Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gyva Dwi Cahyani
"Sebagian besar kata dalam bahasa Mandarin merupakan kata majemuk, bahkan beberapa ahli menyebut bahasa Mandarin sebagai language of compound words atau bahasanya kata majemuk. Salah satu jenis kata majemuk yang sangat unik adalah kata majemuk berantonimi, yaitu sekelompok kata majemuk yang terdiri dari dua morfem yang memiliki arti saling bertentangan atau berantonimi. Jenis kata majemuk ini memilik posisi khusus dalam sistem kosakata bahasa Mandarin dan sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan definisi yang lebih luas mengenai kata majemuk berantonimi, kemudian mengklasifikasikan kata majemuk berantonimi berdasarkan tipe konstruksinya, hubungan antarmorfemnya, dan tipe maknanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Pelaksanaan metode ini ditempuh melalui tahap pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Hasil yang diperoleh adalah kata majemuk berantonimi memiliki ciri-ciri : merupakan kata disilabis yang konstituennya merupakan kata dasar; jenis kelas katanya adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan pronomina; morfem yang menjadi konstituennya memiliki hubungan antonim; tipe makna kata majemuk berantonimi adalah makna idiomatis dan non-idiomatis.

The majority of Mandarin words are compounds, moreover many linguists regard modern Mandarin as `a language of compound words`. Among compounds, there is a special kind of compounds called antonymous compound. It made up of two antonymous morphemes. This kind of compound occupy a special position in the Mandarin vocabulary system.  This study aims to provide a broad definition of antonymous compounds and describe the characteristics of this kind of compound based on its constituent elements, construction of compound words, the antonym relation between morphemes of its constituens, as well as the meaning type of compound. The research method used is descriptive qualitative research method. The implementation of this method is achieved through the stage of providing data, analyzing data, and presenting the results of data analysis. The results of this study can be summarized as follows:   antonymous compound words in Mandarin  has a number of characteristics that is: the word is disyllabic and made up by two content words; the compound word class are verb, noun, adjective, adverb and pronoun; the morphemes have an antonymous relation; and the meaning type of antonymous compound are idiomatic and non-idiomatic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayubi Cakradiwati
"ABSTRAK
Skripsi ini mengungkapkan pendistribusian, makna pemakaian, serta cara membedakan pemakaian pelengkap arah majemuk ?? q?l i dan ?? ch?l i pada predikat yang sama. Penelitian menggunakan metode kepustakan, dengan data berasal dari sumber elektronik korpus, cerpen, dan sumber cetak buku serta teks pidato. Hasil analisis menunjukkan pendistribusian kedua pelengkap dalam kalimat dapat dipengaruhi oleh keberadaan obyek, keterangan tempat , dan partikel ?le. Dalam pemakaiannya terdapat 34 buah data bermakna arah dan 82 buah bermakna kiasan. Pemakaiannya pada predikat yang sama dibedakan antara lain melalui tujuan/maksud yang ingin diungkapkan oleh pembicara berkaitan dengan makna pelengkap arah majemuk tersebut.

ABSTRACT
This thesis reveals the distribution, meaning in usage, and ways to distinguish the use of Chinese compound directional complements q l i and ch l i when complementing the same predicate. This research used literature based research method, used corpus, short stories, books and speech script as its data source. The results show that the distribution of both complements maybe affected by the object, adverb and use of le particle in sentence. In their usage, there are data which have 34 literal and 82 metaphorical meanings. The difference of their usage on the same predicate can be distinguished by the purpose one wants to deliver in their speech relates to the meaning."
2017
S68179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Maghfiroh
"Penelitian ini menjelaskan proses pembentukan kata majemuk dalam bahasa Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kata majemuk berdasarkan komponen pembentuknya. Kata majemuk adalah kata mandiri yang terdiri atas dua buah unsur atau lebih yang bentuknya berbeda. Oleh sebab itu, terdapat frasa dan kata majemuk yang sulit dibedakan. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA (2015). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kata majemuk diklasifikasikan atas tujuh kelompok (Sudaryanto, 1991). Penelitian ini berfokus pada penghadiran makna baru yang berambu-rambukan makna bentuk dasar. Data berupa kata majemuk yang berambu-rambukan makna bentuk dasar lebih banyak ditemukan di dalam novel dibandingkan kata majemuk lainnya. Data kata majemuk kemudian dikategorikan berdasarkan komponen pembentuknya menurut Poedjosoedarmo (1984). Setelah terbagi dalam subkelas kata, kata majemuk dianalisis berdasarkan hubungan komponen pembentuk kata majemuk dengan frasa maupun klausa. Selanjutnya, kata majemuk dianalisis perbedaan urutan kelas kata komponen pembentuk dan makna leksikalnya dengan frasa maupun klausa menurut Wedhawati (2006). Temuan dari penelitian ini adalah kata majemuk memiliki makna baru, dan makna baru tersebut masih memperlihatkan pertalian dengan makna komponen pembentuknya. Berbeda halnya dengan frasa dan klausa, hasil pembentukannya berdasarkan makna leksikal komponen pembentuknya. Selain itu, ditemukan pola verba-nomina pada kata majemuk yang polanya berbeda dengan frasa maupun klausa. Pada frasa dan klausa umumnya membentuk pola nomina-verba. Terakhir, ditemukan kata majemuk dengan pola adjektiva-verba yang berbeda dengan aturan frasa maupun klausa bahasa Jawa. Perbedaan tersebut menjadikan kata majemuk memiliki ciri khas yang berbeda dari frasa dan klausa.

This study describes the process of forming compound words in Javanese. This study aims to analyze compound words based on their constituent components. Compound words are independent words that consist of two or more elements that have different forms. Therefore, there are phrases and compound words that are difficult to distinguish. The data source used in this study is the novel Pinatri Ing Teleng Ati by Tiwiek SA (2015). This study used the descriptive qualitative method. Compound words are classified into seven groups (Sudaryanto, 1991). This research focuses on presenting a new meaning that is mixed with the meaning of the basic form. Data in the form of compound words that have mixed meanings in the basic form are found more commonly in the novel than in other compound words. Compound word data is then categorized based on its constituent components according to Poedjosoedarmo (1984). After dividing into word subclasses, compound words are analyzed based on the relationship between the components forming compound words with phrases and clauses. Furthermore, compound words are analyzed for differences in the word class order of the forming components and their lexical meanings with phrases and clauses according to Wedhawati (2006). The findings from this study are that compound words have new meanings, and these new meanings still show a connection with the meanings of their constituent components. Unlike the case with phrases and clauses, their formation results are based on the lexical meaning of the constituent components. In addition, verb-noun patterns were found in compound words that differed from phrases and clauses. Phrases and clauses generally form noun-verb patterns. Finally, compound words with adjective-verb patterns differ from the rules of Javanese phrases and clauses. These differences make compound words have different characteristics from phrases and clauses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clementia Carmen
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur suprasegmental bahasa apa saja yang
dapat mempengaruhi perubahan ton di silabe terakhir dalam kalimat bahasa Mandarin
dan menganalisis seberapa besar perubahan ton yang terjadi pada silabe terakhir
tersebut. Data penelitian diperoleh dari buku ajar Hanyu Jiaocheng 1-3. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksperimental yang menggunakan
aplikasi Praat sesuai dengan ancangan IPO yakni ancangan pada sinyal akustik sampai
analisis parameter akustik ujaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan fonetik
akustik untuk menganalisis fenomena perubahan ton dan unsur suprasegmental.
Berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa intonasi dari jenis
kalimat membawa pengaruh signifikan terhadap terjadinya fenomena perubahan ton
pada silabe akhir dalam kalimat bahasa Mandarin. Kehadiran intonasi kalimat mampu
mempengaruhi ton silabe akhir kalimat bahasa Mandarin menjadi lebih menaik atau
menurun dari kontur ton awal dan turut mempengaruhi fitur suprasegmental yang
terkandung.

This analysis aims to find out which suprasegmental features of a language could affect
the tonal changes at the final syllable in Chinese sentences and also to analyze how
much of tonal changes occurred. The data samples in this research is obtain from Hanyu
Jiaocheng 1-3. This analysis uses a qualitative method with an experimental approach
which utilizes the Praat application following the IPO approach, namely the approach
to the acoustic signal to the analysis of the acoustic parameters of speech. This analysis
uses an acoustic-phonetic approach to analyze the phenomenon of tonal changes and
their suprasegmental features. Based on the analysis, it can be concluded that the
intonation of the type of sentence has a significant influence on the final syllable tonal
changes phenomenon. The presence of sentence intonation could affect the Chinese
sentence final syllable tones resulting in a higher or lower pitch than its initial pitch
contour, and affect the other suprasegmental features it contains.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Atikah Immaduddin
"Penelitian ini membahas pembentukan karakter kata tiruan bunyi (Onomatope) binatang dalam Bahasa Mandarin. Karakter Han dalam Bahasa Mandarin memiliki prinsip pembentukan yang unik. Salah satunya adalah prinsip pembentukan karakter ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng yang digunakan untuk menganalisis data. Selain itu terdapat data-data onomatope binatang yang berbeda untuk binatang yang sama.
Hasil penelitian dari 36 data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar karakter kata tiruan bunyi (Onomatope) binatang dalam Bahasa Mandarin terbentuk dengan prinsip pembentukan karakter ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng. Hasil penelitian juga menunjukkan onomatope yang berbeda untuk binatang yang sama ternyata mewakili bunyi yang berbeda pula, yang diwakili oleh perbedaan kombinasi fonem pembentuknya.

This study discusses the formation of the characters sound imitative words (Onomatope) animals in Mandarin. Han Characters in Mandarin have a unique principle formation. One is the characters formation principle ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng which is used to analyze the data. In addition there are some data of different onomatope for the same animal.
Results from 36 data have shown that most of the characters sound imitative words (Onomatope) animals in Mandarin is being formed by the characters forming principle of ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng. Research also point out that different onomatope that represent the same animals has different sound too, the difference represented by the combination of phoneme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12998
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur suprasegmental bahasa apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan ton di silabe terakhir dalam kalimat bahasa Mandarin dan menganalisis seberapa besar perubahan ton yang terjadi pada silabe terakhir tersebut. Data penelitian diperoleh dari buku ajar Hanyu Jiaocheng 1-3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksperimental yang menggunakan aplikasi Praat sesuai dengan ancangan IPO yakni ancangan pada sinyal akustik sampai analisis parameter akustik ujaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan fonetik akustik untuk menganalisis fenomena perubahan ton dan unsur suprasegmental. Berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa intonasi dari jenis kalimat membawa pengaruh signifikan terhadap terjadinya fenomena perubahan ton pada silabe akhir dalam kalimat bahasa Mandarin. Kehadiran intonasi kalimat mampu mempengaruhi ton silabe akhir kalimat bahasa Mandarin menjadi lebih menaik atau menurun dari kontur ton awal dan turut mempengaruhi fitur suprasegmental yang terkandung.

This analysis aims to find out which suprasegmental features of a language could affect the tonal changes at the final syllable in Chinese sentences and also to analyze how much of tonal changes occurred. The data samples in this research is obtain from Hanyu Jiaocheng 1-3. This analysis uses a qualitative method with an experimental approach which utilizes the Praat application following the IPO approach, namely the approach to the acoustic signal to the analysis of the acoustic parameters of speech. This analysis uses an acoustic-phonetic approach to analyze the phenomenon of tonal changes and their suprasegmental features. Based on the analysis, it can be concluded that the intonation of the type of sentence has a significant influence on the final syllable tonal changes phenomenon. The presence of sentence intonation could affect the Chinese sentence final syllable tones resulting in a higher or lower pitch than its initial pitch contour, and affect the other suprasegmental features it contains. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abiyyu Dary Yahya
"Penelitian ini akan membahas 7 jenis konjungsi temporal dalam Bahasa Mandarin, yaitu 以后 yǐhòu,以前yǐqián, 然后ránhòu, 当dāng, 刚才gāngcái, 同时 tóngshí, dan 最后zuìhòu. Setiap konjungsi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan pada posisi dan urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal dalam kalimat Bahasa Mandarin. Data penelitian ini diambil dari cerpen Cina yang berjudul 手shǒu. Pada cerpen ini, terdapat 16 data berbahasa Mandarin yang memunculkan jenis konjungsi temporal Bahasa Mandarin. Dari data ini akan di analisis posisi dan urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal dalam kalimat Bahasa Mandarin. Hasil penelitian menemukan bahwa posisi konjungsi temporal ada yang terletak di awal kalimat, terletak pada klausa 1 sebagai klausa subordinatif atau inti, terletak di depan atau belakang klausa 1 sebagai klausa inti, di depan klausa 2 sebagai klausa inti atau subordinatif, dan berada pada klausa 2 sebagai klausa subordinatif. Selain itu, urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal ada yang menunjukkan suatu peristiwa terjadi lebih dulu daripada peristiwa lain, dua peristiwa yang terjadi pada waktu bersamaan, menunjukkan peristiwa yang sedang terjadi, peristiwa kedua akan terjadi selesai peristiwa pertama, dan menunjukkan peristiwa yang diinginkan dalam waktu lama baru terjadi.

This research will discuss 7 types of temporal conjuctions in Chinese, which are以后 yǐhòu,以前yǐqián, 然后ránhòu, 当dāng, 刚才gāngcái, 同时 tóngshí, dan 最后zuìhòu. Each of these conjuctions has differences and similarities in the position and order of the moments on the clauses that contain temporal conjuctions on the sentences in Chinese. Data for this research is taken from a Chinese short story entitled 手shǒu. In this short story, there are 16 Chinese language data that has Chinese temporal conjunctions, and then, will analyze positions and order of the moments on the clauses that contain temporal conjuctions on Chinese sentences. The results of the study found that the position of temporal conjunctions is located at the beginning of the sentence, located in clause 1 as a subordinating or core clause, located in front of or behind clause 1 as a core clause, in front of clause 2 as a core or subordinate clause, and is in clause 2 as a subordinate clause. In addition, the sequence of moments in clauses containing temporal conjunctions shows that a moment occurs before another moment, two moments that occur at the same time, indicate a moment that is currently happening, the second moment will occur after the first event, and indicates the moment desired to be happened in a long time just happened."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Anindita
"Penelitian ini membahas ekspresi kesantunan dalam tuturan yang termasuk ke dalam 10 constraints Strategi Utama Kesantunan oleh Leech (2005). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan constraints kesantunan dan menjabarkan ekspresi kesantunan yang muncul pada seri buku 对外汉语本科系列教材 Duìwài Hànyǔ Běnkē Xìliè Jiàocái Bahan Ajar Berseri untuk S1 Bahasa Mandarin sebagai Bahasa Asing (一年级教材 Yī Niánjí Jiàocái Buku Ajar Tahun Pertama). Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendukung pemahaman pragmatik dalam kesantunan berbahasa Mandarin, serta menunjukkan bentuk-bentuk ekspresi kesantunan yang dapat digunakan oleh pembelajar. Penulis mengklasifikasi data tuturan dari buku ajar tersebut ke dalam Strategi Utama Kesantunan (SUK). Dari hasil penelitian ditemukan seluruh constraints SUK pada sumber data. Strategi yang paling banyak muncul adalah Strategi Generosity (Kedermawanan) dan Obligation of Self to Other (Kewajiban Diri sendiri terhadap Orang lain). Penulis juga menemukan bahwa beberapa ekspresi yang muncul pada data dapat digunakan dalam konteks yang berbeda-beda.

This study discusses the politeness expression within utterances which included in the 10 politeness constraints of Leech`s Grand Strategy of Politeness (2005). This study aims to describe the framework of the politeness and to elaborate the expression of politeness that appears in the textbook series 对外汉语本科系列教材Duìwài Hànyǔ Běnkē Xìliè Jiàocái Chinese Textbook Series for Undergraduate Foreign Language Teaching (一年级教材Yī Niánjí Jiàocái First Grade Textbook). We expect this research could benefit to support pragmatic understanding in Mandarin`s politeness, and also to signify a variety of forms of politeness expression the learners could use. The author classified speech data from the textbook which met the 10 constraints of Grand Strategy of Politeness (GSP). The results of this research founded that all GSP constraints appeared in the data source. The most common strategies are the Generosity and the Obligation of Self to Other. The authors also found that some of the expressions that appear in the data can be used in different contexts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irzanova, Alicia
"Kalimat merupakan salah satu satuan sintaksis. Kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkai sesuka hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. lni berarti untuk memahami suatu ujaran atau menghasilkan ujaran yang dapat dipahami lawan bicara, orang tidak saja memperhatikan kata-kata beserta maknanya, melainkan juga makna gramatikal rangkaian kata-kata. Salah satu yang menentukan makna gramatikal adalah bentuk kalimat. Bahasa pada umumnya memiliki dua bentuk kalimat, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Setiap bahasa memiliki perubahan yang khas yang terjadi pada transformasi kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dalam skripsi ini yang akan dibicarakan adalah kalimat pasif dalam Bahasa Mandarin. Skripsi ini juga membicarakan dan memberi informasi baru mengenai kalimat yang dalam beberapa buku tata bahasa Mandarin disebut sebagai kalimat pasif makna. Skripsi ini terdiri dari lima puluh empat halaman isi dan sepuluh halaman lampiran data"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>