Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adji Kusuma
"ABSTRAK
Teknologi ADS-B (automatic dependent Surveillence broadcast) memilikki keunggulan disisi kecepata dan keakuratan penyajian data dibandingkan dengan PMR (Primary Surveillance Radar) maupun SSR (Scondary Surveillance Radar). Data dapt diterima melalui transponder yang dimilikki oleh pesawat. Sistem pemantauan pesawat dengan teknologi ADS-B dapat bekerja hanya dengan antena omni dan mini komputer Raspberry beserta perangkat receiver RTL-SDR. Penyebaran data dari tiap radar pesawat sederhana dapat dilakukan melalui transmitter dengan frekuensi rendah dan spesifikasi long range. Data dari radar dapat menggunakan nilai binari sehingga tidak membutuhkan bandwith dan bit rate yang besar."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI, 2019
355 JIPHAN 5:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raka Perbawa
"Di dalam dunia penerbangan, penggunaan Automatic Dependant Surveillance Broadcast ADS-B sudah mulai menjadi standar. ADS-B memungkinkan penyebaran informasi lalu-lintas penerbangan dengan lebih efektif, biaya lebih rendah serta fleksibel dalam implementasinya. Di sisi lain kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang menunjang penyebaran informasi ADS-B juga berkembang pesat. Named Data Networking NDN muncul sebagai alternatif baru untuk menggantikan komunikasi TCP/IP yang sudah jamak dipakai di seluruh dunia. NDN menawarkan fleksibilitas dan komunikasi secara content centric, artinya NDN tidak lagi menyandarkan urusan forwarding data ke lapisan TCP/IP namun ditangani oleh mekanisme pencarian rute menuju konten yang dituju menggunakan penamaan hierarkis yang serupa dengan konsep Uniform Resource Locator URL . Mekanisme ini mengeliminir proses pembacaan sampai lapisan-lapisan bawah saat proses forwarding, dan diharapkan meningkatkan performa transaksi data.
Pada penelitian ini dilakukan transmisi data yang dihasilkan oleh sebuah source ADS-B melalui sebuah mock-up jaringan yang sudah diimplementasikan NDN di dalamnya. Kinerja sistem lalu dievaluasi melalui parameter round-trip-time dan packet loss untuk melihat apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh otoritas penerbangan agar layak diimplementasi dalam kegiatan operasional dibandingkan dengan sistem yang menggunakan IP. Hasil evaluasi menunjukan bahwa ada penurunan performansi round-trip-time sebesar 34 dan packet-loss mencapai 7 dalam kondisi lalu-lintas jaringan idle.

In the aviation world, the use of Automatic Dependent Surveillance Broadcast ADS B has started to become a standard. ADS B allows the dissemination of flight traffic information more effectively, in lower costs and flexible implementation. On the other hand advances in technology in the field of communication that support the dissemination of information ADS B is also growing rapidly. Named Data Networking NDN emerged as a new alternative to replace the commonly used TCP IP communications around the world. NDN offers flexibility and content centric communication, meaning that NDN no longer relies on forwarding data to TCP IP layers but is handled by a route search mechanism toward the intended content using hierarchical naming similar to the Uniform Resource Locator URL concept. This mechanism eliminates the reading process to the lower layers during the forwarding process, and is expected to improve the performance of data transactions.
In this research, data transmission is generated by an ADS B source through a mock up network that already implemented NDN in it. System performance is then evaluated through round trip time and packet loss parameters to see if it meets the standards set by the aviation authority to be feasible to implement in operational activities compared to systems using IP. Evaluation results show that there is a 34 decrease of round trip time performance and packet loss reaches 7 in idle network traffic conditions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Gunawan Wibisono
"Skripsi ini membahas tentang informasi data data radar kedalam satu display. Terdapat tiga bagian utama didalam sistem radar yaitu antena, transmitter dan receiver. Proses didalam data ? data radar ini berdasarkan sinkronisasi database pada radar processor yang diolah didalam satu layar. Penggabungan ini bertujuan memudahkan bagian Air Traffic Controller dalam mengawasi dan memonitoring pergerakan pesawat. Hasil dari aplikasi ini dapat menjadi pengembangan teknologi radar di Indonesia.
The focus of this study is telling about information about data some radar into a display. In this radar system have 3 main part. There are antenna, transmitter and receiver. Radar can get information about object because electromagnet wave. The distance of wave having parameter. In the process of join some radar have synchronize database in the radar processor and then have output to be display in one monitor. This application have some benefit such as for the operator in Air Traffic Controller (ATC). They can operate easier because can monitoring plane in one display. The result of this thesis can be developing for radar technology in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1358
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hilmy Iskandar
"ABSTRAK
Global Flight Tracking (GFT) merupakan suatu sistem yang berdasarkan target konsep dari Global Aeronautical Distress and Safety System (GADSS) dimana sistem ini dapat melacak posisi pesawat komersil yang sedang beroperasi diseluruh dunia. Automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) adalah teknologi broadcast pesawat yang sedang beroperasi untuk menyiarkan informasi seperti latitude, longitude, altitude, velocity, dan juga identitas pesawat. Pada saat ini penerimaan pesan ADS-B hanya dapat dicakup pada wilayah terrestiral saja. ADS-B penerimaan via satelit dimaksudkan untuk memperluas cakupan dari ADS-B terrestrial. Skripsi ini mensimulasikan satelit Iridium dan Globalstar dengan ketinggian 800 km dan 1400 km yang digunakan untuk komparasi unjuk kerja dengan melihat pengaruh durasi pulsa ADS-B terhadap probabilitas non-collided penerimaan pesan. Ketinggian dari satelit mempengaruhi radius yang akan digunakan untuk menghitung kepadatan dari pesawat yang dapat dicakup oleh satelit. Hasil simulasi menunjukan radius footpirint dari satelit Iridium dan Globalstar adalah 836.6144 NM (Nautical Miles) dan 1083 NM dengan hasil cakupan pesawat untuk masing-masing satelit adalah 9525 pesawat dan 15291 pesawat. Hal ini berarti dengan ketinggian yang lebih tinggi maka cakupan pesawat juga akan meningkat. Namun, durasi pulsa optimum untuk satelit Globalstar 50 μs dan Iridium 120 μs berdasarkan rata-rata probabilitas non-collided penerimaan pesan. Dengan durasi pulsa ADS-B yang lebih pendek maka pesan yang dapat ditransmisikan menjadi lebih sedikit.

ABSTRACT
Global Flight Tracking (GFT) is a system that is based on target concept of Global Aeronautical Distress and Safety System (GADSS) which is the capability to locate civil aviation that operates around the world. Automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) is a broadcast based technology which an aircraft broadcasts messages that contains information including latitude, longitude, altitude, velocity and aircraft identity. Up until now ADS-B message reception can only be achieved via terrestrial station. Hence, ADS-B reception via satellite is intended to expand the coverage of ADS-B terrestrial. This undergraduate thesis simulate the affect of pulse duration of ADS-B to the probability of non-collided message reception using, Iridium and Globalstar satelittes with the altitudes of 800 km and 1400 km respectively is utilized for performance comparisons. Altitude of the satellite affect the radius that is used to calculate the density of the aircraft that the satellite can coverage. The simulation results show that the footprint radius of Iridium satellite and Globalstar is 836.6144 NM (Nautical Miles) which able to cover 9525 aircrafts and 1083 NM which able to cover 15291 aircrafts respectively which means the higher the altitude, the coverage also increase. On the other hand the optimum pulse duration of the ADS-B signal is 50 μs for Globalstar satellite and 120 μs for Iridium satellite based on average probability of non-collided message reception. Consequently shorter pulse duration of ADS-B signal results in less message that can be transmitted.
;"
2016
S64685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Nugraha
"Dalam bidang penerbangan, radar banyak digunakan oleh pesawat tempur, menara ATC pada bandara, dan lain-lainnya. Salah satu aplikasi radar yang digunakan pada bandara adalah untuk mendeteksi serpihan objek asing atau FOD (Foreign Object Debris) pada lingkungan bandara, khususnya pada landasan pacu pesawat terbang. FOD atau Foreign Object Debris adalah segala jenis objek asing baik benda hidup maupun mati, besar ataupun kecil, yang tidak semestinya terletak pada lingkungan tersebut, karena berpotensi menyebabkan bahaya kecelekaaan, contohnya plat besi, mur, baut, dan lain-lainnya. FOD menjadi salah satu masalah yang cukup penting untuk diperhatikan, khususnya untuk bandara-bandara di Indonesia karena berpotensi membahayakan pesawat terbang yang sedang melintas, baik saat pesawat lepas landas maupun saat mendarat. Ditambah lagi aktivitas penerbangan domestik di Indonesia telah meningkat sebesar 40%dari tahun 2006 hingga 2019, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk meninimalisir resiko ini. Mekanisme pendeteksian FOD pada landasan pacu dengan teknologi radar yang telah ada di pasaran umumnya menggunakan modulasi FMCW dan menggunakan frekuensi yang sangat tinggi, berkisar dari 76 GHz (FODetect® by XSight Tech.) hingga yang tertinggi 96 GHz (Tarsier by QinetiQ), karena belum banyak alat penguji yang mampu mencapai frekuensi tersebut di Indonesia, sehingga perlu alternatif lain dengan frekunesi yang lebih rendah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirancang sepasang antena radar FMCW yang bekerja pada frekuensi 37,5 – 38,5 GHz, gain 32 dB yang di desain untuk memiliki performa serupa dengan produk pasaran yaitu radar FODetect® yang menggunakan modulasi FMCW dengan frekunesi kerja 75.5-76.5 GHz, gain 32 dB. Antena yang di desain ini menggunakan model rectangular waveguide WR-28 dan reflektor parabola sebagai model acuannya dan mampu bekerja pada beberapa rentang frkeuensi di rentang 37.5 – 38.5 GHz yaitu frekuensi 37.5 – 37.55 GHz, 37.64 – 37.72 GHz, 37.82 – 37.88 GHz, 37.95 – 38.39 GHz, dan 38.49 – 38.5 GHz, dengan total bandwidth yang tercapai adalah 0.64 GHz, dan memiliki Isolation Between Port sebesar ≤ −60 dB, dengan hasil lainnya secara simulasi yaitu Gain sebesar 31.9 – 32.2 dB, pola radiasi directional, polarisasi linear dan beamwidth sebesar 3,6°.

In an aviation field, radar is widely used for many applications such as the fighter jets, ATC tower in airport, etc. One of the applications of radar technology is used to detect FOD or Foreign Object Debris in the airport environment, especially in the runaway area. FOD or Foreign Object Debris are every kinds of objects, living or inanimate object, small or big, that located in an inappropriate location in airport, which may cause hazard to the aviation operations, i.e.: iron plate debris, nuts, bolts, etc. FOD becomes one of important issue that must be considered, especially in the most airports in Indonesia, because it will potentially dangerous to every aircraft in the runaway, either during take-off or landing moments. Moreover, the activity of domestic flight in Indonesia from 2006 to 2019 increased by 40 %, so it is necessary to take precautions or mitigation act to minimize this risk. The current’s commercials FOD detection mechanism with radar commonly use FMCW modulation of very high frequency, range form 76 GHz (FODetect® by XSight Tech.) to the highest of 96 GHz (Tarsier by inetiQ), because the measuring instruments that can reach those frequencies are rarely found in Indonesia, so it’s necessary to find other alternative which use lower frequency. Therefore, in this research, a pair of antennas is designed which expected to operate with frequency of 37.5 – 38.5 GHz and gain of 32 dB with FMCW operation-mode. This pair of antennas is based from one of the commercial product: FODetect®’s radar that also work with FMCW operation-mode, with operating frequencies are 75.5 – 76.5 GHz, and gain of 32 dB. The designed antenna uses rectangular waveguide and parabolic reflector as the reference model and successfully to work on frequency ranges of 37.5 – 37.55 GHz, 37.64 – 37.72 GHz, 37.82 – 37.88 GHz, 37.95 – 38.39 GHz, and 38.49 – 38.5 GHz with the total bandwidth of 0.64 GHz and Isolation Between Port of ≤ −60 dB, and the others simulated results: gain of 31.4 – 32.2 dB, has directional radiation pattern, linear polarization and beamwidth of 3,6°."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Sakti K
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T39925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
"Dalam rangka mendukung pencapaian cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana yang telah tertuang di dalam pembukaan undang-undang dasar 1915 alenia ke-4 yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dibutuhkan suatu kondisi yang aman dari segala bentuk ancaman baik dari darat, laut maupun udara. Salah satu, tugas pokok TNI Angkatan Udara adalah menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di udara yang dilaksanakan baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan unsur kekuatan lainnya.
Berkaitan dengan tugas pokok tersebut diatas, maka penggelaran radar yang berfungsi sebagai "mata" dalam sistem pertahanan udara nasional ditujukan untuk dapat mendeteksi setiap ancaman yang datangnya dari wahana udara, baik berawak maupun tidak berawak. Hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Penerangan TNI Atgkatan Udara dan Komando Pertahanan Udara Nasional, diperoleh data bahwa belurn seluruhnya wilayah udara nasional dapat diliput oleh radar pertahanan udara maupun radar untuk kepentingan Air Traffic Control (ATC) yang terdiri dari 16 unit radar pertahanan udara dan 22 unit radar sipil.
Bila dicermati dari pola penggelaran baik radar hanud maupun radar sipil, maka akan terlihat adanya ketimpangan antara jumlah radar yang ada di wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa pertimbangan antara lain: disatu sisi untuk mengantisipasi adanya kemungkinan menjalarnya faham ideologi komunis dari taut Cina selatan, sisi lainnya bahwa prediksi ancaman udara berasal dari negara-negara barat tanpa melintas samudera pasifik.
Oleh karena itu agar dapat mengawasi dan mengidentifikasi setiap bentuk ancaman kedaulatan NKRI dari segala arah khususnya melalui wahana udara, penulis beranggapan bahwa dengan mengkaji permasalahan sbb: peranan radar, jumlah radar yang dibutuhkan dan iokasi penempatannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pengawasan ruang udara, akan memberikan kontribusi yang sangat positif utamanya dalam rangka mengurangi maraknya penerbangan gelap yang memasuki wilayah udara nasional.

In order to achieve the ideal of the Indonesian Independence, as mention in the paragraph fourth in the 1945 Constitution, sale of all part of Indonesia (land, air and ocean) are needed. The main duties of The Indonesian Air Force (TNI-AU) (together with others or not) are to keep and defend the unity of the whole country, especially in the sky.
To do so, spreading radar to all part of Indonesia is required. Studied run by The Information Unit and The National Defenses Air Commando found all part of the Indonesia area could not be covered by the Air Traffic Control (ATC). At the moment, there are 16 ATC for military and 22 for public.
In fact that radar is not distributed equally between West Indonesia and East Indonesia. Reasons for that arc to avoid communism that comes from East China Ocean and to maintain safety of the Pacific Ocean.
So that, in order to keep and to identify all form of introducers who want to enter to Indonesia are needed. Hence, evaluating and exploring of radar in related to roles and sum that are needed to maintain safety: Besides that all factors (positive and negative) is also be evaluated.
"
2004
T14918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Subhana
"Sebagai salah satu negara anggota ICAO (International Civil Aviation Organitation), Indonesia mempunyai wewenang dan kewajiban untuk menyediakan jasa pemanduan lalu lintas udara di seluruh wilayah Indonesia yang didelegasikan. Untuk mengantisipasi perkembangan arus lalu lintas udara di kawasan Indonesia, serta mengatasi keterbatasan kemampuan sistem telekomunikasi penerbangan yang ada saat ini dan untuk menampung pertumbuhan lalu lintas udara dimasa mendatang, diperlukan suatu sistem yang dapat mengantisipasi perkembangan tersebut.
Dalam tulisan ini akan dibuat suatu implementasi sistem pelayanan telekomunikasi penerbangan berbasis satelit di Indonesia dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar pesawat udara. Implementasi sistem tersebut akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu, implementasi jangka pendek, implementasi jangka menengah dan implementasi jangka panjang. Sistem pelayanan telekomunikasi penerbangan yang dikembangkan adalah sistem Communication, Navigation and Surveillance menggunakan suatu sistem yang berbasis satelit yaitu CNS/ATM system (Communication, Navigation and Surveillance/Air Traffic Management system ).
Implementasi sistem baru ini dapat mengatasi berbagai kendala yang dialami oleh sistem yang berlaku saat ini guna memenuhi kebutuhan telekomunikasi penerbangan di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan data konsumsi bahan bakar untuk penerbangan pesawat MD 90 dan pesawat B 737-400 yang menerbangi rute-rute dalam negeri PT. Lion Mentari Airlines. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penghematan bahan bakar rata-rata sebesar 4.41% dari masing-masing rute dalam satu tahun atau 4.394.036,64 liter/tahun (senilai Rp. 25.485A12.483,48) untuk penggunaan pesawat MD 90. Sedangkan pada penggunaan pesawat B 737-400, terdapat penghematan bahan bakar rata-rata sebesar sebesar 4,93% dan masing-masing rute dalam satu tahun atau 5.108.122,98 liter/tahun (senilai Rp. 29.627.113.301,14).

As one of Member State of ICAO (International Civil Aviation Organitation), Indonesia have authority and obligation to provide air traffic service around delegated Indonesian region. To anticipate the growth of air traffic flow in Indonesia area and overcome limitation ability of existing aeronautical telecommunications system and also to accomodate growth of air traffic in the future, Indonesia need a new system to anticipate the growth.
This paper propose an implementation of aeronautical telecommunications service system base on satellite in Indonesia in order to increase efficiency of fuel use in aircraft. The implementation will be done in three phases that are, short term , medium term and long term. The aeronautical telecommunications service system to be develope is system Communication, Navigation and Surveillance using the system based on satellite which is CNS/ATM System (Communication, Navigation and Surveillance I Air Traffic Management System).
The implementation of this new system will overcome various constraint caused by the existing system utilized and to fulfill requirements of aeronautical telecommunication in the future. This research use aviation fuel consume data for MD 90 and B 737-400 aircraft are use for domestic routes of PT. Lion Mentari Airlines. Result of research indicate that there are fuel saving around 4.41% from each route or 4,394,036.64 litres in one year (or equal amount of Rp. 25,485,412,483.48 ) for using MD 90 aircraft. While using B 737-400 aircraft, there are fuel saving around 4.93% from each route or 5,108,122.98 litres in one year (or equal amount of Rp. 29,627,113,301.14 ).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daverius Ma`arang
"ADS-B merupakan salah satu peralatan yang menjadi pelengkap peralatan radar yang bekerja pada frekuensi 1090 MHz agar dapat menjangkau daerah yang sulit karena letak geografis. Salah satu modul penyusun sistem peralatan ADS-B yaitu low noise amplifier (LNA). Untuk aplikasi radar ADS-B diperlukan LNA yang memiliki gain dan kestabilan yang tinggi dengan NF dan return loss yang rendah. Untuk memperoleh hal tersebut maka pada penelitian ini dirancang LNA menggunakan transistor FET-NE3210S01 dengan bias DC, VDS = 2 V dan ID = 10 mA agar memperoleh gain yang tinggi dengan noise figure rendah.
Sementara itu, digunakan dual-stub pada rangkaian matching impedansinya untuk menurunkan nilai return loss dan VSWR. Hasil perancangan rangkaian LNA dengan single-stub matching memiliki keluaran gain (S21) = 17,081 dB, input koefisien pantul (S11) = 21.144 dB, noise figure = 1.954 dB, VSWR = 1,192 dan stability factor (K) = 1,7. Sementara itu, hasil perancangan rangkaian LNA dengan multi-stub matching memiliki keluaran lebih baik, yaitu gain (S21) = 20,59 dB, input koefisien pantul (S11) = 62,120 dB, noise figure = 0.787 dB, VSWR = 1,002 dan stability factor (K) = 1,17.
Hasil perancangan dan simulasi rangkaian LNA dengan single-stub matching memiliki keluaran gain (S21) = 3,3 dB, input koefisien pantul (S11) = 6.3 dB, VSWR = 2.6.Sementara itu, hasil pengukuran rangkaian LNA dengan dual-stub matching memiliki keluaran lebih baik, yaitu gain (S21) = 5,97 dB, input koefisien pantul (S11) = 15.2 dB, VSWR = 1.5. Terlihat bahwa LNA dengan dual-stub matching memiliki hasil keluaran yang lebih baik, peningkatan gain dikarenakan penggunaan dual-stub matching sehingga terjadi penurunan koefisien pantul dan VSWR.

ADS-B is one of the tools to complement radar equipment that works at a frequency of 1090 MHz in order to reach difficult areas due to geographical location. One of the modules making up the ADS-B equipment system that is low noise amplifier (LNA). For radar applications ADS-B is required LNA has a gain and a high stability with NF and low return loss. To obtain the matter, in this study was designed LNA-NE3210S01 using FET transistors with a DC bias, VDS = 2 V and ID = 10 mA in order to obtain high gain with low noise figure.
Meanwhile, use the dual-stub impedance matching circuit to reduce the value of return loss and VSWR and used inter-stage matching in order to distribute power more optimal than the second transistor. The results of the LNA circuit design with single-stub matching has the output gain (S21) = 17.081 dB, input reflection coefficient (S11) = 21 144 dB, noise figure = 1954 dB, VSWR = 1.192 and stability factor (K) = 1.7. Meanwhile, the results of the LNA circuit design with multi-stub matching has a better output, the gain (S21) = 20.59 dB, input reflection coefficient (S11) = 62.120 dB, noise figure = 0787 dB, VSWR = 1.002 and stability factor (K) = 1.17.
The results of the LNA circuit design and simulation with a single-stub matching the output gain (S21) = 3.3 dB, input reflection coefficient (S11) = 3.6 dB, VSWR = 2.6.Sementara, the measurement results of LNA circuit with dual-stub matching has better output, namely the gain (S21) = 5.97 dB, input reflection coefficient (S11) = 2.15 dB, VSWR = 1.5. Seen that the LNA with dual-stub matching has a better outcome, increasing the gain due to the use of dual-stub matching, so there is a decrease the reflection coefficient and VSWR.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29586
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fidia Triani
"ABSTRAK
Spektrum 1087.7-1092.3 MHz telah dialokasikan untuk global flight tracking pada
World Radiocommunication Conference (WRC-15). ADS-B adalah suatu sistem
broadcast pada pesawat terbang yang memberikan informasi mengenai posisi
pesawat (latitude dan longitude), altitude, velocity, aircraft ID, dan informasi
lainnya yang didapat dari sistem on-board. Metode implementasi ADS-B pada
pesawat adalah dengan mengirimkan pesan data yang diformat pada Mode S
transponder melalui frekuensi 1090 MHz. Terdapat kemungkinan untuk
memanfaatkan frekuensi 1090 MHz sebagai pembawa transmisi Voice Cockpit
Recording (VCR) dari pesawat ke satelit. Tesis ini membuat simulasi tentang
speech compresion untuk voice cockpit recording menggunakan Discrete Wavelet
Transform. Hasil kompresi di transmisikan ke satelit menggunakan frekuensi ADSB.
Kualitas suara yang diterimakan pada receiver diuji menggunakan Mean
Operation Score. Simulasi menghasilkan bahwa Daubechies12, Coiflet5, Symlet10
dan Biorthogonal2.6 mempunyai nilai Ratio Compression and PSNR yang terbaik.
Hasil MOS rata-rata menunjukkan bahwa file hasil transmisi memiliki derau dan
sedikit menggangu. Dari hasil simulasi BER dan pengujian MOS maka kompresi
dengan mother-wavelet Daubechies12 mempunyai hasil yang terbaik. Disimpulkan
bahwa kompresi dengan teknik Discrete Wavelet Transform dapat digunakan untuk
mengirim voice cockpit recording dengan frekuensi ADS-B ke satelit

ABSTRACT
Spectrum 1087.7-1092.3 MHz had been allocated to global flight tracking civil
aviation. Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) is an aircraft
technology to broadcast information such as latitude, longitude, altitude, velocity,
and also the aircraft identity to the satellite using mode S transponder with 1090
MHz center frequency. There?s an opportunity to utilize 1090 MHz as the
transmission carrier of Voice Cockpit Recording (VCR) from aircraft to satellite.
This paper investigates voice cockpit recording simulation using Discrete Wavelet
Transform based compression technique. The compressed voice was transmitted to
the satellite using ADS-B frequency. The received sound was also tested by Mean
Operation Score. The simulation found that Daubechies12, Coiflet5, Symlet10 and
Biorthogonal2.6 has the best result of Ratio Compression and PSNR. From the
BER simulation result and average MOS results have indicated that Daubechies12
has the best results. It concluded that speech compression with Discrete Wavelet
Transform can be used for sending the voice cockpit recording over ADS-B via
satellite reception."
2016
T46205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>