Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Hidayati
"Ganja merupakan narkotika yang banyak disalahgunakan di Indonesia, karena tanaman ganja mudah tumbuh di daerah tropis sehingga mudah diperoleh dan lebih murah dibandingkan jenis narkotika lainnya. Dalam rangka mendukung peran serta pemerintah dalam pengawasan peredaran dan penyalahgunaan ganja ilegal, laboratorium pengawasan membutuhkan metode yang valid untuk pengujian ganja. Validitas metode didukung oleh ketersediaan baku pembanding analisis. Baku pembanding narkotika salah satunya adalah baku pembanding cannabinol (CBN) dalam pengujian ganja, sulit di peroleh di Indonesia karena harganya mahal dan birokrasi impor yang rumit. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh senyawa CBN murni dari sisa sampel barang bukti kasus peredaran ganja ilegal untuk pembuatan baku pembanding sekunder cannabinol. Senyawa CBN murni berhasil diisolasi dengan metode ekstraksi maserasi dibantu ultrasonikasi, serta pemisahan dengan kromatografi kolom dan pemurnian dengan HPTLC preparatif. Ultrasonikasi meningkatkan efisiensi ekstraksi dimana waktu ekstraksi secara maserasi berkurang dari 24 jam menjadi 5 jam, dan yield meningkat sebesar 5,536%. Karakterisasi titik leleh, Spektrofotometer UV, FTIR, GCMS, LCMSMS dan NMR terhadap isolat CBN murni yang dihasilkan membuktikan bahwa isolat adalah senyawa cannabinol (CBN) dengan titik leleh 74,36 °C, rumus kimia C21H26O2 dan bobot molekul sebesar 310 g/mol. Uji kuantitatif secara GCMS diperoleh kadar CBN pada isolat sebesar 98,13%. Berdasarkan hasil karakterisasi, kemurnian, homogenitas dan stabilitas dari isolat CBN murni, maka isolat tersebut memenuhi persyaratan sebagai baku pembanding sekunder cannabinol (CBN). Selanjutnya baku pembanding sekunder cannabinol dan baku pembanding primer cannabinol dari Lipomed digunakan dalam pengujian penetapan kadar CBN terhadap sampel ganja secara GCMS, dan diperoleh hasil yang tidak berbeda signifikan secara statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa baku pembanding sekunder cannabinol (CBN) dapat digunakan dalam pengujian ganja, maupun dalam validasi metode analisis.

Cannabis is a narcotics that is widely abused in Indonesia, because of cannabis plant is easily to grow in tropical region like Indonesia, so that it is easily obtained and cheaper than other types of narcotics. In order to support the supervision and control of the distribution and abuse of illegal cannabis, surveillance laboratories need valid methods for testing cannabis. The validity of the method is supported by the availability of the reference standard material. Reference standard material of cannabinol (CBN) for cannabis testing, is difficult to obtained in Indonesia because of the high price and complicated import bureaucracy. This research was conducted to obtain pure CBN compounds from the remaining samples of evidence of cases of illegal cannabis distribution to produce a secondary reference standard of cannabinol. Pure CBN compounds were successfully isolated by ultrasonication-assisted maceration extraction methods, as well as separation by column chromatography and purification by Preparative HPTLC. Ultrasonication increases the extraction efficiency where the maceration extraction time is reduced from 24 hours to 5 hours, and the yield increases by 5.536%. Characterization by DSC, UV, FTIR, GCMS, LCMSMS and NMR spectrophotometers against pure CBN isolates produced proved that the isolates were cannabinol (CBN) compounds with melting point 74.10 °C, chemical structure is C21H26O2, and molecular weights is 310 g/mol. GCMS quantitative test obtained CBN purity in isolates was 98.13%. Based on the results of the characterization, purity, homogeneity and stability of pure CBN isolates, these isolates meet the requirements as a secondary reference standard of cannabinol (CBN). Furthermore, the cannabinol secondary comparison standard and the cannabinol primary reference standard from Lipomed were used in testing the determination of CBN purity on cannabis samples by GCMS, and the results obtained were not statistically significant different. This indicates that the secondary comparison standard cannabinol (CBN) can be used in cannabis testing, as well as in the validation of analytical methods.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfitri
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui bahwa pemakaian ganja dapat mempengaruhi sistem reproduksi pria dan wanita. Pada pria terutama terjadi penurunan sekresi LH, FSH dan testosteron melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis, reduksi ukuran testis, dan regresi sel Leydig. Hal ini diduga dapat menekan proses spermatogenesis pada mencit. Tetapi belum diketahui apakah pemberian ekstrak daun ganja dapat menekan proses spermatogenesis pada mencit.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ekstrak daun ganja secara kuantitatif terhadap sel-sel spermatogonik dan jumlah anak yang dihasilkan dari perkawinannya dengan mencit betina. Ekstrak daun ganja dibuat secara maserasi dalam petrolium eter (titik didih 40-60°C), kemudian disaring dengan kertas saring dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator, selanjutnya dikeringkan dalam desikator. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral selama 40 hari dengan dosis 12,5 mg/kg bb, 25 mg/kg bb, 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mg/kg bb. Masing-masing dosis dilarutkan dalam 0,3 mL CMC 1%, yang diberikan satu kali sehari, setiap hari selama 40 hari. Setelah perlakuan selesai, dilakukan pengambilan data parameter spermatogenesis antara lain jumlah sel spermatogonia A, sel spermatosit primer preleptoten, jumlah sel spermatosit primer pakhiten, jumlah sel spermatid, konsentrasi sel spermatozoa vas deferens, dan jumlah anak yang dihasilkan dari perkawinannya dengan mencit betina normal.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak daun ganja pada semua dosis kelompok perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap jumlah sel spermatogonia A, jumlah sel spermatosit primer preleptoten, dan jumlah anak yang dilahirkannya dibandingkan dengan kelompok control. Sedangkan dosis ekstrak daun ganja mulai 100 sampai 200 mg/kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah sel spermatid dan jumlah sel spermatozoa vas deferens dibandingkan dengan kontrol. Sementara dosis 200 mg/kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah sel spermatosit primer pakhiten."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Kurniyati
"Parameter mutu dan keamanan obat seringkali dikaitkan dengan kandungan cemaran di dalamnya terutama terkait dengan cemaran yang bersifat racun atau karsinogenik. Dalam konteks pengawasan obat di Indonesia, analisis yang akurat dalam mendeteksi dan mengkuantisasi cemaran pada senyawa obat maupun produk obat perlu dilakukan. Namun demikian, ketersedian bahan pembanding cemaran yang merupakan salah satu faktor penentu jaminan mutu hasil pengujian laboratorium, seringkali menjadi kendala karena sukar diperoleh dan cukup mahal harganya. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat bahan pembanding sekunder cemaran secara in situ dengan cara mengubah senyawa aktifnya dalam hal ini anhidrotetrasiklin hidroklorida yang dibuat melalui transformasi tetrasiklin hidroklorida dengan asam hidroklorida. Anhidrotetrasiklin hidroklorida merupakan cemaran pada senyawa antibiotik tetrasiklin hidroklorida yang bersifat racun dan keberadaannya dapat diterima jika tidak lebih dari 0,5%. Analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan LC-ESI-MS-MS dan HPLC yang dilengkapi detektor dioda array, sementara analisis kuantitatifnya dilakukan menggunakan HPLC UV-vis pada panjang gelombang 280 nm. Anhidrotetrasiklin hasil transformasi diuji stabilitasnya dengan microwave dan paparan sinar matahari dan hasilnya menunjukkan bahwa senyawa yang terbentuk bukan produk intermediet. Semua parameter validasi metode seperti spesifisitas/selektivitas, rentang, linearitas, presisi dan akurasinya telah terpenuhi dengan nilai sangat baik. Untuk rentang dan linieritas dilakukan dengan memvariasikan penimbangan tetrasiklin hidroklorida mula-mula yaitu ± 0,25, 0,5, 0,75, 1,0 dan 1,25 mg dengan dan tanpa perlakuan dengan asam. Kedua kurva regresi yang diperoleh menunjukkan linieritas yang sangat baik dengan nilai R=1,0000. Hal ini menunjukkan konsentrasi tetrasiklin hidroklorida mula-mula proporsional terhadap respon puncak anhidrotetrasiklin hidroklorida yang terbentuk pada rentang yang diamati. Uji homogenitas juga dilakukan dan tetrasiklin hidroklorida yang diuji dapat dinyatakan homogen dalam hal pembentukan anhidrotetrasiklin hidroklorida. Nilai yang ditetapkan terhadap baku pembanding primer anhydrotetracycline hydrochloride EPRS adalah 102,11% (n=20, SD=0,71%, RSD=0,70%) tanpa data outlier. Nilai estimasi ketidakpastian pengukuran diperluas yaitu 3,19%.

Quality and safety parameter of the drug substances are often connected to those content of impurities particularly related to the toxic or carcinogenic impurities. In the context of drug control in Indonesia, an accurate analysis in detecting and quantifying impurities in drug substance or drug product need to do. Nevertheless, the availability of impurity reference substance that is one of the factors determining quality assurance in analytical measurement of testing laboratory, are oftenly difficult to obtain and quite expensive. This research is aimed to establish in situ secondary reference substance of impurity by changing an active substance i.e. anhydrotetracycline hydrochloride that is obtained by transforming tetracycline hydrochloride with hydrochloric acid. Anhydrotetracycline hydrochloride is toxic impurity in antibiotic substance tetracycline hydrochloride and its existence is acceptable if not more than 0,5%. The qualitative analysis in this study was conducted by using LC-ESI-MS-MS and high performance liquid chromatography (HPLC) supported with diode array detector while quantitative analysis was conducted by using HPLC supported UV-Vis detector at wavelength 280 nm. The anhydrotetracycline hydrochloride formed was tested its stability by using microwave and daylight exposure at certain various time and the result proved that the substance formed was not an intermediate product. The parameters of method validation such as specificity/selectivity, range, linearity, accuracy, precision were fulfilled excellently. Range and linearity testing were conducted by varying initial tetracycline weight i.e. ± 0,25, 0,5, 0,75, 1,0 and 1,25 mg with and without acid treatment. Either regression curve of tetracycline without acid treatment or those with acid treatment showed good linearity with R value = 1,0000. It indicated that the tetracycline concentration transformed is proportional with peak response of anhydrotetracycline hydrochloride formed at range observed. The homogeneity test was also assigned and the examined tetracycline hydrochloride can be declared homogeneous in term of anhydrotetracycline hydrochloride formation, with ratio value of Mean Squared Between (MSB) to Mean Squared Within (MSW) is less than F table value at degree of freedom of the data. The assigned value was 102,11% (n=20, SD=0,71%, RSD=0,70%) without outlier data, determined to anhydrotetracycline hydrochloride EPRS. Estimation of expanded uncertainty of the measurement was 3,19%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T42880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hilmiyah Tsabitah
"Telah dilakukan penelitian mengenai potensi koleksi tiga isolat Azotobacter milik BPPT terhadap ketersediaan nitrogen untuk pertumbuhan tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.). Percobaan dilakukan pada lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol negatif tanpa perlakuan (TP) dan perlakuan isolat tunggal Azotobacter (Az1, Az2, Az3), serta kontrol positif Urea (U) yang diberikan satu kali, yaitu setelah tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Volume yang diberikan pada setiap isolat adalah 10 ml, dimana setiap 1 ml isolat mengandung 109 sel Azotobacter. Kontrol positif berupa pemberian urea diberikan sebanyak 1 g. Tanaman dipelihara di rumah kaca hingga fase vegetatif maksimum (40 hari). Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, kadar klorofil, jumlah daun, panjang helaian daun, diameter batang, dan berat kering. Data dianalisis menggunakan uji lanjut jarak berganda LSD (α = 0, 05). Uji LSD menunjukkan kadar klorofil, jumlah daun, diameter batang dan berat kering isolat Az2 sama dengan perlakuan kontrol positif Urea. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa isolat Az2 memiliki potensi sebagai biofertilizer sumber nitrogen pengganti urea.

The research on use of three isolates Azotobacter of BPPT collections on the growth of sorghum (Sorghum bicolor L.) as an alternative source of nitrogen has been done. The aim of this study is to determine the potency of Azotobacter as a nitrogen biofertilizer. Experiments were conducted in five treatment and four replications. The treatment consist of a negative control without treatment (TP) and the treatment of three single isolates of Azotobacter (Az1, Az2, Az3), a s well as the positive control urea (U) were applied once at the 7th days after planting. Volume given to each isolate containing 109 Azotobacter cells was 10 ml while urea as positive control was applied as 1 g. Sorgum grown in a greenhouse until vegetative maximum phase. Chlorophyll content, number of leaves, length of leaves, diameter of stem, and dry weight are measured as parameter growth of sorgum. Data were analyzed using LSD multiple range test further (α = 0, 05). LSD test showed that Az2 isolate and positive control (Urea) gave same results on chlorophyll content, number of leaves, diameter of stem, and dry weight parameters. These beneficial effects of Az2 isolate can potentially be used as nitrogen biofertilizer to substitute urea."
2016
S62387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Eka Nuriani
"Pemanfaatan bahan alam sebagai kosmetik telah banyak berkembang dan digemari oleh masyarakat, salah satu potensi bahan alam yang belum banyak digunakan adalah bekatul. Bekatul mengandung senyawa polifenol, yang dapat bermanfaat sebagai antioksidan. Akan tetapi masih sedikit penelitian yang dilakukan di Indonesia, dalam upaya pemanfaatan bekatul sebagai produk jadi untuk makanan atau untuk kosmetik. Bekatul (Oryza sativa L.) terbukti kaya akan senyawa polifenol, yang memiliki potensi menghambat tirosinase. Senyawa polifenol diperoleh dengan cara mengekstraksinya menggunakan pelarut metanol. Gel merupakan sediaan topikal yang mudah di pakai, memberikan rasa lembab, nyaman digunakan oleh konsumen, mudah menyebar rata di kulit, dan tidak lengket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai % inhibisi dari ekstrak metanol bekatul dan memformulasikanya dalam tiga formula yang berbeda, lalu diuji stabilitas fisiknya. Bekatul diekstraksi menggunakkan metode refluks dengan pelarut metanol sampai diperoleh ekstrak kental. Metode yang digunakan untuk mengetahui nilai inhibisi tirosinase oleh ekstrak bekatul yaitu dengan menghitung nilai absorbansi sampel pada microplate reader. Sedangkan untuk uji stabilitas fisik, masingmasing sampel di simpan pada suhu rendah (4±2˚C), suhu kamar (27±2˚C) dan suhu tinggi (40±2˚C) lalu diamati organoleptis, pH, viskositas, dan stabilitasnya selama penyimpanan delapan minggu. Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak metanol bekatul memiliki nilai IC50 45,919 μg/mL dan sediaan gel pada konsentrasi ekstrak 0,022%;0,114% dan 0,573 % terbukti stabil pada berbagai suhu penyimpanan.

The use of natural ingredients as cosmetics has progressed a lot and favored by people. One of the potential natural ingredients that have not been widely used is rice bran. Rice bran contains polyphenolic compounds, which can be used as an antioxidant. However, few studies conducted in Indonesia, in an effort to utilize rice bran as a finished product for food or for cosmetic. Rice bran (Oryza sativa L.) has proven to be rich in polyphenolic compounds, which have the potential to inhibit tyrosinase. Polyphenolic compounds are obtained by using methanol extraction. Gel is a topical preparation that is easy to used, giving a sense of moist, comfortable to use by the consumer, easy to spread evenly across the skin, and not sticky. The aims of this study are to determine the value of % inhibition of the methanol extract of rice bran and formulate it in three different formulas, and then tested their physical stability. Rice bran is extracted with methanol by using reflux method. This method is used to determine the value of tyrosinase inhibition of rice bran extract by calculating he value of the sample absorbance on microplate reader. As for the physical stability test, each sample was stored at low temperature (4±2ºC), room temperature (27±2ºC) and high temperature (40±2ºC) and observed organoleptic, pH, viscosity, and stability during eight weeks storage. Based on the data obtained, the methanol extract of rice bran has IC50 value of 45,919 μg/mL and gel extract at a concentration of 0,022%; 0,114% and 0,573% has proven to be stable at different storage temperatures."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tagor Marsillam
"Senyawa-senyawa fenolik seperti kelompok senyawa flavonoid dan stilben dilaporkan mengandung gugus isoprenil. Penambahan substituen isoprenil pada berbagai kerangka senyawa turunan fenol meningkatkan bioaktivitas secara signifikan dibandingkan senyawa fenol sejenis yang tidak terprenilasi. Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) dilaporkan memiliki kandungan senyawa stilbenoid (Stilben terhidroksilasi) seperti resveratrol (3,5,4’-trans-trihidroksi-stilben) dan gnetol (2,3’,5’,6-tetra hidroksi transstilben) yang merupakan monomer stilbenoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh produk reaksi katalisis berupa senyawa prenil resveratrol dari isolat kulit melinjo dengan potensi bioaktivitas sebagai antikanker. Katalis superbasa γ-Al 2O3/NaOH/Na yang digunakan, diperoleh dengan cara memanaskan campuran padatan γ-Al2O3 , NaOH dan logam Natrium pada suhu 400 o C dan kondisi atmosfer gas Nitrogen. Isolasi senyawa resveratrol dan turunannya dari ekstrak kulit melinjo dilakukan melalui metode kromatografi kolom dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan methanol sebagai fasa gerak berdasarkan sistem gradien (peningkatan kepolaran). Reaksi katalisis prenilasi isolat kulit melinjo dilakukan berdasarkan model reaksi prenilasi resveratrol dengan pereaksi prenil bromida (3,3-dimetil alil bromida) dan katalis superbasa γ-Al 2O3 /NaOH/Na. Berdasarkan hasil analisis XRD, padatan γ-Al 2O3/NaOH/Na yang diperoleh memiliki karakter yang berbeda dengan padatan γ-Al 2O3. Kondisi optimum reaksi katalisis prenilasi resveratrol ditentukan berdasarkan hasil analisis HPTLC, yaitu suhu 60o C dan waktu reaksi 4 jam.Hasil analisis LC/ESI-MS terhadap produk reaksi katalisis prenilasi resveratrol menunjukkan adanya puncak [M+H] + dengan m/z 365,38 yang merupakan puncak ion dari senyawa resveratrol tersubstitusi oleh 2 gugus prenil (C 5H9 -). Hasil analisis 1 H-NMR menunjukkan bahwa penambahan 2 gugus prenil (C 5 H9 -) terjadi pada gugus hidroksil (-OH) dari struktur resveratrol (O-prenilasi). Prenilasi menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas radical scavenger produk reaksi prenilasi resveratrol (IC50 = 102,75 ppm) bila dibandingkan dengan substrat awal yaitu senyawa resveratrol (IC5= 63,52 ppm). Proses isolasi terhadap ekstrak kulit melinjo melalui metode kromatografi kolom memperoleh tiga isolat. Analisis LC/ESI-MS terhadap isolat kulit melinjo memperlihatkan adanya kandungan senyawa resveratrol (m/z 229,26 [M+H] + ), gnetol (m/z 245,28 [M+H] + ), isorhapontigenin (m/z 259,23 [M+H] + ) dan gnetifolin M (m/z 257,19 [M+H] + ). Prenilasi isolat kulit melinjo telah dilakukan berdasarkan model reaksi prenilasi resveratrol. Hasil analisis LC/ESI-MS menunjukkan adanya senyawa resveratrol (m/z 297,44 [M+H] + dan m/z 365,52 [M+H] + ), gnetol (m/z 313,51 [M+H] + ) serta isorhapontigenin (m/z 327,50 [M+H] + ) terprenilasi pada produk prenilasi isolat kulit melinjo. Aktivitas sitotoksik terhadap sel murine leukimia P-388 dari produk prenilasi isolat kulit melinjo dikategorikan aktif (IC50 = 7,71 μg/mL) dan lebih tinggi dibandingkan dengan isolat kulit melinjo (IC50 = 28,41 μg/mL).

Phenol derivatives such as flavonoid and stilbenes groups have been reported to possess isoprenoid group. The addition of isoprenyl substituents at various skeleton of polyphenols significantly increased its bioactivity compared to the parent compound. Melinjo (Gnetum gnemon L.) plant have been reported to contain stilbenoid (hydroxylated stilbenes) compounds such as resveratrol (3,5,4’-trans-trihydroxy-stilbene) and gnetol (2,3’,5’,6-tetra hydroxy trans-stilbene) that were stilbenoid monomeric. The objective of this study is to obtain the prenylated resveratrol with its bioactivity as an anticancer from melinjo peels isolate through catalysis reaction. The superbase catalyst γ-Al 2O3/NaOH/Na was prepared by heating a mixture of γ-Al 2O3, NaOH and sodium metal at a temperature of 400 o C and under N2 atmosfer. Stilbenoid from melinjo peels extract was isolated by coloumn chromatography with n-hexane, ethyl acetate and methanol as mobile phase based on gradient system (increasing polarity). Catalysis reaction of prenylation of melinjo peels isolate was carried out by using prenyl bromide (3,3-dimethyl allyl bromide) and superbase catalyst γ-Al2 O3/NaOH/Na based on reaction model of prenylation of resveratrol. According to XRD analysis, the obtained of solid superbase γ-Al 2 O3 /NaOH/Na showed a different characteristic compared to γ-Al 2O3. The optimum condition catalysis reaction of prenylation of resveratrol was determined using HPTLC analysis, at a temperature of 60oC for 4 hours. The results of LC/ESI-MS analysis of the product showed the molecular ion peak at m/z 365.38 [M+H] + that indicated the presence of prenylated resveratrol with two prenyl (C 5 H9 -) substituent. 1 H-NMR spectrum of the product indicated that addition two prenyl substituent occur at the hydroxyl group on the structure of resveratrol (O-prenylation). Prenylation caused decreasing free radical scavenging activity of the product (IC50 = 102.75 ppm) compared to resveratrol (IC50 = 63.52 ppm) and it means that the addition of prenyl substituents occurs through O-prenylation. Isolation of stilbenoid from melinjo peels extract obtained 3 isolates using chromatography coloumn.LC/ESI-MS analysis detected the presence of resveratrol (m/z 229.26 [M+H] + ), gnetol (m/z 245.28 [M+H] + ), isorhapontigenin(m/z 259.23 [M+H] + ) and gnetifolin M (m/z 257.19 [M+H] + ) in the melinjo peels isolate. Prenylation of melinjo peels isolate was carried out based on reaction model of prenylation of resveratrol. The product of prenylation showed the presence of prenylated resveratrol (m/z 297.44 [M+H] + and m/z 365.52 [M+H] + ), prenylated gnetol (m/z 313.51 [M+H]+ ) and prenylated isorhapontigenin (m/z 327.50 [M+H]+ ) using LC/ESI-MS analysis. The cytotoxic activity against murine leukemia P-388 cells of the product of prenylation was classified as active (IC50 = 7.71 μg/mL) and higher than melinjo peels isolate (IC50 = 28.41 μg/mL).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
D2211
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fauziah
"Ganja menjadi narkotika yang paling banyak disalahgunakan di Indonesia dengan proporsi sebanyak 41,4 persen (Puslitdatin BNN, 2022)bahkan di dunia (UNODC, 2022). Tingginya angka penyalahgunaan ganja menjadi salah satu pertimbangan PBB memasukkan ganja sebagai tanaman yang berbahaya dan Indonesia pun memasukkan ganja ke dalam golongan I Narkotika. Namun, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, tanaman ganja yang dianggap berbahaya dan hampir tidak memiliki manfaat mulai dilirik untuk dilihat pemanfaatannya. Hinggal tahun 2023, sudah lebih dari 50 negara di dunia telah melegalkan pemanfaatan ganja untuk kepentingan medis. Penelitian-penelitian pun telah banyak dilakukan di seluruh dunia. Melihat perkembangan di dunia, wacana legalisasi ganja medis mulai didorong oleh komunitas-komunitas dan sebagian masyarakat yang membutuhkan. Berdasarkan penelitian, ganja efektif pada terapi pada penyakit-penyakit seperti multiple sclerosis, nyeri neuropatik kronis, mual dan muntah akibat kemoterapi dan epilepsy, antiemetik, stimulan nafsu makan pada penyakit kanker dan AIDS, dan penyakit kronis lainnya (Vickery & Finch, 2020)(Arkell et al., 2023). Namun pemerintah Indonesia Indonesia masih konsisten menggolongkan ganja sebagai tanaman berbahaya. Aspek kesehatan masyarakat, sosial budaya dan keamanan menjadi aspek yang dekat dengan wacana legalisasi ganja medis di Indonesia. Manfaat dan dampak buruk kesehatan, persepsi masyarakat terhadap tanaman ganja, kedekatan sejarah budaya Indonesia dengan tanaman ini serta ancaman penyalahgunaan ganja yang meningkat menjadi hal yang dapat dipertimbangkan dalam wacana legalisasi ganja medis. Memperkuat  regulasi dan membukan kesempatan yang luas untuk penelitian menjadi langkah penting yang dapat diambil untuk menentukan akan dibawa kemana legalisasi ganja medis di Indonesia.

Cannabis is the most abused narcotic in Indonesia with a proportion of 41.4 percent (Puslitdatin BNN, 2022) even in the world (UNODC, 2022). The high rate of cannabis abuse is one of the UN considerations for including cannabis as a dangerous plant and Indonesia also includes cannabis in group I Narcotics. However, with the development of increasingly advanced science and technology, the cannabis plant, which is considered dangerous and has almost no benefits, has begun to be looked at for its utilization. Until 2023, more than 50 countries in the world have legalized the use of cannabis for medical purposes. Publication research has been carried out all over the world. Looking at developments in the world, the discourse on the legalization of medical cannabis has begun to be pushed by communities and some people who need it. Based on research, cannabis is effective in therapy in diseases such as multiple sclerosis, chronic neuropathic pain, nausea and vomiting due to chemotherapy and epilepsy, antiemetics, appetite stimulants in cancer and AIDS, and other chronic diseases (Vickery & Finch, 2020) (Arkell et al., 2023). However, the Indonesian government of Indonesia is still consistent in classifying cannabis as a dangerous plant. Aspects of public health, social culture and security are aspects that are close to the discourse on the legalization of medical cannabis in Indonesia. The health benefits and harms, public perception of the cannabis plant, the proximity of Indonesian cultural history to this plant and the increasing threat of cannabis abuse are things that can be considered in the discourse on the legalization of medical cannabis. Strengthening regulations and opening up broad opportunities for research are important steps that can be taken to determine where medical cannabis legalization will take in Indonesia."
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
"Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi TumbuhanDepartemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk
menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM-4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh pemberian bokashi limbah ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5). Parameter yang diukur meliputi parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar air, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudian dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk bokashi dapat dihasilkann dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5 dengan karakteristik berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah,bertekstur gembur, suhu 37 0C, kadar air 50 %, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36 %, N 1,01%, P 0,33%, dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap
pertumbuhan tanaman selada yag diukur meliputi parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan dilanjutkan
dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam perlakuan berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter panjang akar. Hasil pertumbuhan selada terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P5 dengan warna daun Light Green (Faber Castell), mempunyai rasa daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering akar 0,20 g.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
"Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik
Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Departemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama yaitu penelitian untuk
menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM-
4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian
yaitu untuk menganalisis pengaruh bok persembahan ampas tebu terhadap
menumbuhkan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5).
Parameter yang diukur termasuk parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan
parameter kuantitatif (suhu, kadar udara, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data
Parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudain dibandingkan dengan standar
kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pupuk bokashi dapat dihasilkan dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang
telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004.perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5
dengan kondisi berwarna coklat kehitaman, seperti hubungan seperti tanah, bertekstur gembur,
suhu 37 0C, kadar air 50%, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36%, N 1,01%, P 0,33%,
dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap
Pertumbuhan tanaman selada yag diukur termasuk parameter kualitatif (warna daun dan
uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar,
berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data
Parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan cerdas
dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95% untuk
melihat perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam
pengaruh berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah
tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, tetapi tidak
berpengaruh pada parameter panjang akar. Pertumbuhan hasil selada terbaik ditunjukkan
oleh perlakuan P5 dengan warrna daun Hijau Muda (Faber Castell), mempunyai rasa
daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat
basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering
akar 0,20 g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>