Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochammad Aris Arfiansyah
"Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu kondisi patologis yang dapat ditemui pada seluruh kelompok umur tidak terkecuali remaja dan dewasa muda. Mahasiswa kedokteran tahun pertama termasuk ke dalam kelompok usia yang juga memiliki risiko untuk mengalami obesitas. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Metode: Studi observasional kohort retrospektif dilakukan pada 154 orang mahasiswa tahun pertama FKUI. Pengambilan data didapat dari Klinik Makara UI pada bulan Mei dan Juli 2018 dan melalui kuesioner pada bulan Mei 2019 dalam bentuk berat badan, tinggi badan, sosiodemografi dan durasi tidur subjek per hari. Berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menghitung IMT yang kemudian digunakan untuk menganalisis perubahan IMT subjek selama masa perkuliahan tahun pertama menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon. Selain itu, menguji hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan indeks massa tubuh menggunakan uji Chi-square. Hasil: Didapatkan perbedaan rerata berat badan dan tinggi pada awal dan akhir studi yang signifikan (p=0,012 dan p<0,01), rata-rata penambahan berat badan sebesar 0,43 kg dan rata-rata perubahan tinggi sebesar 0,5 cm. Tidak didapatkan perbedaan proporsi IMT yang berbeda bermakna (p=0,346). Diketahui pula hubungan antara durasi tidur dengan perubahan IMT mahasiswa tahun pertama FKUI sebesar p=0,491. Kesimpulan: Mahasiswa tahun pertama FKUI tidak mengalami perubahan IMT yang bermakna selama satu tahun pertama kuliah kedokteran dan tidak ada hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan IMT.

Background: Obesity is a pathological condition that can be found in all age groups including adolescent and young adult. Freshman year medical students who are belong to those two populations also have a risk of suffering obesity. Objective: This study was done to find the effect of sleep duration on changes in body mass index (BMI) of freshman year students of Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI) Methods: Observational study retrospective cohort was conducted on 154 freshman year students of FMUI. Data were collected from Klinik Makara UI on May and July 2018 and through questionnaires on May 2019 in the form of subjects’ weight, height, sociodemographic and sleep duration per day. Weight and height were used to calculated BMI which was then used to analyze changes in subjects’ BMI during the first year in college using nonparametric test Wilcoxon. In addition, the relationship between sleep duration and changes in subjects’ BMI was tested using Chi-square test. Results: There were significant differences in the mean of weight and height at the beginning and the end of the study (p=0.012 and p<0.01), weight gain averaged 0.43 kg and changes in height averaged 0.5 cm. There were no significant differences in the proportion of subjects’ BMI (p=0.346). It was known that relationship between sleep duration and changes in subjects’ BMI was p=0,491 Conclusion: Freshman year students of FMUI did not experience significant changes in BMI during their first year of medical college and there was no relationship between sleep duration and changes in BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taris Radifan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas dan berat badan berlebih merupakan salah satu kondisi kesehatan yang menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan survey Riskesdas pada tahun 2018, sebesar 21,8% orang dewasa mengalami obesitas. Salah satu faktor yang berpengaruh ialah kurangnya aktivitas fisik, namun belum ada penelitian di Indonesia yang dapat menilai hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan berat badan serta indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama.
Tujuan: Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan perubahan berat badan dan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Data perubahan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan melalui dua kali pengukuran pada awal dan akhir tahun ajaran. Data awal merupakan data sekunder dari Klinik Makara pada awal tahun ajaran dan data akhir didapatkan melalui pengukuran yang dilakukan di RIK UI pada bulan Mei 2019. Untuk data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuisioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) pada pengambilan data akhir. Selanjutnya, dilakukan uji chi-square untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dengan kenaikan IMT.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis indeks massa tubuh pada awal dan akhir penelitian, tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan pada indeks massa tubuh subjek (p>0,05). Pada analisis tingkat aktivitas fisik didapatkan bahwa sekitar 27% subjek tidak melakukan aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi WHO, namun tidak ditemukan hubungan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh yang signifikan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

ABSTRACT
Background: Obesity and overweight is one of the medical conditions that is still a problem in Indonesia. According to Riskesdas survey in 2018, 21,8% of adults above 18 years old are obese. One of the factor that is thought to be significant in these increases is insufficient physical activity. Howerver, there is no study about the relationship between physical activity and the increase in body mass index and body weight in Indonesian college freshmen.
Objective: The objective of this study is to find the correlation between physical activity and the change in body weight and body mass index in freshmen of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: The data about change in body mass index is obtained by taking measurements at the start and the end of the academic year. The initial data is a secondary data from Klinik Makara and the second data is a primary data obtained by taking measurement in May 2019 at UI Health Cluster. The data about physical activity is obtained using the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) during the second measurement. Then, chi-square test is done to find the relationship among determinants and outcome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Arfiananda
"ABSTRAK
Obesitas mulai muncul sebagai masalah yang serius di seluruh dunia, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya beberapa penyakit, diantaranya adalah DM Tipe 2, Penyakit Jantung Koroner, dan dislipidemia. Obesitas dapat terjadi di semua kalangan. Faktor yang mempengaruhi obesitas diantaranya genetik, pola makan, aktivitas fisik, dan stres. Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan perubahan status gizi pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Desain penelitian ini menggunakan kohort retrospektif. Sampel merupakan mahasiswa FKUI tahun pertama tahun ajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan di RIK UI di awal tahun ajaran Mei atau Juli 2018 dan di akhir tahun ajaran Mei 2019. Pola makan diukur menggunakan kuesioner AFHC yang diisi oleh responden. Didapatkan rerata perubahan berat badan sebesar 0,43 kg (p 0,012), rerata perubahan tinggi badan sebesar 0,0031 m (p<0,01), dan median perubahan IMT sebesar 0,2 (p 0,346). Tidak ada hubungan antara skor AFHC dengan IMT (P=0,233). Tidak ditemukan perubahan IMT di awal dan di akhir tahun ajaran pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Tidak ada hubungan antara pola makan yang dinilai dengan skor AFHC dengan perubahan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa FKUI tahun pertama.

ABSTRACT
Obesity is starting to emerge as a serious problem throughout the world. Obesity leads to higher risk of several diseases, such as type 2 DM, coronary heart disease, and dyslipidemia. Factors affecting obesity include genetic, diet, physical activity and stress. Medical students are at high risk of obesity. The purpose of this study was to determine the relationship of dietary habit and changes of BMI in the first-year medical students of FMUI. This study is a retrospective cohort. Its subjects are medical students in the first year of the 2018/2019. The study was conducted at RIK UI at the beginning of the school year in May or July 2018 and at the end of the school year in May 2019. Dietary habit was measured using the AFHC questionnaire. There was an increase of 0.43 kg (p 0.012) change of body weight average, an increase of 0.0031 m (p <0.01) change of height average, and an increase of 0.2 (p 0.346) change of BMI median. There was no relationship between AFHC scores and BMI changes (P = 0.233). There were no changes in BMI at the beginning and at the end of the school year. There was no correlation of dietary pattern by AFHC score and changes of BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Wibisono
"Kelebihan berat badan dan Obesitas adalah suatu masalah kesehatan yang sedang bertumbuh pesat, terutama pada negara-negara berkembang. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu indeks sederhana dari berat badan per tinggi badan yang sering digunakan untuk mengklasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Mahasiswa kedokteran, terutama mahasiswa kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FMUI) rentan mendapatkan masalah kelebihan berat badan.
Studi ini adalah sebuah cross-sectional study yang membandingkan fungsi faal paru (FVC, FEV1, dan FEV1/FVC) antara individu-individu yang berberat badan normal atau kurang dengan individu-individu yang kelebihan berat badan ataupun obese. Didapatkan jumlah sampel sebesar 40 subjek yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 18 orang perempuan yang menunjukkan nilai FVC dan FEV1 yang lebih tinggi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas pada laki-laki dan perempuan dibandingkan dengan mereka yang diklasifikasikan sebagai berberat badan normal atau kurang. Namun, persentase FEV1/FVC lebih rendah pada grup laki-laki dan perempuan yang kelebihan berat badan atau obese dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang berberat badan normal atau kurang.
Perbedaan-perbedaan yang telah dijabarkan di atas tersebut bagaimanapun juga tidak signifikan secara statistic, kecuali pada skor FVC di grup laki-laki antara individu berberat badan normal atau kurang dengan individu-individu yang kelebihan berat badan ataupun obese (p=0.031). Riset lanjutan yang lebih mendalam dalam lingkup efek dari IMT terhadap fungsi faal paru masih sangat dibutuhkan dan riset ini dapat menjadi sebuah studi pendahuluan untuk riset yang lebih baik di masa yang akan datang.

Overweight and obesity is currently a growing health problem, especially in developing countries. Body Mass Index (BMI) is a simple index of weight-for-height that is commonly used to classify overweight and obesity in adults. Medical students, especially student of Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI), are prone to get overweight problems.
This study was a cross-sectional study which compares lung function (FVC, FEV1, and FEV1/FVC) between normal and underweight people with overweight or obese people. Total of 40 subjects which comprised of 22 males and 18 females were obtained, which shows higher FVC and FEV1 score for overweight or obese males and females compared to their counterparts. The FEV1/FVC percentage on the other hand, was lower in overweight or obese group than in normal or underweight group.
The differences however, was not statistically significant, except for FVC score in males group (p=0.031). Further research on the field of BMI effect on lung function is still largely needed and this research might act as a preliminary study for the greater good.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Bayu Prabhawa M.
"Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat bantu yang paling sederhana untuk memantau status gizi pada usia dewasa, terutama terkait status gizi kurang dan gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju metabolik istirahat (resting metabolic rate), aktivitas fisik, asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, dan lemak), status merokok, dan tingkat stres dengan status gizi berdasarkan IMT pada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa laki-laki S1 Reguler Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2012 sebanyak 120 orang dari setiap jurusan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik self-administrative dimana responden mengisi sendiri kuesioner yang diberikan, wawancara food recall 2x24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta pengukuran laju metabolik istirahat. Analisa statistik menggunakan uji korelasi dan uji t-independen.
Hasil penelitian menunjukkan 39,2% responden mengalami masalah status gizi, dengan 32,5% mengalami status gizi lebih dan 6,7% mengalami status gizi kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara laju metabolik istirahat dengan IMT dengan kekuatan korelasi (r = 0,861). Tingkat stres juga memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi berdasarkan IMT dengan p-value = 0,006.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan mahasiswa, khususnya para remaja, dapat lebih memperhatikan keseimbangan energi antara energi yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan setiap hari yang berperan dalam regulasi berat badan. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan memiliki manajemen stres yang baik sehingga membantu dalam mempertahankan atau mencapai status gizi yang ideal.

Body Mass Index (BMI) is the simplest tool for monitoring nutritional status in adulthood, especially status of under nutrition and over nutrition. This study aims to determine the relationship between resting metabolic rate, physical activity, intake of nutrients (energy, carbohydrate, protein, and fat), smoking status, level of stress with nutritional status based on BMI in male students of Faculty of Humanity, University of Indonesia, Depok, in 2014.
This study used cross-sectional design. The research conducted in April 2014. Samples used in the study were male students of Faculty of Humanity as many as 120 people from all study program. Data collection was done by using self-administrative technique in which the respondent did the questionnaire given by himself, 2x24 hour food recall interviews, measurements of weight and height, as well as the measurement of resting metabolic rate. Statistical analysis that had been used is correlation test and t-independent test.
The results indicated 39,2% of respondents experienced nutritional status issues, with 32,5% had over nutrition status and 6,7% had under nutrition. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant and strong relationship (r = 0,861) between resting metabolic rate with BMI. Stress levels had also showed a significant relationship with BMI (p-value = 0,0060).
Based on the results college students, especially teenagers, expected to pay more attention to the energy balance between energy intake through food consumed with energy expended each day that play a role in body weight regulation. In addition, students are also expected to have good stress management that helps in maintaining or achieving an ideal nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwaratu Syafira
"Indeks Massa Tubuh IMT memiliki banyak manfaat, termasuk untuk memberikan gambaran obesitas suatu populasi maupun untuk merancang diet pasien di rumah sakit. Namun orang yang memiliki kesulitan menopang berat badannya atau tidak dapat berdiri tegak belum tentu dapat diukur IMT-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan metode alternatif menghitung IMT berdasarkan ukuran ekskremitas tubuh pada mahasiswa usia dewasa muda di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 132 responden.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara rasio LiLA/ radic;Panjang Ulna dengan IMT r = 0,926 pada laki-laki dan r = 0,886 pada perempuan dan juga antara LiLA dengan IMT r = 0,913 pada laki-laki dan r = 0,877 pada perempuan . Model prediksi yang paling ideal digunakan adalah IMT laki-laki kg/m2 =1,109 LiLA cm ndash; 9,202 dan IMT perempuan kg/m2 = 0,236 0,825 LiLA cm dengan pertimbangan akurasi yang tinggi serta kemudahan pengaplikasian di lapangan.

Body Mass Index BMI serves various purposes, including to measure the prevalence of obesity in a population, and also in formulating a patient rsquo s diet at a hospital. However, the BMI of an individual with difficulties in carrying their own weight or standing up straight can not necessarily be measured. The aim of this study was to form a prediction model for the BMI of young adult students of Public Health Faculty of University of Indonesia. This study used a cross sectional design, with a total sample of 132 respondents.
Results of this study showed that there is a very strong correlation between MUAC radic Ulna Length and BMI r 0,926 for males and r 0,886 for females, and also between MUAC and BMI r 0,913 for males and r 0,877 for females. The prediction model considered most ideal to be used is Male BMI kg m2 1,109 MUAC cm ndash 9,202 and Female BMI kg m2 0,236 0,825 MUAC cm, based on the high accuracy levels and the convinience of application on the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fathia Herianti Suhermanto
"ABSTRACT
Studies have shown that weight affects the pressure placed on the tendons and muscles of the foot and legs affecting the stride lengths stance and swing cycle. With the rising body weight gain and implied health complications, the author wants to know whether body mass index (BMI) affect human activity especially walking. Cross-sectional method using primary data collection is conducted. The source of data in this study measures healthy pre-clinical students in Faculty of Medicine, University Indonesia. Once informed consent is signed, subjects weight and height will be measured, calculating BMI. Data is analysed using SPSS version 23 to analyze the correlation between step length and BMI. From a total of 53 subjects (26 male, 27 female) age group 18-22, subjects with normal BMI accounts for the highest percentage of the group in this study (60.4%). Overweight and obese patients contribute 30.2% and 3.8% respectively, and underweight 5.7%. Using the pearson correlation formula, there was no significant correlation between BMI and step length of male (0.778; p>0.05) and female (0.098; p>0.05). Based on pearson correlation formula, male calculations resulted with 0.778; p>0.05, and female with 0.098; p>0.05; therefore, there is no significant difference between the two variables.

ABSTRACT
Penelitian telah menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan ditempatkan pada tendon dan otot-otot kaki dan kaki mempengaruhi siklus sikap dan ayunan panjang langkah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuhi apakah apakah indeks massa tubuh (IMT) mempengaruhi aktivitas manusia terutama berjalan. Metode potong-melintang menggunakan pengumpulan data primer dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini mengukur siswa pre-klinik yang sehat di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Setelah informed consent ditandatangani, berat badan dan tinggi badan subyek akan diukur untuk menghitung IMT. Data di mengolah dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk menganalisis hubungan antara panjang langkah dan BMI. Dari total 53 subyek (26 laki-laki , 27 perempuan) di kelompok usia 18-22, subyek dengan IMT yang normal berkontribusi presentase tertinggi dari kelompok dalam penelitian ini (60,4%). Pasien kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi 30,2% dan 3,8%, dan berat badan di bawal normal 5,7%. Dari hasil rumus korelasi pearson, tidak ada korelasi yang signifikan antara BMI dan panjang langkah dari laki-laki (0,778; p>0,05) dan perempuan (0.098;p > 0,05). Berdasarkan rumus korelasi pearson, perhitungan laki-laki menghasilkan dengan 0,778 ; p > 0,05 , dan perempuan dengan 0.098 ; p > 0,05; Oleh karena itu, tidak ada perbedaan signifikan antara kedua variabel."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhian Amandito
"Indeks massa tubuh yang tinggi berkaitan dengan banyak risiko penyakit, terutama penyakit pada sistem kardiovaskuler, serta diduga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja kantor. Selain itu pekerja yang mengalami keluhan tersebut memiliki fleksibilitas yang buruk. Akibat keluhan tersebut kualitas kerja para penderita menurun sehingga terjadi penurunan gaji atau kehilangan waktu kerja. Peneliti menduga bahwa keluhan yang serupa juga terdapat pada mahasiswa, terutama mahasiswa kedokteran. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas.
Pada penelitian ini digunakan studi cross sectional mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011 yang mengikuti praktikum uji fleksibilitas tubuh. Data didapatkan dari hasil praktikum mahasiswa di fakultas kedokteran pada bulan Juni 2013 dan didapatkan jumlah sampel 149. Data dianalisis dengan menggunakan uji cross tabulation dan uji chi square dengan menggunakan program SPSS Ver 21 for mac.
Tingkat fleksibilitas excellent adalah 45%, terbanyak ditemukan pada mahasiswa dengan IMT rendah sedangkan yang ditemukan pada mahasiswa dengan IMT tinggi adalah 41% yang excellent. Berdasarkan uji chi square tidak menunjukkan ada perbedaan bermakna antara skor IMT dan fleksibilitas mahasiswa. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara IMT dengan fleksibilitas pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011.

High Body Mass Index is related with a lot of diseases? risk factor, especially diseases of the cardiovascular system, and also is thought to be one of the causes of musculoskeletal pain in office workers. Also, workers who experience such pain have bad flexibility. The musculoskeletal pain has a negative impact on the work quality of workers, causing a decrease in salary or decrease in work duration. It is suspected that a similar problem is happening in students, especially medical students. The goal of this research is to know the Body Mass Index and flexibility.
This research is a cross sectional study with medical students of batch 2011 who underwent flexibility test practical session. Data is gained from the practical assignment of medical students on June 2013 and a total of 149 samples was received. SPSS ver. 21 for Mac is the program used to analyze the data and descriptive test cross tabulation and chi square test was done.
We found that 45% of the flexibility score is excellent and mostly found in students with low BMI, whereas in students with high BMI there is 41% of excellent flexibility score. Based on chi square test there is no significancy between BMI and flexibility score of the students. It can be concluded that there is no association between BMI and flexibility in medical students batch 2011.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Yosefine Julia Agatha
"Makan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Aktivitas makan akan membentuk pola makan dalam kehidupan sehari-hari individu. Indeks massa tubuh IMT berperan dalam penentuan status gizi individu. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan uji Spearman ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan mahasiswa dengan IMT.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 mahasiswa reguler angkatan 2016 yang ditentukan berdasarkan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Food Recall 24 Hours untuk menghitung jumlah makanan dan Food Frequency Questionnaire untuk tingkat keseringan makan diikuti pengukuran berat dan tinggi badan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis makanan, jumlah konsumsi energi dan protein, dan frekuensi makan dengan IMT p=0,408-0,791; ?=0,05 . Disarankan diadakan edukasi dan manajemen terkait pola makan yang baik sesuai kebutuhan sehingga kebutuhan gizi harian mahasiswa dapat terpenuhi.

Eating food is human basic needs that must be fulfilled. This activity will make an eating pattern in daily human life. Body mass index is one of the indicator for individual's nutrition status. This correlation descriptive study with cross sectional approach using the spearman test aimed to determine the relationship between eating pattern and BMI of nursing student.
The number of samples in this study were 60 students that determined based on simple random sampling. Instrument that used in this research are Food Recall 24 Hours to collect amount of food consumption and Food Frequency Questionnaire for food consumption frequency, followed by weighing and measuring height.
The result of this study indicated that there was no significant correlation between types of food, the amount of energy and protein consumption, and eating frequency with BMI p 0,408 0,791 0,05. It is recommended to make an education and management about eating pattern that good enough to fulfill the daily students need of nutrition in a day.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha
"Latar belakang: Penggunaan internet meningkat terutama dengan adanya pandemik COVID-19 yang terjadi, hal ini berkontribusi terhadap kejadian adiksi internet. Usia remaja dan dewasa muda, sepertinya usia seorang mahasiswa, merupakan populasi paling rentan terhadap penggunaan internet dan adiksi internet. Adiksi internet sering juga dihubungkan dengan beberapa aspek psikologis, salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini, merupakan kualitas tidur. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode analitik observasional. Data penelitian didapat dengan menyebarkan kuesioner daring menggunakan Google Forms, berisi lembar informed consent, kuesioner data demografik, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). Kuesioner disebarkan melalui sosial media kepada populasi target. Kemudian data yang didapat dilakukan uji statistik menggunakan program SPSS, untuk menemukan hubungan antara masalah adiksi internet dan gangguan tidur. Hasil: Dari 282 responden penelitian yang merupakan mahasiswa FKUI tahap akademik, ditemukan prevalensi adiksi internet yaitu 23,40% (n=66), dan prevalensi gangguan tidur yaitu 45,39% (n=128). Hubungan dari variabel adiksi internet dan gangguan tidur diuji menggunakan uji Kai-Kuadrat dan ditemukan hubungan signifikan (Nilai p 0,000 (<0,05)). Dari 66 populasi adiksi internet, 46 juga mengalami gangguan tidur. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi antara faktor demografik dan pola penggunaan internet terhadap gangguan tidur, menggunakan uji Spearman. Hasil uji korelasi tidak ditemukan hubungan signifikan (Nilai p<0,05). Mahasiswa FKUI cenderung menggunakan internet untuk media sosial (63,48%) dibandingkan dengan pembelajaran (20,92%). Kesimpulan: Ditemukan hubungan bermakna antara adiksi internet dan gangguan tidur pada mahasiswa
Background: Internet usage has increased during the ongoing COVID-19 pandemic, this has contributed to the incidence of internet addiction. Adolescents and young adults are the population most vulnerable population to internet use and internet addiction. Several psychological aspects are often related to internet addiction, one of which will be discussed in this study is sleep quality. Methods: The study that was conducted is a observational analysis cross-sectional design. The data in this research was obtained by distributing an online questionnaire using Google Forms, containing an informed consent sheet, a demographic data questionnaire, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and the Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). The questionnaire was distributed via social media to the target population. Then the data obtained were statistically tested using the SPSS program, to find the relationship between internet addiction problems and sleep disorders. Results: In a total of 282 respondents from Pre-Clinical students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that the prevalence of internet addiction was 23.40% (n=66), and the prevalence of sleep disorders was 45.39% (n=128). The relationship between internet addiction and sleep disorders was tested using the Chi-Square test and a significant relationship was found (p-value 0.000 (<0.05)). Of the 66 respondents with internet addiction, 46 also experience sleep disorders. In addition, a correlation test was also conducted between demographic factors and internet usage patterns on sleep disorders, using the Spearman test. Correlation test found no significant relationship (p-value <0.05). FKUI students use the internet for social media (63.48%) compared to learning (20.92%). Conclusion: There is significant relationship between internet addiction and sleep disorders among university students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>