Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abi Aufar Hawali
"ABSTRAK
Latar Belakang: Cengkeh dikenal sebagai bumbu antioksidan yang digunakan dalam rokok, rempah-rempah untuk makanan / sup, dan obat tradisional. Diyakini bahwa cengkeh dapat melindungi perokok dari radikal bebas rokok. Kalau tidak, penelitian tentang cengkeh sebagai antioksidan masih membingungkan.
Tujuan: Mengungkap bahwa cengkeh dapat mengatasi karbon tetra klorida (CCl4) dan radikal bebasnya
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, menggunakan 20 tikus Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok, Kelompok 1 (CCl4 + cengkeh 3), kelompok 2 (CCl4 + cengkeh 1), kelompok 3 (kontrol normal, tanpa ditawari pengobatan), kelompok 4 (kontrol positif, diinduksi oleh CCl4 dan diikuti oleh 100 mg alfa-tokoferol), dan kelompok 5 (kontrol negatif, hanya diinduksi oleh CCl4). Hati tikus dihomogenisasi dan diikuti dengan pengukuran aktivitas CAT menggunakan metode spektrofotometri pasangan.
Hasil: Ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata antara kelompok (p = 0,001). Uji lebih lanjut, Post Hoc menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan 4 (p = 0,008), 1 dan 5 (p = 0,001), 2 dan 5 (p = 0,001), 3 dan 5 (p = 0,001) , dan 4 dan 5 (p = 0,007).
Kelompok 1 (CCl4 + Clove3) memiliki aktivitas katalase tertinggi.
Kesimpulan: Pemberian oral syzygium aromaticum (cengkeh) dengan dosis 200 mg / kg berat badan tikus terhadap 0,55 mg / kgBB CCl4 menunjukkan peningkatan aktivitas katalase tetapi tidak mengatasi stres oksidatif.

ABSTRACT
Background: Clove is known as antioxidant spice that used in cigarettes, spice for food/soup, and traditional medicine. It is believed that clove could protect smokers from cigarette-free radicals. Otherwise, study on clove as an antioxidant was still confused.
Objective: To reveal that clove can overcome carbon tetra chloride (CCl4) and its free radical derives
Method: This study was an experimental research, using 20 Wistar rats that were divided into 4 groups, Group 1 (CCl4 + cloves 3), group 2 (CCl4 + cloves 1), group 3 (normal control, without being offered treatment), group 4 (positive control, induced by CCl4 and followed by 100 mg alpha-tocopherol), and group 5 (negative control, only induced by CCl4). Rat livers were homogenized and followed with CAT activity measurement using spectrophotometry method of Mates.
Results: There was a significant difference in mean between the groups (p= 0,001). Further test, the Post Hoc showed that there is a significance different between group 1 and 4 (p=0.008), 1 and 5 (p=0.001), 2 and 5 (p=0.001), 3 and 5 (p=0.001), and 4 and 5 (p=0.007).Group 1 (CCl4+Clove3) has the highest catalase activity.
Conclusion: Syzygium aromaticum (clove) oral administration with the dose of 200 mg/kg rat body weight against 0.55 mg/kgBW CCl4 show increased of catalase activity but did not overcome the oxidative stress."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khifzhon Azwar
"ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa
Syzygium aromaticum (cengkih) dapat berfungsi sebagai antioksidan dan
prooksidan. Untuk mendapatkan data dan mengetahui efek cengkih terhadap
konsentrasi malondialdehida (MDA) dikarenakan stres oksidatif yang diinduksi
karbon tetraklorida (CCl4) pada hati dan plasma darah tikus dan apakah plasma
darah dapat mewakili kerusakan pada hati.
Metode: 10 jenis perlakuan dibandingkan yaitu 5 perlakuan pada hati dan 5 pada
plasma darah. Setiap jaringan diberi perlakuan yakni (1) CCl4 positif dan cengkih positif setelah 3 hari, (2) setelah 1 hari perlakuan, (3) alfa-tokoferol, (4) CCl4, dan"
"(5) kontrol normal. Metode Wills digunakan untuk mengukur kadar MDA."
Hasil: Kadar MDA hati ±SD adalah 0,0262 ±0,0010 pada kelompok hari ketiga,
0,0214 ±0,0047 pada kelompok hari pertama, 0 pada kelompok alfa-tokoferol,
0,0077 ±0,0094 pada kelompok CCl4, dan 0,0039 ±0,0009 pada kontrol normal
dalam nmol/mg protein (p=0,000), sedangkan di plasma darah hasilnya 29,6032
±6,8021 pada kelompok hari ketiga, 26,1103 ±3,6920 pada kelompok hari
pertama, 1,1612 ±0,3555 pada kelompok alfa-tokoferol, 1,4585 ±1,4747 pada
kelompok CCl4, and 2,4217 ±1,2382 pada kontrol normal diukur dalam nmol/mL
(p=0,000).
"
"
"Kesimpulan: Penggunaan ekstrak cengkih dengan dosis 200 mg/kg berat badan"
"tikus meningkatkan kadar MDA dan kerusakan yang diinduksi oleh CCl4 tergantung pada lama perlakuan. Efek antioksidan tidak didapatkan dalam penelitian ini. Dengan adanya korelasi yang kuat antara kadar MDA di hati dan plasma darah (R=0,97; p=0,003), dapat disimpulkan penggunaan plasma darah dalam pengukuran kadar MDA dapat mewakili perubahan kadar di hati yang"
"diakibatkan oleh kerusakan."

ABSTRACT
Background: Previous studies showed that Syzygium aromaticum (clove) could
be antioxidant or prooxidant. It is important to obtain better understanding about
the effect of clove on malondialdehyde (MDA) concentration due to carbon
tetrachloride (CCl4)-induced oxidative stress in rat liver and blood plasma in Day
1 and Day 3; and whether blood plasma MDA level might represent liver damage.
"
"
Methods: 10 kinds of treatment consist of 5 kinds for liver and 5 for plasma.
Each rat group underwent several treatments, namely (1) CCl4- and clove-positive
treatment after 3 days of clove treatment, (2) one day after, (3) alpha-tocopherol,
(4) CCl4, and (5) normal control. Wills method was used for MDA concentration
measurement.
Results: : Liver MDA concentration was 0.0262 ± 0.0010 for day 3 group, 0.0214
±0.0047 for day 1 group, 0 for alpha-tocopherol group, 0.0077 ±0.0094 for CCl4
group, and 0.0039 ±0.0009 for the normal control group in nmol/mg protein
(p=0.000). Whereas in blood plasma it was 29.6032 ± 6.8021 for day 3 group,
26.1103 ±3.6920 for day 1 group, 1.1612 ±0.3555 for alpha-tocopherol group,
1.4585 ±1.4747 for CCl4 group, and 2.4217 ±1.2382 for normal control group in
nmol/mL (p=0.000).
"
"
Conclusion: 200 mg clove administration /kg body weight of rat increased MDA
concentration and enhanced CCl4-induced damage in a time-dependent fashion.
No antioxidant properties were observed. Strong correlation between MDA
concentration in the liver and blood plasma (R=0.97; p=0.003) approved blood
plasma utilization to represent hepatic MDA concentration or damage
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Najma Azizah
"Salmonella typhi adalah bakteri penyebab demam tifoid, yaitu penyakit yang dapat menyebabkan demam tifoid penyakit yang mengancam jiwa yang sering ditemukan di negara berkembang. Penampilan Salmonella typhi yang kebal antibiotik telah mengganggu efektivitas antibiotik digunakan sebagai obat demam tifoid. Syzygium aromaticum adalah rempah-rempah yang dikenal sebagai salah satu obat tradisional dan terbukti khasiatnya antibakteri terhadap bakteri yang menyebar melalui makanan, salah satunya adalah Salmonella typhi. Bunga cengkeh diekstraksi dengan etanol menggunakan metode kelelahan. Selanjutnya, ekstrak diencerkan menjadi empat konsentrasi yang berbeda (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) untuk diuji terhadap bakteri
Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Diameter zona
hambatan kemudian diukur. Data dianalisis menggunakan One-Way ANOVA dan Uji Post-Hoc Tamhane. Uji konfirmasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran cair. Dari percobaan ini, tidak ada zona hambat dari empat konsentrasi ekstrak yang berbeda terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Kesimpulannya, ekstrak bunga cengkeh tidak menghasilkan zona hambat pada kultur Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Hal ini dapat disebabkan oleh
pengaruh sifat ekstrak dan jenis/kondisi kertas cakram yang digunakan
digunakan untuk proses difusi senyawa antibakteri dalam ekstrak ke dalam medium yang seperti itu.
Salmonella typhi is the bacteria that causes typhoid fever, a disease that can cause typhoid fever, a life-threatening disease that is often found in developing countries. The appearance of antibiotic-resistant Salmonella typhi has interfered with the effectiveness of antibiotics used as typhoid fever drugs. Syzygium aromaticum is a spice that is known as a traditional medicine and has proven antibacterial properties against bacteria that spread through food, one of which is Salmonella typhi. Clove flowers were extracted with ethanol using the fatigue method. Next, the extract was diluted into four different concentrations (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) to be tested against bacteria.
Salmonella typhi using disc diffusion method. Zone diameter
resistance is then measured. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Tamhane Post-Hoc Test. Confirmation test was carried out using the liquid dilution method. From this experiment, there was no inhibition zone of four different extract concentrations on the growth of Salmonella typhi. In conclusion, clove flower extract did not produce a zone of inhibition in Salmonella typhi culture using the disc diffusion method. This can be caused by
the effect of the nature of the extract and the type/condition of the disc paper used
used for the process of diffusion of antibacterial compounds in the extract into such a medium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Amanda Nabilah
"ABSTRAK
Pendahuluan: Cengkih (Syzygium aromaticum) mengandung eugenol dipercaya
memiliki efek antioksidan untuk menangkal paparan radikal bebas. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan efek antioksidan cengkih terhadap kerusakan fungsi hati
tikus Wistar yang diinduksi oleh CCl4 dengan melihat kadar Malondialdehida (MDA)
hati sebagai hasil peroksidasi lipid. Metode: Tiga puluh enam tikus Wistar yang
berusia 12 minggu dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol negatif (CCl4), kontrol
positif (CCl4 + α-tokoferol), dan 4 kelompok dengan pemberian CCl4 dan cengkih
selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Hasil: Digunakan uji One-way ANOVA
dengan uji perbandingan post hoc LSD. Didapatkan rerata kadar MDA (nmol/mg
protein) kontrol positif (0.0140), kontrol negatif (0.0098), 1 hari (0.0370), 3 hari
(0.0660), 5 hari (0.0849) dan 7 hari (0.0968). Terdapat perbedaan bermakna (p <0.05)
antar kelompok pada uji One-way ANOVA. Berdasarkan uji post hoc LSD,
peningkatan kadar MDA dibandingkan kontrol negatif signifikan (p<0.05) pada
cengkih 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Kesimpulan: Peningkatan kadar MDA
menandakan adanya peningkatan stress oksidatif pada kelompok yang diberikan
cengkih. Dengan demikian, cengkih bersifat hepatotoksik karena menyebabkan
kerusakan membran lipid.

ABSTRACT
Introduction: Clove (Syzygium aromaticum) contains eugenol as its main compound
known for its antioxidant effect against free radicals. This study was conducted to
investigate the antioxidant effect of Clove against CCl4-induced Wistar rats
hepatotoxicity by measuring liver Malondialdehyde (MDA) level as one of occuring
products of lipid peroxidation. Methods: Thirty–six Wistar rats at the age of 12–
weeks were divided into six groups: positive control (given CCl4 and α-tocopherol),
negative group (CCl4 only), and 4 groups were given CCl4 and clove extract for 1 day,
3 days, 5 days, and 7 days each. Results: One-way ANOVA with post hoc
comparisons (LSD) were performed across all groups. There was a significant
difference (p<0.05) in mean MDA level (nmol/mg protein) between positive control
(0.0140), negative control (0.0098), 1 day of clove (0.0370), 3 days clove (0.0660), 5
days clove (0.0849) and 7 days clove (0.0968). The mean MDA levels are
significantly higher (p<0.05) in groups that were given 1, 3, 5, and 7 days of clove
extract respectively than the negative control group. Conclusions: Higher MDA levels
in clove-given groups indicated increased oxidative stress caused by clove. Therefore,
clove has hepatotoxic effects in Wistar rats instead of antioxidant effects"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bantari Wisynu Kusuma Wardhani
"Latar Belakang: Studi pendahuluan ekstrak mahkota dewa menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melalui jalur NFkB-TNF dan penurunan peroksidasi lipid. Jalur tersebut terlibat dalam patogenesis fibrosis hati yang hingga saat ini belum memiliki terapi standar. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifibrosis dan mekanisme kerja ekstrak tersebut pada model fibrosis in vivo yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4).
Metode: Tikus Sprague-Dawley diinduksi dengan CCl4 melalui injeksi intraperitoneal 2 mL/kgBB selama 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan dosis 1 mL/kgBB2 kali seminggu selama 6 minggu. Terapi silimarin 100 mg/kgBB/hari (Sil) dan ekstrak mahkota dewa pada dosis 75 mg/kgBB/hari (T75) dan 150 mg/kgBB/hari (T150) diberikan per oral mulai minggu ketiga. Hewan coba diterminasi setelah 8 minggu perlakuan untuk diambil darah dan organ hatinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan aktivitas enzim penanda fungsi hati (aktivitas ALT, AST dan ALP plasma), kerusakan sel dan fibrosis (histopatologi), penanda stres oksidatif (kadar MDA dan rasio GSH/GSSG), aktivitas antifibrogenik (TGF-1) dan fibrolisis (MMP-13).
Hasil: Silimarin dan ekstrak mahkota dewa dapat memperbaiki penanda kerusakan hati melalui penurunan aktivitas ALT, AST dan ALP yang signifikan. Hasil ini diikuti perbaikan parameter stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA sekaligus peningkatan rasio GSH/GSSG. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan hepatosit akibat CCl4. Aktivitas tersebut akan menurunkan aktivasi HSC (hepatic stellate cells) sehingga sitokin profibrogenik (TGF-1) mengalami penurunan. Studi ini menunjukkan penurunan TGF-1yang signifikan juga terjadi pada semua kelompok terapi. Seiring dengan penurunan aktivasi HSC, penurunan persentase area positif MMP-13 pun terjadi pada semua kelompok terapi dibandingkan CCl4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas fibrolisis ekstrak tersebut pada fibrosis hati. Perbaikan parameter biokimiawi tersebut didukung dengan tendensi penurunan persentase area fibrosis.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dapat memperbaiki fibrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 melalui jalur yang melibatkan TGF-1 dan MMP-13.

Background: Previous study of mahkota dewa extract showed its hepatoprotective activity through NFkB-TNF pathway dan decreased lipid peroxidation. This pathway played a major role in the pathogenesis of liver fibrosis. Up to date, there has no known standard therapy in liver fibrosis. This study was aimed to determine the antifibrotic activity and the mechanism of mahkota dewa extract in CCl4-(carbon tetrachloride) induced liver fibrosis in male rats.
Methode: Sprague-Dawley rats were injected intraperitoneally with 2 mL/kg CCl4 in olive oil (1:1) twice weekly for 2 weeks, followed by 1 mL/kgBB injection for 6 weeks. Treatments given starting 3 weeks of CCl4 induction were silymarin 100 mg/kgBB/day, mahkota dewa extract 75 mg/kgBB/day (T75) and 150 mg/kgBB/day (T150) orally. On the eighth week, rats were sacrificed. Blood and liver were for the analysis of liver function test (ALT, AST and ALP activity), hepatotoxicity and liver fibrosis marker (histopathology analysis), oxidative stress markers (MDA levels and GSH/GSSG ratio), pro fibrogenic cytokine (TGF-1)and fibrolysis marker (MMP-13).
Result: This study showed that silymarin and mahkota dewa extract decreased the activity of ALT, AST and ALP. This is followed by amelioration of stress oxidative by decreasing MDA levels and increasing GSH/GSSG. All parameters examined showed that mahkota dewa has antioxidant activity that decreased HSCs activation. This is in accordance to the reduction of TGF- levels in all treatment groups. In aggrement to those, decreased levels of MMP-13 were shown in all treatment groups compared to CCl4. There were tendencies of decreased fibrotic area that followed improvements of biochemical parameters.
Conclusion: Mahkota dewa extracts ameliorate CCl4-induced liver fibrosis through TGF- and MMP-13 pathways."
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Attika Adrianti Andarie
"ABSTRAK
Pendahuluan: Cengkih (Syzygium aromaticum) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat dan umum dibudidayakan di Indonesia. Salah satu kandungan cengkih, eugenol, dikatakan memiliki efek antioksidan, disamping efek-efek menguntungkan lainnya. Penelitian ini menginvestigasi efektivitas ekstrak cengkih sebagai antioksidan pada kerusakan hati tikus karena CCl4, yang dilihat dari aktivitas spesifik enzim katalase. Metode: Tiga puluh enam tikus Wistar dibagi menjadi 6 kelompok dengan perlakuan berbeda, yaitu CCl4 saja (kontrol negatif), CCL4 dan alpha tokoferol (kontrol positif), serta CCl4 dan ekstrak cengkih selama 1 hari, 3 hari,
5 hari, dan 7 hari. Hasil: Dari uji One-way ANOVA dengan post hoc LSD didapatkan aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih tinggi pada keempat kelompok yang diberikan ekstrak cengkih dibandingkan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif, walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Perbedaan aktivitas spesifik katalase antara kontrol positif (0.0153 U/ml/gr protein) dan kelompok perlakuan 1 hari (0.0271 U/ml/gr protein) mendekati kebermaknaan (p =
0.079). Hasil ini menunjukkan adanya efek hepatotoksik ekstrak cengkih terhadap sel hati tikus Wistar. Kesimpulan: Ekstrak cengkih tidak bermanfaat sebagai antioksidan dalam memperbaiki kerusakan hati tikus Wistar karena CCl4 dilihat dari aktivitas spesifik enzim katalase.
ABSTRACT
Introduction: Clove (Syzygium aromaticum) is a spice of many purposes, commonly used in many aspects of life in Indonesia. One of the major compounds found in cloves is eugenol, which is recognized for being an antioxidant. This research investigates the efficacy of clove's extract as an antioxidant in CCl4-induced liver damage in Wistar rats, indicated by catalase's specific activity. Methods: Thirty-six Wistar rats was categorized into six groups, which were given only CCl4 (negative control), CCl4 and alpha tocopherol (positive control), CCl4 and clove extract for 1 day, 3 days, 5 days, and 7 days respectively. Results: One-way ANOVA with LSD post hoc comparisons were performed. Catalase specific activity in the four groups that were given clove extracts were higher compared to the negative control and positive control groups, although the difference wasn't statistically significant. The discrepancy between catalase specific activity in the positive control group (0.0153
U/ml/gr protein) and the group which was given one day of clove extract (0.0271
U/ml/gr protein) was close to being statistically significant (p = 0.079). Thus, clove extract is assumed to have a hepatotoxic effect to Wistar rats liver cells. Conclusion: Clove extract has no benefits as an antioxidant in repairing CCl4-induced liver damage in Wistar rats, as indicated by catalase specific activity"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Windyani
"ABSTRAK
Radikal bebas dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan kerusakan sel terutama sel hati karena hati merupakan organ yang memiliki fungsi eliminasi radikal bebas dalam tubuh. Dalam mekanisme eliminasi tersebut, dibutuhkan zat yang bersifat antioksidan. Syzygium aromaticum atau cengkih mengandung eugenol yang diduga dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak cengkih sebagai antioksidan dalam perbaikan fungsi hati dengan indikator aktivitas enzim ALT dan pengaruh perbedaan jangka waktu pemberian. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental yang dilakukan dengan memberi perlakuan berbeda pada 6 kelompok tikus yang sebelumnya diinduksi kerusakan hatinya dengan CCl4, yaitu sebagai kontrol positif dengan tokoferol, kontrol negatif tanpa perlakuan, dan kelompok sisanya dengan ekstrak cengkih dosis 200mg/kgBB selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Hasil penelitian menunjukan penurunan aktivitas enzim ALT yang bermakna, yaitu p=0,007 (p<0,05). Kemudian pemberian ekstrak cengkih selama 3 hari memberikan aktivitas ALT yang menurun drastis dan berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatif p=0,037 (p<0,05), dan tidak berbeda bermakna dengan pemberian selama 5 hari dan 7 hari (p>0,05). Kesimpulan penelitian adalah ekstrak cengkih tidak memiliki efek antioksidan yang berperan dalam perbaikan fungsi hati dan jangka waktu pemberian tidak berbanding lurus dengan perbaikan fungsi hati.

ABSTRACT
Free radicals in human bodies can inflict damage on cells especially liver cells as the liver is responsible for the clearance of free radicals in the body. In the clearance process, a substance which is an antioxidant in nature is required. Syzygium aromaticum or clove contains eugenol which is predicted to act as an antioxidant. The objective of the study is to find out the effectivity of a clove extract as an antioxidant on the improvement of the liver function as revealed by the activity indicator of specific enzyme ALT and the influence of administration durations. This study was an experimental study conducted with different treatments on 6 mouse groups which had been administered by CC14 to induce liver cell damage, namely the positive control with tocopherol, negative control without treatment and the rest were treated with a clove extract with the dose 200mg/kg BW for one day,three days,five days and seven days. The results showed a decrease in the activity of specific enzyme ALT significantly namely p=0,007 (p<0,05). The 3 day duration of administration of the extract caused the drastic drop and significant difference if compared with the negative controle p=0,037 (p<0,05), and did not reveal significant difference in the 5 day and 7 day groups of treatment (p>0,05). Conclusion: the clove extract does not have antioxidant effects that may play a role in the improvement of the liver function and the treatment durations do not have a linear correlation with liver improvement."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naivedh Bhat
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang selalu menghadapi ancaman dari penyakitan inkesius, sama seperti negara tropis lain. Kuman-kuman yang menyebabkan penyakit tersebut, telah menjadi resisten. Ancaman dari kuman resisten telah berkembang, dan obat herbal harus dianggap sebagai salah satu obat alternatif. Indonesia adalah negara yang kultural dan mempunyai kekayaan tanaman dan rempah-rempah. Rempah-rempah ini bisa ditemui dimana-mana, dan dipakai oleh mayoritas masyarakat. Cengkeh Syzygium aromaticum , yang sering dipakai untuk mengobati infeksi local, adalah salah satu contohnya. Efeknya Syzygium aromaticum terhadap Methicillin-resistent Staphylococcus aureus, salah satu kuman etiologinya infeksi lokal dan sistemik, harus dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efeknya ekstrak Syzygium aromaticum terhadap kultur Methicillin resistent Staphylococcus aureus MRSA . Penelitian ini mengunakan methode eksperimental. Parameter yang diukur di penelitian ini adalah Minimum Inhibitory Concentration MIC dan Minimum Bactericidal Concentration MBC . Methode yang digunakan untuk mencari konsentrasi minimal dibutuhkan untuk inhibisi bakteri MIC adalah broth dilution. Sampel dari broth dilution akan di inokulasi pada media agar, dan konsentrasi minimal dibutuhkan untuk membunuhi bakteri MBC akan bisa diukur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak bunga cengkeh Syzygium aromaticum mempunyai efek antimikrobial terhadap MRSA dan S aureus. MRSA MIC: 0.3906 , MBC: 0.3906 juga lebih sensitif terhadap extrak cengkeh, dibandingkan S aureus MIC: 0.7813 , MBC: 0.7813

ABSTRACT
Indonesia is under threat from infectious diseases. In addition, the microbes, which can be eliminated by common antibiotics, have become resistant. In response to antimicrobial resistance, the option of alternative medicine is also one that must be considered. Medicinal herbs are ubiquitously found and used by the people of Indonesia. The clove plant Syzygium aromaticum used in the study, is culturally used to relieve local infections. The purpose of the research is to investigate the effect of the extract of clove bud Syzygium aromaticum against cultured Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . This is an experimental research to determine the effect of Clove S aromaticum on MRSA culture in vitro. The parameters being measured are the Minimum Inhibitory Concentration MIC and Minimum Bactericidal Concentration MBC . Using the broth microdilution method, we can semi quantitatively find the minimum concentration required to suppress the growth of bacteria, and then streaking the samples on agar media can determine the minimum concentration required to eliminate the microbe entirely. The research revealed that Clove Syzygium aromaticum bud extract has antimicrobial properties against MRSA and Staphylococcus aureus. MRSA MIC 0.3906 , MBC 0.3906 is more susceptible to aqueous clove extract, compared to Staphylococcus aureus MIC 0.7813 , MBC 0.7813 ."
2017
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Vegi Wahyu Murni
"Studi mengenai pasca panen cengkeh masih sangat terbatas terutama di Indonesia, sebagai salah satu produsen cengkeh terbesar di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengeringan dan penyimpanan terhadap perubahan komposisi minyak cengkeh. Sampel berasal dari cengkeh Indonesia, yaitu dari wilayah Toli-toli dan Manado. Minyak cengkeh yang berasal dari cengkeh segar maupun kering diisolasi dengan menggunakan destilasi uap, kemudian komposisi minyak hasil isolasi dianalisis dengan kromatografi gas-spektrometri massa GC-MS. Dari semua jenis sampel minyak cengkeh, eugenol merupakan komponen utama, diikuti oleh kariofilena dan eugenol asetat. Metode pengeringan yang digunakan adalah pengeringan dengan oven pada suhu 50 C yang dilakukan hingga kadar air cengkeh mencapai 13 1. Komposisi minyak cengkeh mengalami perubahan yang bervariasi selama proses pengeringan. Kandungan eugenol meningkat, sementara beberapa kelompok senyawa ester dan monoterpen menurun. Berdasarkan karakteristik organoleptik, cengkeh kering tampak berwarna coklat dan memberikan aroma yang lebih pedas dibandingkan cengkeh segar. Cengkeh kering setelah pengeringan oven kemudian disimpan di kantung aluminium foil selama 6 bulan. Terdapat sedikit perubahan pada komposisi minyak cengkeh selama proses penyimpanan. Kandungan dari komponen mayor cengkeh seperti eugenol lebih rendah, sementara eugenol asetat lebih tinggi pada cengkeh yang telah disimpan selama 6 bulan dibandingkan dengan cengkeh kering sebelum disimpan.

The research about post harvested clove is still limited especially in Indonesia, as the biggest producer of clove in the world. The present study was aimed to investigate the effect of drying process and storage on essential oil content and its composition of Indonesian clove originated from Toli toli. The essential oil of fresh and dried clove was obtained by steam distillation and the composition of oil was analysed by gas chromatography mass spectrometry GC MS. In all of the clove oil samples, eugenol was the major component, followed by caryophyllene and acetyleugenol. The drying method used was oven drying at 50 C and drying was conducted until clove's moisture content reaches 13 1. Clove oil composition changes variously during drying process. The content of eugenol was increased, while some of esters and monoterpenes were decreased. From the organoleptic characteristic, dried clove looked brown in color and gave spicier odor than that of fresh clove. As for storage, the composition of clove oil was studied from dried clove after oven drying, then stored in aluminium foil bags for 6 months. There were slightly change on clove oil composition during 6 months storage. The content of major components of clove such as eugenol was found to be lower while acetyleugenol was higher in clove stored for 6 months compared to clove before storage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Ruqiah Ganda Putri
"Karbon tetraklorida (CCl4) lazim dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati sehingga sering digunakan dalam pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat. Karbon tetraklorida dosis tunggal 0,1; 1,0; dan 10 ml/kg bobot badan diberikan secara intraperitoneal pada tikus jantan, dan diamati kerusakan yang terjadi pada hati dan ginjal. Kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar enzim alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), bilirubin total, dan protein total dalam serum. Peningkatan kreatinin serum merupakan indikator gangguan fungsi ginjal. Lebih lanjut juga dilakukan pengamatan terhadap gambaran histopatologi hati dan ginjal. Dibandingkan dengan kontrol, CCl4 dosis 0,1 dan 1,0 ml/kg bobot badan mengakibatkan peningkatan ALT dan penurunan AST, dan pada dosis 10 ml/kg bobot badan kadar kedua enzim tersebut sudah sangat turun (p<0,05). Kadar ALP, bilirubin total, dan protein total semua kelompok tidak berbeda (p>0,05). Karbon tetraklorida dosis 0,1 dan 1,0 ml/kg bobot badan mengakibatkan peningkatan kreatinin, sebaliknya pada dosis 10 ml/kg bobot badan kadar kreatinin sudah sangat turun (p<0,05). Gambaran histopatologi kelompok yang mendapatkan 1,0 dan 10 ml CCl4/kg bobot badan menunjukkan terjadinya steatosis pada sel-sel hati, namun pada glomerulus tidak terlihat adanya perubahan. Karbon tetraklorida menimbulkan kerusakan sebanding dengan dosis yang diinduksikan.

The Effects of Carbon Tetrachloride Administration on Liver and Renal Function. Carbon tetrachloride (CCl4) that induces liver damage is widely used in hepatoprotector experiments. Carbon tetrachloride at a single dose 0,1; 1,0; and 10 ml/kg body weight was administrated intraperitoneally in male rats to investigate liver and renal damage. Liver damage was monitored by increased alanine transaminase (ALT), aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP), total bilirubin, and serum total protein. Increased serum creatinine is an indicator of renal problem. Futhermore, liver and renal tissues were subjected to histopathological studies. Compared with control, injection of 0,1 and 1,0 ml CCl4/kg body weight increased ALT and decreased AST, and at dose 10 ml/kg body weight both ALT and AST decreased to a greater extent (p<0.05). Alkaline phosphatase, total bilirubin, and total protein were not different in all treatments (p>0.05). Carbon tetrachloride at dose 0,1 and 1,0 ml/kg body weight increased creatinine. However, injection of 10 ml CCl4/kg body weight decreased creatinine (p<0.05). Histopathological studies confirmed the presence of steatosis in hepatic cells at single dose of 1,0 and 10 ml CCl4/kg body weight, with no significant effect in glomerulus. Administration of single dose of CCl4 can induce liver and renal damage that dependent on CCl4 received."
Universitas Tanjungpura. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ; Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puslit ; Universitas Tanjungpura. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>