan kadar flavonoid dengan pereaksi AlCl3 dengan standar kuersetin. Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan, nilai IC50 yang diperoleh untuk ekstrak daun adalah 86,72 µg/mL dan ekstrak batang adalah 83,68 µg/mL. Kadar fenol pada ekstrak daun adalah 30,28 mg EAG/gram ekstrak dan ekstrak batang adalah 32,03 mg EAG/gram ekstrak. Sementara untuk kadar flavonoid dari ekstrak daun dan batang adalah 10,02 dan 5,36 mg EK/gram pada masing-masing sampel. Pada hasil analisis GC MS, senyawa phytol dan asam lemak ester merupakan senyawa dengan kandungan terbesar yaitu 33,47% dan 29,5%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman Pothos tener memiliki potensi sebagai sumber antioksidan pada bagian daun dan batangnya.

ABSTRACT
Antioxidant can prevent the oxidation process by the effects of ROS (Reactive Oxygen Species) produced from exogenous sources (such as pollutions, heavy metals, and smoke) or endogenous (mitochondria and endoplasmic reticulum). Various plants have become good sources as antioxidant because of the content of secondary metabolites. Phenol and flavonoid are compounds that show antioxidant activity by reducing free radicals through transfer hydrogen atoms or electrons. Pothos tener Wall. is a aquatic plant from araceae family found in Bantimurung waterfall area, South Sulawesi. This study was conducted to determine antioxidant activity, total phenol and flavonoid content from ethanol extracts of leaves and stems from Pothos tener Wall. Antioxidant activity assay was carried out by the DPPH method with the result stated in Inhibition Concentration 50% or IC50. The lower the IC50 value indicates the better antioxidant activity. Phenol content was determined by Folin ciocalteu colorimetric method using gallic acid as standard, whereas flavonoid content was evaluated by AlCl3 reagents using quercetin as standard. The result of antioxidant activity assay with the IC50 value obtained for leaves extract was 86,72 µg/mL and stems extract was 83,68 µg/mL. The total phenolic content obtained from leaves extract was 30,28 mg GAE/gram extract while stems extract was 32,03 mg GAE/gram extract. For total flavonoid content of leaves and stems extract were 10,02 and 5,36 mg QE/gram extract, respectively. From the results of GC MS analysis, phytol and fatty acid ester are compounds with the highest content (33,47% and 29,54%). According to this study, it can be concluded that leaves and stems from Pothos tener plant can be a source of antioxidant."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Shabira Anjani
"Candida spp. Adalah spesies jamur patogen oportunistik pada manusia yang dapat menyebabkan infeksi superfisial maupun sistemik. Dari seluruh spesies Candida spp., Candida albicans merupakan isolat yang paling sering ditemukan dan bertanggung jawab terhadap 70% infeksi jamur dunia. Sedangkan, Candida krusei memiliki resiko infeksi tinggi pada pasien dengan imunodefisiensi. Terapi lini pertama bagi infeksi kandidiasis adalah flukonazol, akan tetapi pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan resistensi. Agen standar lain dalam penanganan kandidasis adalah amfoterisin B, namun memiliki efek samping terhadap fungsi ginjal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mencari tanaman yang memiliki aktivitas antijamur sehingga dapat dimanfaatkan untuk menangangani infeksi C. albicans dan C.krusei. Tanaman ketepeng cina (Senna alata L.) sudah banyak dimanfaatkan sejak dahulu sebagai pengobatan antijamur tradisional. Akan tetapi, penelitian terhadap aktivitas antijamur bagian bunga dan bijinya belum banyak dieskplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% bunga dan biji ketepeng cina (Senna alata L.) terhadap jamur Candida albicans dan Candida krusei, dan untuk memperoleh kadan fenol dan flavonoid total ekstrak. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasound-assissted extraction (UAE). Uji antijamur dilakukan dengan metode difusi sumuran agar dan mikrodilusi. Penetapan kadar dilakukan dengan spektofotometri UV-VIS dimana penetapan kadar fenol total menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu dan penetapan kadar flavonoid total menggunakan pereaksi AlCl3. Hasil uji antijamur menunjukkan bahwa pada konsentrasi 6.250 μg/mL - 100.000 μg/mL ekstral etanol 70% bunga dan biji ketepeng cina (Senna alata L.) tidak menunjukkan adanya aktivitas antijamur terhadap C. albicans dan C. krusei. Hasil penetapan kadar fenol total pada ekstrak etanol 70% bunga ketepeng cina sebesar 80,09 ± 0,088 mgEAG/gr sedangkan pada biji sebesar 8,99 ± 0,099 mgEAG/gr. Hasil penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol 70% bunga ketepeng cina sebesar 27,95 ± 0,26 mgEK/gr sedangkan pada biji sebesar 1,93 ± 0,02 mgEK/gr.

Candida spp. is an opportunistic pathogen fungi species that can cause supercial or systemic infections. From all Candida spp. species, Candida albicans is the most common isolate and is responsible for 70% of the world's fungal infections. On the other hand, Candida krusei posses a high infection rate for patient with immunodeficiency. The first-line therapy for candidiasis infection is fluconazole, but long-term use can cause resistance. Another standard agent that is used in the treatment of candidiasis is amphotericin B, but it has side effects on kidney function. Therefore, it is necessary to conduct research in order to find plants that have antifungal activity so that they can be used to treat C. albicans and C. krusei infections. Candle bush (Senna alata L.) has been used for a long time as a traditional antifungal treatment. However, research on the antifungal activity of flowers and seeds part of candle bush has not been widely explored. This study aimed to determine the antifungal activity of the 70% ethanolic extract of flowers and seeds of candle bush (Senna alata L.) against Candida albicans and Candida krusei, and also to obtain the total phenol and flavonoid content of the extract. Extraction was carried out using the ultrasound-assisted extraction (UAE) method. The antifungal test was conducted by agar-well diffusion and microdilution methods. The assay was carried out by UV-VIS spectrophotometry in which the determination of the total phenol content uses the Folin-Ciocalteu reagent and the determination of the total flavonoid content uses the AlCl3 reagent. The antifungal test results showed that at a concentration of 6.250 g/mL - 100.000 g/mL 70% ethanol extract of candle bush (Senna alata L.) flowers and seeds did not show any antifungal activity against C. albicans and C. krusei. The results of the determination of total phenol content in the 70% ethanol extract of candle bush flowers were 80.09 ± 0.088 mgEAG/gr, while the seeds were 8.99 ± 0.099 mgEAG/gr. The results of the determination of total flavonoid content of the 70% ethanol extract of candle bush flower were 27.95 ± 0.26 mgEK/gr while in the seeds it was 1.93 ± 0.02 mgEK/gr."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yvonne Juslim
"Tumbuhan bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.), yang berasal dari famili Fabaceae, digunakan secara turun temurun oleh masyarakat dayak untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol, flavonoid total, dan aktivitas antioksidan terhadap ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode maserasi dan UAE. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari metode maserasi dan UAE adalah 13,41% dan 16,16%. Kadar fenol total metode maserasi dan UAE sebesar 98,3 ± 0,34 dan 101,260 ± 0,75 mg EAG/g ekstrak. Kadar flavonoid total metode maserasi dan UAE sebesar 15,73 ± 0,09 dan 15,86 ± 0,15 mg EK/g ekstrak. Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH dengan metode maserasi dan UAE menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 = 42,83 μg/mL dan IC50 = 34,2 μg/mL, sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP metode maserasi dan UAE sebesar 18,828 ± 0,15 dan 19,087 ± 0,28 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan daun bajakah tampala mengandung alkaloid, tanin, saponin, fenol, flavonoid, terpenoid, dan glikosida. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.

Bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.), which comes from the Fabaceae family, is used for generations by the Dayak community to treat various diseases. This study aims to determine the content of phenol, flavonoids, and antioxidant activity of the 70% ethanol extract of bajakah tampala extracted by maceration and UAE methods. The yield of the extract obtained from the maceration method and UAE was 13,41% and 16,16%. The total phenolic content from the maceration and UAE method was 98,3 ± 0,34 and 101,260 ± 0,75 mg GAE/g extract. Total flavonoid content from the maceration and UAE methods were 15,73 ± 0,09 and 15,86 ± 0,15 mg EQ/g extract. The results of the DPPH antioxidant activity test with the maceration and UAE methods showed very strong antioxidant activity with IC50 = 42,83 μg/mL and IC50 = 34,2 μg/mL, while the results of the FRAP antioxidant activity test with maceration and UAE methods were 18,828 ± 0,15 and 19,087 ± 0.28 g FeSO4 equivalent/100 g extract. The results of the phytochemical screening also showed that the bajakah tampala leaves contain alkaloids, tannins, saponins, phenols, flavonoids, terpenoids, and glycosides. Based on the results of this study, it can be concluded that the extract of the leaves of the bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) has very strong antioxidant activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glaudio Galeno Gianova
"Manusia memerlukan tambahan antioksidan dari makanan dan suplemen untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang diakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh dan berpotensi untuk memicu patogenesis berbagai penyakit. Bagian batang dan akar dari tanaman bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) sudah terbukti sebagai sumber antioksidan alami, namun belum ada informasi terkait bagian daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat perbedaan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode Soxhlet dan MAE melalui uji DPPH dan FRAP. Selain itu, dilakukan juga penetapan kadar fenol total dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu, penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri AlCl3, serta penapisan fitokimia dari ekstrak. Rendemen yang diperoleh dari metode ekstraksi Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 7,17% dan 17,67%. Kadar fenol total yang diperoleh pada ekstrak hasil Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 85,07±0,48 dan 86,61±0,55 mgGAE/g ekstrak. Kadar flavonoid total yang diperoleh pada ekstrak hasil Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 14,22±0,07 dan 14,40±0,22 mgEK/g ekstrak. Nilai IC50 dari hasil uji DPPH adalah sebesar 59,81 ppm untuk ekstrak hasil Soxhlet dan 44,03 ppm untuk ekstrak hasil MAE. Angka hasil uji FRAP yang diperoleh adalah sebesar 13,35 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak untuk ekstrak hasil Soxhlet dan 17,93 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak untuk ekstrak hasil MAE. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode MAE akan menghasilkan rendemen yang lebih banyak, kadar fenol dan flavonoid total yang lebih tinggi, serta aktivitas antioksidan yang lebih kuat daripada metode Soxhlet pada ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala.

Oxidative stress is an imbalance between the amount of free radicals and antioxidants in the human body, which can potentially trigger the pathogenesis of various diseases. Humans require foods and supplements containing antioxidants to help neutralize free radicals. The stem and root parts of the Spatholobus littoralis Hassk. have been proven to be a natural source of antioxidants, but there is no information regarding its leaves. This research aims to determine and compare the antioxidant activity of 70% ethanol extract from the leaves of Spatholobus littoralis Hassk. using Soxhlet and MAE extraction methods through DPPH and FRAP tests. In addition, determination of total phenol content were conducted using the Folin-Ciocalteu reagent, determination of total flavonoid content using the AlCl3 colorimetric method, and phytochemical screening of the extract. The yields obtained from the Soxhlet and MAE extraction methods were 7.17% and 17.67%, respectively. The total phenol content obtained from the Soxhlet and MAE extracts were 85.07±0.48 and 86.61±0.55 mgGAE/g extract, respectively. The total flavonoid content obtained from the Soxhlet and MAE extracts were 14.22±0.22 mgQE/g extract, respectively. The IC50 value of the DPPH test was 59.81 ppm for the Soxhlet extract and 44.03 ppm for the MAE extract. The FRAP test results were 13.35 g FeSO4 equivalent/100 g extract for the Soxhlet extract and 17.93 g FeSO4 equivalent/100 g extract for the MAE extract. Based on the results, it can be concluded that the MAE method produces a higher yield, higher total phenol and flavonoid content, and stronger antioxidant activity than the Soxhlet method in the 70% ethanol extract of Spatholobus littoralis Hassk. leaves."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rizqi Nursyifa
"Litsea glutinosa merupakan tanaman bermarga lauraceae yang tumbuh di Indonesia, dan diketahui telah digunakan dalam pengobatan tradisional sejak 600 tahun sebelum masehi. Tanaman ini dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder yang tinggi yaitu alkaloid dan flavonoid, namun belum ada penelitian mengenai kadar flavonoid total, aktivitas antitirosinase, dan ekstraksi menggunkan perbandingan metode ekstraksi modern. Simplisia kulit batang L. glutinosa diekstraksi dengan menggunakan metode Ultrasound-assisted Extraction (UAE), dan Microwave-assisted Extraction (MAE). Penetapan Kadar Flavonoid Total dilakukan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar pembanding yaitu kuersetin. Uji aktivitas antitirosinase dilakukan dengan menggunakan L-DOPA (3,4-Dihidroksi-L-fenilalanin) sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol positif. Total Kadar Flavonoid yang diperoleh dari ekstrak etanol kulit batang L.glutinosa dengan metode ekstraksi UAE dan MAE berturut-turut ialah sebesar sebesar 3,57 ± 0,0269 dan 3,06 ± 0,0269 mg EK/g ekstrak. Pada uji antitirosinase, ekstrak etanol kulit batang L. glutinosa dengan metode MAE memiliki nilai IC50 sebesar 1.707, 2 µg/mL dimana asam kojat sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 5,75 µg/mL.

Litsea glutinosa is a plant surnamed Lauraceae that grows in Indonesia, and is known to have been used in traditional medicine since 600 BC. This plant is reported to have a high content of secondary metabolites, namely alkaloids and flavonoids, but there has been no research on total flavonoid content, antityrosinase activity, and extraction using comparisons of modern extraction methods. The stem bark simplicia of L. glutinosa was extracted using Ultrasound-assisted Extraction (UAE) and Microwave-assisted Extraction (MAE) methods. Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with a standard of comparison, namely quercetin. Antityrosinase activity test was carried out using L-DOPA (3,4-Dihydroxy-L-phenylalanine) as a substrate and kojic acid as a positive control. The total flavonoid content obtained from the ethanolic extract of the stem bark of L.glutinosa by the UAE and MAE extraction methods was 3.57 ± 0.0269 and 3.06 ± 0.0269 mg EK/g extract, respectively. In the antityrosinase test, the ethanolic extract of the stem bark of L. glutinosa using the MAE method had an IC50 value of 1,707, 2 µg/mL where as kojic acid as a positive control had an IC50 value of 5.75 µg/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahmi
"ABSTRAK
Proses standardisasi dan kontrol sangat diperlukan untuk menjaga kualitas suatu obat herbal, khususnya analisis kandungan dan pengujian toksisitas dari bahan alam tersebut. Selain itu, kualitas ekstrak juga dapat dipengaruhi faktor lain, seperti waktu ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengaruh waktu ekstraksi terhadap besar kandungan total flavonoid dan sifat toksisitas ekstrak air daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Pada metode uji I (AlCl3 tanpa penambahan NaNO2), didapatkan kandungan total flavonoid dari variasi waktu ekstraksi 30,45,60,75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 0,1638%, 0,1716%, 0,1681%, 0,1642%, dan 0,1784%. Sedangkan, pada metode uji II (AlCl3 dengan penambahan NaNO2), didapatkan sebesar 0,1856%, 0,2113%, 0,2296%, 0,2097%, dan 0,2042%. Pada pengujian toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), didapatkan nilai LC50 dari variasi waktu ekstraksi 30, 45, 60, 75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 8232,46 μg/ml, 4175,42 μg/ml, 4885,27 μg/ml, 1056,99 μg/ml, dan 9908,32 μg/ml. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan total flavonoid dari ekstrak air daun belimbing manis bersifat relatif konstan dan mengalami perubahan yang tidak signifikan seiring bertambahnya waktu ekstraksi. Selain itu, nilai LC50 bersifat fluktuatif dan tidak memiliki aktivitas biologi sebagai toksik seiring bertambahnya waktu ekstraksi.

ABSTRACT
Proses standardisasi dan kontrol sangat diperlukan untuk menjaga kualitas suatu obat herbal, khususnya analisis kandungan dan pengujian toksisitas dari bahan alam tersebut. Selain itu, kualitas ekstrak juga dapat dipengaruhi faktor lain, seperti waktu ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengaruh waktu ekstraksi terhadap besar kandungan total flavonoid dan sifat toksisitas ekstrak air daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Pada metode uji I (AlCl3 tanpa penambahan NaNO2), didapatkan kandungan total flavonoid dari variasi waktu ekstraksi 30,45,60,75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 0,1638%, 0,1716%, 0,1681%, 0,1642%, dan 0,1784%. Sedangkan, pada metode uji II (AlCl3 dengan penambahan NaNO2), didapatkan sebesar 0,1856%, 0,2113%, 0,2296%, 0,2097%, dan 0,2042%. Pada pengujian toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), didapatkan nilai LC50 dari variasi waktu ekstraksi 30, 45, 60, 75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 8232,46 μg/ml, 4175,42 μg/ml, 4885,27 μg/ml, 1056,99 μg/ml, dan 9908,32 μg/ml. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan total flavonoid dari ekstrak air daun belimbing manis bersifat relatif konstan dan mengalami perubahan yang tidak signifikan seiring bertambahnya waktu ekstraksi. Selain itu, nilai LC50 bersifat fluktuatif dan tidak memiliki aktivitas biologi sebagai toksik seiring bertambahnya waktu ekstraksi.
"
2016
S64277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ni’amatul Muallifah
"Infeksiloleh bakteri Aeromonas hydrophila diketahui merupakanlpenyebab kematian massal yang tinggi pada sebagian besar spesies ikan air tawar. Ketidaksehatan ikan juga dapat dipengaruhi oleh stres oksidatif yang utamanya diinduksi oleh paparan polusi air. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman seperti senyawa fenolat telah diketahui secara signifikan berkontribusi pada kapasitas antioksidan dan terdapat hubungan dengan aktivitas antibakteri. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa ekstrak Pothos tener Wall. memiliki aktivitas antioksidan yang sedang dan mengandung senyawa polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk menguji fraksi dari ekstrak etanol herba Pothos tener Wall. yang difraksinasi dengan metode fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol terkait aktivitas antioksidan dan antibakteri, serta mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder pada fraksi teraktifnya dan melakukan penetapan kadar fenol dan flavonoid total. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila menggunakan metode difusi cakram. Fraksi teraktif diidentifikasi kandungan metabolit sekundernya dengan KLT menggunakan pereaksi semprot. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu dan penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri dengan AlCl3. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif namun tergolong lemah denganlnilai IC50 sebesar 175,0104 μg/mL dan nilai FeEAC didapat sebesar 40,4823 μmol/g. Pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan semua fraksi tidak memiliki penghambatan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila. Hasil penapisan fitokimia secara KLT dengan penyemprotan, fraksi teraktif (etil asetat) mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid dan terpenoid dengan kadar fenol total sebesar 64,7461 mgEAG/g dan kadar flavonoid total sebesar 34,7265 mgEK/g.

Infection by Aeromonas hydrophila known to be the cause of high mass mortality in most freshwater fish species. Fish unhealthy can also affected by oxidative stress which is mainly induced by air pollution exposure. Secondary metabolites in plants such as phenolic compounds has been known having significant effect in antioxidant capacity and has a relationship with antibacterial activity. Previous studies revealed that Pothos tener Wall. extract has moderate antioxidant activity and contains polyphenolic compounds. This study aimed to examine the fractions from the Pothos tener Wall. herbs ethanolic extract which fractionated by liquid-liquid fractionation method using n-hexane, ethyl acetate, and methanol related to antioxidant and antibacterial activity, identifying the secondary metabolite compounds in the most active fraction and determining the total phenol and flavonoid content. Antioxidant activity was tested using DPPH and FRAP methods. Antibacterial testing was carried out on the fish pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila using disc diffusion method. The most active fraction was identified its phytochemical content by TLC using spraying reagent. Determination of total phenol content was carried out by the Folin-Ciocalteu method and determination of total flavonoid content by colorimetric method with AlCl3. The antioxidant activity test results showed that the ethyl acetate fraction was the most active fraction but have weak antioxidant activity with an IC50 value of 175.0104 g/mL and FeEAC value of 40.4823 mol/g. Antibacterial test showed that all fractions had no inhibition against the Aeromonas hydrophila bacterium. The results of phytochemical screening by TLC with spraying reagent, the most active fraction (ethyl acetate) contains phenolic compounds, flavonoids and terpenoids with a total phenol content of 64.7461 mgGAE/g and a total flavonoid content of 34.7265 mgQE/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunitrianti
"Tanaman Ayapana triplinervis Vahl. atau yang biasa dikenal dengan Prasman, merupakan tanaman yang dapat menghilangkan radikal bebas karena memiliki efek antioksidan. Belum banyak dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan dari Ayapana triplinervis Vahl. Berdasarkan uji DPPH 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil menggunakan spektrofotometer UV-Vis ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi akhir 25 g/mL berturut-turut memiliki nilai inhibisi 38,91, 51,03 dan 54,06. Setelah mendapat inhibisi didapatkan IC50 ekstrak etil asetat, dan metanol berturut-turut 28,71 g/mL dan 23,472 g/mL.
Berdasarkan uji FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power menggunakan microplate reader ekstrak etil asetat, dan metanol memiliki nilai FeEAC 460 mol/g, 828,99 mol/g dan 940,22 mol/g. Ekstrak metanol menunjukan aktivitas antioksidan tertinggi, dengan nilai IC50 23,47 g/mL dan nilai FeEAC 940,22 mol/g. Ekstrak etil asetat dan metanol pada konsentrasi awal memiliki kadar fenol total 12,06, dan 42,11 mg GAE/gram ekstrak, serta kadar flavonoid total 3,24 dam 3,41 mg QE/gram ekstrak. Berdasarkan uji penetapan kadar fenol dan flavonoid, ekstrak metanol menunjukkan nilai tertinggi.

Ayapana triplinervis Vahl. or Prasman is a plant that can eliminate free radicals due its antioxidant effects. There are slightly research have been conducted to explore the antioxidant activity of Ayapana triplinervis Vahl. Based on DPPH assay using UV Vis spectrophotometer, n hexane, ethyl acetate and methanol extract with a final concentration of 25 g mL have an inhibitory value of 38.91, 51.03 and 54.06 respectively. Using inhibition IC50 is obtained ethyl acetate extract and methanol are 28,71 g mL and 23,472 g mL.
Based on FRAP test using microplate reader of ethyl acetate and methanol extract have FeEAC 460 mol g, 828,99 mol g and 940,22 mol g. The methanol extract shows the highest antioxidant activity, with IC50 value is 940,22 g mL. The extracts of ethyl acetate and methanol at initial concentrations contained total phenol levels of 12.06, and 42.11 mg GAE gram extract respectively, as well as total flavonoid levels of 3.24 and 3.41 mg QE gram extract. Based on the test of the determination of phenol and flavonoid levels, methanol extract showed the highest value.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhea Fatma Azelia
"Latar belakang: Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang sering diderita dan menyebabkan kematian pertama di Indonesia. Modalitas umum untuk tatalaksana kanker paru seperti bedah, radioterapi, dan kemoterapi tergolong mahal dan menyebabkan efek samping. Teripang (Holothuria scabra) merupakan bahan alam Indonesia yang diketahui mengandung berbagai metabolit sekunder sebagai antikanker, namun masih terbatas penelitian yang dilakukan terhadap kanker paru di Indonesia.
Metode: Holothuria scabra dibuat menjadi ekstrak menggunakan pelarut etil asetat, n-heksana, dan etanol dengan metode maserasi. Dilanjutkan dengan uji fenol dan flavonoid total untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total ekstrak Holothuria scabra. Kemudian dilakukan uji MTT untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak Holothuria scabra terhadap sel kanker paru A549 dibandingkan dengan doxorubicin. Hasil: Holothuria scabra memiliki kadar fenol total secara berturut-turut pada ekstrak etil asetat, n-heksana, dan etanol sebesar 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; dan 12,408 ± 0,990 mgGAE/g namun tidak memiliki kadar flavonoid total. Holothuria scabra memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru A549 dengan nilai IC50 pada ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana secara berturut-turut sebesar 8,094 ± 5,079 μg/ml (aktif); 30,918 ± 8,455 μg/ml (sedang); dan 142,033 ± 30,180 μg/ml (sedang). Nilai IC50 doxorubicin sebesar 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung fenol sebagai senyawa antioksidan dan antikanker, tidak mengandung senyawa flavonoid, dan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru. Ekstrak n-heksana memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin, sementara ekstrak etil asetat dan etanol tidak memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin.
.....Introduction: Lung cancer is the first cause of cancer-related death in Indonesia. Common modalities for lung cancer treatment, such as surgery are relatively expensive and cause side effects. Sea cucumber (Holothuria scabra) is Indonesia’s natural ingredient which is known to contain various secondary metabolites as anticancer, however research conducted on lung cancer in Indonesia is still limited. Method: Holothuria scabra was made into extract using ethyl acetate, n-hexane, and ethanol solvent by maceration method. Followed by the total phenolic and flavonoid test to determine the total phenolic and flavonoid content of Holothuria scabra. Then the MTT test was performed to determine the cytotoxic activity of Holothuria scabra extract against A549 lung cancer cells.
Result: Holothuria scabra had total phenol content in ethyl acetate, n-hexane, and ethanol extracts of 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; and 12,408 ± 0,990 mgGAE/g, respectively, but did not have total flavonoid content. Holothuria scabra had cytotoxic activity against A549 cells with IC50 in ethanol, ethyl acetate, and n- hexane extracts of 8,094 ± 5,079 μg/ml; 30,918 ± 8,455 μg/; and 142,033 ± 30,180 μg/ml, respectively. IC50 of doxorubicin was 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Conclusion: Holothuria scabra contains phenolic as antioxidants and anticancer compounds, does not contain flavonoid compounds, and has cytotoxic activity against lung cancer cells. N-hexane extract has a significant difference in the ability to doxorubicin, while ethyl acetate and ethanol extracts does not have significant difference in their ability to doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Individu dengan faktor predisposisi tertentu dapat terserang infeksi Candida Spp. Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan sebagai penyebab kandidiasis sedangkan Candida krusei merupakan spesies yang menyerang individu dengan imunodefisiensi yang berat. Flukonazol merupakan terapi pilihan utama kandidiasis, akan tetapi sudah banyak ditemukan resistensi pada Candida albicans dan Candida krusei sendiri memiliki resistensi intrinsik terhadap flukonazol dengan angka resistensi global sebesar 78,3%. Amfoterisin B merupakan standar terapi kandidiasis sistemik, tetapi obat ini memiliki toksisitas yang tinggi terhadap ginjal. Oleh karena itu studi lebih lanjut mengenai agen antijamur alternatif pun diperlukan. Daun dan batang ketepeng cina (Senna alata L.) telah lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai agen antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina terhadap Candida albicans dan Candida krusei serta untuk mengetahui total kadar fenol dan flavonoid pada ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar dan mikrodilusi. Penetapan total kadar dilakukan secara kolorimetri, dengan reagen Folin- Ciocalteu untuk penetapan total kadar fenol dan aluminium klorida untuk penetapan total kadar flavonoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun ketepeng cina memiliki aktivitas antijamur Candida albicans yang lemah dan bergantung pada konsentrasi uji tetapi tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida krusei. Ekstrak batang tidak memiliki aktivitas antijamur baik terhadap Candida albicans maupun Candida krusei. Kuantifikasi total kadar fenol ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh hasil sebesar 94,08±0,36 dan 88,74±0,62 mgEAG/g ekstrak. Penetapan kadar total flavonoid ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh kadar sebesar 36,02±0,33 dan 21,39±0,11 mgEK/g ekstrak.

Individuals with certain predisposing factors can be infected by Candida Sp. Candida albicans is the species most found as the cause of candidiasis, while Candida krusei is the species that attacks individuals with severe immunodeficiency. Fluconazole is the main treatment of choice for candidiasis, however, currently resistance has been found in Candida albicans and Candida krusei itself has intrinsic resistance to fluconazole. Amphotericin B is the standard therapy for systemic candidiasis, but this drug has a high toxicity to the kidneys. Therefore, further studies are needed regarding alternative antifungal agents. The leaves and stems of Senna alata L. (ketepeng cina) have long been used traditionally as an alternative treatment of fungal infections. The aim of this study is to determine the antifungal activity of the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina against Candida albicans and Candida krusei and to determine the total phenolic and flavonoid content in the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina leaves and stems. The antifungal activity test was carried out by agar diffusion and microdilution methods. Determination of total phenol and flavonoid content was carried out by colorimetry using Folin-Ciocalteu reagent for determination of total phenol content and aluminium chloride for determination of total flavonoid content. The antifungal activity test results showed that the 70% ethanol extract of ketepeng cina leaf have antifungal that depends on the test concentration activity against Candida albicans, but not against Candida krusei.On the other hand, the 70% ethanol extract of ketepeng cina stem did not have antifungal activity against both Candida albicans and Candida krusei. Quantification of the total phenol content of 70% ethanol extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained results of 94.28 ± 0.36 and 88.79 ± 0.62 mgGAE/g extract, respectively. Determination of total flavonoid content of 70% ethanolic extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained levels of 36.02±0.33 and 21.39±0.11 mgQE/g extract, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>