Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
Jika diperhatikan karakteristik pengangguran menurut kelompok umur, sebesar 69 persen penganguran adalah berusia muda (15-29 tahun) di tahun 2010, angka tersebut meningkat menjadi 75 persen di tahun 2014. Lebih lanjut, apabila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah pengangguran adalah terdidik (berpendidikan SMA ke atas). Tingkat pengangguran terbuka angkatan kerja terdidik yang konsisten tinggi adalah yang berpendidikan Sekolah Kejuruan (SMK). Lulusan SMK yang diharapkan siap memasuki pasar kerja, dengan dibekali keterampilan khusus, namun justru TPT nya memperlihatkan paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi lainnya.
Tujuan umum kajian ini adalah untuk memperoleh gambaran lulusan SMK di pasar kerja melalui tracer study di provinsi/wilayah terpilih. Selain itu, secara khusus studi ini ingin mengetahui:
1. Alasan menunda untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus (menganggur)
2. Keinginan untuk melanjutkan studi
3. Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa SMK
4. Lama mencari pekerjaan (job search)
5. Persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan
6. Jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan setelah lulus SMK
7. Upah/penghasilan setelah lulus SMK
8. Kepuasan dalam pekerjaan
9. Mobilitas pekerjaan dalam 1 tahun terakhir
10. Harapan dan motivasi lulusan SMK tentang dunia kerja
Kajian ini menggunakan dua tahapan, yaitu Pertama, mengolah data sekunder yang bersumber dari data BPS yaitu Sakernas tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang dapat menggambarkan kondisi, pola dan kecenderungan lulusan SMK tersebut dalam pasar kerja. Selain melakukan analisis data sekunder, dilakukan pula kajian tentang kondisi SMK, ketenagakerjaan dan peluang kerja dari berbagai kajian lain yang pernah dilakukan. Kedua, penelitian juga dilakukan dengan survei lapangan terhadap lulusan SMK dengan menggunakan cara penelusuran lulusan SMK tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Survei dilakukan dengan penyebaran angket melalui PT. Pos Indonesia yang dikirimkan ke BKK yang dipilih. Cara ini dilakukan mengingat bahwa jumlah lulusan SMK cukup besar dan tersebar di berbagai daerah serta keterbatasan waktu penelitian. Adapun angket tersebut berisi tentang pertanyaan yang menyangkut identitas lulusan, asal SMK, program studi, kegiatan yang dilakukan serta jenis, status pekerjaan, lapangan kerja, jam kerja dan upah serta lamanya tenggang waktu dari lulus sekolah sampai memperoleh pekerjaan.
Hasil kajian menemukan beberapa fakta sebagai berikut:
Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden lulus tahun 2015. Menurut jenis kelamin, sebagian besar alumni SMK yang berpartisipasi dalam survei ini adalah perempuan (63%). Sebagian besar lulusan SMK yang menjadi responden berusia antara 19-21 tahun, namun ada juga yang berusia 23-25 tahun.
Bidang keahlian lulusan SMK sebagian besar adalah bisnis manajemen (51,9%) disusul dari dari bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi (16,1%) dan pariwisata (13,2%), sisanya dari bidang keahlian lainnya. Lulusan SMK dari bidang keahlian bisnis dan manajemen, kesehatan, pariwisata, seni pertunjukan sebagian besar adalah perempuan (di atas 50%), namun untuk bidang keahlian teknologi dan rekayasa dan teknologi dan informasi didominasi laki-laki. Program keahlian lulusan SMK yang berpartisipasi dalam survei ini berasal dari 32 program keahlian dengan rincian sebagai berikut: 24,8% berasal dari program keahlian Keuangan, 16,2% berasal dari Teknik Komputer Dan Informatika, dan 15,2% dari Administrasi, sisanya tersebar pada program keahlian lainya. Lulusan SMK yang berstatus sebagai angkatan kerja sebanyak 1.198 orang (88,02%) berstatus bekerja dan 63 (11,98%) berstatus sebagai penganggur terbuka. Lebih banyak penganggur laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Semakin muda tahun kelulusannya semakin tinggi persentase mereka yang berstatus sebagai penganggur. Dari 63 lulusan tahun 2016, mereka yang bekerja sebesar 50 (79,37%) dan yang menganggur sebanyak 13 orang (20,63%). Makin lama tahun kelulusan makin mengecil persentase mereka yangberstatus sebagai penganggur. Rata-rata lama mencari kerja adalah 5,6 bulan dengan maksimum lama mencari kerja 36 bulan. Para lulusan SMK ini sebagian besar baru mencari kerja selama 1-3 bulan, sedangkan lainya lebih lama dari 3 bulan. Jika diperhatikan dari tahun lulusan, maka sebagian besar pencari kerja merupakan lulusan pada tahun-tahun yang terakhir. Tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa mendominasi jenis pekerjaan para lulusan SMK. Diperkirakan karena jenis pekerjaan inilah yang tersedia dengan relatif banyak dan lebih mudah dimasuki mereka. Lapangan usahanya adalah sebagian besar terutama di bidang perdagangan besar dan eceran;reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor.
Sementara, status pekerjaan para lulusan SMK ini sebagian besar adalah buruh/karyawan/ pegawai yang bekerja secara penuh waktu. Mereka umumnya mendapatkan upah/penghasilan dibawah 4 juta rupiah. Sangat sedikit yang berpenghasilan di atas 4 juta rupiah per bulan."
Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2016
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rayan Jamal Alkatiri
"Di era modernisasi dimana segelintir masyarakat beruntung dapat mengakses dunia luar termasuk terhadap pendidikan dengan mudah. Dengan hal ini, persaingan antara para pencari kerja menjadi kian mengetat, terlebih lagi saat pandemi COVID-19 melanda. Adanya peningkatan dalam ketidakstabila keadan sosio-economy sebagai efek dari adanya fenomena ini membuat adanya ketimpangan yang besar. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mengeluarkan Kartu Prakerja yang dapat diperoleh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Inisiasi tersebut memprovide seluruh masyarakat banyak keuntungan, salah satunya adalah untuk dapat mengakses dan mengembangkan kualitas diri sebagai tenaaga kerja. Dengan menggunakan Probability Test, penelitian ini mencoba untuk menganalisa apakah kepemilikan Kartu Prakerja dapat berpengaruh terhadap durasi lamanya pencari pekerjaan di Indonesia.

In the era of modernization where a few lucky people can easily access the outside world including education. With this, the competition between job seekers is getting tougher, especially when the COVID-19 pandemic hit. There is an increase in socio-economic instability as a result of this phenomenon which results in large inequality. To overcome this, the government has taken a strategic step to issue Pre-Employment Cards that can be obtained by all Indonesian people. This initiative provides the whole community with many benefits, one of which is to be able to access and develop self-quality as workers. By using the Probability Test, this study attempts to analyze whether possession of a Pre-Employment Card can affect the duration of job seekers in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauled Mulyono
"The study analyzed the behavior of the labor force participation in the labor market, and the impact of occupational mismatch to the decision of workers continued to. Job search even they have employed by using The Job Search Model. However, the application of the Job Search Model to deal with the characteristics of labor market today, i.e. the highly of disguised unemployment, the gap in labor market, the increasing mobility of workers from informal to. Formal sector the education attainment of job searchers increased rapidly, and some phenomena's of the occupational mismatch and on-the job-search. The raw data in the study used the data SUPAS 1985 (Intercensal Population Survey 1985) was conducted by Biro Pusat Statistik (Central Statistic Bureau) especially for South Sulawesi province. The labor force in this sample amount 23,967 and out of these only 9,982 employed and remains still unemployed.
In The Job Search Model or Search Theory argued that to analyzed individual decision to participate in the labor market or to analyzed the returns could be obtain during job searching process could be measured by using the reservation wage they received after deducted from the expenses they spend during job searching activities. Empirically, the reservation wage was influenced by the individual characteristic and the other factors that engage in labor market. The decision of job searchers whether they will accept or rejected each job that offered to them it will be influenced by individual characteristic and another factors as mentioned above. Since the data above not available in the Intercensal Population Survey 1985, this study will emphasize on job searching which influences by individual characteristic (namely, education level, marital and migrant status, age and residence) and labor market characteristic.
The types of occupation, which a proxy of wage, categorized into professional, white collar, blue collar and others. For analysis purposes, all the categorized was assume "stratum". It's means that the workers who have job searching, will be consider a higher job levels or at least at the same level only. By-using Multinomial Logit Model, it's conclude that the higher level of education workers, the probability to achieved blue collar and others tend to decrease, while probability to achieved white collar and professional tend to increase. The average probability to keep engage in this job concentrated more on farmer and menial workers (others). Another conclusion, which have participated in the same job category, the probability of higher education workers to get higher or the same of job level was higher if compared to lower education workers."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goro Binardjo
"Pembangunan berarti menciptakan kondisi-kondisi untuk merealisasikan human person utility. Menurut Seers (1972), evaluasi pembangunan difokuskan pada tiga kreteria yang saling berhubungan, yaitu reduksi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Ditegaskan juga bahwa target pendapatan nasional dianggap tidak relevan sebagai indikator yang baik tentang pembangunan. Alasannya kenaikan pendapatan nasional tidak otomatis mengurangi ketimpangan karena pembangunan dapat disinominkan dengan konsep perbaikan.
Variabel penduduk baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi laju pembangiman. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi, apabila tidak diimbangi dengan sumber daya manusia (human. resources) yang memadai justru akan menjadi bumerang bagi laju pembangunan. Oleh karena itu pengupayaan pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia harus mempunyai penakanan yang lebih serius. Pengembangan sumber daya manusia mempunyai dimensi yang luas, sepertinya; mutu modal manusia, sosial ekonomi, sampai pada budaya manusia. Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan semata, akan tetapi adanya kebebasan dalam menentukan pilihan yang akan diambil, sepertinya kebebasan dalam soal memilih jenis pekerjaan yang akan dipilih.
Menurut Wirosuhardjo (1988), kecenderungan makin tingginya persentase penganggur yang berpendidikan strata satu (Sarjana) ini salah satu penyebabnya adalah makin tinggi pendidikan, aspirasi untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja yang sesuai juga lebih tinggi. Menurut Ananta dan Sugiharso (1993) meningkatnya persedian tenaga kerja yang berpendidikan tinggi juga akan menurunkan penghargaaan terhadap ijasah dan segala tanda tamat mengikuti suatu pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa gelar seorang pencari kerja buka satu-satunya jaminan untuk memperoleh pekerjaan di masa yang akan datang."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Yuliana Favorieta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa dan alumni atas pengaruh magang terhadap perkembangan kemampuan dan kesempatan karier di kantor akuntan publik di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji hubungan dan pengaruh antara pengalaman magang dan IPK yang dimiliki dengan kesempatan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online kepada seluruh mahasiswa akuntansi FEB UI angkatan 2012 dan alumni akuntansi FEB UI angkatan 2010 dan 2011 yang sedang bekerja di kantor akuntan publik. 308 data responden dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan independent sample t-test, Mann-Whitney test, dan regresi logistik (logit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dan alumni berpersepsi positif terhadap pengaruh magang dan tidak terdapat perbedaan persepsi di antara keduanya. Pengalaman magang, keputusan seseorang untuk menerima atau menolak tawaran pekerjaan yang didapatkan dari perusahaan tempat magang, dan IPK seseorang ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan. Namun, seseorang yang memiliki pengalaman magang sebelumnya, tetapi tidak mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan tempat magang, akan memiliki kemungkinan untuk mendapatkan lebih dari satu tawaran pekerjaan yang lebih kecil dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki pengalaman magang.

This research aims to investigate the perception of accounting students and alumni of FEB UI towards the influence of internship to skill development and career opportunities in public accounting firms. This research also aims to examine the relationships between internship experience and opportunities to get multiple job offers. Online questionaires were distributed to accounting students of FEB UI batch 2012 and alumni batch 2010 and 2011 who are working in public accounting firms. 308 data were analyzed by using independent sample t-test, Mann-Whitney test and logistic regression. The result indicates that both accounting students and alumni have positive perceptions towards the influence of internship to skill development and career opportunities in public accounting firms. The results also indicates that there is no significant relationship between internship experiences during college, decision to reject offer from internship company, and GPA scores on the probability to get multiple job offers. When someone do not get any job offer from the internship company, the probability to get multiple job offers is lower than someone who has no internship experiences.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Nurlina Henny M.
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara femininitas-maskulinitas dan konsep diri dengan minat pilihan pekerjaan pada siswi-siswi sekolah menengah tingkat atas. Pemilihan pokok permasalahan dilandasi fakta yang ditemukan peneliti bahwa kebanyakan para wanita bekerja pada pekerjaan-pekerjaan tradisional. Jenis pekerjaan tradisional ini adalah pekerjaan yang didominasi wanita sejak dahulu sampai sekarang, seperti sekretaris, guru, dan perawat. Dominasi ini dipengaruhi oleh peran jenis kelamin yang mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, sifat-sifat femininitas-maskulinitas diperkirakan ada hubungannya dengan konsep diri dan minat pilihan pekerjaan pada anak-anak perempuan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cartwright seperti yang dilaporkan Betas dan Fitzgerald (1987), bahwa anak-anak perempuan yang memiliki skor maskulinitas tinggi ternyata sangat berminat pada hal-hal yang bersifat matematis dan sains. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi pada kemampuannya sendiri sehingga mereka berani dan yakin untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang non-tradisional. Sedangkan anak-anak perempuan yang skor femininitasnya tinggi, menilai diri mereka tidak mampu dan tidak pantas melakukan pekerjaan yang biasa didominasi oleh pria. Hal ini menggiring minat mereka pada pekerjaan-pekerjaan yang tradisional saja.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta, tahun 1994, pada sebuah sekolah menengah tingkat atas. Subyek penelitian adalah seluruh siswi kelas tiga dari keempat jurusan. Diperoleh 190 orang subyek penelitian. Alat pengumpul data pada penelitian ini memakai kuesioner, skala femininitas-maskulinitas, skala konsep diri dan inventarisasi minat RMIB U-90 versi wanita_ Kuesioner digunakan sebagai data kontrol, dibuat di bawah bimbingan dosen pembimbing. Skala femininitas-maskulinitas untuk mengetahui ada tidaknya serta tinggi rendahnya aspek feminin-maskulin pada individu. Skala ini adalah adaptasi dari Bem's Sex Role Inventory (1984). Skala konsep diri digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya konsep diri pada individu. Skala ini adalah adaptasi dari skala yang disusun oleh William H. Fitts (1964). Sedang inventarisasi minat dibentuk Rothwell-Miller Interest Blank Revisi U-90, digunakan untuk mengetahui minat pekerjaan pada individu. Inventarisasi minat ini juga adalah hasil adaptasi yaitu dari Rothwell-Miller Interest Blank.
Metode analisis data menggunakan korelasi koefisien phi untuk melihat ada tidaknya hubungan antara femininitas-maskulinitas dengan minat pilihan pekerjaan. Korelasi point :biserial digunakan untuk - melihat ada tidaknya hubungah, tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan yang tradisional-non tradisional, sedang analisis varian s digunakan untuk melihat perbedaan konsep diri antara mereka yang feminin-maskulin dan androgini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara femininitas-maskulinitas dengan minat pilihan pekerjaan tidak terbukti secara signifikan pada penelitian ini. Demikian pula hubungan antara tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional tidak terbukti secara siginifikan. Dalam penelitian ini juga tidak terdapat perbedaan konsep diri antara mereka yang feminin-maskulin-androgini.
Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa semua subyek penelitian berkeinginan untuk bekerja. Keinginan ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti kebutuhan ekonomi, menjauhi kejenuhan rumah tangga, kepuasan diri atau tekanan masyarakat. Mungkin juga sebagai tempat sementara sebelum mereka menikah dan disibukkan oleh urusan rumah tangga. Jenis pekerjaan tradisional juga masih kental mewarnai pilihan pekerjaan Para subyek penelitian. Namun hal ini tidak menggambarkan hubungan yang siginifikan antara femininitas maskulinitas - androgini dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional, juga tidak menggambarkan hubungan yang signifikan antara tinggi rendahnya konsep diri dengan pilihan pekerjaan tradisional-non tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akhirnya peneliti mengajukan beberapa saran yang berguna untuk mengarahkan dan mempersiapkan anak-anak perempuan untuk terjun ke dunia kerja, antara lain untuk bimbingan dan konseling. Untuk pengguna tenaga kerja hendaknya menginformasikan peluang atau kesempatan kerja yang ada. Untuk sekolah atau guru bidang studi perlu memberi wawasan yang luas mengenai dunia kerja. Untuk orang tua, hendaknya tidak mengkotak-kotakkan anaknya berdasarkan jenis kelamin dan untuk media massa hendaknya memperbanyak informasi pekerjaan-pekerjaan non tradisional dan memperkenalkan lebih banyak wanita karir yang berkecimpung dalam pekerjaan non tradisional. Dengan demikian, diharapkan tumbuh image baru atau tokoh idola baru pada remaja putri, sehingga memperbanyak alternatif pilihan pekerjaan pada mereka. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matsui, Kazuhisa
"Dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang menjadi salah satu masalah pokok yang sering dibahas dewasa ini adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM). Semua orang mengetahui akan pentingnya SDM yang bermutu tinggi, mengingat SDM yang bermutu tinggi. dapat memacu akselerasi pertumbuhan ekonomi. Masih kurangnya SDM yang bermutu tinggi di Indonesia maka Sumber Daya Manusia yang bermutu tinggi sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Tenaga kerja terdidik tingkat tinggi merupakan faktor utama untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara. Yang perlu diperhatikan dengan -meningkataya jumlah tenaga kerja tersebut adalah Cara penggunaan atau pemanfaatan dalam pasar tenaga kerja. Secara umum dalam ilmu ekonomi dinyatakan bahwa permintaan dan penawaran tenaga kerja akan disesuaikan secara otomatis dengan mekanisme pasar.
Tenaga kerja itu sendiri tidak selalu homogen, faktor pendidikanlah yang banyak memberikan variasi sehingga tercipta tenaga kerja terdidik, sehingga terjadi `perubahan kualitatif dalam pasar tenaga kerja. Penyesuaian antara permintaan dan penawaran tenaga kerja terdidik tingkat tinggi akan menjadi sulit karena adanya interaksi antara peningkatan pendidikan dan perubahan struktural pasar tenaga kerja. Kecenderungan ini akan semakin terlihat jelas dengan adanya kemajuan teknologi dimasa akan datang sehingga penyesuaian atas pennintaan dan penawaran tenaga kerja semakin sulit. Dalam hal ini sering muncul keadaan dimana tingkat penggunaan tenaga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T4374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Shinta Puspitasari
"Bonus demografi dapat memberikan keuntungan atau kerugian bagi suatu negara. Di satu sisi, bonus demografi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain bonus demografi dapat menimbulkan mengancam pertumbuhan ekonomi negara. Salah satu risiko terbesar di negara dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia adalah pengangguran. Lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadi agen perubahan bagi Indonesia. Namun, penyerapan lulusan perguruan tinggi ke dalam dunia kerja masih belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dengan menggunakan faktor ekonomi makro seperti inflasi, keterbukaan perdagangan, PDB per kapita, dan investasi asing. Penelitian ini menggunakan data panel dari 33 provinsi di Indonesia antara tahun 2010 hingga 2020. Model fixed-effect digunakan untuk mengestimasi pengaruh variabel independen terhadap pengangguran lulusan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengangguran lulusan perguruan tinggi dengan keterbukaan perdagangan, PDB per kapita, dan investasi asing langsung.

The demographic bonus could be a benefit or drawback for every country that experiences this situation. It would probably boost economic growth, but also, there is a risk of burdening the country for growth. One of the biggest risks in a country with a high population, like Indonesia, is unemployment. Higher education graduates should be the leading agents of change in Indonesia. However, the absorption of these higher education graduates into labor does not maximize. This study aims to capture the determinants of graduate unemployment in Indonesia by including macroeconomic factors such as inflation, trade openness, GDP per capita, and foreign direct investment. We utilize panel data used from 33 provinces in Indonesia between 2010 to 2020. The fixed effect model is employed to estimate the effect of these independent variables on graduate unemployment. The result shows a significant relationship between graduate unemployment and trade openness, GDP per capita, and foreign direct investment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan, 1995
331.12 PAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Sekar Ayu Dian Kusumaningtyas
"Masalah pengangguran dan diberlakukannya pasar tenaga kerja MEA 1 Januari 2016 menuntut pencari kerja untuk menjadi lebih kompetitif dalam mencari kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Trait Kompetitif terhadap Intensitas Mencari Kerja pada pencari kerja Generasi Y melalui keempat dimensi Trait Kompetitif dari Newby dan Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity, dan Personal Enhancement Competitiveness. Sebanyak 254 partisipan yang merupakan pencari kerja mengisi kuesioner online Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi Dominant Competitiveness terhadap dua fase dari Intensitas Mencari Kerja individu, yaitu Persiapan Mencari Kerja (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) dan Aktif mencari kerja (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pencari kerja Generasi Y di Indonesia dengan kecenderungan kompetitif yang tinggi karena keinginan untuk mendominasi orang lain mempengaruhi seberapa besar intensitas mencari kerja mereka.

The problem of unemployment and implementation of labor market MEA in January 1st 2016 requires job seekers to become more competitive in job search. This research was conducted to see the influence of trait competitiveness on job search intensity through four dimensions by Newby and Klein (2014): General Competitiveness, Dominant Competitiveness, Competitive Affectivity and Personal Enhancement Competitiveness. A total of 254 participants were seeking job filled out the online questionnaire of Competitiveness Orientation Measure (2014) dan Job Search Behavior Scale (2004). There was an influence from Dominant Competitiveness dimension on two phases of Job Search Intensity, Preparatory Job Search (R2 = 0,139, β = 0,372, p<0,05) and Active Job Search (R2 = 0,067, β = 0,259, p<0,05). This result indicates that Indonesian job seekers from Y Generation with high level tendencies of competitiveness caused by the desire to dominate other people influenced their level of intention to seek job.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>