Ditemukan 82437 dokumen yang sesuai dengan query
Apfia Gracia
"Setelah mengalami Revolusi Industri, konsep, teknik, serta material modern masuk ke dalam arsitektur Jepang. Beberapa arsitek Jepang kemudian membuat bangunan yang menggabungkan gaya arsitektur tradisional sukiya dengan teknik pembuatan dan bahan-bahan modern yang mereka pelajari. Gaya arsitektur sukiya pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli Teh Sen no Rikyu, dimana nilai-nilai yang terdapat pada budaya minum teh, nilai-nilai yang berasal dari ajaran Zen Buddhisme, juga ada pada gaya arsitektur sukiya. Penelitian ini ditulis dengan metode deskriptif analisis melalui studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai keindahan shibui yang terdapat dalam elemen-elemen pada gaya arsitektur sukiya modern.
After the Industrial Revolution in Japan, modern architecture concepts, technique, and materials began to enter Japan's world of architecture. Some of Japanese architects then began to create buildings that combines traditional-style architecture with modern technique and materials that they have learned. Sukiya -style architecture was first developed by one of the Japanese Tea Master, Sen no Rikyu, where he implemented values that also exist in Japanese art of drinking tea, that was shaped based on the teachings of Zen Buddhism, in the architectural style. The method that is used in the writing of this study is descriptive analysis based on literature study. This study explains about the beauty of shibui that appears on the elements of modern. sukiya architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Teiji, Itoh
New York: Weatherhill, 1972
722.1 TEI c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kyoto: Walker Weatherhill, 1968
R 720.952 ELE
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Dita Yulistya
"Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan manusia, tentunya tidak dapat terlepas dari usaha manusia dalam mewujudkan ruang eksistensinya di bumi ini. Kajian mengenai ruang dan manusia menjadi topik yang tidak ada habisnya dalam kajian arsitektur dan disiplin ilmu lainnya. Perkembangan teknologi dari era mekanik hingga era elektronik telah mengakibatkan perubahan gaya hidup bagi masyarakat dunia. Begitu juga pemahaman manusia akan ruang. Dunia pun terasa amat kecil. Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu sesingkat mungkin dengan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi. Tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam mengalami ruang mulai digantikan perannya dengan adanya perkembangan media mekanik sampai elektronik. Adakah suatu pendekatan arsitektur yang dapat mengimbangi perkembangan hubungan ruang dan manusia di era elektronik ini? Salah satu pendekatan arsitektur yang merespon fenomena ini adalah blurring architecture oleh Toyo Ito. Bagi Ito, blurring architecture adalah arsitektur yang menyatu dan terhubung dengan sekitarnya, suatu representasi dari hubungan manusia dan ruang di era elektronik.
Architecture as part of human culture is related to the creation of space of his existence. Many studies has been made about human and space relation, but no sign of this topic will soon come to an end. Development of technology from mechanic age to electronic age has change people's way of life and their understanding about space. The world, surprisingly becomes smaller and smaller. Distance is no longer a problem since we have transportation, information and communication means. Human lived body that has the most important role in experiencing spaces has been mediated by mechanic and electronic media. Is there any architectural approach that can follow the development of human-space relationship in electronic age ? One of architectural approach that responses this phenomenon is blurring architecture by Toyo Ito. For Ito, blurring architecture means an architecture that is being merged and connected to its surrounding, a representation of human-space relation in electronic age."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S48563
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gitta Amalia Widyaputri
"
ABSTRAKKimono adalah baju tradisional Jepang yang berarti sesuatu yang dipakai. Kimono memiliki banyak ragam yang terkenal, tergantung dari status pemakainya, acara dimana kimono itu akan dipakai, dan lain sebagainya. Kimono adalah pakaian yang memiliki motif dan warna-warna yang indah. Motif dan warna pada kimono memiliki nilai estetika yang tinggi serta mengandung maknanya tersendiri. Beberapa nilai estetika yang dapat ditemui pada kimono adalah unsur Wabi-sabi dan shibui. Selain itu, motif pada kimono banyak yang mengandung Kisetsu atau unsur musim.
ABSTRACTKimono is Japanese traditional clothes that literally means something to wear. There are various types of kimono depending on the persons status, the event where the kimono will be used, and others. Kimono are the type of clothes that has various motifs and beautiful colors. These motifs and colors has high aesthetic values and each has their own meanings. Some of the aesthetics that can be found on kimono is Wabi-sabi and Shibui. Other than that, it also has Kisetsu or seasonal elements on it."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fildza Miranda
"Pengaruh modernitas telah dibawa ke dalam lingkup koloni Hindia Belanda melalui proses kolonialisme yang dikemas dalam bentuk teknologi, gaya hidup, dan arsitektur. Produk-produk modern ini telah mempengaruhi penduduk lokal dengan rasa ingin tahu terhadap hal-hal modern sehingga pada akhirnya menjadi tertarik untuk menjadi bagian dari masyarakat modern. Surabaya yang merupakan kota pelabuhan terbesar di Hindia Belanda, berusaha menciptakan pameran kolonial bernama Jaarmarkt dengan tujuan untuk mempromosikan ketrampilan dan komoditas lokal. Tampilan produk dan teknologi modern yang dipamerkan dalam pameran kolonial Hindia Belanda dilakukan guna mempromosikan modernitas dan pada saat yang bersamaan juga menarik penduduk lokal yang penasaran terhadap modernitas. Berbagai upaya termasuk salah satunya meniru pakaian yang dikenakan oleh bangsa Belanda serta pengambilan gaya arsitektur khas Belanda telah menunjukkan bahwa adanya kombinasi antara rasionalisasi barat dan lokalitas timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguraikan arsitektur heterogen yang ditemukan pada pameran kolonial Jaarmarkt dapat menyatukan dua pihak yakni yang menjajah dan yang dijajah, serta bagaimana peran pameran tersebut dalam menyediakan ruang untuk penerapan modernitas.
Modernity has been brought into the Netherland Indies colony through colonialism in the form of technology, lifestyle, and architecture. These modern products have influenced indigenous people with curiosity toward modernity and eventually become attracted to become part of the modern society. Being the most prominent city port in the Netherland Indies, Surabaya sought to create Jaarmarkt colonial exhibition aimed to promote local craftsmanship and commodities. Displays of modern products and technology were showcased in the Netherland Indies colonial exhibitions has been done to promote modernity and also attract the curious indigenous. Many attempts include mimicking clothes worn by the Dutch and adopting Dutch style architecture has shown that there is a mix of western rationalization and eastern locality. This thesis aims to analyze and elaborate Jaarmarkt colonial exhibitions heterogeneous architecture that unifies both colonizers and colonized alike and how it became a space to practice modernity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adlina
"Keterkaitan antara arsitektur dan fesyen merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Akan tetapi, pembahasan mengenai keterkaitan antar keduanya relatif belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Arsitektur dan fesyen merupakan perwujudan gaya yang berkembang pada suatu zaman. Keduanya akan terus berubah dan digantikan oleh gaya yang baru. Gaya dapat dicerminkan dalam wujud dan bentuk, maupun elemen lain yang menciptakan karakteristik berbeda antara gaya satu dengan yang lainnya. Saat ini, bentuk bangunan menjadi lebih dinamis, sedangkan fesyen justru berkembang menurut prinsip arsitektonik, karena perkembangan teknologi. Hal tersebut menunjukkan perkembangan terhadap gaya keduanya.
Menoleh ke masa sebelumnya, perkembangan arsitektur dan fesyen menciptakan gaya yang berbeda dalam suatu masa. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dan menciptakan ciri pada gaya dalam kurun waktu tertentu. Dengan menelaah perkembangan arsitektur dan fesyen dari masa lampau, hingga masa kini, dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara gaya keduanya serta dampak signifikan akibat keterkaitan tersebut sebagai perwujudan dari kebudayaan masyarakat.
The relations between architecture and fashion are interesting topics to be studied. However, the discussion on the relationship between the two, relative has not been carried out by researchers. Architecture and fashion are embodiment of style which grow at a time. Both will always and replaced by new style. Style can be reflected in object and form, also in another element which creating different character between one style with another. Currently, building forms become more dynamic, while fashion grows according architectonic principal because of technological development. It shows the developments of both styles. Turned to the past, the development of architecture and fashion was creating different style in period. There are factors which affect its development, and create characteristic of style within certain time. By examining the development of architecture and fashion from the past until the present, we can conclude there is correlation between their style as well as significant impacts due to these linkages as reflection of social culture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43695
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Itoh, Teiji
New York: Weatherhill, 1973
712.2 ITO s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Lea Runita Latuminasse
"Artikel ini bertujuan untuk memaparkan gaya arsitektur Indis pada Gedung Balaikota Bogor. Penelitian deskriptif ini akan menguraikan bagian-bagian eksterior Gedung Balaikota Bogor yang menerapkan gaya arsitektur Belanda dan arsitektur lokal. Kedua unsur arsitektur itulah yang membentuk arsitektur Indis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka dan tinjauan lapangan.
The aim of this article is to explain architecture style of Indies which are located in Balaikota Bogor building. This descriptive research will give informations about the exterior parts of Balaikota Bogor building which applied an architecture of the Netherlands and a local architecture style. Aspects of both styles formed the Indies architecture. The method that is used in this research are methods of book learning and survey from the field."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library