Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143674 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teeuw, Andries, 1921-
Jakarta: Pustaka Jaya, 1994
499.221 TEE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teeuw, Andries, 1921-
Jakarta: Pustaka Jaya, 1994
499.221 TEE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Bekayat is a literary tradition of Sasak community in Lombok. This tradition is conducted through tale or poem recitation followed by meaning interpretation which is done in turn by the reciter and the interpreter (bujangge). Bekayat is a way for sasaknese to apreciate literary texts. Those texts areorally translated, interpreted, and reviewed deeply, philosphically, and sufistically in order than the text of bekayat will be meaningfull to human life. The function of bekayat is not only as medium of religious teaching but also as tradition to build good relationship among other people. Oral and literacy tradition are still growing within Indonesian people, both of them can not be separated each other. This condition leads khirografik culture to have its good place as a stage of appreciation of traditional texts. As a stage of appreciation, bekayat are presented fully during the performance. The content of the text related to actually issues-social, politic, economy, culture and out of religious teaching deeds-are elaborated during the performances. This approach of appreciation is focused on how the text is used in religious life, social, and culture"
MBSN 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Sweeney
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011
899.28 AMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sastri Sunarti
"ABSTRAK
Penggunaan konsep "orality" merupakan sebuah terobosan yang besar karena selama ini kelisanan selalu dinilai dari sistem nilai keberaksaraan. Sebelumnya, orang yang melek huruf atau beraksara menganggap orang yang tidak beraksara sebagai buta huruf. Kondisi mereka dianggap sebagai suatu kekurangan, ketiadaan, dan kelemahan. Anggapan begitu dapat diterima dalam masyarakat yang beraksara universal. Padahal situasi dalam masyarakat yang belum tersentuh oleh tulisan sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat beraksara.Meski saat ini amat sulit menemukan masyarakat yang sama sekali niraksara tetapi jejak kelisanan atau orientasi kelisanan itu masih dapat kita temukan dalam masyarakat yang sudah mengenal keberaksaraan tinggi seperti surat kabar awal di Minangkabau.
Kelisanan sebagai satu medium, memiliki sistem yang sama sekali berbeda dengan sistem yang terdapat dalam keberaksaraan. Kita tidak dapat mellihat keunggulan kelisanan jika kita belum berhasil menorobos hadangan keberaksaraan kita. Surat kabar terbitan awal di Minangkabau memperlihatkan adanya interaksi antara kedua medium ini melalui beberapa ciri kelisanan yang disampaikan oleh Ong dan Sweeney. Ciri-ciri kelisanan yang terdapat dalam surat kabar terbitan awal di Minangkabau inilah yang akan dibahas dalam disertasi ini.

ABSTRACT
The use of the concept ?orality? constitutes an important break-through, because, until recently, the worth of orality has always been assessed from the point of view of literacy and its value system. In the past, people able to read and write, literates, considered those without letters to be illiterate. Their condition was defined as a deficiency, an absence, a weakness. Such a standpoint may be acceptable in a full-fledged literate society. However, in a society that has not yet been touched by literacy, the situation is totally different from that in a literate society. Even though today it is quite difficult to find a society that is without any script whatsoever, we can still find traces of orality, or of oral orientation, in societies such as Minangkabau, which are characterized by high levels of literacy.
Orality as a medium represents a system that differs totally from a literate one. We cannot appreciate the forte of orality if we don?t break through the limitations of our own literacy. Using characteristics of orality as identified by scholars such as Walter Ong and Amin Sweeney, it can be shown that in the earliest newspaper publications in Minangkabau society, there was considerable interaction between orality and literacy. It is the oral characteristics in these early Minangkabau newspaper publications that will be discussed in this PhD thesis."
Depok: 2011
D1175
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sastri Sunarti
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2013
070.172 SAS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai cerita pantun Sunda dewasa ini jaih lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penelitian tentang teks sastra Sunda tertulis seperti yang berupa naskah (manuscript: handschrift). Dalam cerita pantun sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter, seperti dalam teks cerita pantun Mundinglaya di Kusuma (CPMK). Beberapa alasan pentingnya dilakukan penelitian terhadap teks CPMK adalah sebagai berikut: (1) Teks CPMK belum pernah ditelilli mengenai tranformasi dari kelisanan ke keberaksaraannya, (2) teks CPMK belum pernah dikaji secara struktural-semiotik, (3) teks CPMK belum pernah dikaji berdasarkan pendekatan etnopedagogi sehingga diperoleh informasi yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dari teks tersebut. Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan metode struktural-semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tradisi dan transmisi penurunan teks CPMK dilakukan secara lisan melalui pergelaran mantun, sedangkan tradisi dan transmisi teks WMK tidak dapat diketahui dengan pasti karena teks itu merupakan satu teks unikum. (2) Teks lisan CPMK dan WMK memiliki struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal CPMK terbentuk oleh 8 formula, sedangkan struktur formal WMK terbentuk oleh puisi pupuh. Struktur naratif CPMK tersusun dalam 13 fungsi dan 7 lingkungan tindakan, sedangkan struktur naratif WMK tersusun dalam 6 model aktan dan 1 model fungsional yang terdiri atas 3 tahpan jalan cerita. (3) Transformasi yang terjadi dari kelisanan (orality) CPMK ke keberaksaraan (literacy) WMK ada pada tataran bentuk formal, sedangkan tataran isi cerita tetap sama. (4) Hadirnya transformasi dari kelisanan CPMK ke keberaksaraan WMK, secara semiotik, moral yang tertuang dalam cerita pantun ke dalam era (zaman) wawacan sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat masyarakat Sunda masa itu.
"
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karsono Hardjosaputro
"[ABSTRAK
Panji Angreni merupakan karya sastra yang disalin pada tahun Jawa 1723 atau
1795 dari suatu teks abad ke-17 yang?sayang?tidak diketahui teks induknya,
pada masa ?budaya lisan kedua?. Teks dibingkai dengan sekar macapat, terdiri
atas 48 pupuh ?bab? dan meliputi 1.983 pada ?bait?. Jarak budaya menimbulkan
pertanyaan: bagaimana ?cara membaca? PA bagi pembaca masa kini. Dalam hal
ini ?cara membaca? merujuk pada pemaknaan, karena bagaimanapun makna
sastra lama dapat dipahami jika ada keakraban antara pembaca dan konvensi pada
zamannya. Analisis menunjukkan bahwa PA, sebagai teks tulis, menujukkan ciriciri
kelisanan melalui formula/formulaik. Keberpautan antara kelisanan dan
keberaksaraan ditunjukkan oleh macapat sebagai bingkai teks: membaca teks yang
dibingkai macapat harus dinyanyikan karena aturan formal pembaitan macapat
sekaligus bertautan dengan tata susun nada. Pembacaan teks dengan cara
ditembangkan seturut tata susun nada akan menghasilkan makna secara padu?
baik tekstual maupun keindahan: kisahan, leksikal, tematik dan bunyi (segmentalsuprasegmental-
musikal). Membaca PA seyogianya juga memahami pakeliran
?pergelaran wayang? kerena adanya tapak-tapak pakeliran pada PA.;

ABSTRACT
Panji Angreni is a literature work which was copied in the Javanese year of 1723
or 1795 AD from 17th century text in the era of ?secondary oral culture? that?
unfortunately?was not known for its first hand manuscript. The text of Panji
Angreni is framed by macapat?s songs that consist of 48 cantos ?chapters? and
cover 1,983 couplets ?stanzas?. A cultural distance raises a questions on ?how ?to
read? Panji Angreni to current readers?? The ?how to read? phrase refers to the
meaning, because an old literature meaning can be understood if there is a
familiarity between a reader and conventions text era. Analysis showed that Panji
Angreni, as written text, has literacy characteristic through formula/formulaic. An
interlocking between orality and literacy is shown by macapat as atext frame;
wheres reading a text that is framed by macapat should be sung because formal
rules in macapat?s stanzas are engaged to tone row order. Reading the text by
singing it in accordance to tone row order will result in coherent meaning, both
textual an beauty meaning, particulary in narratives, lexical, thematic and sound
(segmental-suprasegmantal-musical). Moreover, those who reading Panji Angreni
should also understand pakeliran ?leather puppet performance story? because there
are many tracs of pakeliran in Panji Angreni.;Panji Angreni is a literature work which was copied in the Javanese year of 1723
or 1795 AD from 17th century text in the era of ?secondary oral culture? that?
unfortunately?was not known for its first hand manuscript. The text of Panji
Angreni is framed by macapat?s songs that consist of 48 cantos ?chapters? and
cover 1,983 couplets ?stanzas?. A cultural distance raises a questions on ?how ?to
read? Panji Angreni to current readers?? The ?how to read? phrase refers to the
meaning, because an old literature meaning can be understood if there is a
familiarity between a reader and conventions text era. Analysis showed that Panji
Angreni, as written text, has literacy characteristic through formula/formulaic. An
interlocking between orality and literacy is shown by macapat as atext frame;
wheres reading a text that is framed by macapat should be sung because formal
rules in macapat?s stanzas are engaged to tone row order. Reading the text by
singing it in accordance to tone row order will result in coherent meaning, both
textual an beauty meaning, particulary in narratives, lexical, thematic and sound
(segmental-suprasegmantal-musical). Moreover, those who reading Panji Angreni
should also understand pakeliran ?leather puppet performance story? because there
are many tracs of pakeliran in Panji Angreni., Panji Angreni is a literature work which was copied in the Javanese year of 1723
or 1795 AD from 17th century text in the era of “secondary oral culture” that—
unfortunately—was not known for its first hand manuscript. The text of Panji
Angreni is framed by macapat’s songs that consist of 48 cantos ‘chapters’ and
cover 1,983 couplets ‘stanzas’. A cultural distance raises a questions on ‘how “to
read” Panji Angreni to current readers?’ The “how to read” phrase refers to the
meaning, because an old literature meaning can be understood if there is a
familiarity between a reader and conventions text era. Analysis showed that Panji
Angreni, as written text, has literacy characteristic through formula/formulaic. An
interlocking between orality and literacy is shown by macapat as atext frame;
wheres reading a text that is framed by macapat should be sung because formal
rules in macapat’s stanzas are engaged to tone row order. Reading the text by
singing it in accordance to tone row order will result in coherent meaning, both
textual an beauty meaning, particulary in narratives, lexical, thematic and sound
(segmental-suprasegmantal-musical). Moreover, those who reading Panji Angreni
should also understand pakeliran ‘leather puppet performance story’ because there
are many tracs of pakeliran in Panji Angreni.]"
2015
D2056
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The term of orality is often understood in the narrow sense. It is often paired with the term of uteracy. Language actually contains other matters than merely sound and letters. The idea that language is human and vice versa is believed by the hermeneuticists. Verbal language is always regarded as less important than written language. However, each has its own strengths and characteristics with which each individual’s thinking patter is constructed. Therefore, it is necessary that these two language types be treated equally."
899 JSIO 23:10 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pudentia Maria Purenti Sri Suniarti Karnadi
"Mak Yong yang diajukan dalam disertasi ini adalah salah satu jenis kesenian yang terdapat di daerah Riau, khususnya di daerah Bintan Timur yang menggabungkan unsur-unsur ritual, cerita, tari, nyanyi, dan musik. Dalam pertunjukannya, Mak Yong mempertemukan pemain dan pementasannya dengan penonton dalam ruang waktu dan tempat yang sama.
Untuk melakukan kajian Mak Yong terlebih dahulu diperlukan deskripsi yang "lengkap" yang diharapkan dapat menjembatani pemain dan pertunjukannya dengan penonton selaku penikmat dan pendukungnya. Deskripsi pertunjukan semacam ini menghadapi masalah yang kontradiktif. Di satu pihak, sebuah pertunjukan pada dasarnya bersifat "satu kali," tetapi di lain pihak dapat muncul suatu keperluan untuk melihat kembali pertunjukan itu yang sudah tidak ada. Deskripsi seakan-akan membekukan peristiwa, waktu, dan ruang sebuah pertunjukan dalam bentuk rangkaian kata dan berbagai bentuk rekaman suara dan gambar.
Pertunjukan Mak Yong yang akhirnya dideskripsikan ini memperlihatkan kecairan dan kepekatan kelisanan yang amat menarik. Kecairan mendukung fungsi hiburan dan resistensi rakyat terhadap penguasanya, kepekatan mendukung fungsi pengajaran dan pengukuhan nilai. Selain itu, hal lain yang menarik adalah interaksi antara dunia kelisanan dan keberaksaraan dalam menghasilkan sebuah pertunjukan. Adanya birokrasi yang tidak tampak jelas, peranan panitia yang sangat kuat, kebijakan penguasa mengenai seni, dan sistem latihan dalam sanggar mewarnai perjalanan sebuah tradisi menembus masa kini. Kajian ini adalah "cerita" mengenai perjalanan sebuah pertunjukan tradisi lisan di dalam masyarakatnya yang masih mengandalkan kelisanan dan di luar masyarakatnya yang sudah memasuki dunia keberaksaraan dalam suatu masa kejayaan orde politik tertentu di Indonesia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
D273
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>