Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Syifa Luthfia Machar
"Telah dilakukan penelitian tentang analisi vegetasi hutan mangrove di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Tujuan penelitian yaitu mengetahui dominansi, kerapatan, frekuensi dan mengetahui nilai INP. Mangrove yang ada di kecamatan Gerung. Pengamatan dilakukan dengan metode kuadran transek. Pengamatan dilakukan pada 6 stasiun pengamatan, dengan masing-masing tiap stasiun terdiri dari 3 titik kuadran.penelitian menggunakan metode transek kuadran. Nilai kerapatan tertinggi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu spesies Derris trifoliata 53,1%, spesies yang memiliki nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pancang yaitu Albizia chinensis 23,49%, spesies yang memiliki nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pohon yaitu Sonneratia alba 36,67% . Nilai frekuensi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu pada spesies Eleusine Sp 31,37%. Spesie yang memiliki nilai frekuensi tertinggi pada tingkat pancang yaitu sonneratia alba 19,49%, dan spesies yang memiliki nilai tertinggi pada tingkat pohon yaitu Cocus nucifera 31,35%. Sedangkan dominansi yang paling tinggi ada pada spesies Barringtonia asiatica 32,40%. Nilai INP tertinggi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu spesie Derris trifoliata 41,80%, pada tingkat pancang yaitu spesies Sonneratia alba 43,72%, dan pada tingkat pohon spesies yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu Cocus nucifera 79,68%.
Analysis of mangrove forest vegetation in Gerung District, West Lombok Regency. The research objective was to determine the dominance, density, frequency and determine the value of INP. Mangroves in Gerung district. Observations were made using the transect quadrant method. The highest density value at seedling and understorey level was Derris trifoliata species 53.10%, the species that has the highest density value at the sapling level was Albizia chinensis 23.49%, the species that has the highest density value at the tree level was Sonneratia alba 36.67 %. Frequency values at seedling and understorey level were Eleusine Sp 31.37%. The species that has the highest frequency value at the sapling level was sonneratia alba 19.49%, and the species that has the highest value at the tree level was Cocus nucifera 31.35%. Whereas the highest dominance was in the species of Barringtonia asiatica 32.40%. The highest INP value at seedling and understorey level was Derris trifoliata species 41.80%, at the sapling level was Sonneratia alba species 43.72%, and at the tree level the species that has the highest INP value was Cocus nucifera 79.68%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dian Rosadi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang potensi karbon dan valuasi ekonomi mangrove di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk menghitung dan menganalisis potensi penyimpanan dan penyerapan karbon mangrove di Kecamatan Gerung serta menentukan tumbuhan potensial yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menyimpan dan menyerap karbon. Pengambilan sampel karbon dilakukan pada 14 stasiun pengamatan. Data karbon diestimasi dari potensi biomassa atas tanah, bawah tanah, tumbuhan bawah dan karbon organik tanah. Hasil analisis kandungan karbon diperoleh nilai biomassa sebesar 401,15 ton/ha, stok karbon sebesar 186,05 ton/ha dan serapan karbon sebesar 682,81 ton/ha. Spesies yang memiliki poteni penyimpanan dan penyerapan karbon tertinggi adalah S. alba. Tujuan lain dilakukannya penelitian yaitu untuk menghitung dan menganalisis nilai ekonomi mangrove termasuk nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi karbon serta untuk mengetahui nilai ekonomi terbesar yang dihasilkan ekosistem mangrove. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi literatur. Data dianalisis secara kuantitatif untuk menjelaskan nilai ekonomi mangrove dan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung mangrove mencapai Rp. 675.140.000/tahun, dari manfaat tidak langsung mencapai Rp. 33.710.361.020/tahun, dari manfaat pilihan sebesar Rp. 78.120.000/tahun, dan dari manfaat eksistensi sebesar Rp. 124.000.000/tahun. Nilai ekonomi total yang diperoleh dari mangrove Kecamatan Gerung pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 34.587.621.020/tahun (2.461.839  US$/tahun). Nilai ekonomi terbesar yang dihasilkan ekosistem mangrove diperoleh dari manfaat tidak langsung mangrove terutama potensi karbon.

 


Research regarding carbon potential and economic valuation of mangroves in Gerung District, West Lombok Regency has been conducted. This research was aimed to calculate and analyze carbon storage and absorption of mangroves in Gerung District and to determine potential plants that have the ability to store and absorb carbon. Carbon sampling was carried out on 14 observation stations. Carbon data is estimated from potential biomass on land, underground, understorey and soil organic carbon. The results of the analysis of the carbon content of the mangrove ecosystem in Gerung Subdistrict, obtained a biomass value of 401.15 tons/ha, a carbon stock of 186.05 tons/ha and carbon absorption of 682.81 tons/ha. The species that has the highest carbon storage and absorption potential is S. alba. The purposes of this research were to calculate and analyze economic value from mangrove ecosystem and to find out the largest economic value produced by mangroves. Data collection is done through interviews, observation and literature studies. Data were analyzed quantitatively to explain the economic value of mangroves and analyzed descriptively to describe socio-economic activities of the community. The economic value obtained from direct use of mangroves reaches IDR. 2,565,140,000/year, from indirect benefits with a value IDR. 33,710,361,020/year, option economic value reaching IDR. 78,120,000/year and from the existence benefits were IDR. 124,000,000/year. The total economic of  mangroves in Gerung District in 2018 were IDR. 36,477,621,020/year (2,492,826 US$/year). The biggest economic value produced by mangrove ecosystems is derived from the indirect benefits of mangroves, especially carbon potential.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Puspadianti
"Penghitungan estimasi potensi cadangan karbon pada vegetasi tegakan pancang telah dilakukan pada tahun 2017 di tiga zona Hutan Kota Universitas Indonesia UI, zona Wallace Timur, zona Wallace Barat, dan zona Vegetasi Alami. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi jumlah cadangan karbon terkini pada tahun 2017 yang terkandung pada tegakan pancang di Hutan Kota UI dan mengestimasi jenis tumbuhan pada tegakan pancang yang memiliki potensi cadangan karbon tertinggi di Hutan Kota UI. Penelitian dilakukan dengan metode non-destructive sampling menggunakan persamaan alometrik, yaitu berdasarkan pengukuran diameter at breast height DBH pada tegakan pancang.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m sebanyak 75 plot yang tersebar di tiga zona penelitian dengan masing-masing sejumlah 25 plot. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di Hutan Kota UI sebesar 23,02 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang yang tertinggi berada pada Zona Vegetasi Alami sebesar 8,67 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di zona Wallace Timur sebesar 8,05 ton/ha dan zona Wallace Barat sebesar 6,30 ton/ha. Jenis tumbuhan dengan rata-rata nilai cadangan karbon tertinggi, yaitu Merbau Intsia bijuga sebesar 0,296 ton/ha.

Estimation of carbon stocks at stake stands vegetation has been conducted in 2017 in three Universitas Indonesia UI Urban Forest zones, East Wallace zone, West Wallace zone, and Natural Vegetation zone. The study aims to estimate the current amount of carbon reserves in 2017 contained in stake stands vegetation in UI Urban Forest and estimate plant species on stake stands that have the highest carbon stock potential in UI Urban Forest. The study was conducted by non destructive methods using allometric equations based on calculating stake stands diameter at breast height.
The study used plot sized 5 m x 5 m as much as 75 and spread over the three zones, each zones have 25 plot. The results shows that the potential of carbon stocks in UI Urban Forest is 23.02 ton ha. Zones with the highest potential for above ground carbon stocks at stake stands is in the Natural Vegetation zone with a carbon stocks of 8,67 ton ha. The potential for above ground carbon stocks at stake stands in East Wallace zone is 8,02 ton ha and Western Wallace zone is 6,30 ton ha. The species with the highest average carbon stock potential, namely Merbau Intsia bijuga of 0,296 ton ha.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Rahmanida
"Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras dan berperan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Sebanyak 90% penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari, sehingga dibutuhkan antisipasi jika kebutuhan pangan meningkat. Estimasi produktivitas padi menggunakan penginderaan jauh dinilai efektif dan relatif murah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik tanaman padi dan mengestimasi produktivitas padi serta sebarannya dengan menggunakan model estimasi produktivitas padi di Kecamatan Nagrak, Sukabumi. Metode yang digunakan yaitu metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan memanfaatkan citra sentinel-2A untuk menentukan umur tanaman padi dan kemudian digunakan untuk membuat model estimasi produktivitas padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat akurasi indeks vegetasi NDVI sebesar 90%. Nilai indeks vegetasi meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman padi. Tanaman padi mempunyai masa tanam 2-3 kali dalam setahun. Sementara itu, model estimasi produktivitas padi di Kecamatan Nagrak yaitu y = 3,7636 x + 3,0602 dengan nilai korelasi nilai NDVI dan produktivitas padi sebesar 91,64%. Nilai Indeks vegetasi NDVI dan produktivitas padi berhubungan positif pada tiap kondisi fisik. Indeks vegetasi tinggi mencerminkan produktivitas tinggi dan sebaliknya. Produktivitas padi didominasi oleh produktivitas tinggi (>6,0 ton/ha) yang banyak tersebar pada wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl, lereng 8-15% dan pada jarak 0-150 m dari sungai.

Rice plant is a food-producing crop that supplies rice and plays an important role in the economic life of Indonesia. Rice is eaten by as much as 90% of Indonesia's population as their everyday staple food, so anticipation is needed if food needs increase. The calculation of rice productivity using remote sensing is considered efficient and relatively inexpensive. The aim of this analysis was to evaluate the characteristics of rice plants and estimate the productivity and distribution of rice in Nagrak District, Sukabumi, using the rice productivity estimation model. The methodology used is the NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) approach which uses sentinel-2A imagery to assess the age of rice plants and then to produce rice productivity estimation model. The results showed that the accuracy rate of the NDVI is 90 percent. The value of the vegetation index increases with increasing age of the rice plants. Rice plants have a planting period of 2-3 times a year. Meanwhile, the rice productivity estimation model in Nagrak District is y = 3.7636 x + 3.0602 with a correlation value of the NDVI value and rice productivity of 91.64 percent. The NDVI vegetation index value and rice productivity were positively related to each physical condition. High vegetation index reflects high productivity and vice versa. Rice productivity is dominated by high productivity levels (> 6.0 tons/ha) which are widely spread over areas with an altitude of 500-1000 m above sea level, slopes of 8-15% and at a distance of 0-150 m from the river."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Wulandari
"Dalam rangka pemilihan jenis vegetasi yang tepat untuk hutan kota, telah dilakukan pengkajian kemampuan vegetasi dalam menurunkan suhu udara, perbedaan pertumbuhan dan pengaruh jarak tanam dari 3 jenis vegetasi yang terdapat di Padang Golf Halim II, yaitu: Saga (Adenanthera pavonina), Gamal (Glvricidia sepium), dan Ki roda (Hura crepitans).
Metode yang digunakan ialah metode kuarter, yang titik-titik contohnya ditentukan secara acak. Parameter yang diukur adalah: luas kanopi dan suhu udara di bawah kanopi pohon, yang digunakan untuk mengetahui jenis vegetasi mana yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan suhu udara; garis tengah batang pohon; tinggi pohon; dan luas kanopi pohon untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetasi pada kondisi lingkungan Padang Golf Halim II; dan jarak tanam pohon serta garis tengah batang pohon tetangga terdekat, untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan vegetasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerimbunan kanopi mempengaruhi suhu udara di bawah kanopi dan Gamal memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi kesejukan udara dibanding Ki roda, sedangkan antara Saga dan Gamal, maupun Saga dan Ki roda tidak jauh berbeda. Pertumbuhan antara Saga, Gamal, dan Ki roda berbeda nyata dan Gamal memiliki pertumbuhan yang paling baik di Padang Golf Halim II. Jarak tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan Saga, Gamal, dan Ki roda. Gamal dan Saga merupakan jenis tumbuhan yang berbunga indah, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman hias di hutan kota wisata, tetapi Saga sering menggugurkan daunnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggas Dhuha Putra
"Pembentukan ruang terbuka hijau sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global pada ekosistem perkotaan. Ekspansi Kota Bekasi yang cepat dari megapolitan Jakarta memengaruhi Kota Bekasi dan selanjutnya mengarah pada konversi besar-besaran ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun. Dari adanya perubahan tersebut mempengaruhi kandungan biomassa dan kemampuan penyerapan vegetasi pada ruang terbuka hijau terhadap emisi dari kegiatan antropogenik. Upaya pemantauan melalui estimasi biomassa penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang manfaat ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis distribusi spasial biomassa dan daya serap CO2 serta menganalisis kemampuan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam menyerap emisi CO2 di Kota Bekasi. Penelitian ini melakukan perhitungan biomassa diatas permukaan pohon dengan pengukuran lapangan dan persamaan alometrik yang dikembangkan oleh United States Department of Agriculture (USDA). Serta menggunakan citra satelit Sentinel-2B yang diperoleh pada tahun 2020 dan dilakukan formulasi indeks vegetasi yaitu NDVI, GNDVI, SAVI, dan OSAVI dengan menghubungkan nilai biomassa hasil pengukuran lapangan untuk menghasilkan model estimasi biomassa. Hasil model estimasi biomassa menunjukkan bahwa indeks vegetasi terpilih yaitu OSAVI yang memiliki korelasi sebesar 75,3% dengan akurasi model sebesar 99%. Distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi RTH Kota Bekasi secara keseluruhan mendominasi kelas rendah, berada di lereng datar dan sangat landai yang mengikuti jaringan jalan arteri, kolektor, dan tol tepatnya pada vegetasi RTH jalur hijau. Adapun juga dijumpai pada vegetasi RTH sempadan jalan kereta dan sempadan situ/danau. Selain itu pada jaringan jalan arteri dan kolektor juga di jumpai lereng yang landai dengan keberadaan distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi pada RTH yang tinggi tepatnya di vegetasi RTH kota. Distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi RTH Kota Bekasi yang sedang berada pada lereng sangat landai berada di sekitaran jaringan jalan lokal dan lingkungan Kota Bekasi tepatnya berada pada vegetasi RTH taman kecamatan, kelurahan, sempadan sutet dan rekreasi. Distribusi spasial biomassa dan daya serap sangat tinggi dijumpai lereng agak curam hingga sangat curam yang dijumpai pada sekitaran sungai tepatnya berada pada vegetasi RTH sempadan sungai. Kemampuan vegetasi pada RTH Kota Bekasi seluruhnya mengalami penyerapan sebagian terhadap emisi karbon dioksida. Vegetasi pada RTH Kota Bekasi hanya memiliki kemampuan serapan CO2 sebesar 1,75 % dari keseluruhan emisi karbon dioksida di Kota Bekasi. Dikarenakan emisi karbon dioksida yang menyeluruh begitu tinggi di Kota Bekasi, yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor dengan ditujukkan mendominasi sekitar jaringan jalan arteri, kolektor, dan lokal di Kota Bekasi yang melebihi besaran daya serap karbon dioksida vegetasi pada ruang terbuka hijau.

The establishment of green open spaces is critical to reducing the impact of climate change and global warming on urban ecosystems. The rapid expansion of Bekasi City from Jakarta megapolitan affected Bekasi City and subsequently led to the massive conversion of green open space into a built-up area. From these changes affect biomass content and vegetation absorption ability in green open space against emissions from anthropogenic activities. Monitoring efforts through biomass estimation are important for a better understanding of the benefits of green open space. Therefore, the purpose of this study is to analyze the spatial distribution of biomass and CO2 absorption and analyze the ability of vegetation in Green Open Space in absorbing CO2 emissions in Bekasi City. This study performed biomass calculations on the surface of trees with field measurements and alometric equations developed by the United States Department of Agriculture (USDA). As well as using Sentinel-2B satellite imagery obtained in 2020 and carried out vegetation index formulations namely NDVI, GNDVI, SAVI, and OSAVI by connecting the biomass value of field measurement results to produce biomass estimation models. Biomass estimation model results showed that the selected vegetation index is OSAVI which has a correlation of 75.3% with model accuracy of 99%. Spatial distribution of biomass and vegetation absorption of RTH Bekasi City as a whole dominates the low class, being on flat slopes and very sloping that follow the network of arterial roads, collectors, and tolls precisely on the green line RTH vegetation. It is also found on the vegetation of RTH railway road border and situ/lake border. In addition, arterial road networks and collectors are also found slopes that ramp with the presence of spatial distribution of biomass and vegetation absorption in high RTH precisely in the city's RTH vegetation. Spatial distribution of biomass and vegetation absorption RTH Bekasi city that is on a slope is very sloping in the vicinity of the local road network and bekasi city environment precisely located on the vegetation RTH district park, village, border sutet and recreation. Spatial distribution of biomass and absorption is very high found slopes rather steep to very steep found in the surrounding rivers precisely located in the vegetation RTH river border. Vegetation capability in RTH Bekasi city is entirely experiencing partial absorption of carbon dioxide emissions. Vegetation in RTH Bekasi city only has a CO2 absorption capability of 1.75% of the total carbon dioxide emissions in Bekasi City. Because the overall carbon dioxide emissions are so high in Bekasi City, which is sourced from motor vehicle emissions with the aim of dominating around the arterial road network, collectors, and local in Bekasi City that exceeds the amount of vegetation carbon dioxide absorption in green open space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwita Mustika Sari
"Vegetasi memegang peran penting bagi terwujudnya lingkungan wilayah yang berkelanjutan. Kondisi Kabupaten Majalengka saat ini yang telah memiliki Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan dilalui jalan tol Cipali berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan investasi dan pembangunan fisik akan meningkat pesat di wilayah ini seiring dengan peningkatan aksesibilitas. Hal ini menjadi penyebab perubahan distribusi vegetasi yang menyebabkan perubahan kualitas lingkungan. Dalam penelitian ini dikaji distribusi vegetasi di wilayah kajian dari pengolahan data citra satelit penginderaan jauh tahun 2016-2020, kualitas lingkungan berdasarkan indeks vegetasi serta pengaruh kualitas vegetasi terhadap distribusi spasial suhu permukaan di wilayah kajian. Model sebaran vegetasi dan non vegetasi multitemporal menunjukkan bahwa terjadi penurunan luasan vegetasi sebanyak 4.329,6 hektar menjadi area non vegetasi pada rentang waktu 2016-2020. Berdasarkan analisis terhadap profil indeks vegetasi SR, NDVI dan EVI untuk periode tahun 2016 dan 2020, dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan indeks vegetasi pada periode tersebut. Model kualitas vegetasi lapangan menunjukkan bahwa kualitas vegetasi paling tinggi adalah tipe vegetasi hutan, dilanjutkan kebun campuran, semak belukar dan lahan sawah. Model kualitas lingkungan telah dibangun dengan fuzzy logic yang menunjukkan kelas kualitas lingkungan yang bervariasi dari kualitas lingkungan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Model spasial menunjukkan distribusi kualitas lingkungan terbaik pada wilayah sebagian besar di tipe tutupan vegetasi hutan alam. Berdasarkan analisis terhadap model spasial kualitas lingkungan dan suhu permukaan, dapat diketahui bahwa indeks vegetasi memiliki hubungan negatif dengan suhu permukaan yang mempengaruhi kenyamanan termal bagi penduduk.

Vegetation plays an important role for the realization of a sustainable regional environment. The current condition of Majalengka Regency with the West Java International Airport (BIJB) and Cipali toll road has the potential to increase the economic growth of this region. The investment and physical development increase rapidly along with increasing accessibility. It changes in the distribution of vegetation which causes changes in environmental quality. This study examines the distribution of vegetation from remote sensing satellite imagery data processing for 2016- 2020, predictions of environmental quality based on modeling of vegetation indices and the influence of vegetation quality on the spatial distribution of surface temperatures in the study area. The multitemporal distribution of vegetation and non-vegetation models shows that there is a decrease in vegetation area of 4,329.6 hectares to non-vegetated areas in the 2016-2020 period. Based on the analysis of the vegetation indices profiles for 2016 and 2020, there has been a decline in the vegetation index during that period. The field vegetation quality model shows that the highest vegetation quality is forest vegetation type, followed by mixed gardens, shrubs and paddy fields. The environmental quality model using fuzzy logic shows environmental quality classes that vary from very low, low, medium, high and very high. The spatial model shows the distribution of the best environmental quality in the area mostly in the type of natural forest vegetation cover. Based on the analysis, the vegetation index has a negative relationship with surface temperature which affects thermal comfort for residents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogo Soemarno
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Khasanah
"Penelitian analisis vegetasi riparian dilakukan di sepanjang Sungai Citirem, Suaka Margasatwa Cikepuh, mulai dari bulan Februari 2010-Juni 2011. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuadrat (petak). Penentuan unit sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui komposisi dan struktur vegetasi riparian di sepanjang Sungai Citirem. Hasil penelitian menunjukkan 20 spesies ditemukan, terbagi menjadi 13 famili. Famili Euphorbiaceae dan Verbenaceae paling banyak ditemukan, masing-masing tiga spesies. Spesies pohon yang dominan di bagian hulu adalah Tectona grandis L.f., di bagian tengah Ficus racemosa L. dan bagian hilir Adenanthera pavonina L. Struktur lateral vegetasi riparian menunjukkan bahwa pepohonan dapat tumbuh mulai dari tepi badan air hingga jarak 20 m dalam unit sampel. Struktur longitudinal vegetasi menunjukkan bahwa vegetasi riparian sepanjang sungai didominasi oleh pohon gugur daun (deciduous tree).

The study on analysis of riparian vegetation was conducted in Citirem River, starting from February 2010 to June 2011. Data collection was performed by sample plot. Sample units were done by purposive sampling. The aims of the study are to know the composition and vegetation structure of riparian along Citirem River. The data shows 20 species recorded belong to 13 families. Euphorbiaceae and Verbenaceae are the most dominant families. Tree riparian species dominant in the headwater area is Tectona grandis L.f., in the middle sized-stream is Ficus racemosa L., and in the large stream is Adenanthera pavonina L. Lateral zonation showed that the trees are able to grow in the riparian area extending from the edge of the water bodies to 20 m in the sample unit. Longitudinal zonation showed that riparian area along the river is dominated by deciduous trees."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zuhro
"Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra padi Jawa Barat dengan 56 % wilayahnya berupa sawah. Namun beberapa tahun terakhir produktivitas padi berkurang karena terjadinya bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu mencatat bahwa pada tahun 2012, 2015 dan 2018 lahan sawah mengalami gagal panen yang disebabkan kekeringan sangat berat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan pertanian lahan sawah tahun 2012, 2015 dan 2018 serta hubungannya dengan curah hujan, kemiringan lereng dan ketinggian di Kabupaten Indramayu. Indeks kekeringan VHI Vegetation Health Index digunakan untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan lahan pertanian. VHI merupakan kombinasi indeks VCI Vegetation Condition Index dan TCI Temperature Condition Index yang diperoleh dari pengolahan data NDVI Normalized Difference Vegetation Index dan LST Land Surface Temperature Citra Landsat 7 dan 8.
Hasil pengolahan indeks VHI menunjukkan persebaran wilayah yang tidak mengalami kekeringan hingga kekeringan sangat berat pada wilayah pesisir pantai Kabupaten Indramayu. Sedangkan kategori tingkat kekeringan ringan berada pada wilayah barat bagian utara dan tengah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan kekeringan pada tahun pengamatan 2012, 2015 dan 2018. Sedangkan ketinggian dan lereng tidak ada hubungan signifikan dengan kekeringan.

Indramayu Regency is one of the rice centers in West Java with 56 % of its area is rice fields. But in recent years rice productivity has been reduced due to drought that occurred in Indramayu Regency that caused by a shift of the beginning season and a long dry season. The Indramayu District Agriculture Office noted that in 2012, 2015 and 2018 paddy fields experienced crop failures due to very heavy drought.
The purpose of this study was to determine the distribution of 2012, 2015 and 2018 wetland agricultural drought areas and their relationship with rainfall in Indramayu Regency. The VHI drought index Vegetation Health Index is used to determine the pattern of distribution of the drought area of agricultural land. VHI is a combination of VCI Vegetation Condition Index and TCI Temperature Condition Index derived from NDVI data processing Normalized Difference Vegetation Index, LST Land Surface Temperature of Landsat 7 and 8 images.
The processing results of the VHI index show the distribution of drought levels no drought to extreme drought, where in 2012, 2015 and 2018 the distribution of drought in agricultural land has the same pattern, which is dominated by the coastal areas of Indramayu Regency due to the influence of less rainfall. While the level of mild drought is in the western and center regions of Indramayu Regency. Based on the results of statistical tests, there is a significant relationship between rainfall and drought in 2012, 2015 and 2018. Whereas altitude and slope dont have relationship with drought.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>