Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Triarini Indirasari
"ABSTRAK
Waktu merupakan konsep abstrak yang tidak bisa dilihat secara kasat mata sehingga
manusia menggunakan analogi dari konsep lain yang lebih konkrit dalam menjelaskan
konsep waktu. Analogi tersebut tercermin dalam bentuk metafora yang digunakan
dalam berbahasa. Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa metafora waktu bisa
berbeda antar budaya. Dalam konteks budaya Barat yang menggunakan bahasa Inggris,
terdapat dua metafora yang menggambarkan pergerakan waktu dari sudut pandang egoreference,
yakni ego-moving dan time-moving (Lakoff & Johnson, 1980). Di Indonesia,
penelitian tentang waktu masih terbatas. Hasil-hasil penelitian lintas budaya terkait
waktu menunjukkan adanya sikap maupun penalaran temporal yang berbeda antara
orang Indonesia dengan orang dari budaya lain (Boroditsky, Ham, & Ramscar, 2002;
Levine & Norenzayan, 1999). Didasari oleh hasil-hasil penelitian tersebut dan
pandangan Linguistic Relativity Hypothesis dari Benjamin L. Whorf (1956), peneliti
berargumen bahwa metafora pergerakan waktu yang dimiliki dalam konteks budaya
Indonesia berbeda dengan yang terkandung dalam bahasa Inggris. Tiga studi pada
disertasi ini mencoba melihat secara lebih detil tentang metafora waktu yang terkandung
dalam budaya Indonesia serta pengaruh metafora pergerakan waktu terhadap ketepatan
seseorang mengestimasi durasi waktu. Penelitian eksploratif pada Studi 1 (N=50 orang)
memperlihatkan bahwa metafora waktu dalam budaya Indonesia dianalogikan dalam
konteks spasial, memiliki ciri fisik, dan pergerakan. Namun, metafora pergerakan waktu
yang diperoleh belum mengkonfirmasi metafora pergerakan waktu dari sudut pandang
diri (ego-reference point). Penelitian eksperimental pada Studi 2a (N= 139 orang), Studi
2b (N= 64 orang) dan Studi 3 (N=123 orang) menunjukkan bahwa metafora pergerakan
waktu dalam konteks budaya Indonesia lebih cenderung pada metafora time-moving
dibanding ego-moving. Lebih lanjut, hasil Studi 3 memperlihatkan bahwa priming
menggunakan metafora pergerakan waktu (ego-moving vs. time-moving) tidak
berpengaruh terhadap estimasi durasi waktu, namun durasi tugas (pendek vs. panjang)
berpengaruh terhadap estimasi. Tiga studi yang dilakukan pada disertasi ini
menggunakan mahasiswa sebagai partisipan penelitian. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) metafora waktu dalam konteks budaya Indonesia berbeda
dengan bahasa Inggris; (2) metafora pergerakan waktu dalam bahasa Indonesia lebih
mencerminkan time-moving daripada ego-moving; dan (3) akurasi estimasi durasi waktu
lebih dipengaruhi oleh durasi tugas dibanding metafora pergerakan waktu. Implikasi
penelitian selanjutnya didiskusikan pada disertasi ini.

ABSTARCT
A concrete object, as an analogy or a metaphor, is often used to explain an abstract
concept, such as time. People can use a metaphor in their language to better explain
time movements. Previous research on time metaphor suggested that culture may
influence how people perceived time movements. From the ego-reference point of view,
two metaphors, namely ego-moving and time-moving, are often used to describe time
movements in English in Western culture (Lakoff & Johnson, 1980). On the other hand,
cross-cultural studies on time metaphor based on Linguistic Relativity Hypothesis
theory showed that Indonesian had different time attitudes and temporal reasoning than
other cultures (Boroditsky, Ham, & Ramscar, 2002; Levine & Norenzayan, 1999;
Whorf, 1956). Research on time metaphors in Bahasa Indonesia is still lacking.
Therefore, this dissertation aimed to investigate if Indonesian have a different
perception of time movements than Western culture. Three studies on time metaphors
were conducted to look in a more detailed the effect of time movement metaphors on
the accuracy of time duration estimation. Participants of these studies were university
students. An explorative study from Study 1 (N= 50 participants) showed that time
metaphors in Indonesian culture were analogically described in spatial contexts,
physical characteristics, and movement. However, in terms of time movement, Study 1
did not confirm the type of metaphors that reflects ego-reference point. Using
experimental studies in Study 2a (N= 139 participants), Study 2b (N= 64 participants)
and Study 3 (N=123 participants) found that time movement metaphor in the context of
Indonesian culture was more likely to be a time-moving than an ego-moving metaphor.
Furthermore, the results in Study 3 showed that priming using ego-moving vs. timemoving
metaphor did not affect the estimated time duration, but task duration (short vs.
long) affected the estimation. The results of these studies indicate that: (1) time
metaphors in the context of Indonesian culture were different from English; (2) time
movement metaphors in Indonesian reflected more time-moving than ego-moving
metaphor; and (3) the accuracy of the estimated time duration was more influenced by
the length of the task than the time movement metaphor. The implications of these
studies were further discussed."
2020
D2689
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cansilia Dwi Ervianti
"

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) dalam sepuluh tahun terakhir (2007-2017) jumlah perusahaan konstruksi relatif meningkat setiap tahun rata-rata 7,82%, kondisi ini mengakibatkan peningkatan daya saing konstruksi perusahaan dalam memenangkan lelang. Kegiatan estimasi yang tepat diharapkan dalam proses lelang untuk memenangkan lelang pada harga yang kompetitif. Sulit bagi kontraktor untuk menentukan harga penawaran karena adanya risiko yang mempengaruhi penentuan harga proyek. Karena itu, strategi penawaran perlu dikembangkan dengan mengidentifikasi hal yang perlu dipertimbangkan dari tahap lelang berbasis risiko. Dalam studi ini, kami mengidentifikasi kegiatan dan output dari setiap proses pada tahap lelang yang perlu dipertimbangkan dalam proses estimasi  dan menganalisis risiko yang mungkin timbul dalam setiap proses tender. Data diperoleh melalui studi literatur dan kuesioner, kemudian diolah dengan analisa regresi dan analisa risiko. Hasil dari penelitian ini tahapan menerima informasi tender, keputusan keikutsertaan tender, penentuan tim tender, mengambil dan mempelajari dokumen lelang, mengikuti penjelasan lelang, peninjauan lapangan, penentuan jadwal pelaksanaan, penentuan metode kerja, kebutuhan jaminan penawaran, perhitungan harga penawaran hingga kelengkapan dokumen administrasi dan teknis berpengaruh terhadap kinerja lelang. Dengan 5 variabel berisiko tinggi yaitu data BQ tidak lengkap, kemungkinan kontraktor atau penyedia jasa akan mengalami kerugian, perhitungan volume tidak akurat, dan kurangnya informasi mengenai tender yang akan datang.

 

Kata kunci: Strategi Penawaran; Penawaran yang kompetitif; Kinerja lelang; Proses estimasi

 


According to the Indonesian Central Bureau of Statistics (BPS) in the last ten years (2007-2017) the number of construction companies has increased by an average of 7.82% every year, this condition has resulted in an increase in the company`s construction competitiveness in winning the auction. Appropriate estimation activities are expected in the auction process to win the auction at competitive prices. It is difficult for contractors to determine the bid price because of the risks that affect project pricing. Therefore, the bidding strategy needs to be developed by identifying things to consider from the risk-based auction stage. In this study, we identify the activities and outputs of each process at the auction stage that need to be considered in the estimation process and analyze the risks that may arise in each tender process. Data obtained through literature study and questionnaire, then processed with regression and risk analysis. The results of this study are stages of receiving tender information, tender participation decisions, determination of tender teams, taking and studying auction documents, following auction explanations, field review, determination of implementation schedule, work method determination, bid guarantee requirements, bid price calculation to administrative documents and technical effect on auction performance. With 5 high risk variables, namely BQ data is incomplete, it is likely that the contractor or service provider will experience losses, inaccurate volume calculations, and lack of information regarding upcoming tenders.

 

Keywords: Bidding Strategy; Competitive Bidding; Auction Performance; Estimation Process

 

"
2019
T52927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Iqbal Taufik
"Misalkan terdapat graf G, H dan F. Notasi F -> (G,H) mempunyai arti bahwa setiap pewarnaan merah-biru pada semua sisi graf F mengakibatkan adanya subgraf G berwarna merah atau subgraf H berwarna biru. Pewarnaan-(G,H) pada graf F adalah pewarnaan merah-biru pada semua sisi graf F sehingga tidak ada subgraf G merah maupun subgraf H biru. Graf F adalah graf Ramsey (G,H)-minimal jika F -> (G,H) dan untuk setiap e anggota sisi-sisi pada graf F berlaku (F-e) memiliki pewarnaan-(G,H). Himpunan semua graf Ramsey (G,H)-minimal dinotasikan dengan R(G,H). Himpunan R(G,H) dikatakan berhingga jika banyaknya anggota di R(G,H) berhingga. Bila tidak demikian, dikatakan R(G,H) tak-berhingga.
Graf padanan mK2 adalah graf yang terdiri dari m sisi saling lepas. Graf lintasan Pn adalah graf yang terdiri dari satu lintasan dengan n titik. Penelitian pada tesis ini yaitu himpunan Ramsey R(G,H) berhingga. Penelitian berfokus ketika G merupakan graf padanan mK2 dan H merupakan graf lintasan P4 atau P5. Diperoleh semua graf tak-terhubung di R(3K2,P4) dan dua puluh graf terhubung yang bukan graf lingkaran di R(3K2,P4)
Selanjutnya, dibahas salah satu operasi yang akan digunakan pada graf Ramsey minimal, yaitu operasi subdivisi. Dibuktikan bahwa jika F ∈ R(2K2,P5) maka setiap graf yang diperoleh dengan subdivisi (5 titik) pada sisi yang bukan pendan di F merupakan graf Ramsey (3K2,P5)-minimal. Kemudian, dilakukan perumuman untuk mengkonstruksi graf Ramsey minimal di R((m+1)K2,Pn) dari graf Ramsey minimal di R(mK2,Pn) untuk m>=4 dan n=4 atau n=5.

Let F, G, dan H be simple graphs. The notation F -> (G,H) means that any red-blue coloring of all edges of F will contain either a red copy of G or a blue copy of H. (G,H)-coloring on F means a red-blue coloring of all edges of F such that the red copy of G and the blue copy of H cannot be found. A graph F is Ramsey (G,H)-minimal if F -> (G,H) and for each edge element of all edges of F, (F-e) has (G,H)-coloring. The set of all Ramsey (G,H)-minimal graphs will be denoted by R(G,H). The pair (G,H) is called Ramsey-finite if R(G,H) is finite and Ramsey-infinite otherwise.
The matching graph mK2 is a graph consist of m independent edges. The path graph Pn is a graph consist of one path on n vertices. This thesis is about Ramsey finite. The focus is for G is matching graph and H is a path graph P4 or P5. We obtained all disconnected graphs and twenty connected graphs belonging to Ramsey (3K2,P4)-minimal graph.
Moreover, we discuss an operation on Ramsey minimal graphs, namely subdivision operation. We prove that if F ∈ R(2K2,P5) then a graph obtained by subdividing one non-pendant edge (5 times) is a Ramsey (3K2,P5)-minimal graph. Furthermore, we do generalization for constructing Ramsey minimal graphs in R((m+1)K2,Pn) from R(mK2,Pn) for m>=4 and n=4 or 5
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Hirawati
"Lintasan pelangi adalah lintasan pada suatu graf yang setiap busurnya diwarnai dengan warna berbeda. Bilangan keterhubungan pelangi pada graf $G$ atau dapat disimbolkan $rc(G)$ adalah warna minimal yang dibutuhkan untuk mewarnai busur-busur pada suatu lintasan pada graf $G$ sehingga setiap pasang simpul dihubungkan oleh suatu lintasan pelangi. Lintasan pelangi geodesic $u-v$ di $G$ adalah lintasan pelangi yang panjangnya sama dengan $d(u,v)$ dengan $d(u,v)$ adalah jarak antara $u$ dan $v$. Graf $G$ dikatakan memiliki keterhubungan pelangi kuat $src(G)$ jika \textit{geodesic} $u-v$ untuk sembarang dua simpul $u$ dan $v$ di $G$ adalah lintasan pelangi. Bilangan keterhubungan pelangi kuat $src(G)$ merupakan banyaknya pewarnaan minimum yang dibutuhkan untuk membuat $G$ terhubung pelangi kuat. Misalkan $G_{1}$ adalah graf dengan ${|V(G_{1})|= p_{1}}$. Suatu korona ${G_{1}\odot G_{2}}$ dari dua graf $G_{1}$ dan $G_{2}$ adalah graf yang diperoleh dengan mengambil satu salinan dari graf $G_{1}$ dan $p_{1}$ salinan dari $G_{2}$, kemudian pada simpul ke-$i$ dari $G_{1}$ dikaitkan, ke setiap simpul salinan ke-$i$ dari $G_{2}$. Pada tesis ini dibahas hasil kajian tentang $rc$ dan $src$ pada beberapa kelas graf yaitu graf kristal ${(CR_{m,r})}$, graf neuro5n ${(NR_{m})}$, dan graf ${K_{m}\odot W_{n}}$.

Rainbow path is a path which each edge colored with different colors. The rainbow connection number of $G$, denoted by $rc(G)$, is the smallest number of colors needed to color the edges of $G$ such that each pair of vertices in $G$ has a rainbow path. Rainbow ${u-v}$ geodesic of $G$ is rainbow path of length $d(u,v)$, where $d(u,v)$ is the distance between $u$ and $v$. A graph $G$ is a strongly rainbow connected if ${u-v}$ rainbow geodesic for any two vertices $u$ and $v$ in $G$. A strong rainbow connected number $src(G)$ of $G$ is the minimum number of colors needed to make $G$ strongly rainbow connected. Let $G_{1}$ is a graph with ${|V(G_{1})|= p_{1}}$. A corona product ${G_{1}\odot G_{2}}$ of $G_{1}$ and ${G_{2}$ is a graph obtained by taking one copy of ${G_{1}}$, and $p_{}$ in copies of $G_{2}$, and then joining the ith vertices of $G_{1}$, to every vertex in the ith copy of $G_{2}}$ . In this thesis we present some results regarding the $rc$ and $src$ for some classes of graphs, that are crystal graph ${(CR_{m,r})}$, neurons graph ${(NR_{m})}$, and ${K_{m}\odot W_{n}}$ graph."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suciwati Nursiam
"ABSTRAK
PT XYZ telah menjalankan banyak kontrol TI untuk menjaga agar proses bisnis yang dijalankan dapat terhindar dari risiko-risiko kesalahan dan kecurangan. Kontrol tersebut diuji keefektifitasannya oleh Internal Audit Group IAG . Terdapat area dan kontrol yang diujikan secara berulang setiap tahun yang dilakukan secara manual oleh auditor menggunakan metode sampling. Selain itu, IAG juga melakukan pemantauan secara berkala terhadap temuan-temuan audit yang dikeluarkan. Pemantauan audit dilakukan berdasarkan dokumen tertulis oleh setiap divisi dengan mengacu pada timeline yang disepakati dengan Auditee.Berdasarkan hasil analisis dari permasalahan pengujian kontrol dan pemantauan hasil audit, penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan spesifikasi kebutuhan Sistem Pengujian Kontrol dan Pemantauan Hasil Audit yang dapat digunakan oleh IAG PT XYZ. Spesifikasi kebutuhan sistem dirancang menggunakan proses rekayasa perangkat lunak Rational Unified Process RUP pada satu iterasi fase inception dan dua iterasi fase elaboration dengan ruang lingkup business modeling workflow dan requirements workflow. Hasil dari penelitian didapatkan 18 stakeholder request STRQ , 19 NEED, 27 fitur FEAT , 33 kebutuhan spesifikasi sistem SRS dengan 10 kebutuhan fungsional UCS dan 28 kebutuhan non-fungsional SUPP . Seluruh hasil tersebut didokumentasikan pada artefak Requirement Management Plan, Stakeholder Request, Vision, Software Requirement Specification, Use Case Specification, Supplementary Specification, dan Glossary.

ABSTRACT
PT XYZ has implemented many IT controls to prevent the business process from risk of fraudulent. The effectiveness of the controls are tested by conducting audit activities performed by the Internal Audit Group IAG . There are recurring audit of controls that are performed manually by the auditor using sampling method. In addition, IAG also conducts regular monitoring of audit findings. Audit monitoring is done manually by each division based on the agreed timeline with Auditee.Based on the problem analysis of control testing and monitoring audit results, this study aims to make the requirement specification design for continuous auditing and monitoring system that can be used by IAG PT XYZ. The requirement specification is designed using the Rational Unified Process RUP software process through inception and elaboration phases with the scope of business modeling workflow and requirements, analysis and design workflow.The result of this research are 18 stakeholder request STRQ , 19 NEED, 27 features FEAT , 33 software requirement specifications SRS that consist of 10 functional requirements UCS and 28 non functional requirements SUPP . All the results are documented in Requirement Management Plan, Stakeholder Request, Vision, Software Requirement Specification, Use Case Specification, Supplementary Specification, and Glossary artifacts."
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rostika Listyaningrum
"Misalkan 𝐺 adalah graf berarah asiklik. Matriks adjacency dari graf berarah 𝐺 dengan 𝑉 𝐺 = 𝑣1, 𝑣2, ? , 𝑣𝑛 adalah matriks 𝐴 = 𝑎𝑖𝑗 berukuran 𝑛 × 𝑛 di mana 𝑎𝑖𝑗 = 1, untuk 𝑖 ≠ 𝑗 jika terdapat busur berarah dari 𝑣𝑖 ke 𝑣𝑗 , 𝑎𝑖𝑗 = 0 untuk yang lainnya. Matriks antiadjacency dari graf berarah G adalah matriks 𝐵 = 𝐽 − 𝐴 dengan 𝐽 adalah matriks berukuran n × n yang semua entrinya adalah 1. Pada tesis ini diberikan kaitan nilai eigen terbesar matriks antiadjacency dengan derajat terkecil, derajat terbesar graf berarah asiklik yaitu graf bipartit lengkap berarah 𝐾 𝑟,𝑠 dengan 𝑟, 𝑠 ≥ 1, graf lintasan lengkap berarah 𝐶 𝑃 𝑛 dengan 𝑛 ≥ 3, graf lingkaran berarah asiklik 𝐶𝑛 , dan graf lintasan berarah 𝑃 𝑛. Selain hal tersebut juga diberikan relasi nilai eigen terbesar matriks antiadjacency dengan operasi maksimum dari dua graf berarah asiklik.

Let 𝐺 be a directed acyclic graph. The adjacency matrix of directed graph 𝐺 with 𝑉 𝐺 = 𝑣1, 𝑣2, ? , 𝑣𝑛 is a matrix 𝐴 = 𝑎𝑖𝑗 of order 𝑛 × 𝑛, where 𝑎𝑖𝑗 = 1 for 𝑖 ≠ 𝑗 if there is an arc from 𝑣𝑖 to 𝑣𝑗 , otherwise 𝑎𝑖𝑗 = 0. Antiadjacency matrix of directed graph 𝐺 is a matrix 𝐵 = 𝐽 − 𝐴, with 𝐽 is a matrix of order 𝑛 × 𝑛 with all entries are 1. In this thesis is given relation between the largest eigen value of antiadjacency matrix with degree minimum and degree maximum of directed acyclic graphs that are complete bipartite directed graph 𝐾 𝑟 ,𝑠 with 𝑟, 𝑠 ≥ 1, complete path directed graph 𝐶 𝑃 𝑛 with 𝑛 ≥ 3, acyclic cycle directed graph with 𝑛 ≥ 4 and path directed graph with 𝑛 ≥ 3. In addition, here are also given relation between the largest eigen value of antiadjacency matrix and maximum operation of two directed acyclic graph."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Putra Okfradifa
"

Graf berarah G didefinisikan sebagai pasangan terurut dari himpunan (V,E) yang ditulis dengan notasi G=(V,E) dimana V merupakan himpunan berhingga tak kosong yang disebut simpul, dan E adalah himpunan pasangan terurut anggota dari V yang disebut busur. Graf berarah unisiklik adalah graf berarah yang memuat tepat satu subgraf lingkaran. Graf helm berarah unisiklik Hn adalah graf yang diperoleh dari graf roda berarah Wn dengan menambahkan 1 pendant berarah pada tiap simpul lingkaran graf roda. Suatu graf berarah dapat direpresentasikan dalam beberapa bentuk matriks, salah satunya adalah matriks antiketetanggaan. Matriks antiketetanggaan adalah suatu matriks yang setiap entrinya merepresentasikan ada atau tidaknya busur berarah dari suatu simpul kesimpul lainnya. Pada skripsi ini dibahas mengenai polinomial karakteristik dan nilai eigen matriks antiketetanggaan graf helm berarah unisiklik. Bentuk umum dari koefisien-koefisien polinomial karakteristik dari matriks antiketetanggaan diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai determinan matriks antiketetanggaan dari semua subgraf terinduksi siklik dan asiklik. Nilai-nilai eigen dari matriks antiketetanggaan dari graf helm berarah unisiklik diperoleh dengan mencari akar-akar dari polinomial karakteristik dengan faktorisasi polinomial


A directed Graph G is defined as ordered pairs from set (V,E) which is represented by notation G=(V,E) where V is a finite nonempty set of vertices and E is a set of ordered pairs of elements of V called edges.  A directed unicyclic graph is a directed graph that has only one directed cycle subgraph. A directed unicyclic helm graph Hn is obtained from a directed wheel graph Wn by adjoining a directed pendant edge at each vertex of the cycle. A directed graph can be represented into  several matrix representations, one of them is the antiadjacency matrix. The antiadjacency matrix is a matrix in which the entries represent whether there is a directed edge from one vertex to another. This paper discusses the characteristic polynomial and eigenvalues of the antiadjacency matrix of the unicyclic helm graph. The general form of the coefficients of the characteristic polynomial that obtained by adding all of the determinants of antiadjacency matrix from each induced acyclic and cyclic subgraphs. The eigenvalues of the antiadjacency matrix of the directed unicyclic helm graph obtained by factorization its characteristic polynomial.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan
"Misalkan graf dengan merupakan himpunan tak kosong simpul dan merupakan himpunan busur. Didefinisikan pewarnaan busur dari graf dimana busur yang bertetangga dapat memiliki warna yang sama. Untuk sembarang pasangan simpul berbeda, lintasan pelangi adalah lintasan yang semua warna busur pada lintasan tersebut berbeda. Lintasan terpendek dari sembarang dua simpul di yang di dalamnya tidak terdapat pengulangan warna disebut sebagai geodesik pelangi. Panjang lintasan terpendek merupakan jarak antara sembarang dua simpul. Pewarnaan pelangi dengan suatu geodesik pelangi untuk setiap pasang simpul berjarak maksimum disebut pewarnaan pelangi kuat lokal-. Banyak -warna minimum yang dibutuhkan untuk membentuk pewarnaan pelangi kuat lokal-pada graf disebut bilangan keterhubungan pelangi kuat lokal- pada graf . Graf hasil operasi korona didefinisikan sebagai graf yang terbentuk dari satu graf dan salinan graf , dimana untuk tiap simpul ke- di dihubungkan dengan tiap simpul dari salinan ke- graf . Penelitian ini bertujuan untuk mencari bilangan keterhubungan pelangi kuat lokal graf bipartit lengkap serta graf hasil operasi koronanya dengan komplemen graf lengkap. Graf bipartit lengkap adalah graf yang himpunan simpulnya dapat dipartisi menjadi dua sub-himpunan , sehingga setiap busur di menghubungkan simpul di dan simpul di dan setiap simpul di bertetangga dengan setiap simpul di dan graf lengkap adalah graf yang setiap pasang simpulnya bertetangga.

Let be graph where is a non-empty set of vertices and is set of edge. Define an edge coloring , of , where adjacent edges may be have the same color. For any distinct vertices , a rainbow path is a path whose edge color on that path are all distinct. The shortest path from any two vertices in where there are no repeating colors is called a rainbow geodesic. The smallest length of path is a distance between for any vertices and denoted by . A rainbow coloring such that any two vertices with a distance at most with a rainbow geodesic is called -local strong rainbow coloring. Minimum number of -colors required for a -local strong rainbow coloring in is called local strong rainbow connection number-, it can be written as . The corona product is define as a graph that form by taking one grah and copies of graph , where for every -th vertex of is connected to each vertex of the -th copy of . This study aims to find local strong rainbow connection number of complete bipartite graph and it’s corona product with a complement complete graph. Complete bipartite graph is a gaph that the set of vertices can be partitioned into two subset and , such that for every edge in connects the vertices in and vertices in and for every vertices in adjacent with every vertices in and complete graph is a graph that every vertices in that graph is adjacent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrinat
"Dalam teori komputasi dikenal beberapa kelas problema. Salah satu dari kelas-kelas tersebut adalah kelas NP—problem. Di daiam kelas ini terdapat himpunan problema—problema dimana sampai saat ini belum dapat ditemukan alqoritma—algoritma penyelesaian untuk masing—masing problema tersebut yaitu dapat bekerja dalam waktu polinormial agar menghasilkan solusi yang optimal. Selain kelas HP-problem terdapat kelas lain yaitu kelas HP—Complete. Kelas ini merupakan sebuah himpunan problema—problema yang paling berat (the hardest problem) dari himpunan problema-problema di dalam kelas HP—problem. Artinya jika dapat ditemukan algoritma penyelesaian yang bekerja dalam waktu polinomial untuk menghasilkan solusi optimal bagi salah satu anggota kelas ini maka seluruh kelas MP—problem akan dapat pula ditemukan algoritma penyelesaiannya yang polinomial untuk memperoleh solusi yang optimal. Dalam menentukan apakah sebuah anggota HP—problem termasuk di dalam HP—Complete dipergunakan suatu teknik pembuktian yang disebut reduksi. Teknik inilah yang dibahas dan merupakan inti dari tulisan berikut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Indah Fariani
"Pendidikan vokasi memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu (1) berfokus pada perolehan kompetensi dan keterampilan tertentu, dan (2) mengutamakan pengajaran praktis. Dengan karakteristik tersebut, mahasiswa dituntut untuk memenuhi target kompetensi dan keterampilan yang sama yang telah ditetapkan. Disisi lain, adanya keragaman karakteristik mahasiswa dapat menyebabkan perbedaan dalam hal proses belajar. Untuk mencapai target kompetensi yang diharapkan dan mengakomodir keragaman mahasiswa, penggunaan konsep personalized e-learning dapat menjadi pilihan. Sementara itu, dengan karakteristik kurikulum vokasi yang mengutamakan pengajaran praktikum, penggunaan model pembelajaran bauran dapat menjawab tantangan ketika pembelajaran daring tidak dapat sepenuhnya diterapkan pada pendidikan vokasi. Oleh karena itu, penggunaan konsep personalized learning pada pembelajaran bauran dapat menjadi solusi. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk (1) membangun model personalisasi pembelajaran bauran (p-PB) yakni model yang menggunakan konsep personalized learning dalam konteks kurikulum vokasi yang bersifat serial dan diintegrasikan dengan model pembelajaran bauran; (2) membangun purwarupa sistem berdasarkan model; dan (3) mengukur dampak implementasi sistem terhadap pembelajaran pada pendidikan tinggi vokasi.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah exploratory sequential mixed method. Metode kualitatif digunakan dalam studi literatur dan evaluasi model, sementara metode kuantitatif digunakan dalam survei mengenai pembelajaran praktikum pada pendidikan tinggi vokasi dan eksperimen dalam melakukan evaluasi pada implementasi sistem p-PB.
Model p-PB yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yakni model mahasiswa, model knowledge, dan model personalisasi. Model mahasiswa mengklasifikasikan mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan (dasar, menengah, lanjut) dan gaya belajar sesuai teori Felder Silverman Learning Style Model (FSLSM) dengan fokus pada dua gaya dominan. Model knowledge memberikan anotasi pada learning object dengan tingkat kesulitan (mudah, sedang, sulit) dan disesuaikan dengan dimensi dalam teori FSLSM. Pada model personalisasi, strategi personalisasi yang diusulkan mencakup rekomendasi learning object dan sistem umpan balik yang sesuai dengan model mahasiswa. Sistem umpan balik memberikan rekomendasi berdasarkan hasil asesmen dan jika dibutuhkan akan berulang untuk memastikan mahasiswa menguasai kompetensi sebelum melanjutkan modul. Hal ini untuk mengakomodir kurikulum pendidikan tinggi vokasi yang berfokus pada penguasaan kompetensi secara berurutan. Model p-PB diintegrasikan dengan pembelajaran bauran yang mengkombinasikan model station rotation dan flipped classroom, di mana tingkat pengetahuan dijadikan station dalam pengajaran sinkronus dan asinkronus.
Purwarupa sistem p-PB dikembangkan dengan metodologi SDLC. Rekomendasi dan umpan balik yang diberikan menggunakan pendekatan knowledge-based. Knowledge direpresentasikan dengan menggunakan ontologi dan diimplementasikan dengan knowledge graph. Knowledge graph tidak hanya menghubungkan learning object, tingkat kesulitan, gaya belajar, dan hasil asesmen mahasiswa dalam jaringan yang terstruktur, tetapi juga berfungsi sebagai sistem penyimpanan dan pengelolaan data knowledge. Dengan menggunakan knowledge graph, sistem dapat menelusuri jalur yang paling relevan dan efisien untuk memberikan rekomendasi learning object dan umpan balik yang dipersonalisasi.
Evaluasi terhadap purwarupa sistem p-PB dilakukan dengan metode eksperimen berupa implementasi sistem dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Eksperimen dilakukan pada dua mata kuliah di salah satu perguruan tinggi vokasi di Jakarta yakni mata kuliah Pemrograman 1 dan Perancangan Proses Manufaktur. Kelas eksperimen menggunakan sistem p-PB dalam pembelajaran, sementara kelas kontrol menggunakan LMS institusi dan tidak menggunakan sistem p-PB. Hasil implementasi menunjukkan kelas eksperimen mencapai tingkat pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol pada kedua mata kuliah yang diuji. Persepsi dan kepuasan mahasiwa mengenai tingkat kegunaan sistem p-PB cukup baik dengan skor SUS 74,36. Dari wawancara mahasiswa didapat sistem dapat meningkatkan pemahaman, kepercayaan diri, dan antusiasme mahasiswa. Dapat dikatakan terdapat pengaruh positif sistem p-PB terhadap hasil belajar dan pengalaman belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi implementasi pada perkuliahan dan institusi sejenis lainnya.

Vocational education has several main characteristics, namely (1) focusing on the acquisition of specific competencies and skills, and (2) prioritizing practical teaching. With these characteristics, students are required to meet the same competency and skill targets that have been set. On the other hand, the diversity of students’ characterisitcs can lead to differences in the learning process. To achieve the expected competency targets and accommodate student diversity, the use of personalized e-learning concepts can be an option. Meanwhile, given the vocational curriculum's emphasis on practical teaching, the use of blended learning models can address the challenges when online learning cannot be fully applied to vocational education. Therefore, the use of personalized learning concepts in blended learning can be a solution. Thus, this research aims to (1) develop a personalized blended learning (p-BL) model, which uses the personalized learning concept in the context of a vocational curriculum that is sequential and integrated with the blended learning model; (2) develop a system prototype based on the model; and (3) measure the impact of system implementation on learning in vocational higher education.
The methodology used in this research is exploratory sequential mixed method. Qualitative methods are used in literature studies and model evaluation, while quantitative methods are used in surveys on practical learning in vocational higher education and experiments to evaluate the implementation of the p-BL system.
The p-BL model developed in this research consists of three components: the student model, the knowledge model, and the personalization model. The student model classifies students based on knowledge level (basic, intermediate, advanced) and learning style according to the Felder Silverman Learning Style Model (FSLSM) theory with a focus on two dominant styles. The knowledge model annotates learning objects with difficulty levels (easy, medium, hard) and aligns them with dimensions in the FSLSM theory. In the personalization model, the proposed personalization strategies include recommending learning objects and a feedback system tailored to the student model. The feedback system provides recommendations based on assessment results and, if necessary, repeats to ensure students master the competencies before proceeding to the next module. This accommodates the sequential competency mastery focus of vocational higher education curricula. The p-BL model is integrated with blended learning that combines the station rotation model and flipped classroom, where knowledge levels are used as stations in synchronous and asynchronous teaching.
The p-BL system prototype is developed using the SDLC methodology. Recommendations and feedback are provided using a knowledge-based approach. Knowledge is represented using ontology and implemented with a knowledge graph. The knowledge graph connects learning objects, difficulty levels, learning styles, and student assessment results in a structured network and serves as a data storage and management system. Using the knowledge graph, the system can trace the most relevant and efficient paths to provide personalized learning object recommendations and feedback.
The p-BL system prototype evaluation was conducted using experimental methods involving system implementation with an experimental class and a control class. The experiment was carried out in two courses at a vocational higher education institution in Jakarta, namely Programming 1 and Manufacturing & Process Design. The experimental class used the p-BL system in learning, while the control class used the institution's LMS and did not use the p-BL system. The implementation results showed that the experimental class achieved significantly higher learning outcome levels compared to the control class in both tested courses. From 51 students in the experimental class, the student perceptions and satisfaction with the usability of the p-BL system were quite good with a SUS score of 74.36. Interviews with 12 students revealed that the system could enhance students' understanding, confidence, and enthusiasm. It can be said that there is a positive impact of the p-BL system on student learning outcomes and learning experiences. The results of this study can serve as a basis for implementation in similar courses and institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>