Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sovian Aritonang
"ABSTRACT
Jumlah cadangan pasir besi sebagian besar tersebar di wilayah pesisir perairan Indonesia,dari pesisir sebelah barat Sumatera, pesisir pantai selatan Jawa juga Bali, pesisir Sulawesi, pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT), serta pesisir Papua. Jumlah cadangan keseluruhan untuk bijih sebanyak 173.810.612 ton dan logam sebanyak 25.412.652,62 ton. Tetapi pemanfaatannya belum optimal,karena PT. Krakatau Steel, dan PT. Krakatau Posco baru memproduksi plat baja sebanyak 24.000 sampai dengan 36.000 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan plat baja untuk industri perkapalan tiap tahunnya dibutuhkan 900.000 ton per tahun. Dengan kebutuhan bahan baku plat baja berupa besi spons dengan Fe ≥ 60%, PT. Krakatau Steel masih mengimpor dari luar negeri. Buktinya, PT. Krakatau Steel sebelum dan selama tahun 2000-an masih mengimpor Pellet Bijih Besi dari negara Swedia, Chilli, dan Brazil sebesar 3.500.000 ton per tahun. Kondisi ini merupakan penyebab industri baja nasional tidak bisa bersaing dengan industri baja luar negeri, karena bahan baku yang diimpor dikenakan bea masuk. Ini peluang untuk membangun perusahaan bahan baku baja, karena selama ini industri bahan baku baja di Indonesia hanya ada dua perusahaan. Kondisi ini mendorong dilakukannya pembuatan besi spons, dengan proses pembuatan besi spons dengan teknologi yang disesuaikan dengan kapasitas produksi terpasang. Penelitian ini menganalisis pembuatan besi spons dengan menggunakan pasir besi Cipatujah, sebagai bahan baku untuk pembuatan besi spons, dengan hasil yang didapat berupa besi spons dengan kadar tertingginya Fe ≥60,44%. Ini dapat dipakai untuk keperluan bahan baku pembuatan baja PT. Krakatau Steel (PT. KS), karena selama ini PT. KS mengklaim bahwa produk besi spons lokal Fe<60%. Ini dapat mendorong kemandirian bahan baku baja, yang dampak pada kemandirian industri pertahanan. Tetapi pemerintah juga harus melakukan proteksi dan memprioritaskan bahan baku baja produksi nasional untuk produksi baja nasional. Dengan jalan industri baja nasional milik pemerintah membina konsorsium vendor pemasok bahan baku (besi spoin) agar kualitas dan pasokan besi spons berkesinambungan."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Abdulhafizh
"Industri besi baja dikenal juga sebagai “The Mother of Industries”, karena posisinya yang strategis dan juga cakupan penggunaannya yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk membahas daya saing industri besi baja dari negara-negara G20, kecuali Uni Eropa, serta melihat dimanakah posisi Indonesia. Dengan menggunakan indeks Revealed Comparative Advantage, diketahui bahwa dari 19 negara hanya 9 negara saja yang memiliki daya saing pada industri besi baja. Sedangkan, terdapat beberapa negara yang tidak memiliki daya siang dikarenakan nilai ekspor pada industri besi bajanya lebih kecil dibandingkan dengan nilai impornya, termasuk Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi daya saing industri besi baja negara-negara G20. Dimana variabel total produksi dan tingkat konsumsi merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi industri besi baja secara signifikan.

The iron and steel industry is also known as "The Mother of Industries", because of its strategic position and wide range of uses. This study aims to discuss the competitiveness of the iron and steel industry from the G20 countries, except the European Union, and to see where Indonesia's position is. By using the Revealed Comparative Advantage index, it is known that out of 19 countries only 9 countries have competitiveness in the iron and steel industry. Meanwhile, there are several countries that do not have competitiveness because the export value in the iron and steel industry is smaller than the import value, including Indonesia. This study also aims to determine what factors that can affect the competitiveness of the iron and steel industry in the G20 countries. Where the variables of total production and consumption levels are two factors that can significantly affect the iron and steel industry. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marbun, Sri Imelda
"Proteksi merupakan salah satu alat kebijakan pemerintah untuk melindungi industri-industri baru atau industri strategis dari segala sesuatu yang dapat menghambat proses produksi dan pada gilirannya akan mengurangi output. Industri dasar besi dan baja merupakan suatu industri yang memberikan kontribusi besar bagi industri-industri lain yang menggunakan output industri dasar besi dan baja dalam proses produksinya, seperti industri otomotif, alat berat, pipa konstruksi, dan sebagainya. Jadi performance industri dasar besi dan baja akan mempengaruhi performance industri-industri yang menggunakan output industri dasar besi dan baja dalam proses produksinya. Dengan alasan tersebut, maka industri dasar besi dan baja dilindungi pernerintah dan mulai dikurangi secara bertahap pada akhir tahun 1992, dan sampai akhir tahun 1994 industri ini sudah tidak mendapat fasilitas proteksi lagi. Pemberian proteksi ini mengakibatkan industri dasar besi dan baja merupakan suatu contoh penerapan infant industry argument. Jika dihubungkan dengan efisiensi, maka proteksi yang berlebihan membawa dampak inefisiensi bagi industri yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka semakin tinggi tingkat proteksi maka semakin rendah tingkat efisiensi industri tersebut. Demikian juga halnya dengan industri dasar besi dan baja, yang efisiensinya sangat rendah selama mendapat proteksi. Dan memang fasilitas proteksi ini akan membawa dampak high cost economy. Oleh sebab itu alangkah baiknya jika pemerintah menyeleksi terlebih dahulu industri-industri yang akan diberikan fasilitas proteksi di samping menetapkan batas waktu pemberian fasilitas proteksi tersebut dengan wajar sehingga membuat industri tersebut mandiri serta dapat mengurangi kerugian ekonomi secara nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Prastyo Rahman
"Limbah Industri baja mill scale sudah berhasil diolah menjadi pigmen besi oksida warna kuning dan merah. Hasil pigmen besi oksida melalui variasi pH (4,7 dan 11) pengendapan menghasilkan fasa berupa goethit α-FeOOH, lepidokrosit γ-FeOOH dan magnetit Fe3O4. Pengaruh peningkatan pH saat pengendapan maka menurunkan terbentuknya fasa besi hidrat dan terbentuknya fasa besi oksida. Sedangkan pigmen merah hematit Fe2O3 diperoleh setelah proses kalsinasi 900oC selama 2 jam penahanan. Disimpulkan bahwa hasil sintesa mill scale menjadi pigmen kuning terbaik terjadi pada pH-4 dan pigmen merah terbentuk pada calsinasi CpH-11, kondisi ini yang paling mendekati produk pigmen komersil. Perlu penguasaan teknologi milling untuk mencapai standard ukuran partikel pigmen komersil.

Industry Steel Waste (Mill Scale) have processed successfully into yellow and red iron oxide by precipitate method. Variation pH (4, 7, and 11) in the precipitate method resulted Goethite (α-FeOOH), Lepidocrosite (γ-FeOOH), and Magnetite (Fe3O4) phase. Increasing pH value in the precipitate method show decreasing fraction iron hydrate's phase and growing iron oxide's phase. Red oxide was processed by calcination temperature until 900oC for 2 hour. As conclution of this research is yellow oxide synthetic pigment occur in pH value 4 and red oxide synthetic pigment occur in pH value 11. This condition shown like identic with iron oxide commercial pigment. Fine milling will be needed to reach particle size commercial pigment standard.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T41518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Okthory Sucianto
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Faruqi
"Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia menuntut industri pertambangan dan pengolahan mineral untuk dapat mengolah sumber daya yang ada menjadi bahan baku untuk kelancaran siklus industri di Indonesia. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan dalam industri adalah bahan baku mineral berupa pasir besi. Pasir besi merupakan salah satu mineral paling melimpah di Indonesia. Kandungan utama pasir besi adalah senyawa oksida besi yaitu magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), titanomagnetit (Fe2TiO4), dan ilmenit (FeTiO3). Mineral ini mengandung unsur utama besi dengan pengotor lain yang memiliki harga jual tinggi seperti titanium. Kajian penelitian terkait reduksi karbotermik telah dikembangkan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh proses distribusi ukuran bahan baku terhadap reduksi karbotermik pasir besi dengan arang tempurung kelapa sawit dan natrium sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar sebelum dan sesudah reduksi sehingga bisa dikatakan terjadi proses reduksi. Selain itu, tampilan visual metode milling 60 menit lebih baik daripada metode lainnya. Persentase perolehan kembali Fe tertinggi dicapai pada sampel 3 yang diberi perlakuan bubuk selama 4 menit tanpa penambahan Na2SO4 sebesar 91%.

The abundant natural resources in Indonesia require the mining and mineral processing industries to be able to process existing resources into raw materials for the smooth running of the industrial cycle in Indonesia. One of the resources needed in the industry is mineral raw material in the form of iron sand. Iron sand is one of the most abundant minerals in Indonesia. The main content of iron sand is iron oxide compounds, namely magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3), titanomagnetite (Fe2TiO4), and ilmenite (FeTiO3). This mineral contains the main element iron with other impurities that have a high selling price such as titanium. Research studies related to carbothermic reduction have been developed with the aim of knowing the effect of the raw material size distribution process on the carbothermic reduction of iron sand with palm oil shell charcoal and sodium sulfate. The results showed that there was a change in levels before and after the reduction so that it could be said that there was a reduction process. In addition, the visual display of the 60 minute milling method is better than other methods. The highest percentage of Fe recovery was achieved in sample 3 which was treated with powder for 4 minutes without the addition of Na2SO4 by 91%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronal Afan
"Kebutuhan dunia akan senyawa titanium oksida semakin meningkat, hal ini memacu tumbuhnya iklim penelitian di bidang pengolahan Ilmenit untuk menghasilkan titanium oksida yang bermutu tinggi. Utilitas dari titanium oksida (Ti02) sebagian besar adalah untuk bahan baku pigmen cat, industri kertas, industri karet, tinta, tekstil dan bahan baku titanium. Seiring dengan perkembangan teknologi di Indonesia, maka terjadi peningkatan pemakaian Ti02 yang cukup signifikan, sehingga untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dilakukan dengan cara import dari Australia, Amerika dan Eropa. Prakiraan penggunaan akan produk Titanium meningkat antara 10% s/d 15% setiap tahun (US Department of Comerce June, 2001, [I]).
Produksi Ti02 (Rutil) sangat tergantung atas ketersediaan bahan baku yang memiliki potensi ekonomis, yaitu endapan pasir besi. Berdasarkan sebaran potensi mineralisasi di wilayah Kep. Indonesia, endapan pasir besi cukup banyak tersebar dari pesisir barat-timur P. Sumatra, pesisir barat P. Kalimantan, dan pesisir selatan P. Jawa. Terutama di P. Bangka dan P. Jawa yang ditunjang dengan adanya industri pengolahan timah dan limbah pasir-besi.
Dalam penelitian ini digunakan metoda yang selektif yaitu dengan "mereduksi pengotor melalui ukuran butiran pasir-besi melalui proses sizing mekanik 'grinding' dan penyaringan 'sieving'. Dengan prakiraan bahwa setiap unsur dengan senyawanya memiliki ukuran butir tersendiri, sehingga bila disaring dengan diameter tertentu ak:an memiliki kecenderungan dengan meningkatnya hasil analisa pada unsur-unsur tertentu, terutama terhadap kandungan unsur Ti. Pelarutan merupakan tahap lanjutan dalam meningkatkan kandungan Ti02. Pelarutan (pelindian) dengan menggunakan larutan asam: HCl (1 :20) dan kombinasinya; dengan cara mengaduk pada suhu tertentu (hot-stirred-digestion) yaitu agar terjadi reaksi dalam waktu singkat; antara selang waktu 4-5 jam diharapkan terjadi penguapan ( evaporasi) larutan. Residu yang dihasilkan dianalisa kembali menggunakan XRF dan XRD. Ternyata hasil analisa kurang menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi Ti. Dilanjutkan dengan proses pemanggangan (roasting) 1000°C agar terjadi oksidasi dan pemisahan terhadap senyawa-senyawa yang masih terikat seperti Si, Mg, Mn dan Fe, hasil analisa XRF menunjukkan adanya peningkatan sebesar 64%, dari kandungan Ti: 51 % menjadi 84%. Aspek ekonomi, memperhitungkan feasibilitas pabrik pengolahan dengan tengat waktu delapan tahun masih memberikan profit sebesar 38%/tahun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amstrongmia
"ABSTRAK
Resesi ekonomi yang melanda negara Indonesia secara tidak langsung menyebabkan meningkatnya biaya produksi di industri peleburan Iogam yang menggunakan dapur tukik. Peningkatan tersebur dipengaruhi oleh ketergantungan terhadap bahan bakar kokas import yang digunakan oleh dapur tukik. Aras dasar ini maka perlu dicari bahan bakar alternatif yang dapat mensubtitusi kokas impont. Pada penelitian ini diharapkan dapat dibuat briket semikokas dengan bahan pengikat gula tetes yang dapat mensubtimsi pamakaian kokas import dengan jumlah yang cukup berarti(>50 %).
Penelitian diawali dengan briketasi dimana persentase gula tetes yang digunakan adalah 7,5, 10 dan 12,5%. Masing-musing briket tersebut kemudian dikarbonisasi pada temperatur 300℃ dan 400℃. Karbonisasi diawali dengan pengeringan air yang menggunakan oven pada temperatur 200℃ selama 20 menit. Pengujian karakteristik briket dilakukan pada green briker maupun briket pasca karbonisasi (briket semikokas). Pada green briket dilakukan pengujian sifat mekanis (kekuatan tekanan dan kekuatan jatuh) sedangkan pada briket semikokas dilakukan pengujian sifat mekanis, komposisi kimia (carbon dan sulfur, kadar air serta nilai kalor).
Dari hasil optimum yang didapat jika dibandingkan dengan briket bambara PT. BA dan kokas import (nilai optimum briket semikokas didapat pada briket dengan persentase gula teres 12,5% dan temperatur karbonisasi 400℃), dapat diprediksi briket semikokas tersebut dapat mensubtitusi kokas import sampai 50%. Prediksi didasari oleh karakteristik briket yaitu kekuatan rekan yang mencapai 5,4 kg/cm2, kekuatan jatuh 99,52%, nilai kalor 5772,02 serta kadar sulfur 0,33%."
2000
S41572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Martin Luther
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>