Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tubagus Ami Prindani
"Penelitian ini berlatar belakang dari kasus penyerangan Menko Polhukam oleh Syahrial Alamsyah alias Abu Rara yang merupakan target operasi intelijen Densus 88. Densus 88 menggunakan surveilans untuk memantau perilaku target dengan tujuan memengaruhi, mengelola atau mengarahkan, dan mencegah suatu perbuatan tindak pidana terorisme. Namun terjadinya kasus tersebut menunjukkan bentuk kegagalan dari surveilans. Tujuan penelitian ini untuk mendapat gambaran tentang latar belakang Syahrial Alamsyah menjadi target surveilans Densus 88, faktor yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dan optimalisasi manajemen surveilans untuk meningkatkan pencegahan tindak pidana terorisme. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Syahrial Alamsyah menjadi target operasi Densus 88 dikarenakan keterlibatanya dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan sebagai simpatisan ISIS. Terjadinya kasus tersebut dipengaruhi oleh faktor (1) internal meliputi kurangnya anggota tim surveilans untuk memantau pergerakan target, perubahan pola komunikasi dan pergerakan target yang dirasa belum mampu dideteksi oleh anggota dan sarana prasarana yang tersedia. (2) eksternal meliputi pengamanan VVIP yang dilakukan personel kurang ketat. Optimalisasi dapat dilakukan dengan pelatihan baik dibidang kognitif yakni masalah pengetahuan psikology, dan secara teknis dapat dilakukan dengan pelatihan dibidang teknis intelijen secara umum dan pelatihan surveilans secara khusus.

This research is based on the case of the attack by the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs by Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, who was the target of the Densus 88 intelligence operation. Detachment 88 uses surveillance to monitor the behavior of targets with the aim of influencing, managing or directing, and preventing an act of terrorism. However, the occurrence of such cases shows a form of failure from surveillance. The purpose of this study is to get an overview of the background of Syahrial Alamsyah to be the target of surveillance Detachment 88, the factors that led to the case and the optimization of surveillance management to improve the prevention of terrorism offenses. This research uses a qualitative approach. In the process of data collection it is done by library research and interviews. The results of this study indicate that Syahrial Alamsyah's background was the target of the Special Detachment 88 operation due to his involvement in the Jamaah Ansharut Daulah (JAD) group and as ISIS sympathizers. The occurrence of the case was influenced by internal factors (1) including the lack of surveillance team members to monitor target movements, changes in communication patterns and target movements that were felt to be unable to be detected by members and available infrastructure. (2) external includes security of VVIP by less strict personnel. Optimization can be done by training both in the cognitive field, namely the problem of knowledge of psychology, and technically it can be done by training in the field of technical intelligence in general and specialized surveillance training."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T55504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafitra Raliza Azzahra
"Terorisme merupakan kejahatan luar biasa dan menjadi ancaman dunia karena merupakan suatu tindakan kekerasan yang mampu menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas sehingga menimbulkan banyak korban. Di Indonesia sendiri pada awalnya sasaran dari serangan terorisme memfokuskan pada simbol-simbol negara barat, akan tetapi sejak tahun 2010 jaringan terorisme tersebut beralih sasaran terhadap pemerintah khususnya Polri yang dianggap sebagai salah satu pihak untuk melakukan penanganan terorisme. Para pelaku teroris menganggap satuan kepolisian sebagai thogut karena dianggap menghalangi kegiatan mereka. Adapun dari pihak kepolisian sendiri menerapkan suatu upaya guna melakukan pencegahan terhadap serangan terorisme, yaitu peningkatan sistem pengamanan internal yang berlaku bagi seluruh kantor polisi di Indonesia. Oleh karenanya, tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui sistem pengamanan internal Kepolisian Resor X, Jawa barat sebagai kantor polisi pertama yang terkena serangan bom secara langsung oleh teroris. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, serta metode pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Adapun analisis temuan data dilakukan dengan menggunakan Teori Pencegahan Kejahatan Situasional dan Pencegahan Kejahatan Berbasis Komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan dan peningkatan sistem pengamanan internal di Polres X setelah terjadinya serangan terorisme serta adanya pelibatan masyarakat sekitar Polres X dalam pencegahan kejahatan terorisme.

Terrorism is considered as an extraordinary crime and also a world threat because of their violent acts. Other than that, terrorism is capable of creating an atmosphere of terror which cause moral panic as well as the victims. Before 2010, the target of terrorism attacks in Indonesia mainly focused on symbols of westernization. However, now it has changed that the terrorism network has shifted their target to attack the government, especially against the Police, which is considered as one of the parties responsible for handling terrorism in Indonesia. The terrorists assume that the police are part of the thagut because they have intervened in their activities. As for the police themselves, to prevent terrorist attacks they are implementing an effort to prevent terrorism attacks, namely by increasing their internal security system that applies to all police stations in Indonesia. Therefore, the aim of this thesis is to find out the internal security system of the X Police in West Java as the first police station to be bombed by a terrorist. This study used descriptive qualitative research, and the data was collected from interviews and observations. Furthermore, the study was analyzed with situational crime prevention theory and community-based crime prevention. The results showed that there were changes and improvements in the internal security system at Polres X after the terrorism attack. In addition, the involvement of the community around Polres X also has an important role to prevent the terrorism attacks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhoni
"Seiring dengan perkembangan dunia modern dan pertumbuhan yang pesat dari media informasi, isu mengenai teror dan terorisme semakin terasa dekat dikarenakan paparan yang terus disajikan oleh media. Media sosial, dimana penggunanya seringkali mendapatkan kebebasan berpendapat dengan memanfaatkan fitur anonimitas, seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu ataupun ancaman mengenai isu teror dan terorisme. Hal seperti itu memaksa pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mencegah adanya serangan yang mungkin ditimbulkan akibat informasi yang keluar tersebut. Menggunakan beberapa contoh kasus ancaman bom dan beberapa kasus mengenai isu teror dan terorisme, tulisan ini menganalisis dengan teori panopticism mengenai bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya pemerintah negara Amerika Serikat, untuk mengawasi warga negara mereka dan mencegah terjadinya bencana yang mungkin berakibat dari pesan-pesan tersebut.

Along with the development of the modern world and the rapid growth of the media, the issues regarding terror and terrorism is seemingly getting closer because of the exposure that continues to be presented by the medias. Social media, where users often get the freedom of speech granted by the anonymity in the virtual space, is often misused to spread false news or threats regarding the issue of terror and terrorism. Such matters compel the government to exercise oversight and control to prevent possible attacks from the outgoing information that is available to them. Using several examples of bomb threats and some cases of terror and terrorism issues, this paper analyzes with the theory of panopticism on how government oversight, especially the United States government, oversees their citizens and prevents the occurrence of disasters that may come from those messages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Anggun
"Penelitian ini menganalisis tipologi pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilakukan melalui penyelenggara kegiatan penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) di Indonesia, menganalisis mitigasi risiko tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan tindak pidana pendaaan terorisme (TPPT) pada KUPVA BB yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta upaya optimalisasi yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia selaku Lembaga Pengawas dan Pengatur dalam rangka pencegahan TPPU dan TPPT pada penyelenggara KUPVA BB di Indonesia. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal yang menggabungkan data-data hasil analisis penelitian doktrinal dengan data empiris yang berasal dari hasil penelitian lapangan. Penulis mendapatkan data primer yang bersumber dari wawancara dengan Pengawas KUPVA BB dan Penyusun Kebijakan KUPVA BB dari Bank Indonesia serta FGD antara Bank Indonesia dengan Kementrian/Lembaga terkait serta Bank Indonesia dengan Asosiasi KUPVA BB dan Perwakilan 10 Besar KUPVA BB yang memiliki market share terbesar secara nasional. TPPU dan TPPT menjadi ancaman bagi negara Indonesia baik ancaman terhadap stabilitas perekonomian dan integritas sistem keuangan, ancaman terhadap kredibilitas Indonesia di mata internasional, ancaman terhadap risiko investasi dan TPPT menjadi ancaman bagi kedaulatan NKRI. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) memberikan legal mandat kepada Bank Indonesia selaku Lembaga Pengawas dan Pengatur bagi Penyelenggara KUPVA BB. Penyelenggara KUPVA BB rentan dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk melakukan TPPU dan TPPT sehingga Bank Indonesia perlu melakukan upaya mitigasi risiko TPPU dan TPPT pada Penyelenggara KUPVA BB. Tingginya risiko TPPU dan TPPT pada KUPVA BB, perkembangan teknologi, implementasi UU P2SK, kondisi geografis negara Indonesia yang berbatasan dengan negara-negara lain serta status keanggotaan negara Indonesia sebagai Full Member FATF perlu ditindaklanjuti dengan upaya optimalisasi pencegahan TPPU dan TPPT pada penyelenggara KUPVA BB oleh Bank Indonesia baik dari sisi pengaturan, perizinan dan pengawasan, maupun kerjasama dengan Kementrian/Lembaga lain

This research analyzes the typology of money laundering and terrorism financing conducted through non-bank foreign exchange providers (KUPVA BB) in Indonesia. It also examines the mitigation of money laundering (TPPU) and terrorism financing (TPPT) risks in KUPVA BB carried out by Bank Indonesia, as well as optimization efforts that can be undertaken by Bank Indonesia as the Supervisory and Regulatory Institution in preventing TPPU and TPPT among KUPVA BB providers in Indonesia. The study is structured using a doctrinal research method, combining data from the doctrinal analysis with empirical data obtained from field research. The primary data is sourced from interviews with supervisors of KUPVA BB and policy makers from Bank Indonesia, as well as Focus Group Discussions (FGD) between Bank Indonesia, relevant Ministries/Agencies, and the Association of KUPVA BB along with the Top 10 Representatives of KUPVA BB with the largest national market share. TPPU and TPPT pose threats to Indonesia, impacting economic stability, the integrity of the financial system, the country's credibility internationally, and investment risks, with TPPT further endangering the sovereignty of the Republic of Indonesia. The Law Number 4 of 2023 concerning the Development and Strengthening of the Financial Sector (UU P2SK) legally mandates Bank Indonesia as the Supervisory and Regulatory Institution for KUPVA BB providers. KUPVA BB providers are vulnerable to exploitation by criminals engaging in money laundering (TPPU) and terrorism financing (TPPT). Therefore, Bank Indonesia needs to make efforts to mitigate TPPU and TPPT risks among KUPVA BB providers. The high risks of TPPU and TPPT in KUPVA BB, technological advancements, the implementation of UU P2SK, Indonesia's geographical conditions bordering other countries, and Indonesia's status as a Full Member of FATF require follow-up actions to optimize the prevention of TPPU and TPPT among KUPVA BB providers by Bank Indonesia. This optimization includes regulatory measures, licensing and supervision, as well as collaboration with other Ministries/Agencies.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmi Yumantini Oktikasari
"Stroke merupakan penyakit kardiovaskuler yang mengakibatkan kematian, kecacatanserta berdampak pada sosial ekonomi. Untuk mencegah terjadinya stroke, maka perludilakukan upaya deteksi dini melalui faktor risiko. Deteksi dini stroke juga dapatdilakukan melalui pemeriksaan fungsi kognitif. Sistem informasi surveilans penyakittidak menular yang ada saat ini telah menyediakan pencatatan faktor risiko namun belumdapat memberikan informasi besaran risiko penyakit stroke. Selain itu, sistem juga belummengakomodir deteksi dini penyakit stroke melalui fungsi kognitif. Penelitian inibertujuan untuk merancang dan mengembangkan prototipe sistem informasi untukmendeteksi besaran risiko stroke melalui faktor risiko dan potensi penyakit stroke melaluifungsi kognitif.
Pengembangan sistem pada penelitian ini menggunakan pendekatanSystem Development Life Cycle SDLC dengan metode prototipe. Pengembangan sisteminformasi dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi terhadap pengguna. Informasi yang dihasilkan berupa indikator besaran risiko dan potensi stroke berdasarkan algoritmapenghitungan pada metode stroke prone profile dan montreal cognitive assessment MoCA-Ina. Penyajian berupa grafik dan rekomendasi/saran pada besaran risiko dapatdigunakan untuk pemantauan faktor risiko stroke. Sistem informasi ini dapat diaksessecara online melalui smartphone maupun komputer. Pengembangan sistem lebih lanjutdiperlukan untuk mencatat rujukan dari Puskesmas/FKTP ke RS/fasilitas kesehatantingkat lanjut terhadap masyarakat yang berisiko tinggi dan berpotensi stroke.

Stroke is a cardiovascular disease that causes death, disability, and socioeconomic impact. To prevent the occurrence of stroke, early detection is needed through by riskfactors. The potent of stroke can also be detected by cognitive assessment. The currentnoncommunicable disease surveillance system has provided recording of risk factor buthas not been able to provide information on the magnitude of the risk of stroke. Inaddition, the system has not accommodated the early detection of stroke disease throughcognitive function. This study aims are to design and to develop prototyping informationsystems that can detect magnitude risk of stroke and potential stroke by cognitivefunction.
System development in this research is using System Development Life Cycle SDLC approach with prototyping method. Information system development is based oninformation gathering to the user. The resulting information is an indicator of themagnitude of risk and potential stroke based on the calculation of algorithm on strokeprone profile and montreal cognitive assessment MoCA Ina method. The presentationof graphs and recommendations suggestions on the magnitude of risk can be used formonitoring stroke risk factors. This information system can be accessed online viasmartphone or computer. Further system development is needed to record referrals fromPuskesmas FKTP to advanced health facilities hospital to people at high risk andpotentially stroke.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Ido Ginetio
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya ancaman terorisme yang bertujuan mengganggu Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Indonesia. Kelompok teror dengan motivasi ideologis dan politis berupaya melemahkan sistem demokrasi melalui tindakan kekerasan dan ancaman keamanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motivasi dan modus operandi kelompok teror serta mengevaluasi strategi pencegahan yang telah diterapkan oleh pihak berwenang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksploratif untuk mengevaluasi strategi pencegahan, mengeksplorasi kolaborasi antar-lembaga, penggunaan teknologi keamanan, dan keterlibatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi ideologis kelompok teror didasarkan pada keyakinan untuk menegakkan khilafah dan menolak demokrasi, sementara tujuan politis mereka adalah menciptakan ketidakstabilan untuk mencemarkan citra pemerintah. Modus operandi yang digunakan mencakup perencanaan rahasia, pola serangan terhadap target spesifik seperti TPS, dan penggunaan teknologi untuk komunikasi tertutup. Strategi pencegahan saat ini, seperti deteksi dini, deradikalisasi, dan pengawasan, memiliki kekuatan namun perlu peningkatan. Penelitian merekomendasikan penguatan kolaborasi antar-lembaga keamanan melalui pusat komando gabungan dan pelatihan terintegrasi. Selain itu, pemanfaatan teknologi keamanan canggih seperti kecerdasan buatan untuk deteksi dini sangat penting. Keterlibatan masyarakat melalui program edukasi dan sosialisasi juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap ancaman terorisme dan mendukung stabilitas Pemilu. Strategi ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan efektif dalam menghadapi ancaman terorisme terkait Pemilu.

This study is motivated by the increasing threat of terrorism aimed at disrupting the 2024 General Election (Pemilu) in Indonesia. Terrorist groups driven by ideological and political motivations seek to undermine the democratic system through acts of violence and security threats. This research aims to analyze the motivations and modus operandi of terrorist groups and evaluate the prevention strategies implemented by authorities. A qualitative approach with an exploratory method was employed to assess prevention strategies, explore inter-agency collaboration, the use of security technology, and community involvement. The findings indicate that the ideological motivation of terrorist groups is rooted in their belief in establishing a caliphate and rejecting democracy, while their political goal is to create instability to tarnish the government's image. Their modus operandi includes secret planning, targeted attacks on specific sites such as polling stations, and the use of technology for covert communication. Current prevention strategies, such as early detection, deradicalization, and surveillance, have strengths but require enhancement. The study recommends strengthening collaboration among security agencies through joint command centers and integrated training. Additionally, the use of advanced security technologies, such as artificial intelligence for early detection, is deemed crucial. Community involvement through education and outreach programs is also necessary to raise awareness of terrorism threats and support election stability. These strategies are expected to create a safer and more effective environment for addressing terrorism threats related to the election."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"Morbiditas malaria di Indonesia tertinggi diantara negara-negara Asia Tenggara. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, prevalensi malaria 4 tahun terakhir ini meningkat.
Di Kabupaten Gorontalo prevalensi malaria klinis cenderung meningkat dan 19 per 1000 penduduk tahun 1997 menjadi 24 per 1000 penduduk tahun 2001. Pada periode yang sama angka nasional menunjukkan angka 16 per 1000 penduduk tahun 1997 dan 31 per 1000 penduduk tahun 2001.
Surveilans malaria tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Peningkatan insidens malaria tidak terdeteksi secara dini, tingkat endemisitas tidak terpantau secara rinci penurunan dan peningkatan disetiap wilayah, serta informasi selalu terlambat diterima oleh Dinas Kesehatan.
Potensi yang dapat memberikan informasi cepat dalam kegiatan surveilans yaitu keberadaan puskesmas pembantu di 127 desa di kabupaten Gorontalo perlu dikembangkan agar mampu melakukan surveilans malaria. Ditemukan lebih dari 90% petugas puskesmas pembantu tidak pernah dilatih surveilans malaria.
Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan desain pre test post test control group design melalui intervensi pelatihan surveilans malaria petugas puskesmas pembantu. Sebelum intervensi dan 4 minggu setelah intervensi dinilai peningkatan kinerjanya.
Penilaian dilakukan terhadap 7 indikator kinerja yang meliputi ketersediaan dokumen peta endemisitas, slide sediaan darah, pemeriksaan mikroskopis, survei malariometrik, pencatatan dan pelaporan, analisis dan saran, serta penyebarluasan informasi kepada yang berkepentingan. Skor minimal 0 maksimal 12.
Intervensi meningkatkan kinerja 1,7 skor dengan standard error 0,23 dan p > I t I W 0,0000. Setelah disesuaikan (adjusted) dengan variabel lain yang mempengaruhinya diperoleh peningkatan kinerja 1,52 skor, dan 69,15% subyek yang diintervensi kinerjanya meningkat > 1 skor. Peningkatan kinerja sebesar ini dapat merubah posisi kinerja jelek menjadi sedang dan sedang menjadi baik. Variabel yang mempengaruhi peningkatan kinerja adalah intervensi, jenis kelamin, umur, dan pedoman kerja.
Prediksi individu yang tidak dilatih kinerjanya menurun dari waktu kewaktu sebesar 1,3 skor. Intervensi dalam bentuk pelatihan tidak bisa hanya sekali untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja petugas pembantu. Mereka yang pernah dilatih sebaiknya dibekali dengan pedoman kerja.

Malaria morbidity in Indonesia is the highest among the Southern East Asian Nations. According to the Ministry of Health of Indonesia, malaria prevalence in recent four years increased. In Gorontalo regency clinical malaria tend to increase 19 per 1000 peoples in 1997 to 24 per 1000 peoples in 2001.
Malaria surveillance was not attempted properly, increasing incidence of malaria was not early detected, the endemicity have not known yet increased or decreased in the area. For overcoming this problems the capabilities of the nurses have to be progressed by the training of the malaria surveillance.
The nurses of the community health centre at 127 villages in Gorontalo are the potential providers who can give community base informations rapidly, but they have no capabilities for it. This research also revealed that more than 90 percent of the nurses never trained about malaria surveillance.
This study is an experimental design with randomized pre test post test control group design. We have trained about 43 nurses of the village health centre as the subject of intervention, meanwhile 38 nurses as the controls.
We use the 7 variables as the composit variables to indicate the performance elevating, those are: documents of the endemicity map (spot map), the blood slides, malarial microscopic report, malariometric survey document, recording and reporting, analysis of the cases and suggested intervention, giving the information for the patients and the Community Health Centre. We compare the first evaluation of their surveillance malaria performance to 4 weeks after the intervention for the group of intervention and the control group. Minimum score is 0 and maximum is 12.
The controls have no progress in their performance, but the intervention subject have.The testing results before and after intervention shows an elevated 1,7 scores with standard error 0,23 and p >1 t I = 0,0000 The multivariate regression linier counting the elevated after adjusted by sex, age and work guidance as 1,52 scores. This progress could bring who has a bad performance become fair and who has a fair performance become better. About 69,15 percent subjects who trained the performance increased about 1 score.and more.
The variables that influenced for the progress of the performance are intervention, sex, age, and the work guidance. The individual prediction theoritically performance will drop 1,3 scores if their aren't intervention by the training."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T8382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny
"Aksi terorisme yang melibatkan Foreign Terrorist Fighter (FTF) masih terjadi di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kekalahan ISIS di Suriah yang menyebabkan para anggotanya kembali ke negara asal termasuk Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah membentuk satuan tugas untuk secara khusus menangani FTF, namun dalam pelaksanaannya muncul banyak kendala sehingga tidak optimal. Ego sectoral masih menjadi kendala dalam penanganan FTF. Sehingga Collaborative Government Theory digunakan dalam menyelesaikan permasalahan FTF. Metode Penelitian kualitatif dengan metode Delphi digunakan untuk menghasilkan Model Comprehensive Counter Terrorism yang diharapkan dapat mengurangi aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh FTF. Model Comprehensive Counter Terrorism dipimpin oleh Satuan Tugas FTF BNPT dengan anggotanya berasal dari lembaga dan kementerian terkait yaitu TNI, Polri, Kemenlu, Kemendagri, Dirjen Imigrasi, PPATK, Kemensos dan Kemenag.

Terrorist acts involving Foreign Terrorist Fighters (FTF) are still happening in Indonesia. This is inseparable from the defeat of ISIS in Syria which caused its members to return to their countries of origin, including Indonesia. The National Counterterrorism Agency (BNPT) has formed a task force to specifically deal with FTF, but in its implementation there are many obstacles that are not optimal. Sectoral ego is still an obstacle in handling FTF. So that Collaborative Government Theory is used in solving FTF problems. Qualitative research methods using the Delphi method are used to produce a Comprehensive Counter Terrorism Model which is expected to reduce acts of terrorism carried out by the FTF. The Comprehensive Counter Terrorism Model is led by the BNPT FTF Task Force with members from related institutions and ministries, namely the TNI, Polri, Ministry of Foreign Affairs, Ministry of Home Affairs, Director General of Immigration, PPATK, Ministry of Social Affairs and Ministry of Religion."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Justice Yosie Anastasia
"Berulang kali tindak pidana terorisme terjadi di Tanah Air. Selain kerugian materil yang dialami korban-korban bahkan negara, nyawa yang direnggut, bahkan nama baik Indonesia sebagai negara yang damai juga dipertaruhkan. Sehingga Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana terorisme ini. Akan tetapi, penghukuman atau pemidanaan saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya kembali tindak pidana serupa, mereka yang dihukum malah dianggap sebagai contoh yang melahirkan kembali teroris-teroris baru karena ideologi mereka yang masih berakar. Hal ini menjadikan perlu bagi pelaku tindak pidana terorisme untuk diberikan suatu rehabilitasi baginya untuk mencabut ideologi mereka tersebut, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran pada mereka, melalui program deradikalisasi.

Many times terrorism occurred in Indonesia. Besides material loss has perceived by the victim and the country, death, even the good name of Indonesia as a peaceful country is also be staked. So that the government takes many ways to prevent and overcome the terrorisms. However, punishment itself is not enough to prevent the recurrence of similar offenses, those convicted even considered as an example that regenerates new terrorists because of the ideologyis still rooted in their mind. This makes necessary for the perpetrators of terrorisme to be given a rehabilitation to revoke their ideology, and instill the values of goodness and truth on them, through the deradicalization programme."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ahmad Djojosugito
"ABSTRAK
Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang berarti merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit. Ada 4 macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi (ILO), infeksi saluran kencing (ISK), infeksi saluran napas (ISN) dan bakteremia.
Dalam sejarah kedokteran, tercatat kejadian infeksi nosokomial berupa epidemi gangren gas di rumah sakit di Leipzig sekitar tahun 1800, yang menyebabkan ditutupnya rumah sakit.
Dalam sejarah penelitian kedokteran tercatat nama Semmelweis (LaForce.F.M 1987) yang mempublikasikan penelitiannya pada tahun 1860 setelah pengamatannya terhadap febris puerperalis sejak tahun 1847. Semmelweis menemukan bahwa angka kematian pada wanita yang melahirkan dengan pertolongan bidan hanya 3% sedangkan angka kematian dari wanita yang melahirkan dengan pertolongan dokter atau mahasiswa kedokteran adalah 10% . Berdasarkan hal itu, dia membuat hipotesis bahwa penyebab tingginya angka kematian itu adalah karena dokter dan mahasiswa yang menolong proses kelahiran, sebelumnya telah melakukan autopsi, dan ini menyebabkan terjadinya kontaminasi yang berasal dari kadaver pada tangan dokter atau mahasiswa dan kontaminasi inilah yang kemudian menjadi penyebab terjadinya febris puerperalis yang menyebabkan kematian itu. Semmelweis kemudian berhasil menurunkan angka kematian dari ibu melahirkan itu dengan menekankan dan mengharuskan para dokter dan mahasiswa kedokteran yang akan menolong melahirkan untuk mencuci tangan mereka dalam larutan kapur chlor sebelum menolong kelahiran bayi. Kemudian Lister (Wilson & Miles 1964, Altemeier 1976, LaForce.F.M. 1987) pada tahun 1874, dengan di pengaruhi penelitian Pasteur mengenai adanya kontaminasi oleh mikroba pada proses fermentasi, menyimpulkan bahwa mikroba itulah yang menyebabkan terjadinya pernanahan (infeksi) pada luka. Infeksi ini dapat dicegah dengan membunuh mikroba pada luka. Berdasarkan hal itu Lister memperkenalkan penggunaan larutan asam karbol untuk mencuci luka fraktur terbuka dan usaha ini ternyata memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Sejak Lister mempublikasikan hasil penelitiannya, konsep antisepsis menjadi sangat dikenal dalam bidang ilmu bedah. Sesudah Lister, beberapa ahli bedah Jerman antara lain V.Bergmann dan Schimmelbusch mengajukan konsep cara mematikan kuman dengan mempergunakan panas, sehingga konsep asepsis menjadi terkenal juga dalam bidang ilmu bedah dan kemudian-penggunaan peralatan, pakaian, masker dan sarung tangan yang disterilkan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1990
D110
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>