Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savito Randika Shabah
"Penelitian ini membahas tentang Budaya Tionghoa di Pondok Pesantren Darul Inayah Bandung Jawa Barat. Penulis tertarik dengan pondok pesantren tersebut karena memiliki nilai multikutural di dalam sistem pendidikannya. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Darul Inayah, bagaimana praktik kebudayaan Tionghoa di Pondok Pesantren Darul Inayah. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan apa saja bentuk dari kebudayaan Tionghoa yang diterapkan di dalam Pondok Pesantren Darul Inayah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, wawancara, observasi atau pengamatan lapangan secara langsung. Teori yang digunakan adalah teori multikultural dari Lawrence A. Blum dan teori pondok pesantren menurut Zamakhsyari Dhofier. Hasil penelitian menemukan bahwa Pondok Pesantren Darul Inayah telah berdiri sejak tahun 2003 dan menerapkan nilai multikultural pada sistem pendidikannya. Kurikulum yang digunakan di dalam Pondok Pesantren Darul Inayah memadukan pendidikan diniah dengan pendidikan formal dalam sistem pembelajarannya. Santri yang terdaftar di Pondok Pesantren Darul Inayah merupakan santri yang berstatus yatim piatu dan duafa, dalam sistem manajemennya Pondok Pesantren Darul Inayah mempunyai LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) yang bertugas memfasilitasi para santri.

This study examines about the Chinese culture in Darul Inayah Islamic Boarding School in Bandung, West Java. The author is interested in that the boarding school because it has multicultural values ​​in their education system. The problem formulation of this research is how the history and the development of Darul Inayah Islamic Boarding School, and how the pratices of the Chinese culture in Darul Inayah Islamic Boarding School. The aim of this research is to explain and describe what forms of Chinese culture are applied in the Darul Inayah Islamic Boarding School. The research method used is literature study, interviews, observations or direct field observations. The theory used is a multicultural theory from Lawrence A. Blum and boarding school theory according to Zamakhsyari Dhofier. The results found that Darul Inayah Islamic Boarding School had been established since 2003 and applied multicultural values ​​to its education system. The curriculum used in the Darul Inayah Islamic Boarding School combines early education with formal education in its learning system. The registered Santri in Darul Inayah Islamic Boarding School are orphans. Darul Inayah Islamic Boarding School has the management system named LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) that facilitate the students."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irhamni Rahman
"Skripsi ini membahas tentang Pondok Pesantren secar holistik; pengertian, tujuan, fungsi, dan kategori sebuah Pondok Pesantren. Adapun konsentrasi pembahasan penilitian dalam bagian kategorisasi sebuah Pondok Pesantren. Kategorisasi yang dibahas adalah kategori pondok pesantren tradisional dan pondok pesantren modern dilihat dari lima aspek, yaitu aspek kepemimpinan, institusi pendidikan dan bentuk, kurukulum yang digunakan, metode pendidikan yang diterapkan, serta fsilitas penunjang yang disediakan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tarekat Dalailul Khairat adalah suatu tarekat yang dijalankan dengan puasa selama tiga tahun tanpa berhenti (selain di waktu yang diharamkan puasa menurut hukum Islam), dan setiap hari membaca kitab Dalailul Khairat (tidak terikat oleh waktu tertentu), cara menjalankannya tidak terikat oleh tempat (ribat), dan tidak dibimbing langsung oleh Syeikh (guru). Al-Qur'an melihat bahwa agama dan kebudayaan keduanya berbeda dan harus dibedakan secara jelas, tetapi tidak dapat dipisahkan. Dengandemikian, Islam (al-Qur'an) menjadi dialogis dengan ruang dan waktu. Agama yang universal itu akan selalu menemukan relevansinya. dengan tuntutan khusus dan nyata dari para pemeluknya, menuntut ruang dan waktu, disertai dinamika dan vitalitasnya. Dalam melakukan Dalailul Khairat dengan perilaku-perilaku yang baik selama tiga tahun, terbentuklah suatu kebiasaan berperilaku baik, yang sifatnya agak memaksa, maka kebiasaan tersebut menjadi semacam hukum, berarti Tarekat Dalailul Khairat mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku sosial yang positif. Perilaku-perilaku sosial yang diwujudkan pengikut Dalailul Khairat antara lain seperti rajin, sabar, qana'ah, tasamuh, istiqamah, mentaati peraturan, jujur, dan kerja keras."
KONSTAIN 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Putri Aulia Shabrina
"Pondok Pesantren Nuruzzahroh merupakan pondok pesantren modern yang bermula dari kegiatan pengajian masyarakat sekitar yayasan Nuruzzahroh yang terletak di Kota Depok. Seiring berjalan waktu dan keinginan masyarakat, yayasan Nuruzzahroh mengembangkan kegiatan pengajiannya menjadi lembaga pendidikan formal dengan membangun Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Nuruzzahroh. Penelitian ini membahas tentang sejarah pondok pesantren Nuruzzahroh serta perkembangan pondok pesantren Nuruzzahroh.  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan wawancara, dan observasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori lima elemen dasar pesantren. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa pondok pesantren Nuruzzahroh merupakah wujud keinginin K.H Chairul Chitam sebelum wafat untuk mendirikan lembaga pendidikan islam bagi masyarakat menengah kebawah. Dalam perkembangannya pondok pesantren Nuruzzahroh menambah sarana dan prasana yang dibutuhkan, serta kurikulum yang dapat menyeimbangkan antara agama dan juga kebutuhan penyesuaian perkembangan zaman. Sehingga dapat menciptakan santri yang berpandangan luas dan menyertakan agama sebagai pedomannya.

Nuruzzahroh is a modern Islamic Institution, located in the city of Depok. This institution started with educating the community of Depok city and started to expand its teaching into formal education over time as per community hope by building the lower secondary school and the upper secondary school. This research discusses the background of the institution and the process of its development. The research method used in this study is the qualitative method with interviews and observations while the theory used is the five basic elements of pesantren. The research findings of this study conclude that that the Nuruzzahroh Islamic boarding school was a manifestation of K.H Chairul Chitam's desire before his death to establish an Islamic educational institution for the lower middle class. In its development, the Nuruzzahroh Islamic Boarding School has added the necessary facilities and infrastructure, as well as a curriculum that can balance between religions and also the need to adapt to the times. To create students who are broad-minded and include religion as a guideline."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryahman
"Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan keberadaan perkembangan pondok pesantren Nurul Hakim di Kecamatan Kediri, juga mengungkapkan bagaimana dinamika, mobilitas sosial, transformasi sosial-ekonomi, perubahan sosial akibat adanya pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hakim."
[place of publication not identified]: [publiser not identified], 2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Mubarok
Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Departemen Agama RI, 1996
297.65 ABD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Shabrina
"Tidak ada tempat yang aman bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia untuk terhindar dari kekerasan seksual, bahkan dalam institusi pendidikan berbasis agama sekalipun. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat pengalaman perkosaan anak perempuan santriwati di Pondok Pesantren Tahfidz Madani Kota Bandung, bagaimana perkosaan tersebut bisa terjadi, faktor apa yang mendorong perkosaan tersebut, dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan anak perempuan sebagai korban. Lebih lanjut, skripsi ini menggunakan metode penelitian feminis dengan teori feminis radikal dan teknik analisis naratif feminis dalam menguraikan pembahasan kasus perkosaan terhadap anak perempuan santriwati melalui wawancara yang dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tidak terlepas dari supremasi laki-laki yang mengakar akibat budaya patriarki dalam setiap lapisan masyarakat. Hal tersebut membuat ketidaksetaraan gender dan ketidakseimbangan relasi kuasa semakin terlihat jelas. Relasi kuasa yang timpang, berlapis, dan interseksional antara pelaku dan korban kemudian menciptakan lingkungan di mana penyalahgunaan lebih mungkin terjadi dan berkontribusi pada kekerasan seksual anak, termasuk di institusi pendidikan berbasis islam seperti Pondok Pesantren Tahfidz Madani. Kasus perkosaan dengan posisi anak perempuan santriwati yang tersubordinasi oleh Herry Wirawan selaku tokoh agama sekaligus pemilik dan pengasuh di pondok pesantren tersebut menjadi bukti bahwa ketidakseimbangan relasi kuasa terealisasi dalam praktik kekerasan seksual di pesantren. Perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tersebut membuat mereka mengalami viktimisasi berganda. Adapun dampak tersebut meliputi dampak psikologis, sosial, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhirnya perempuan, terutama anak perempuan, selalu berada pada posisi yang dirugikan dalam masyarakat.

There is no safe place for women and girls around the world to avoid sexual violence, even in religious-based educational institutions. The purpose of writing this thesis is to look at the experience of rape of boarding female students at the Tahfidz Madani Islamic Boarding School in Bandung, how the rape happened, what factors prompted the rape, and how it impacted the lives of girls as victims. Furthermore, this thesis uses feminist research methods with radical feminist theory and feminist narrative analysis techniques in describing the discussion of rape cases against boarding female students through interviews conducted. The results of the analysis show that the rape experienced by boarding female students cannot be separated from male supremacy which is rooted as a result of patriarchal culture in every layer of society. This makes gender inequality and power relations imbalances even more obvious. Unequal, layered, and intersectional power relations between perpetrators and victims then create an environment where abuse is more likely to occur and contribute to child sexual violence, including in Islamic-based educational institutions such as the Tahfidz Madani Islamic Boarding School. The rape case in the position of a boarding female student who was subordinated to Herry Wirawan as a religious figure as well as the owner and caregiver is proof that an imbalance of power relations is realized in the practice of sexual violence in Islamic boarding schools. The rape that was experienced by boarding female students made them experience double victimization. These impacts include psychological, social, and unwanted pregnancies. This shows that in the end women, especially girls, are always at a disadvantage in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suratmin
[place of publication not identified]: [publiser not identified], 2003
PATRA 4(1-2) 2003
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syaoqie
"Latar belakang penelitian ini adalah selama ini penelitian tentang pesantren masih jarang yang meniliti pesantren yang berbasis Muhammadiyah. Kebanyakan yang diteliti adalah pesantren berbasis NU yang secara historis merupakan milik pribadi seorang kyai. Model seperti itu berkaitan dengan sistem kepemimpinan tradisional yang lebih mengandalkan kepada kharisma yang dimiliki kyai. Kyai adalah orang yang memiliki peranan besar dalam menentukan mekanisme institusional dalam mengelola pesantren. Sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat dan proses perubahan sosial yang cepat, pesantren mengalami perubahan serta perkembangan pesat. Berkaitan dengan perubahan model kepemimpinan, seorang kyai tidak lagi mengurusi semua hal, ia hanya dijadikan manajer Namun, proses perubahan pesantren menjadi lembaga formal ke dalam bentuk yayasan yang berbadan hukum serta struktur organisasi yang lebih modern, pada realitasnya tetap tidak merubah kesan bahwa pesantren merupakan properti keluarga. Karena proses pelembagan pesantren menjadi yayasan tetap mendudukan keluarga kyai terdekat sebagai pemegang kebijakan.
Oleh karena itu, sangat relevan untuk melihat dan menganalisis pola kelembagaan dan mekanisme penyelenggaraan serta sistem kepemimpinan dari sebuah pesantren yang didirikan bukan atas dasar inisiatif mandiri dari kyai, akan tetapi pesantren yang didirikan sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan dari organisasi Muhammadiyah. Pesantren Muhammadiyah kebanyakan berdiri atas kebutuhan organisasi terhadap kelangkaan ulama yang ada di Muhammadiyah, sehingga pesantren yang berada dibawah asuhan Muhammadiyah sangat berorientasi kepada persyarikatan guna menjawab kebutuhan organisasi. Segala kebijakan, aturan dan mekanisme yang dibangun akan disesuaikan dan selaras dengan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi yang membidani kelahiran pesantren tersebut.
Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut adalah pesantren yang didirikan oleh lembaga (Muhammadiyah) dengan memakai pola yayasan yang memakai struktur organisasi modern. Status pesantren ini adalah milik Muhammadiyah. Hal ini terlihat dari proses berdirinya yang dibangun secara bersama-sama oleh para anggota Muhammadiyah Garut. Oleh karena pesantren ini bukan milik pribadi melainkan milik lembaga, maka peran lembaga Muhammadiyah dalam menentukan gerak dan langkah pesantren sangat besar. Sistem dan mekanisme aturan yang ada ditetapkan secara bersama-sama sesuai dengan aturan yang ada dalam persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai pemilik pesantren menunjuk beberapa orang sebagai badan pengelola yang bertugas menjalankan roda keseharian pondok pesantren dengan dipimpin oleh seorang mudir. Dalam menjalankan pengelolaan pondok, badan pengelola diberi kewenangan secara otonom dan penuh. Sedangkan untuk mengawasi dan mengontrol setiap kebijakan dan pengelolaan pondok, Muhammadiyah menunjuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Garut sebagai badan pengawas. Sistem yang ada akan berjalan secara efektif kaiau semua unit melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing. Tapi, kalau salah satu tidak berjalan maka akan terjadi disfungsi. Walaupun secara model kelembagaan, pesantren Darul Arqam Muhammadiyah memakai pola kelembagaan yang berbentuk yayasan, namun karena PDM sebagai badan pengawas tidak berfungsi maka terjadi pergeseran menjadi kelembagaan yang didominasi oleh seseorang.
Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, sebagai pesantren yang didirikan oleh lembaga, memiliki kekhasan yang menjadi ciri dan identitas lembaga yang mendirikannya, Panama, tujuan pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut dirancang khusus untuk mencetak kader-kader ulama persyarikatan yang berwawasan luas, mandiri dan kreatif sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah. Kedua, pada aspek kurikulum selain mengacu kepada kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Agama (Tsanawiyah dan Aliyah), Departemen Pendidikan Nasional (SLTP dan SMU), dan pesantren secara umum, juga memiliki kurikulum yang berbau idialogis, yaitu dengan memasukan mata pelajaran kemuhammadiyahan dan ketarjihan sebagai mata pelajaran wajib. Ketiga, secara pengelolaan di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, ada keterlibatan organisasi Muhammadiyah sebagai pemilik dengan menunjuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Garut sebagai badan penyelenggara yang bertugas dan bertanggungjawab mengawasi perkembangan pesantren.
Secara paralel ketika pala kelembagaannya berjalan secara modern, maka pola kepemimpinannya pun berjalan secara modern. Pala kepemimpinan yang bersifat kolektif yang dibangun diatas struktur organisasi yang modern, yang tidak memfigurkan dan memberikan kewenangan hanya kepada satu orang, melainkan diemban oleh beberapa orang secara bersama-sama. Dalam struktur dan gaya kepemimpinan seperti itu, mudir dibantu oleh pembantu pimpinan dan para pembina berusaha bersama-sama untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembinaan ke arah calon ulama tarjih Muhammadiyah.
Pergeseran kepemimpinan kolektif bergeser meniadi kepemimpinan yang kharismatis ketika sistem yang ada tidak berjalan, dan kelebihan-kelebihan individu seorang pemimpin muncul ke permukaan. Sehingga muncul model kepemimpinan kharismatis yang tersentral kepada seorang mudir dan mengabaikan prosedur serta aturan yang berlaku. Walaupun begitu, model kepemimpinan kharismatis yang ada di Darul Arqam berbeda dengan pesantren yang secara kelembagaan unsurnya masih sederhana. Pada pondok pesantren yang memfigurkan seorang kyai, gaya otoriter/paternalistik dilakukan dengan mudah, karena ia sekaligus penguasa tunggal dan pemilik pesantren yang memimpin, mengontrol maupun mencita-citakan harapannya. Kehendak kyai langsung dilaksanakan tanpa menghiraukan pihak-pihak lain, yang memang tidak ada tokoh yang setaraf. Sedangkan di Darul Arqam tidak sesederhana tersebut, karena ia memiliki lembaga yang mengawasi seluruh kebijakan yang dikeluarkan oleh mudir serta aturan formal yang mengikat kepemimpinan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellysa
"Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung. Skabies merupakan masalah kesehatan di wilayah iklim tropis dan subtropis. Jumlah penderita skabies di dunia lebih dari 300 juta setiap tahunnya. Prevalensi skabies di Indonesia masih cukup tinggi karena Indonesia termasuk negara tropis, yaitu sekitar 6-27 dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Miftahul Aziz Cigombong Kabupaten Bogor jawa Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik sebanyak 236 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dan analisis yang digunakan dengan metode Regresi Cox.
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi skabies sebesar 48,7, jenis kelamin PR 2,079 95 CI 1,392-3,104 , pengetahuan tentang skabies PR 1,671 95 CI 1,001- 2,788 , kebersihan tempat tidur PR 1,506 95 CI 1,017-2,232, menggunakan tempat tidur bersama PR 1,645 95 CI 1,033-2,621, dan kepadatan hunian PR 1,865 95 CI 1,128-3,085 mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian skabies. Jenis kelamin merupakan faktor yang paling ominan terhadap kejadian skabies, yaitu santri laki-laki berisiko 2,079 kali 95 CI 1,392-3,104 untuk terjadi skabies dibandingkan dengan santri perempuan. Menggunakan tempat tidur bersama merupakan faktor yang paling besar kontribusinya terhadap kejadian skabies yaitu 63,96 , artinya 63,96 kejadian skabies dapat dieliminasi atau dikurangi bila santri tidak menggunakan tempat tidur bersama/berpindah ndash;pindah tempat tidur.

Scabies is an infectious skin disease caused by Sarcoptes scabiei varian hominis that could be transmitted through direct and indirect contact. Scabies is the health problem in tropical and subtropical climates. The number of people with scabies in the world is more than 300 million every year. Prevalence of scabies in Indonesia is still quite high, which is about 6 27 of the general population and tends to be higher in children and adolescents. The purpose of this study is to determine the factors related with the incidence of scabies in Miftahul Aziz Boarding School Cigombong Bogor West Java in 2018. This research using cross sectional design by interview, observation and physical examination 236 students, total sampling and the analysis using Cox Regresssion method.
The analysis showed that the prevalence of scabies was 48.7, sex PR 2.079 95 CI 1,392 3,104 , knowledge of scabies PR 1.671 95 CI 1,001 2,788, bed cleanliness PR 1.506 95 CI 1.017 2,232, shared bed PR 1.645 95 CI 1.033 2,621, and occupancy density PR 1.865 95 CI 1.128 3.085 had significant association with the incidence of scabies. Sex was the most dominant factor with the incidence of scabies, the male student had 2.079 times 95 CI 1.392 3.104 for being scabies than the female student. Sharing a bed is the most contributing factor with the incidence of scabies 63,96 , it means 63.96 the incidence of scabies could be eliminated or reduced when santri not sharing a bed or moved to another bed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>