Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Debora Jeiny Lamia
"Tesis ini membahas strategi daya saing destinasi wisata bahari berbasis local wisdom di Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui analisis terhadap destination competitiveness dan place marketing. Destination competitiveness digunakan untuk menilai daya saing destinasi wisata bahari dalam rangka penyusunan strategi daya saing yang dilakukan melalui teori place marketing. Penelitian ini adalah penelitian deskriptifkualitatif dengan pendekatan postpositivisme.
Hasil penelitian menunjukan bahwa destinasi wisata bahari Kabupaten Kepulauan Sangihe berdaya saing berdasarkan indikator natural resources, heritage and culture, dan special events dan tidak berdaya saing pada indikator tourism infrastructure, demand condition dan promotion and coordination.
Penelitian ini menyarankan kepada pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan stakeholder pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe agar memadukan wisata bahari dengan kearifan lokal melalui buying product dan buying experience, melakukan segmentasi wisatawan potensial, melaksanakan events pariwisata bertaraf nasional dan internasional dengan menonjolkan unsur kearifan lokal masyarakat, menerapkan Community-Based Tourism dan Public-Private Partnership dan bekerja sama dengan kelompok sadar wisata dalam mempromosikan wisata bahari berbasis lokal wisdom dan mengatasi masalah lingkungan pariwisata bahari Sangihe, membentuk brand image destinasi wisata bahari kabupaten kepulauan Snagihe dan menargetkan wisatawan potensial berdasarkan aktivitas tujuan wisata, demografi dan trend kunjungan wisatawan ke provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe.

This thesis discusses the competitiveness of local wisdom-based marine tourism destinations in the Sangihe Islands Regency through an analysis of destination competitiveness and place marketing. Destination competitiveness was used to assess the marine-tourism destination competitiveness in the context of developing the strategies that were carried out through place marketing theory. This research is a descriptive qualitative study with a post-positivism approach.
The findings showed that the marine tourism destinations in the Sangihe Islands Regency were competitive based on indicators of natural resources, heritage and culture, and special events and were not competitive on the indicators of tourism infrastructure, demand conditions, promotion and coordination.
This research recommends the local government of Sangihe Islands Regency and tourism stakeholders, to integrate marine tourism with local wisdom through buying products and buying experience, segmenting potential tourists, carrying out national and international-level tourism events by highlighting elements of local wisdom, implementing Community- Based Tourism and Public-Private Partnership and collaborating with tourism observer groups in promoting local wisdom-based marine tourism and addressing the environmental issues of Sangihe marine tourism, shaping a brand image of marine tourism destinations and targeting potential tourists markets based on tourist destination activities, demographics and tourist visits trend to the North Sulawesi Province and Sangihe Islands Regency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T54576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dispenal, 2018
R 359.595 8 SAI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kememterian Pariwisata RI, 2019
333.785 98 WIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Dewanto
"Tesis ini membahas pengembangan wisata bahari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu melalui suatu kajian berbasis scenario planning. Skenario digunakan dalam rangka mengelola kondisi yang tidak pasti di masa depan. Sehingga strategi yang digunakan menjadi lebih efektif, efisien, dan berdaya guna. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan postpositivism. Hasil penelitian menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun brand image di wisata bahari Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, agar wisata bahari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu bernilai jual tinggi dan meningkat secara signifikan sebagai salah satu destinasi wisata potensial yang dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta.

This thesis discusses the development of marine tourism in Kepulauan Seribu District Administration based on scenario planning. The scenario is used to manage indefinite condition in the future. With the result that strategy which is used more effective, efficient, and valuable. This research uses qualitative postpostivism approach. The researcher suggests the government administration of DKI Jakarta to build brand image for marine tourism in Kepulauan Seribu District Administration. Through this strategy, marine tourism in Kepulauan Seribu District Administration will increase and valuable precious. As one of the potential tourism destination owned by DKI Jakarta Provincial.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramli
"Kepulauan seribu memiliki potensi wisata bahari yang harus dibangun dan dikembangkan agar dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu perlu kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat pulau seribu. Permasalahan penelitian adalah bagaimana upaya pemerintah daerah dan masyarakat pulau seribu mewujudkan kabupaten kepulauan seribu menjadi destinasi wisata unggulan. Tujuan penelitian yaitu; (1) Untuk mengetahui upaya masyarakat pulau seribu mendukung program pembangunan wisata bahari. (2) Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah kabupaten administrasi kepulauan seribu menyiapkan pulau Pramuka, Tidung dan Untung Jawa menjadi daerah tujuan wisata unggulan. (3) Untuk mengetahui sumbangan sektor wisata bahari kepulauan seribu terhadap pendapatan asli daerah provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif analitik dan jenis penelitian studi kasus. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, majalah, BPS dan internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya masyarakat pulau seribu mendukung pembangunan wisata bahari dimulai dari Tahap Perencanaan, masyarakat menyampaikan aspirasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Tahap Pelaksanaan, masyarakat ikut menjaga dan mengawasi fasilitas wisata yang ada, menyediakan kebutuhan yang diperlukan wisatawan berupa jasa pemandu wisata, transportasi, penginapan, restourant/rumah makan serta menggali tradisi, kesenian dan budaya lokal menjadi atraksi wisata budaya dan kuliner. Tahap Pengawasan, masyarakat ikut mengawasi wisatawan tidak membuang sampah sembarangan dan merusak terumbu karang di area diving dan snorkeling. Selanjutnya upaya pemerintah daerah membangun wisata bahari menurut skala prioritas dimulai pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata diantaranya ; transportasi, listrik, air bersih, penanganan sampah dan kebersihan lingkungan, jaringan komunikasi dan internet. Selain itu program pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan latihan ketrampilan sebagai pelaku usaha jasa wisata. Kemudian kontribusi sektor wisata bahari kepulauan seribu terhadap pendapatan asli daerah provinsi DKI Jakarta meningkat setiap tahun, sejak tahun 2013 sebesar Rp. 3.013.677.264. Tahun 2014 sebesar Rp.3.455.335.952. dan tahun 2015 sebesar Rp.3.788.075.809. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan wisata bahari di kabupaten administrasi kepulauan seribu memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat menciptakan kondisi terwujudnya ketahanan wilayah dan akan mendorong meningkatkan ketahanan nasional

A Thousand Islands has potential for marine tourism to be built and developed in order to increase the income of local economy and improve the people's welfare, therefore it needs the cooperation between local governments and communities the Thousand Island. The research problem is how the efforts of local governments and communities to realize the Thousand Islands regency become leading tourist destinations. The aim of research is; (1) To determine the thousand island community effort to support the development program of nautical tourism. (2) To know the efforts of local authorities of the Thousand Islands to prepare district administration Pramuka, Tidung and Untung Jawa Island into an excellent tourist destination. (3) To know the contribution of the Thousand Islands' marine tourism sector on revenue of DKI Jakarta province. This study is a qualitative study using descriptive analytic approach and case study research. Primary data collection is done by observation and interviews while secondary data obtained from books, magazines, BPS, and internet. Research result shows that a community effort to support the construction of the Thousand Islands marine tours starting from planning stage; people express their aspirations in development planning (musrenbang). Implementation phase; people also maintain and oversee the existing tourism facilities, providing travelers the necessary needs in the form of tour guide services, transportation, lodging, restaurant/diner and explore the traditions, arts and local culture into a cultural and culinary attractions. Supervision phase, people participate in supervising the tourists not to litter and damage the coral reefs in the area of diving and snorkeling. Furthermore, the local government effort to build maritime tourism is according to the priorities which started with the development of infrastructure and tourism support facilities, including; transportation, electricity, clean water, waste management and environmental hygiene, communication networks and internet. In addition, local community empowerment through education and skills training as travel services businesses. Then the Thousand Islands' marine tourism sector contributes on revenue of Jakarta province, there is an increasing each year. Since the year 2013 which amounted Rp. 3013677264. In 2014 amounted Rp.3.455.335.952 and 2015 amounted Rp.3.788.075.809.
The results shows that the development of nautical tourism in the thousand islands district administration made a significant contribution on improving the local economy and the welfare of the community to create the conditions of realized resiliency and will push to enhance national defense.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Nugratama H.
"Sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam pengembangan wilayah, dimana tempat-tempat yang menjadi daerah tujuan wisata dapat memacu pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Daerah Tanjung Pakis berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang telah ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata bahari. Penelitian ini mengkaji potensi wisata alam di Pantai Tanjung pakis dan kegiatan wisata dengan model ROS (Recreation Oppurtunity Spectrum), melalui survey lapangan pada 7 (tujuh) lokasi, yang dilanjutkan dengan penilaian kesesuaian fisik wilayah dan kesesuaian lokasi objek wisata serta evaluasi perencanaan kegiatan wisata dengan model ROS. Dari analisa kesesuaian dengan menggunakan parameter fisik yang dilakukan diperoleh bahwa zona I cukup sesuai untuk rekreasi menikmati suasana alam sambil melihat pemandangan, zona II cukup sesuai untuk dijadikan penangkaran satwa dan arena motor cross, zona III cukup sesuai untuk aktivitas berenang, sama halnya dengan zona IV yang cukup sesuai untuk berenang. Sedangkan zona V sesuai dengan persyaratan, zona VI dan zona VII tidak sesuai untuk tempat rekreasi. Berdasarkan penerapan model ROS, pantai yang termasuk ke dalam kelas semi urban (zona III dan zona IV), sedangkan pantai yang termasuk dalam kelas ?rural natural? ( zona II), ?Semi Primitive? (zona I dan zona V) dan ?Primtive? (zona VI dan zona VII).

The tourism sector has an important role in the development of the region, which places a tourist destination can spur growth to surrounding area. Cape region of ferns based on Spatial Planning Khanewal district has been designated as a marine tourism destination. This study examines the potential of nature tourism in Cape Coast ferns and tourism activities with model ROS, through a field survey on the 7 (seven) locations, followed by assessment of physical fitness and suitability of the location of the area attractions and tourist activities of planning evaluation model with ROS. Produced that the assessment of compliance with the physical parameters obtained by zone 1 is quite appropriate for recreation enjoy the natural atmosphere, looking pemabndangan, zone 2 is quite suitable to be used as breeding animals and motor cross arena, zone 3 is quite suitable for swimming activity, as well as zone 4 which is quite appropriate to swim. Whereas in accordance with the requirements of the zone 5, zone 6 and zone 7 is not suitable for recreation. Based on the application of the model spectrum of a class derived ROS."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T23214
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Masteriarsa
"Pembangunan destinasi pariwisata di Indonesia dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan dan lama tinggal wisatawan selama berada di destinasi pariwisata. Pengembangan destinasi pariwisata yang dilakukan perlu sejalan dengan karakteristik destinasi pariwisata yang dimiliki. Penelitian ini melakukan analisis klaster untuk memetakan 34 provinsi di Indonesia berdasarkan 13 aspek daya dukung kepariwisataan. Hasil pemetaan terbentuk 4 kelompok destinasi pariwisata dengan kesamaan karakteristik. Klaster-1 memiliki rata-rata daya dukung kepariwisataan terbaik sehingga diklasifikasikan sebagai kelompok destinasi pariwisata maju, yang terdiri dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Klaster 2 terdiri dari DKI Jakarta dan Kepulauan Riau, dengan 2 aspek kurang baik dan diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata revitalisasi. Selanjutnya Klaster-3 terdiri dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua Barat, memiliki capaian kurang baik pada 6 aspek sehingga diklasifikasikan destinasi pariwisata berkembang. Sementara itu Klaster-4 terdiri dari 16 provinsi lainnya dengan capaian kurang baik pada 9 aspek dan diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata rintisan. Hasil pemetaan juga dibandingkan dengan kebijakan penetapan 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP) yang dilakukan oleh pemerintah, dimana 3 DPP termasuk dalam klaster-4 dengan klasifikasi destinasi pariwisata rintisan yaitu Bangka Belitung, Morotai (Maluku Utara), dan Wakatobi (Sulawesi Tenggara). Pengembangan pada 3 DPP ini membutuhkan pendanaan fiskal yang lebih tinggi.

The development of tourism destinations in Indonesia can encourage an increase in tourist visits and the length of stay of tourists while in tourism destinations. The development of tourism destinations needs to be in line with the characteristics of the tourism destinations they have. This study conducted a cluster analysis to map 34 provinces in Indonesia based on 13 aspects of tourism characteristics and carrying capacity. The results of the mapping formed 4 groups of tourism destinations with similar characteristics. Cluster-1 has the best average tourism carrying capacity so it is classified as a group of advanced tourism destinations, which consists of West Java, Central Java, DI Yogyakarta, East Java and Bali. Cluster 2 consists of DKI Jakarta and Riau Islands, with 2 aspects that are not good and are classified as revitalizing tourism destinations. Furthermore, Cluster-3 consists of North Sumatra, West Sumatra, Banten, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, West Kalimantan, East Kalimantan, South Kalimantan, South Sulawesi, North Sulawesi, and West Papua, having poor performance in 6 aspects so they are classified developing tourism destinations. Meanwhile, Cluster-4 consists of 16 other provinces with poor performance in 9 aspects and is classified as a pioneering tourism destination. The mapping results are also compared with 10 priority tourism destinations (DPP) policy in Indonesia, where 3 DPPs are included in cluster-4 with the classification of pioneering tourism destinations, namely Bangka Belitung, Morotai (North Maluku), and Wakatobi (Southeast Sulawesi). The development of these 3 DPPs requires higher fiscal funding."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Evaluation of the policy on Pulau Harapan throuh the development of marine tourism was deemed necessary to be done in order to develop a design or model of appropriate, efficient, effective and sustainable policies. However the extent of the impact of marine tourism development for socioeconomic life is well-being of local communities in this tourist destination is still not known with certainty and depth. ISM is a methodology that can help to identify the relationship between the idea decisive structures in a complex problem. ISM method is used to analyze the relationship and dependencies among elements that make up the structure of marine tourism development design in Pulau Harapan. From the discussion, the experts identified five critical factor that need to be studied namely the elements of the program requirements, a major abstacle, the public sector is involved, goals and institutions involved."
JTDA 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marektha Erin Widiastuti
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai peran jaringan sosial dalam usaha pengembangan wisata pedesaan. Penelitian terdahulu banyak membahas mengenai hubungan timbal balik antara jaringan sosial sebagai modal sosial dengan kegiatan pariwisata. Namun, studi-studi tersebut belum secara mendalam menjelaskan mengenai pentingnya memperluas jaringan dengan membuat hubungan dengan pihak eksternal. Oleh karena itu peneliti berargumen bahwa jaringan internal yang dimiliki oleh komunitas lokal tidak cukup. Jaringan tersebut perlu dikonversi menjadi sumber daya yang dapat digunakan untuk mendukung keberlanjutan daerah wisata melalui jaringan yang dibentuk komunitas dengan pihak eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus yang dilakukan di Desa Samiran, Selo, Boyolali.

ABSTRACT
This article discusses about the role of social network in developing the rural tourism. Previous studies have dealt with the mutual relationship between social networks as social capital with rural tourism activities. However, those studies have not yet explained the importance of expanding the network by making connections with the external parties. Therefore, this article argues that internal network owned by the local community is not enough. Such networks need to be converted into resources that can be used to accomplish goals by creating networks with external parties. This research is a case study using qualitative approach conducted in Samiran Village, Selo, Boyolali."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Nina Masasulina
"Kabupaten Bintan merupakan destinasi wisata yang potensial dan tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat saat ini. Penelitian ini mengkaji tahapan perkembangan pariwisata Kabupaten Bintan berdasarkan Model Siklus Hidup kawasan Wisata. Identifikasi tahapan perkembangan dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi pada berbagai kriteria, yaitu karakteristik destinasi, pemasaran, dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari hasil identifikasi didapati bahwa kawasan pariwisata Kabupaten Bintan berada pada tahapan development. Permasalahan pada setiap kriteria tahapan siklus hidup kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan prioritas strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Model AHP dikembangkan sebagai sistem pendukung penyusunan strategi pengembangan pariwisata Kab. Bintan, dimana prioritas strategi ditentukan dari penilaian berbagai ahli yang terkait dalam pengembangan pariwisata Kab. Bintan. Dari hasil analisis menggunakan AHP didapati bahwa kriteria ekonomi dan sosial merupakan aspek yang lebih diprioritaskan dalam upaya pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Sementara, strategi pengembangan kawasan wisata, yaitu peningkatan keamanan, peningkatan kualitas pelayanan, dan penyusunan tata ruang yang baik, mempunyai prioritas lebih tinggi untuk meningkatkanpengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan ke tahapan selanjutnya, yaitu tahapan consolidation.

Bintan regency is regarded as a potential tourist destination, where the tourism sector has developed quite rapidly in recent years. This study examines the stages of development of tourism in Bintan regency based upon Butler rsquo s tourism area life cycle model. Identification of stage was performed by identifying the characteristics of various criteria that is destination characteristics, marketing response, economic impacts, social impact and environmental impact. The stage identification result has shown that Bintan district is in the development phase. By using this result, we then develop a strategy for developing Bintan regency to the next stage in TALC model. AHP model was developed as decision support system to determine the priority of strategy based upon the assessment of experts involved in the tourism development of Bintan district.. From the analysis we have found that the economic and social criteria have a higher priority in the development of the tourist area of Bintan regency. Meanwhile, security and safety improvement, as well as quality of service improvement has a higher priority, and also regarded as most important strategied to develop the tourist area of Bintan regency to the next stage, that is consolidation stage."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>