Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qurrota A`yun
"Tambak di Blanakan, Subang merupakan tambak tradisional yang mengandalkan pakan alami sebagai pakan biota. Oleh karena itu keberadaan serasah mangrove sangat penting bagi tambak di Blanakan, karena dapat meningkatkan produktivitas dan kesuburan tambak. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung produktivitas dan kandungan nutrien (N dan P) pada serasah Avicennia sp. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei dan Agustus 2018 dan bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan kandungan nutrien (N dan P) pada serasah Avicennia sp. serta hubungan antara kedua faktor tersebut dan parameter lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan di pertambakan Blanakan, Subang, Jawa Barat pada siang hari dan menggunakan littertrap untuk menampung serasah pada masing - masing tambak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi serasah yang diproduksi oleh Tambak 1 yaitu 2,15 gr/m2/hari, Tambak 2 yaitu 2 gr/m2/hari dan Tambak 3 yaitu 1,7 gr/m2/hari. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan terdapat korelasi yang lemah antara variabel independen (produktivitas serasah mangrove dan parameter lingkungan) dengan kandungan N dan P. Namun dilain sisi, terdapat korelasi yang kuat antara curah hujan dengan kandungan P.

Blanakan ponds are traditional brackish water ponds that rely on natural feed for biota. Therefore the existence of mangrove leaflitter is very important for Blanakan ponds, because it can increase productivity and fertility of ponds. The purpose of this research is to calculate productivity and nutrient content (N and P) of Avicennia sp. leaflitter. This research was conducted in April, Mei and August 2018 and aimed to determine the relationship between the productivity of mangrove and nutrient content (N and P) of Avicennia sp. litterfall. Samples were collected in Blanakan, Subang, West Java, using leaflitter trap in each ponds.
The result showed that the amount of leaflitter produced by Pond 1 was 2,15 gr/m2/day, Pond 2 was 2 gr/m2/day and Pond 3 was 1,7 gr/m2/day. Based on correlation analysis it showed that there were weak correlation between independent variabel (the production of mangrove and environment parameter) and nutrien (N and P) content. However there was strong correlation between rainfall and nutrien (P) content.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khorimatun
"Penelitian struktur komunitas mangrove asosiasi di kawasan tambak silvofishery Blanakan telah dilakukan sejak Februari hingga Agustus 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan struktur komunitas mangrove asosiasi yang dekat dan jauh dari sumber polutan logam berat di kawasan tambak silvofishery Blanakan, Subang, Jawa Barat, meliputi komposisi jenis, keanekaragaman, kemerataan, dominansi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, penutupan relatif, dan Indeks Nilai Penting (INP). Data komunitas mangrove asosiasi diambil dari 3 stasiun, yang masing-masing terdiri atas 3 tambak. Pengambilan data di setiap tambak dilakukan dengan metode belt transect berukuran 1m × 100m sejumlah 4 belt transect. Pengukuran faktor abiotik dilakukan di setiap tambak. Mangrove asosiasi diidentifikasi dan dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan Pielou, indeks dominansi Simpson, Kerapatan Relatif jenis, Frekuensi Relatif jenis, Penutupan Relatif jenis, dan Indeks Nilai Penting. Hasil penelitian diperoleh 19 jenis mangrove asosiasi dari 12 suku. Komposisi jenis komunitas mangrove asosiasi di stasiun II yang berada jauh dari sumber polutan logam berat, lebih banyak dibandingkan di stasiun I dan III yang berada dekat dengan sumber polutan logam berat. Keanekaragaman jenis mangrove asosisasi tinggi sementara penyebaran jenis hampir merata di setiap stasiun. Namun, tidak terdapat jenis yang mendominasi komunitas tersebut. Komunitas mangrove asosiasi dalam keadaan stabil dan faktor abiotik masih mendukung keberadaan komunitas tersebut. Chloris barbata Sw. (vide Bor) memiliki kerapatan relatif tertinggi sebesar 41,13% pada stasiun I. Ischaemum muticum memiliki frekuensi relatif tertinggi sebesar 28,59% pada stasiun I. Pluchea indica L. memiliki INP sebesar 73,65% pada stasiun II. Sesuvium portulacastrum L. memiliki penutupan relatif tertinggi sebesar 50,12% dan INP tertinggi sebesar 99,81% pada stasiun III.

Community structure study of associated mangrove at Blanakan Silvofishery Pond was done from February until August 2019. The purpose of this study is to know and compare the community structure of associated mangrove near and far from the source of heavy metal pollutants in the Blanakan silvofishery pond area, Subang, West Java, including species composition, diversity, evenness, dominance, relative density, relative frequency, relative closure, and Important Value Index (IVI). Data of associated mangrove community were collected from 3 stations and each station consist of 3 ponds. The sampling community data on each pond was done using belt transect method with 1 × 100 square meter as many as 4 belt transects. Measurement of abiotic factors was done on each pond. Associated mangrove were identified and analyzed using the Shannon-Wiener diversity index, Pielou evenness index, Simpson dominance index, Species Relative Density, Species Relative Frequency, Species Relative Closure, and Important Value Index. The results showed that there were 19 species of associated mangrove from 12 families. The species composition of the associated mangrove community at station II which far from the sources of heavy metal pollutants, more than in station I and III which are close to the sources of heavy metal pollutants. Species diversity of associated mangrove is high while species distribution is almost evenly distributed at each station. However, there is no dominant species in community. The associated mangrove community was in stable condition and the abiotic factors still support the existence of the community. Chloris barbata Sw. (vide Bor) has the highest relative density, as many as 41,13% at station I. Ischaemum muticum has highest relative frequency, as many as 28,59% at station I. Pluchea indica L. has IVI as many as 73,65% at stasion II. Sesuvium portulacastrum L. has the highest relative closure as many as 50,12% and the highest IVI as many as 99,81% at station III.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufairah Hartanti
"Hutan mangrove Blanakan memiliki daya tarik wisata seperti memiliki jenis mangrove dan fauna yang beranekaragam, tempat pelelangan ikan terpadu, penangkaran buaya, upacara Nadran dan Sisingaan. Berdasarkan data kunjungan wisatawan, jumlah wisatawan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, daya dukung fisik kawasan wisata seperti membatasi jumlah maksimal pengunjung yang datang perlu diperhitungkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kawasan ekowisata berdasarkan aspek biofisik, sosial, dan ekonomi; daya dukung fisik kawasan wisata; dan membuat strategi pengembangan ekowisata. Metode penelitian yang digunakan adalah mix method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi biofisik ini ditinjau dari jenis-jenis mangrove yang didominasi oleh Avicennia marina, indeks keanekaragaman fauna mangrove masuk dalam kategori sedang, indeks vegetasi kerapatan mangrove lebat, kondisi amenitas yang masih harus diperbaiki, serta aksesibilitas yang kurang memadai dan perlu diperbaiki. Keberadaan kawasan ekowisata mangrove Blanakan menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat Blanakan. Masyarakat banyak yang menggantungkan hidupnya di kawasan ekowisata ini dengan berperan sebagai penyedia jasa wisata, keamanan, kebersihan, penyelenggara budaya, dan penanaman mangrove. Indeks kepuasan pengunjung dalam kategori kurang puas. Berdasarkan analisis daya dukung fisik kawasan wisata, jumlah pengunjung yang datang belum melampaui batas daya dukung fisik kawasan wisata. Strategi pengembangan ekowisata adalah membuat program-program wisata, melibatkan masyarakat setempat di lokasi wisata, membuat dan memperbaiki sarana dan prasarana, memperbaiki aksesibilitas, mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat di bidang ekowisata, membuat tata tertib wisata.

Blanakan mangrove forest has good tourist attractions such as having various types of mangroves and fauna, integrated fish auction sites, crocodile breeding, Nadran and Sisingaan ceremonies. Based on tourist visits data, the number of tourists from year to year has increased. This is feared to cause environmental damage. Therefore, to avoid further damage, efforts on limiting the physical carrying of tourist areas. This study aims to analyze the condition of the ecotourism area based on biophysical, social and economic aspects; physical carrying capacity of tourist areas and make a strategy for developing ecotourism. The method of the research is quantitative and qualitative methods. The result showed that the types of mangrove dominated by Avicennia marina, the index of mangrove fauna diversity was in the moderate category, vegetation induction of dense mangrove density, the facilities and infrastructures still had to be repaired, and inadequate accessibility and needed repairs. The existence of the Blanakan mangrove ecotourism area creates new jobs for the Blanakan community. Many people depend their lives on this ecotourism area by acting as a provider of tourism services, security, cleanliness, cultural organizers, and planting of mangroves. The visitor satisfaction index in the category was less satisfied. Based on the analysis of the physical carrying capacity of the tourist area, the number of visitors who come has not exceeded the physical carrying capacity of the tourist area. The strategy are make tourism programs, involve the local community in tourist sites, create and improve facilities and infrastructure, improve accessibility, provide guidance and training to the community in the field of ecotourism, make tourism rules."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Octavia
"ABSTRACT
Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra perikanan di Provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu kawasan tambak terbesar, penting untuk menjaga kualitas perairan tambak di Blanakan, Kabupaten Subang. Produktivitas Primer dapaat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu ekosistem, termasuk perairan tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai produktivitas primer serta kandungan unsur hara dan kelimpahan fitoplankton pad perairan tambak di Blanakan. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun penelitian dan masing-masing terdiri dari 3 titik kedalaman, yaitu 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m. Pembagian stasiun didasari pada vegetasi mangrove masing masing tambak, stasiun I memiliki vegetasi Avicennia marina, stasiun II Rhizopora mucronata, dan stasiun III memiliki vegetasi campuran kedua jenis dalam 1 tambak. Nilai produktivitas primer dilakukan menggunakan metode botol gelap-terang. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai produktivitas primer yang berkisar antara 152,083 ndash; 260,417 mgC/m3/hari dengan rata-rata tertinggi diperoleh pada stasiun I dan terendah pada stasiun III. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai produktivitas primer antar stasiun tidak berbeda signifikan. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearsondiketahui bahwa produktivitas primer berkorelasi sangat kuat terhadap unsur hara nitrat, fosfat, klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton.

ABSTRACT
Subang regency is one of the largest fisheries area in West Java. As one of the largest fishpond area in West Java, it is important to maintain the quality of fishpond area in Blanakan, Subang. Primary productivity can be used to defined the quality of an ecosystem include fishpond. The aim of this research was to measure the value of primary productivity in Blanakan fishpond, know the correlation among phytoplankton abundance, nitrate, phosphate, and chlorophyl a with primary productivity, and analyze the significance differences of primary productivity among three stations. The samples were collected from three sampling station based on its mangrove vegetation, station I consists of Avicennia marina, station II Rhizopora mucronata, while station III is a mixed mangrove vegetation fishpond consists of Avicennia marina and Rhizopora mucronata. Each of the stations were divided into three points based on different depth which consist of 0,5 meters, 1 meters, and 1,5 meters. The measurement of primary productivity was done by light dark bottle method. Meanwhile, the concentration of nitrate, phosphate and chloropyl a were measured by spectrophotometer method. The result showed that the value of primary productivity ranged from 152,083 to 260,417 mgC m3 day with the highest value obtained at station I and the lowest value at station III. According to statistical test, there is no significance differences of primary productivity value among three stations. Correlation analysis also showed that primary productivity was correlated strongly with niitrate, phosphate, chloropyl a and phytoplankton abundance. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Suwanto
"Beberapa daerah pesisir telah terlihat adanya kerusakan hutan mangrove yang parah akibat penebangan ataupun karena telah dirombak untuk dijadikan lahan pertanian, industri, pelabuhan, pemukiman dan pertambakan Masalah dalam penelitian ini adalah apakah perubahan luasan dan keanekaragaman mangrove berpengaruh terhadap pendapatan dari hasil tangkapan nelayan atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara perubahan luasan mangrove dan keanekaragaman mangrove dengan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Metode yang digunakan terdiri atas penginderaan jauh, survey, wawancara dan analisis SWOT. Perubahan luasan kawasan mangrove pada tiap lokasi bervariasi dan menunjukkan fluktuasi. Indeks keanekaragaman masuk pada keanekaragaman mangrove sedang. Pendapatan dan hasil tangkapan di tiga kecamatan bervariasi dan menunjukkan hubungan linear. Perubahan luasan mangrove secara signifikan diperkirakan memengaruhi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Namun nilai indeks keanekaragaman tidak menunjukkan adanya hubungan dengan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Dengan demikian pengelolaan mangrove secara berkelanjutan sangat diperlukan di masa mendatang.

Some coastal areas have been seen experiencing severe damage to mangrove forests due to logging or because they have been remodeled to be used as agricultural land, industry, ports, settlements and aquaculture. The problem in this study is whether changes and diversity of mangrove in the area affect the catch and income of fishermen or not. The purpose of this study was to evaluate the relationship between area changes and diversity of mangrove on catch and income of fishermen. The method used consists of remote sensing, survey, interview and SWOT analysis. Changes in the mangrove area at each location varied and showed fluctuations. The diversity index is included in the moderate mangrove diversity. Incomes and catches in the three districts vary and show a linear relationship. Significant changes in mangrove area are expected to affect the catch and income of fishermen. However, the diversity index value does not show a relationship with the catch and income of fishermen. Thus, sustainable management of mangroves is very much needed in the future."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Cahya Sakina
"

Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang merupakan desa yang terletak di daerah pesisir, dihuni oleh masyarakat yang mayoritasnya bekerja sebagai petani dan nelayan.  Hanya sedikit yang memiliki pekerjaan tetap.  Pada tahun 2017, Desa tersebut dikembangkan ekowisata mangrove dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan mangrove, baik generasi muda maupun generasi tua.  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan waktu dari generasi muda dan generasi tua yang tinggal di sekitar ekowisata.  Waktu yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu pada hari kerja dan hari libur.  Variabel yang digunakan adalah titik, arah, dan jarak.  Metode analisis menggunakan pendekatan Lund Time Geography Approach dan analisis spasial.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan berdasarkan situasi aktivitas, masyarakat pesisir dipengaruhi oleh capacity constraint.  Di ekowisata mangrove, generasi muda hanya memanfaatkannya pada hari libur, sebaliknya generasi tua memanfaatkannya pada hari kerja dan hari libur.  Menurut situasi geografi, masyarakat pesisir generasi muda memiliki pergerakan yang tidak terbatas dan lebih jauh, sedangkan generasi tua memiliki pergerakan yang terbatas dan hanya di sekitar tempat tinggalnya.  Hal tersebut dipengaruhi oleh usia.

 


Sukakerta Village, Cilamaya Wetan District, Karawang Regency is a village located in a coastal area, inhabited by people, the majority of whom work as farmers and fishermen. Only a few have permanent jobs. In 2017, the village was developed for mangrove ecotourism by involving the community around the mangrove area, both the younger and older generations.  The purpose of this study was to analyze the time utilization of the younger and older generations living around ecotourism. The time used is divided into two, namely on weekdays and holidays. The variables used are point, direction, and distance. The analysis method uses the Lund Time Geography Approach and spatial analysis. The results of this study indicate that based on the activity situation, coastal communities are influenced by capacity constraints. In mangrove ecotourism, the younger generation only uses it on holidays, while the older generations use it on weekdays and holidays. According to the geographic situation, the young generation of coastal communities has unlimited and further movement, while the older generation has limited movement and only around their homes. This is influenced by age.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abi Fajar
"Hutan mangrove atau yang biasa disebut bakau merupakan hutan yang mempunyai khasnya tersendiri karena jenis tumbuhan yang hanya bisa hidup di kawasan hutan yang merupakan daerah perbatasan antara daratan dan lautan. Pada sepanjang pesisir Indonesia terdapat berbagai tipe dari vegetasi seperti bakau atau mangrove. Dilansir dari media antara news, kondisi Mangrove di pesisir utara pulau jawa mengalami kerusakan diakibatkan oleh cuaca dan banjir rob. Pada tahun 2015 kawasan hutan mangrove di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang dilansir oleh medcom.id mengalami kerusakan yang cukup parah akibat abrasi dan ulah manusia. Kerusakan hutan terjadi hampir merata di lima kecamatan yang ada di wilayah pantai utara (Pantura) barat. Untuk mengetahui perubahan luasan tutupan lahan mangrove di Pesisir Utara Kabupaten Brebes selama periode 1990 – 2020 yang diketahui melalui citra satelit Landsat dan mengidentifikasi penyebab dari pada perubahan luasan tutupan lahan mangrove di Pesisir Utara Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian perubahan dari luasan mangrove sangat fluktuatif perubahannya, Pada tahun 1990 luas keseluruhan tutupan lahan mangrove seluas 1763,42 ha, sedangkan penurunan signifikan terjadi pada tahun 2000 yang mana luas dari mangrove hanya 1125,73 ha. Pada dekade selanjutnya Kembali mengalami penurunan di tahun 2010 hanya seluas 1028,32 ha. Perubahan berbeda terjadi di tahun 2020 karena luas dari tutupan lahan mangrove naik signifikan dari tahun 2010, yaitu naik seluas 1466,57 ha.

Mangrove forests or commonly called mangroves are forests that have their own characteristics because of the types of plants that can only live in forest areas which are border areas between land and sea. Along the Indonesian coast there are various types of vegetation such as mangroves or mangroves. Reporting from the media, Antara News, the condition of mangroves on the north coast of Java Island was damaged due to weather and tidal flooding. In 2015, the mangrove forest area in Brebes Regency, Central Java, which was reported by medcom.id, suffered quite severe damage due to abrasion and human activities. Forest damage occurs almost evenly in five sub-districts in the western north coast (Pantura) region. To determine changes in the area of mangrove land cover on the North Coast of Brebes Regency during the period 1990 - 2020 which is known through Landsat satellite imagery and identify the causes of changes in the area of mangrove land cover on the North Coast of Brebes Regency. The results of research on changes in the area of mangroves were very volatile. In 1990 the total area of mangrove land cover was 1763,42 ha, while a significant decrease occurred in 2000 where the area of mangroves was only 1125,73 ha. In the following decades, Return experienced a decline in 2010, only covering an area of 1028,32 ha. Different changes occurred in 2020 because the area of mangrove land cover increased significantly from 2010, which was an increase of 1466,57 ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba
"ABSTRAK
Pengembangan ekosistem mangrove sebagai penyerap karbon di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Program Studi Ilmu Kelautan, Program PascasarjanaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Kampus UI, Depok, Jawa Baratfara_diba272@yahoo.com ABSTRAKPenelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2017 di Kawasan Mangrove Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tujuan penelitian untuk mempelajari struktur vegetasi mangrove, potensi biomassa, stok karbon dan potensi serapan CO2 di ekosistem mangrove. Metode yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas vegetasi mangrove menggunakan transek kuadrat secara purposive sampling dengan total luasan pengamatan 2.000 m2 di Desa Lembar Selatan Stasiun I , 33.000 m2 di Desa Buwun Mas Stasiun II dan 1.400 m2 di Desa Cendi Manik Stasiun III . Biomassa diestimasi dengan persamaan allometrik DBH > 4 cm untuk dikonversikan menjadi nilai cadangan karbon dan serapan CO2. Sebanyak total 10 spesies dari 4 famili mangrove sejati telah diidentifikasi. Nilai kerapatan vegetasi pohon di Stasiun I sebesar 1.085 pohon/Ha dan Stasiun III sebesar 521 pohon/Ha. Kedua stasiun didominasi oleh Rhizophora stylosa, sedangkan di Stasiun II nilai kerapatan sebesar 1.218 pohon/Ha didominasi oleh Rhizophora mucronata. Kandungan biomassa, stok karbon dan serapan CO2 total di Stasiun I sebesar 43.81 ton biomassa/Ha 20.59 ton C/Ha setara 75.56 ton CO2/Ha , Stasiun II sebesar 162.16 ton biomassa/Ha 76.21 ton C/Ha setara 279.71 ton CO2/Ha , dan Stasiun III sebesar 46.34 ton biomassa/Ha 21.78 ton C/Ha setara 79.94 ton CO2/Ha . Sumbangan terbesar stok karbon berasal dari famili Rhizophoraceae.Kata Kunci: allometrik, biomassa, stok karbon, serapan CO2, vegetasi mangrove.
ABSTRACT
Research has been conducted in May October 2017 on the mangrove area in West Lombok District, West Nusa Tenggara. The objectives were to obtain information of vegetation structure and composition, biomass potential, carbon stocks and CO2 uptake. Structure and compotion of mangrove are measured by purposive sampling of quadrant method, with total observation area are 2.000 m2 in Lembar Selatan Village Station I , 33.000 m2 in Buwun Mas Village Station II dan 1.400 m2 in Cendi Manik Village Station III . Biomass is estimated by allometric equations DBH 4 cm to be converted into carbon stocks and CO2 uptake values. The results showed that there are 10 true mangrove species from 4 family were identified. The vegetation in Station I and III dominated by Rhizophora stylosa that has density around 1,085 trees Ha and 521 trees Ha, while in Station III is dominated by Rhizophora mucronata with density around 1,218 trees Ha. The total of biomass content, carbon stock and CO2 uptake in Station I was amount 43.81 ton biomass Ha 20.59 ton C Ha equivalent to 75.56 ton CO2 Ha , Station II was amount 162.16 ton biomass Ha 76.21 ton C Ha equivalent to 279.71 ton CO2 Ha , and Station III was amount 46.34 ton biomass Ha 21.78 ton C Ha equivalent to 79.94 ton CO2 Ha . The largest contribution of carbon stocks comes from Rhizophoraceae Family. Keywords allometric, biomass, carbon stock, CO2 uptake, mangrove vegetation"
2017
T49584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wiriawan
"ABSTRAK
Kandungan logam berat masih ditemukan pada beberapa biota budidaya di kawasan tambak Blanakan, Subang, seperti bandeng dan udang. Tambak Blanakan merupakan tambak tradisional sehingga bandeng dan udang akan tergantung pada makanan alaminya seperti fitoplankton. Bioakumulasi logam berat pada fitoplankton perlu diketahui karena air tambak yang tercemar logam berat berdampak pula pada fitoplankton.Logam berat seperti tembaga Cu dan seng Zn merupakan logam-logam esensial yang diperlukan oleh biota, namun konsentrasi yang berlebihan dapat membahayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton di tambak terhadap lokasi sumber pencemar, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan akumulasi Cu dan Zn pada sedimen, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton, dan menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplanktondengan kualitas perairan tambak. Pengukuran kandungan logam pada fitoplankton dan sedimen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS . Analisis data menggunakan analisis varians multivariat/multivariate analysis of variance manova dan analisis korelasi regresi. Disimpulkan bahwa bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton akan semakin tinggi jika tambak semakin dekat dengan lokasi sumber pencemar, kelimpahan fitoplankton semakin banyak, indeks keanekaragaman fitoplankton semakin kecil, suhu, pH dan oksigen terlarut perairan tambak semakin tinggi serta salinitas perairan tambak semakin rendah.
ABSTRACT
The heavy metal content is still found in some cultivation biota in the area of Blanakan pond, Subang, like milkfish and shrimp. Blanakan pond is a traditional pond so milkfish and shrimp will depend on natural food such as phytoplankton. Bioaccumulation of heavy metals in phytoplankton should be known because the pond water contaminated by heavy metals also affects phytoplankton. Copper Cu and zinc Zn are the essential metals required by the biota, but excessive concentration can be dangerous. The purpose of this study was to know Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton at ponds against the location of pollutant sources, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with Cu and Zn accumulation in sediments, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with phytoplankton abundance and diversity, and to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with pond water quality. Measurement of metal content in phytoplankton and sediment using Atomic Absorption Spectrometry AAS . Data analysis using multivariate analysis of variance manova and regression correlation analysis. It was concluded that Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton will be higher if the pond closer to the location of pollutant source, the more phytoplankton abundance, the smaller phytoplankton diversity index, the higher temperature, the pH and the dissolved oxygen of pond water and the lower salinity of pond water. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalily Syahruddin
"Pesatnya peningkatan jumlah penduduk membuat DKI Jakarta sebagai ibukota dari Indonesia kehilangan daya dukung lingkungannya. Hutan mangrove sebagai salah satu jenis hutan yang berperan sebagai komponen penopang daya dukung lingkungan ikut mengalami kerusakan. Peranan penting di antaranya untuk mengatur lalu lintas air, mencegah banjir, pengendalian terhadap erosi dan abrasi akibat intrusi air laut ikut terganggu. Kerusakan ekosistem mangrove tentu akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup organisme di dalamnya karena hutan mangrove juga berperan serta dalam rantai makanan, menyediakan tempat tinggal bagi biota-biota tidak terkecuali burung. Perubahan kondisi lingkungan dapat diketahui melalui indeks biotik yang menerapkan organisme sebagai indikatornya. Salah satu contohnya yaitu Index of Marsh Bird Community Integrity (IMBCI) yang menggunakan burung sebagai indikator lingkungannya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor Index of Marsh Bird Community Integrity (IMBCI) di Hutan Lindung Angke Kapuk, Kawasan Arboretum dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk serta mengetahui korelasi skor IMBCI dengan struktur habitatnya. Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Hutan Lindung Angke Kapuk, Kawasan Arboretum PIK Jakarta dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWA Kapuk) pada September hingga Desember awal di tahun 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode titik hitung (point count). Total jenis burung yang berhasil teridentifikasi di ketiga lokasi mencapai 35 jenis. Hasil menunjukkan bahwa TWA Kapuk memiliki nilai IMBCI yang paling tinggi yaitu 4,22 sedangkan Arboretum dan Hutan Lindung mendapat nilai masing-masing sebesar 3,19 dan 3,47. Ketiga nilai menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di kawasan tersebut tergolong buruk berdasarkan kriteria skor IMBCI. Data korelasi struktur habitat yang signifikan terhadap skor IMBCI adalah desibel suara dan keberadaan sampah. 

The rapid increase in population makes DKI Jakarta as the capital of Indonesia losing its carrying capacity of the environment. Mangrove forest as one of the types of forest that acts as a supporting component for environmental carrying capacity is also recently damaged. Causing its important roles such as regulating the water traffic, preventing flooding, controlling erosion and abrasion due to intrusion of seawater to be impacted. The damage of the mangrove ecosystem will certainly have an impact on the survival of the organisms in it because mangrove forests also participate in the food chain, providing shelter for biota, including birds. Changes in environmental conditions can be known through biotic indices that apply organisms as indicators. One of these indices is the Index of Marsh Bird Community Integrity (IMBCI) that uses birds as an indicator of its environment. The index is a combination of guild approaches and indicator species so it can display more specific results in the event of environmental disturbances. Therefore, this study aims to determine the differences in the scores of the Index of Marsh Bird Community Integrity (IMBCI) in Hutan Lindung Angke Kapuk, Arboretum Mangrove and Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk and find out the correlation of the IMBCI score with its habitat structure. This research was carried out in three locations namely Hutan Lindung Angke Kapuk, Arboretum Mangrove Jakarta and Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk in September until the early of December 2018. The study was conducted using the point count method. The total number of birds identified in the three locations reached 35 species. The results showed that TWA Angke Kapuk got the highest score which was 4,22 while Arboretum and Hutan Lindung got 3,19 and 3,47. The components of habitat structure that siginificant to the correlation of IMBCI scores were sound parameter decibel and waste cover."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>