Ditemukan 74426 dokumen yang sesuai dengan query
Apfia Gracia
"Setelah mengalami Revolusi Industri, konsep, teknik, serta material modern masuk ke dalam arsitektur Jepang. Beberapa arsitek Jepang kemudian membuat bangunan yang menggabungkan gaya arsitektur tradisional sukiya dengan teknik pembuatan dan bahan-bahan modern yang mereka pelajari. Gaya arsitektur sukiya pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli Teh Sen no Rikyu, dimana nilai-nilai yang terdapat pada budaya minum teh, nilai-nilai yang berasal dari ajaran Zen Buddhisme, juga ada pada gaya arsitektur sukiya. Penelitian ini ditulis dengan metode deskriptif analisis melalui studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai keindahan shibui yang terdapat dalam elemen-elemen pada gaya arsitektur sukiya modern.
After the Industrial Revolution in Japan, modern architecture concepts, technique, and materials began to enter Japan's world of architecture. Some of Japanese architects then began to create buildings that combines traditional-style architecture with modern technique and materials that they have learned. Sukiya -style architecture was first developed by one of the Japanese Tea Master, Sen no Rikyu, where he implemented values that also exist in Japanese art of drinking tea, that was shaped based on the teachings of Zen Buddhism, in the architectural style. The method that is used in the writing of this study is descriptive analysis based on literature study. This study explains about the beauty of shibui that appears on the elements of modern. sukiya architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Teiji, Itoh
New York: Weatherhill, 1972
722.1 TEI c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Kyoto: Walker Weatherhill, 1968
R 720.952 ELE
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Dita Yulistya
"Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan manusia, tentunya tidak dapat terlepas dari usaha manusia dalam mewujudkan ruang eksistensinya di bumi ini. Kajian mengenai ruang dan manusia menjadi topik yang tidak ada habisnya dalam kajian arsitektur dan disiplin ilmu lainnya. Perkembangan teknologi dari era mekanik hingga era elektronik telah mengakibatkan perubahan gaya hidup bagi masyarakat dunia. Begitu juga pemahaman manusia akan ruang. Dunia pun terasa amat kecil. Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu sesingkat mungkin dengan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi. Tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam mengalami ruang mulai digantikan perannya dengan adanya perkembangan media mekanik sampai elektronik. Adakah suatu pendekatan arsitektur yang dapat mengimbangi perkembangan hubungan ruang dan manusia di era elektronik ini? Salah satu pendekatan arsitektur yang merespon fenomena ini adalah blurring architecture oleh Toyo Ito. Bagi Ito, blurring architecture adalah arsitektur yang menyatu dan terhubung dengan sekitarnya, suatu representasi dari hubungan manusia dan ruang di era elektronik.
Architecture as part of human culture is related to the creation of space of his existence. Many studies has been made about human and space relation, but no sign of this topic will soon come to an end. Development of technology from mechanic age to electronic age has change people's way of life and their understanding about space. The world, surprisingly becomes smaller and smaller. Distance is no longer a problem since we have transportation, information and communication means. Human lived body that has the most important role in experiencing spaces has been mediated by mechanic and electronic media. Is there any architectural approach that can follow the development of human-space relationship in electronic age ? One of architectural approach that responses this phenomenon is blurring architecture by Toyo Ito. For Ito, blurring architecture means an architecture that is being merged and connected to its surrounding, a representation of human-space relation in electronic age."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S48563
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fildza Miranda
"Pengaruh modernitas telah dibawa ke dalam lingkup koloni Hindia Belanda melalui proses kolonialisme yang dikemas dalam bentuk teknologi, gaya hidup, dan arsitektur. Produk-produk modern ini telah mempengaruhi penduduk lokal dengan rasa ingin tahu terhadap hal-hal modern sehingga pada akhirnya menjadi tertarik untuk menjadi bagian dari masyarakat modern. Surabaya yang merupakan kota pelabuhan terbesar di Hindia Belanda, berusaha menciptakan pameran kolonial bernama Jaarmarkt dengan tujuan untuk mempromosikan ketrampilan dan komoditas lokal. Tampilan produk dan teknologi modern yang dipamerkan dalam pameran kolonial Hindia Belanda dilakukan guna mempromosikan modernitas dan pada saat yang bersamaan juga menarik penduduk lokal yang penasaran terhadap modernitas. Berbagai upaya termasuk salah satunya meniru pakaian yang dikenakan oleh bangsa Belanda serta pengambilan gaya arsitektur khas Belanda telah menunjukkan bahwa adanya kombinasi antara rasionalisasi barat dan lokalitas timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguraikan arsitektur heterogen yang ditemukan pada pameran kolonial Jaarmarkt dapat menyatukan dua pihak yakni yang menjajah dan yang dijajah, serta bagaimana peran pameran tersebut dalam menyediakan ruang untuk penerapan modernitas.
Modernity has been brought into the Netherland Indies colony through colonialism in the form of technology, lifestyle, and architecture. These modern products have influenced indigenous people with curiosity toward modernity and eventually become attracted to become part of the modern society. Being the most prominent city port in the Netherland Indies, Surabaya sought to create Jaarmarkt colonial exhibition aimed to promote local craftsmanship and commodities. Displays of modern products and technology were showcased in the Netherland Indies colonial exhibitions has been done to promote modernity and also attract the curious indigenous. Many attempts include mimicking clothes worn by the Dutch and adopting Dutch style architecture has shown that there is a mix of western rationalization and eastern locality. This thesis aims to analyze and elaborate Jaarmarkt colonial exhibitions heterogeneous architecture that unifies both colonizers and colonized alike and how it became a space to practice modernity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adlina
"Keterkaitan antara arsitektur dan fesyen merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Akan tetapi, pembahasan mengenai keterkaitan antar keduanya relatif belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Arsitektur dan fesyen merupakan perwujudan gaya yang berkembang pada suatu zaman. Keduanya akan terus berubah dan digantikan oleh gaya yang baru. Gaya dapat dicerminkan dalam wujud dan bentuk, maupun elemen lain yang menciptakan karakteristik berbeda antara gaya satu dengan yang lainnya. Saat ini, bentuk bangunan menjadi lebih dinamis, sedangkan fesyen justru berkembang menurut prinsip arsitektonik, karena perkembangan teknologi. Hal tersebut menunjukkan perkembangan terhadap gaya keduanya.
Menoleh ke masa sebelumnya, perkembangan arsitektur dan fesyen menciptakan gaya yang berbeda dalam suatu masa. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dan menciptakan ciri pada gaya dalam kurun waktu tertentu. Dengan menelaah perkembangan arsitektur dan fesyen dari masa lampau, hingga masa kini, dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara gaya keduanya serta dampak signifikan akibat keterkaitan tersebut sebagai perwujudan dari kebudayaan masyarakat.
The relations between architecture and fashion are interesting topics to be studied. However, the discussion on the relationship between the two, relative has not been carried out by researchers. Architecture and fashion are embodiment of style which grow at a time. Both will always and replaced by new style. Style can be reflected in object and form, also in another element which creating different character between one style with another. Currently, building forms become more dynamic, while fashion grows according architectonic principal because of technological development. It shows the developments of both styles. Turned to the past, the development of architecture and fashion was creating different style in period. There are factors which affect its development, and create characteristic of style within certain time. By examining the development of architecture and fashion from the past until the present, we can conclude there is correlation between their style as well as significant impacts due to these linkages as reflection of social culture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43695
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Itoh, Teiji
New York: Weatherhill, 1973
712.2 ITO s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Nia Namirah Hanum
"Di era modern, kehadiran beton tidak hanya sebagai sebuah material. Eksistensinya memicu untuk menggali kembali bagaimana sebuah inovasi teknologi mempengaruhi peradaban, khususnya dalam wacana arsitektural. Jika diaplikasikan ke dalam bangunan, beton dipandang tidak memiliki prinsip dan bentukan yang baku jika kita bersedia membuka pikiran lebih jauh bahwa setiap bangunan, yang mengandung beton maupun tidak, adalah hasil turunan dari berbagai parameter, yaitu kultural, sosio-politik, dan ekonomi. Brutalisme, adalah salah satu gaya arsitektur yang erat kaitannya dengan beton ekspos/polos. Namun dewasa kini bangunan yang memiliki struktur beton polos sangat banyak, termasuk di Indonesia. Hal yang dikritisi adalah bagaimana Brutalisme dikupas melalui kacamata penggunaan beton di Indonesia, saat sokongan teknologi dan peristiwa- peristiwa politik menjadi alasan pembangunannya. Dengan studi kasus Wisma Hayam Wuruk (1976) yang ditengarai sebagai salah satu gaya Brutalisme di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menelisik kemunculan Brutalisme di Indonesia dengan penggunaan teknologi beton pada arsitektur modern dan pengaruh sosio-politik di era Orde Baru sebagai alat penelitian. Metode sejarah digunakan untuk menyajikan analisis terutama dalam menggambarkan beberapa peristiwa politik, yang dilakukan dalam bentuk deskriptif analitis untuk lebih menjelaskan kejadian dalam dimensi ruang dan waktu yang terjadi di masa lampau.
In the modern era, the presence of concrete is not merely as a material. Its existence triggers to rethinking on how a technological innovation affects civilization, especially in architectural discourse. If applied to buildings, concrete is deemed not to have a standard principle and form if we are willing to open our minds further that each building, whether or not containing concrete, is derived from various parameters, namely cultural, socio- political, and economic. Brutalism, is one of the architectural styles that is closely related to exposed concrete. But nowadays buildings that have plain concrete structures are very numerous, even in Indonesia. What was criticized was how Brutalism was peeled through the lens of concrete use in Indonesia, when technological support and political events became the reason for its development. With the case study of Wisma Hayam Wuruk (1976) which was suspected as one of the styles of Brutalism in Indonesia. This paper aims to explore the emergence of Brutalism in Indonesia with the use of concrete technology on modern architecture and socio-political influence in the New Order era as a research tool. Historical methods are used to present analysis, especially in describing several political events, carried out in descriptive analytical form to better explain events in the dimensions of space and time that occurred in the past."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54105
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nadia Dwi Putranti
"Arsitektur merupakan sebuah karya, yang tidak jarang dalam eksistensinya dimaknai bukan hanya dari fungsi yang dimilikinya, namun juga dari keindahan yang dimilikinya. Makna keindahan pada sebuah karya arsitektur dapat dikorelasikan dan seringnya hanya dilihat dari kualitas visual yang dimiliki karya tersebut. Menilik erat dan kentalnya elemen keindahan dalam sebuah karya arsitektur, dimana arsitektur bukan sekedar karya yang dicerap melalui indera pengelihatan, dibutuhkan lebih dari sekedar kualitas visual untuk memaknai keindahan dalam arsitektur. Skripsi ini berisi pembahasan mengenai apa sebenarnya keindahan yang dimaksud dalam arsitektur dan melalui studi kasus berusaha menggambarkan bagaimana keindahan tercipta dalam ruang arsitektur.
Architecture is a work, that in its existence often valued not only by its function but also by its beauty. The meaning of beauty can be correlated with a visual quality and often seen only as a visual quality. Looking back about how important beauty as the fundamental element in architecture, which architecture is not a work that perceived only by visual sensory, I believe that there is more than just a visual quality to define beauty in architecture. This under-graduate thesis will discuss about the essence of beauty in architectural field and through a study will be shown how beauty exist within the architectural space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57847
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library