Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Sagita Utami
"Radikal bebas dapat dihasilkan dari proses inflamasi pada kasus penyakit gagal ginjal kronis. Ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) diketahui memiliki kandungan flavonoid yakni kuersetin yang memiliki efek protektif dari pembentukan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum ekstrak etanol daun binahong terhadap kerusakan ginjal kronik pada tikus galur Sparague Dawley. Penetapan hewan model menggunakan metode Unilateral Ureteral Obstruction (UUO) kecuali pada kelompok kontrol normal yang diberi perlakuan operasi sham. Tikus dibagi menjadi 7 kelompok yakni K1 (kontrol normal = sham + cairan pembawa), K2 (kontrol negatif = UUO + cairan pembawa), K3 (kontrol positif = UUO + losartan 1,18 mg/200 grBB), K4 (kontrol pembanding = UUO + kuersetin 9,9 mg/200grBB), D1 (dosis uji 1 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 75 mg/kgBB), D2 (dosis uji 2 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 150mg/kgBB), dan D3 (dosis uji 3 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 300mg/kgBB). Masing-masing zat uji diberikan setelah satu hari perlakuan UUO selama 14 hari. Parameter yang akan diperiksa pada masing-masing kelompok yakni aktivitas enzim superoksida dismuthase (SOD), aktivitas enzim katalase, dan kadar malondialdehid (MDA). Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai kadar MDA dan aktivitas SOD antar kelompok perlakuan. Namun terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai aktivitas katalase antar kelompok perlakuan. Dosis optimum belum dapat ditentukan karena nilai RSD pada hasil masing-masing kelompok lebih dari 15%.

Free radicals can be produced from the inflammatory process in cases of chronic kidney failure. The ethanol extract of binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) is known to have a flavonoid content, quercetin which has a protective effect from the formation of free radicals. This study aims to determine the optimum dose of binahong leaf ethanol extract against chronic kidney damage in Sparague Dawley rats. Determination of animal models using the Unilateral Ureteral Obstruction (UUO) method except in the normal control group treated with sham operations. Rats were divided into 7 groups namely K1 (normal control = sham + carrier fluid), K2 (negative control = UUO + carrier fluid) K3 (positive control = UUO + losartan 1.18 mg / 200 grBW), K4 (comparative control = UUO + quercetin 9.9 mg / 200grBW), D1 (test dose 1 = UUO + ethanol extract binahong leaves 75 mg / kgBB), D2 (test dose 2 = UUO + extract Binahong ethanol leaves 150mg / kgBW), and D3 (test dose 3 = UUO + 300mg / kgBW leaves ethanol extract). Each test substance was given after one day of UUO treatment for 14 days. The parameters was examined in each group are the activity of the superoxide dismuthase (SOD) enzyme, catalase enzyme activity, and the level of malondialdehyde (MDA). The results showed there were no significant differences in the value of MDA levels and SOD activity between treatment groups. However, there were significant differences in the value of catalase activity between treatment groups. The optimum dose cannot be determined because the RSD value in this results of each group is more than > 15%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Karina
"Chronic kidney disease adalah suatu kondisi kerusakan ginjal atau seseorang dengan nilai eGFR kurang dari 60 ml/min/1.73m2 pada setidaknya dua kali pemerikasaan klinis dengan rentang waktu 90 hari. Metode UUO merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk hewan uji model chronic kidney disease. Salah satu mekanisme UUO dalam menggambarkan kondisi CKD pada hewan uji adalah melalui pembentukan ROS secara molekuler. Ekstrak etanol daun binahong diketahui memiliki senyawa antioksidan berupa kuersetin yang dapat melindungi ginjal dari kerusakan. Penelitian tentang efek pemberian ekstrak etanol daun binahong pada tikus model UUO masih jarang diakukan. Tujuan dilakukan percobaan kali ini adalah membuat hewan model UUO dan mengetahui dosis optimum dari ekstrak etanol daun binahong berdasarkan nilai serum kreatinin. Hewan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tikus galur Sparague-dawley sebanyak 21 ekor yang dibagi kedalam 7 kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif, kontrol pembanding, kelompok dosis 1, kelompok dosis 2, kelompok dosis 3. Parameter serum kreatinin diketahui setalah perlakuan UUO dan pemberian bahan uji dilakukan selama 14 hari. Dosis 150 mg/kg BB sebagi kelompok dosis 2 memiliki kemampuan yang optimum dalam mengurangi nilai serum kreatinin pada hewan model UUO.

Chronic kidney disease is a condition of kidney damage or someone with an eGFR value of less than 60 ml/min/1.73m2 at least twice the clinical examination with a span of 90 days. The UUO method is one method that can be used for animal models of chronic kidney disease. One mechanism of UUO in describing CKD conditions in test animals is through molecular formation of ROS. The ethanol extract of binahong leaves is known to have antioxidant compounds in the form of quercetin which can protect the kidneys from damage. Research on the effects of the administration of binahong leaf ethanol extract in UUO model mice is still rarely conducted. The purpose of this experiment is to make an animal model of UUO and find out the optimum dose of binahong leaf ethanol extract based on serum creatinine values. The animals used in this experiment were Sparague-Dawley strain rats with 21 animals divided into 7 groups, namely normal group, negative control, positive control, comparison control, dose group 1, dose group 2, dose group 3. Serum creatinine serum parameters it is known after the UUO treatment and the provision of test material carried out for 14 days. The dosage of 150 mg/kg body weight as group 2 has the optimum ability to reduce serum creatinine values in animal models of UUO."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Raisa Noor
"Fibrosis merupakan ciri khas dari chronic kidney diseases (CKD) dan model unilateral uereteral obstruction (UUO) mampu merekapitulasi semua fitur penting dari respon fibrogenik. Durasi induksi selama 2 minggu merupakan durasi induksi yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian dengan model hewan UUO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keparahan cedera ginjal seiring dengan perpanjangan durasi induksi dan untuk mengetahui efisiensi durasi induksi 2 minggu, ditinjau dari parameter uji. Parameter uji dalam penelitian ini adalah kadar serum kreatinin sebagai parameter fungsional ginjal, serta fraksi area fibrosis interstisial, skor fibrosis perivaskuler, dan ketebalan dinding arteri sebagai parameter struktural ginjal. Digunakan 18 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam 6 kelompok penelitian (n = 3); terdiri atas 3 kelompok induksi UUO dan 3 kelompok kontrol yang dioperasi palsu (sham), yang digunakan untuk pengujian efek durasi induksi 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu. Model UUO dibuat dengan melakukan pengikatan pada posisi proksimal dan distal ureter kiri lalu melakukan pemotongan di antara kedua situs pengikatan tersebut. Pengorbanan terhadap tikus kelompok UUO dan Sham dilakukan pada hari ke-7, hari ke-14, atau hari ke-21 setelah operasi, untuk selanjutnya dilakukan isolasi organ dan sampel darah yang dibutuhkan untuk analisis parameter uji. Tingkat keparahan cedera ginjal meningkat seiring dengan perpanjangan durasi induksi, dengan tingkat cedera ginjal ditemukan paling tinggi pada kelompok yang diinduksi selama 3 minggu. Induksi 2 minggu efisien apabila ditinjau dari parameter fibrosis perivaskuler dan kadar serum kreatinin.

Fibrosis is a characteristic of chronic kidney disease (CKD) and the unilateral ureteral obstruction (UUO) model is able to recapitulate all the important features of a fibrogenic response. Two weeks induction is widely used in various studies using UUO as an animal model. This study aims to evaluate the severity of kidney injury as a result of prolongation of induction and to determine the efficiency of 2 weeks induction, judged from the test parameters. Besides from serum creatinine levels as kidney functional parameter, interstitial fibrosis area fraction, perivascular fibrosis score, and arterial wall thickness were used as kidney structural parameters. 18 Sprague-Dawley strain male rats were divided into 6 study groups (n = 3); consisted of 3 UUO-induced groups and 3 sham-operated groups as a control group. The groups were used to evaluate the effects of induction duration of 1 week, 2 weeks and 3 weeks. The UUO model was made by making a knot at the proximal and distal position of the left ureter, then cutting the ureter area between the two sites. Sacrifices of the UUO and Sham group rats were carried out on the 7th, 14th, or the 21st day after the surgery, to isolate the organ and blood sample needed for parameters analysis. The severity of kidney injury increased as a prolongation of induction duration was done, with kidney injury rates found highest in the 3 weeks-induced group. 2-weeks induction was efficient when viewed from the parameters of perivascular fibrosis and serum creatinine levels."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Benny Christian
"Pendahuluan Salah satu penyebab komplikasi DM tipe 2 adalah terjadinya peningkatan radikal bebas yang berujung pada kerusakan organ akibat stres oksidatif yang dapat dilihat pada mikrovaskular, salah satunya ginjal. Daun kari memiliki aktivitas antioksidan yang mampu menetralkan radikal bebas sehingga mengurangi stres oksidatif. Metode Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental pada hewan coba yaitu tikus. Pengukuran dilakukan pada kadar malondialdehida dan aktivitas enzim katalase yang termasuk dalam biomarker stres oksidatif. Pengukuran dilakukan dengan metode spektrofotometri Hewan coba terbagi dalam lima kelompok yaitu kelompok normal, diabetes, diabetes dengan pemberian ekstrak daun kari 200 mg/KgBB/hari, pemberian 400 mg/KgBB/hari dan pemberian glibenklamid. Hasil Kadar MDA pada jaringan ginjal tikus DM tipe 2 dengan pemberian ekstrak daun kari dengan dosis 200 mg/KgBB/hari mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tikus diabetes tanpa intervensi (p = 0,003) dan tikus diabetes dengan pemberian glibenklamid (p = 0,012) dengan batas kemaknaan p < 0,05 sedangkan dosis 400 mg/KgBB/hari tidak memberikan hasil yang signifikan. Pemberian ekstrak daun kari pada berbagai dosis tidak memberikan hasil yang signifikan pada kenaikan aktivitas katalase dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan Pemberian ekstrak etanol daun kari dosis 200 mg/KgBB/hari memberikan penurunan kadar MDA dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif glibenklamid.

Introduction One of the causes of complications on type 2 diabetes is the increase in free radical that lead to organ damage due to oxidative stress. This damage can be seen in microvascular complications, one of them is kidney. Curry leaves have antioxidant capacity that is able to neutralize free radicals thereby reduce the oxidative stress. Method This study was conducted with an experimental design in animals, mice. Measurement were made on the levels of malondialdehyde and the activity of catalase enzyme which are oxidative stress biomarker. Measurements were done with spectrophotometry. The experimental animal were divided to five groups namely normal, diabetes, diabetes with curry leaf extract in high and low dose, and diabetic with glibenclamide administration. Result MDA level in kidney tissue of type 2 diabetic mice with curry leaf extract administration in dose 200 mg/KgBW/d experienced a significant decrease compared to diabetic mice without intervention (p=0,003) and diabetic mice with glibenclamide administration (p=0.012) with a significance limit at p<=0,05 while at dose 400 mg/KgBW/d did not give significant results. Curry leaf extract at various doses did not give any significant results on the increase of catalase activity compared to other groups. Discussion Curry leaf extract administration at dose 200 mg/KgW/d reduce MDA level than negative (diabetes without any administration) and positive (glibenclamide administration) control group."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
"Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol.

Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Alicia Theresia
"Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan kondisi dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Penurunan LFG mengaktivasi Sistem-Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) dan menyebabkan penumpukan toksin uremik yang meningkatkan stres oksidatif. Irbesartan adalah obat yang berperan dalam inhibisi RAAS dan diduga memiliki peranan dalam menurunkan stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui efek antioksidan Irbesartan dan pengaruhnya terhadap stres oksidatif jantung dan serum tikus model PGK metode 5/6 nefrektomi melalui pengukuran kadar malondialdehid.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan jantung dan serum tikus tersimpan. Sampel terdiri atas 3 kelompok, yaitu sham (S, jantung dan serum: n=4), nefrektomi 5/6 (N, jantung: n=4; serum: n=3) dan nefrektomi 5/6 dengan pemberian Irbesartan 20 mg/kgBB/hari selama 4 minggu (N+I, jantung dan serum: n=4). Kemudian dilakukan pengukuran kadar malondialdehid melalui uji Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay (TBARS) pada jaringan tersimpan. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS v25.0 menggunakan uji One-Way ANOVA.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p>0,05) antara ketiga kelompok pada pemeriksaan kadar malondialdehid jantung dan serum tikus (jantung: p=0,060; serum: p=0,162).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar malondialdehid jantung dan serum tikus model PGK metode 5/6 nefrektomi dengan dan tanpa pemberian Irbesartan.

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a condition that triggers a decrease in glomerular filtration rate. The reduction can activate Renin-Angiotensin-Aldosterone System (RAAS) and leads to an accumulation of oxidative stress. Irbesartan is a drug that functions to inhibit RAAS and is thought to have an effect on lowering the oxidative stress.
Objectives: To understand irbesartan’s antioxidant effects and its impact on oxidative stress in cardiac tissues and serum on rat models of 5/6 nephrectomy-induced CKD through the measurement of malondialdehyde levels.
Methods: This study is an experimental study utilizing stored heart and serum. The samples consists of three groups, which are Sham (S, heart and serum: n=4), 5/6 nephrectomy (N, heart: n=4; serum: n=3), and 5/6 nephrectomy administered with Irbesartan 20 mg/kgW/day for 4 weeks (N+I, heart and serum: n=4). Statistical analyses were done using SPSS v25.0 and examined using One-Way ANOVA.
Results: There were no significant results between the three groups based on the levels of heart and serum malondialdehyde (heart: p=0.060; serum: p=0.162).
Conclusion: There were no significant differences in the levels of heart and serum malondialdehyde on rat models of 5/6 nephrectomy-induced CKD with the administration of Irbesartan compared and without the administration of Irbesartan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Caecilia Stevi Harman
"Latar Belakang: Penyakit - penyakit kronik menduduki prevalensi tertinggi penyebab mortalitas penduduk di dunia. Peningkatan penyakit ginjal kronik sebagai penyebab kematian dunia sangat pesat dan menduduki tingkat kedua dibawah HIV/AIDS. Selain itu, progresi penyakit ginjal ke seringkali tidak disadari oleh penderita. Produksi radikal bebas dan factor risiko tradisional dari gagal ginjal seperti hipertensi, dyslipidemia dapat menyebabkan komplikasi ke bagian tubuh lainnya, terutama sistem kardiovaskular. Keap1 adalah sistem pendeteksi keseimbangan redoks utama dalam tubuh dan jalur Nrf2/ARE yang bergantung pada regulasi Keap1 menghasilkan antioksidan dalam tubuh. Mastin merupakan ekstrak kulit manggis yang diduga mengandung ?-mangostin yang telah terbukti mempunyai efek kardioprotektif. Dibutuhkan penelitian untuk mengetahui apakah mastin bertindak pada jalur Keap1/Nrf2 yang merupakan jalur yang menghasilkan antioksidan penangkal radikal bebas dalam tubuh.
Metode: Tikus percobaan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok normal N , kelompok 5/6 nefrektomi Nx dan kelompok 5/6 nefrektomi yang diberi mastin NxM dengan dosis ?-mangostin 200 mg/kgBB/hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu, tikus di dekapitasi dan diambil jaringan jantungnya. Digunakan metode One-Step real-time RT-PCR pada hasil sintesis cDNA jantung tikus agar mendapatkan expresi relatif dari gen Keap1.
Hasil: Ekspresi gen Keap1 meningkat secara signifikan pada kelompok tikus Nx p < 0.05 , sedangkan ekspresi gen Keap1 menurun secara tidak signifikan pada kelompok tikus yang telah diberi mastin p > 0.05.
Kesimpulan: Peningkatan ekspresi relative gen Keap1 pada kelompok Nx disebabkan karena disfungsi Keap1 yang disebabkan karena inflamasi kronik dan produksi radikal bebas yang sangat tinggi. Ditemukan juga bahwa pemberian mastin tidak berpengaruh pada jalur Keap1.

Background: As the disease profile of the world changes, the leading cause of mortality in the world is chronic disease. The steep rise of chronic kidney disease as cause of mortality is just second to HIV AIDS. Chronic kidney disease CKD has a high burden profile because o fits expensive treatment cost and its 'silent' epidemic in which the patients are often not aware of its progression. Generation of Reactive Oxygen Species ROS and the presence of traditional risk factors of CKD such as hypertension and dyslipidemia can cause systemic complication, expecially cardiovascular complication. Keap1 is the main redox signalling in the human body and Keap1 dependent pathway of Nrf2 ARE activation generates antioxidant in the body. Mastin is a mangosteen peel extract that contains mangosteen which has proven to be cardioprotective. A research is needed to find out whether mastin acts on Keap1 Nrf2 pathway which is the main pathway that generates antioxidant against ROS in the human body.
Method: Rats are divided into three groups which are normal group N , nephrectomy group Nx and nephrectomy group that is administered with mastin NxM with mangostin dosing of 200 mg kgBW day. After 8 weeks, rats will be decapitated and their heart tissue extracted and homogenized. The cDNA synthesized from the heart tissue will then be measured for the relative expression of keap1 gene using qRT PCR.
Results: The relative expression of keap1 gene increases significantly p 0,05 in the Nx group while the relative expression decreases not signicantly in the NxM group. p 0,05.
Conclusions: The increase of Keap1 gene expression in the nephrectomy group is due to the dysfunction of keap1 because of chronic inflammation and high ROS production because of subsequent tissue injury. Mastin administration does not affect the Keap1 pathway.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafissa Amanda Safinati Yani
"

Latar belakang: Riset Kesehatan Dasar 2018 menemukan bahwa 38/10.000 penduduk Indonesia berusia >15 tahun menderita penyakit ginjal kronis (PGK). Morbiditas dan mortalitas utama pada penderita PGK disebabkan karena sindrom kardiorenal tipe 4. Toksin urea pada penderita PGK dapat menyebabkan inflamasi sistemis serta perburukkan stres oksidatif, mengakibatkan disfungsi endotel dan aterosklerosis yang bisa berujung pada penyakit kardiovaskuler. Sejumlah studi menemukan bahwa simvastatin memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang ditunjukkan dengan penurunan malondialdehid (MDA), penanda tidak langsung inflamasi dan stres oksidatif.  

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian simvastatin dan pengaruhnya terhadap stres oksidatif pada tikus model PGK melalui pengamatan kadar MDA di jantung dan serum.

Metode: Tikus Sprague-Dawley (n=12) dibagi secara acak menjadi 3 kelompok: kelompok sham (S), model PGK melalui metode 5/6 nefrektomi (N), dan model PGK dengan pemberian simvastatin 10 mg/kgBB selama 4 minggu (NS). Pengukuran kadar MDA jantung dan serum dilakukan melalui Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay. Data selanjutnya diolah melalui uji One-Way Anova.

Hasil: Ditemukan rerata kadar MDA jantung sebagai berikut: S=1,3708 nmol/mg protein; NS=1,2574 nmol/mg protein; dan N=0,4129 nmol/mg protein. Ditemukan rerata kadar MDA serum sebagai berikut: NS=1,5924 nmol/ml; N=1,2667 nmol/ml; dan S=1,2171 nmol/ml. Temuan pada penelitian ini bertentangan dengan teori yang sudah ada. Meski demikian, perbedaan kadar MDA antarkelompok pada penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p>0,05).  

Simpulan: Tidak terdapat perbedaan kadar MDA yang bermakna secara statistik baik pada kelompok S, kelompok N, dan kelompok NS.


Introduction: Riset Kesehatan Dasar 2018 found that 38/10.000 Indonesian population aged >15 years were suffering from Chronic Kidney Disease (CKD). CKD patients’ morbidity and mortality are majorly caused by type 4 cardiorenal syndrome. Urea toxin in CKD patients can cause systemic inflammation and oxidative stress, causing endothelial dysfunction and atherosclerosis that can lead to cardiovascular diseases. Several studies found that simvastatin had antiinflammatory and antioxidant effects, shown by the reduction of malondyaldehyde (MDA), an indirect inflammatory and oxidative stress marker.

Objective: This research aims to determine the effects of simvastatin administration on oxidative stress in CKD rat model by measuring cardiac and serum MDA levels.

Method: Sprague-Dawley rats (n=12) were randomly divided into 3 groups: sham (S), CKD model by 5/6 nephrectomy (N), and CKD model with 10 mg/kgBB simvastatin administration for 4 weeks (NS). Cardiac and serum MDA levels were measured using Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay. Data collected were analyzed using One-Way Anova test.

Results: The average cardiac MDA levels found were as followed: S=1.3708 nmol/mg protein; NS=1.2754 nmol/mg protein; and N=0.4129 nmol/mg protein. The average serum MDA levels found were as followed: NS=1.5924 nmol/ml; N=1.2667 nmol/ml; and S=1.2171 nmol/ml. These findings contradict existing theories. However, the differences among treatments and MDA levels are not statistically significant (p>0.05).

Conclusion: There isn’t statistically significant difference among the MDA levels in the S, the N, and the NS group

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Putri Luciana
"

Latar belakang:Penyebab utama kematian pasien penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyakit kardiovaskular. Stres oksidatif merupakan mediator dalam patogenesis sindrom kardiorenal. Terapi kombinasi penghambat reseptor angiotensin dan statin dapat dipertimbangkan dalam manajemen pasien PGK karena pendekatannya berbeda dalam menekan stres oksidatif.

Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek irbesartan dan simvastatin terhadap penurunan stres oksidatif melalui pengamatan kadar malondialdehid (MDA) jantung dan serum tikus PGK.

Metode:Penelitian ini menggunakan jantung dan serum tersimpan dari tikus jantan galur Sprague-Dawley yang telah diberikan perlakuan pada penelitian sebelumnya. Terdapat 3 kelompok yakni kontrol normal (sham; n=4), nefrektomi 5/6 (Nx; n=4), dan nefrektomi 5/6 + terapi irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + Ir-Si; n=4). Kadar MDA sampel jantung dan serum tersimpan diukur dengan metode TBARS. Data dianalisis dengan SPSS menggunakan uji One-Way Anova. Nilai p ≤0.05 dianggap bermakna secara statistik.

Hasil:Pemberian irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu menyebabkan kadar MDA yang cenderung meningkat namun tidak bermakna pada organ jantung (p=0,069) dan serum (p=0,091) tikus PGK.

Simpulan:Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus PGK yang diberi terapi kombinasi irbesartan dan simvastatin dengan kelompok tikus PGK tanpa terapi terhadap hasil rerata kadar MDA jantung dan serum tikus.


Background:Cardiovascular disease is the main cause of mortality in chronic kidney disease(CKD). Oxidative stress is one of the mediators in cardiorenal syndrome. Combined angiotensin-receptor blockers and statins can be considered in CKDmanagement. 

Purpose:This study aims to determine the effect of irbesartan-simvastatin on reducing oxidative stress by observing malondialdehyde (MDA)levels in the heart and serum of CKD rats model.

Methods:This study uses stored heart tissue and serum from male Sprague-Dawley rats, those had been given treatment in previous study. There are 3 groups which are normal control (sham; n=4), untreated 5/6 nephrectomy (Nx; n=4), and 5/6 nephrectomy + irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day (Nx + Ir-Si; n=4).MDAlevels were measured using TBARS methods. Data were analyzed with SPSSusing One-Way Anova test. p value ≤0.05 is considered statistically significant.

Results:Combined therapy of irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day for 4 weeks caused a tendency in malondialdehyde levels to increase but not statistically significant in heart (p=0.069) and serum (p=0.091)of CKD rats model.

Conclusion:There were no significant differences between group of CKD rats with combined therapy of irbesartan-simvastatin and group of CKD rats without therapy on the MDA levels in heart and serum.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Firda Harjono
"Latar Belakang
Obesitas telah menjadi perhatian global sebagai salah satu manifestasi malnutrisi, terutama di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Prevalensi obesitas yang terus meningkat berkontribusi pada penyakit tidak menular. Akumulasi lemak berlebih pada kondisi obesitas meningkatkan stres oksidatif yang dapat bermanifestasi pada kerusakan ginjal. Katalase merupakan salah satu enzim antioksidan yang berfungsi dalam mengurangi stres oksidatif akibat ROS, terutama akibat hidrogen peroksida (H2O2). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi ekstrak etanol biji ketumbar (Coriandrum Sativum L.) sebagai sumber antioksidan yang dapat meningkatkan aktivitas spesifik enzim katalase pada ginjal tikus Rattus norvegicus obesitas.
Metode
Penelitian eksperimental in vivo ini menggunakan tikus Wistar jantan (Rattus norvegicus) yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu pertama, kemudian diberikan 100 mg/kgBB ekstrak etanol biji ketumbar selama 12 minggu selanjutnya. Ginjal tikus diambil lalu dihomogenasi. Pengukuran kadar protein total menggunakan metode Warburg-Christian dengan kurva standar menggunakan Bovine Serum Albumin (BSA). Aktivitas enzim katalase diukur menggunakan phosphate-buffered saline (PBS) 0,05M pH 7 dan pengukuran aborbansi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 210 nm. Analisis statistik menggunakan IBM SPSS statistics 25 dengan p=0,05 sebagai acuan.
Hasil
Terdapat peningkatan signifikan aktivitas spesifik enzim katalase pada kelompok ketumbar dibandingkan kelompok obesitas yang diberikan ketumbar (p=0,006), peningkatan tidak signifikan kelompok ketumbar dibandingkan kelompok kontrol (p=0,068), dan peningkatan tidak signifikan kelompok obesitas yang diberikan ketumbar dibandingkan kelompok obesitas (p=0,078).
Kesimpulan
Pemberian esktrak etanol biji ketumbar meningkatkan aktivitas enzim katalase pada ginjal tikus yang tidak obesitas maupun obesitas. Terdapat potensi antioksidan pada ekstrak etanol biji ketumbar yang lebih baik pada kelompok yang tidak obesitas dibandingkan kelompok yang obesitas.

Introduction
Obesity has become a global concern as one manifestation of malnutrition, particularly in low- and middle-income countries. The rising prevalence of obesity contributes to non- communicable diseases. Excess fat accumulation in obesity increases oxidative stress, which can lead to kidney damage. Catalase is an antioxidant enzyme that reduces oxidative stress caused by ROS, particularly hydrogen peroxide (H2O2). This study aims to explore the potential of coriander seed ethanol extract (Coriandrum sativum L.) as an antioxidant source that can enhance specific catalase enzyme activity in the kidneys of obese Rattus norvegicus rats.
Method
This in vivo experimental study used male Wistar rats (Rattus norvegicus), which were fed a high-fat diet for the first 12 weeks, followed by 100 mg/kgBW coriander seed ethanol extract for the next 12 weeks. Rat kidneys were taken and homogenized. Total protein levels were measured using the Warburg-Christian method with a standard curve using Bovine Serum Albumin (BSA). Catalase enzyme activity was measured using 0.05M phosphate-buffered saline (PBS) at pH 7, and absorbance was measured by spectrophotometry at a wavelength of 210 nm. Statistical analysis was performed using IBM SPSS Statistics 25 with a significance level of p=0.05.
Results
There was a significant increase in specific catalase enzyme activity in the coriander group compared to the obese group that received coriander (p=0.006), a non-significant increase in the coriander group compared to the control group (p=0.068), and a non- significant increase in the obese group that received coriander compared to the obese group (p=0.078).
Conclusion
Administration of coriander seed ethanol extract increased catalase enzyme activity in both non-obese and obese rat kidneys. The antioxidant potential of coriander seed ethanol extract appears more effective in the non-obese group compared to the obese group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>