Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chantika Nurmadhany
"Rumah merupakan suatu entitas dengan karakter yang dapat membuat manusia nyaman dan merasa aman. Ketika narasi dalam film horor menggunakan rumah sebagai latar utama, keberadaannya memberikan efek yang lebih menegangkan karena rumah merupakan media yang sangat dekat dengan manusia dan memiliki ingatan tersendiri. Film horor memiliki elemen unik yang berbeda dengan genre film lainnya karena pendekatan emosional yang membuat penontonnya merasakan ketegangan, ketakutan, dan suasana tegang yang diatur oleh visual dan audio capture. Film yang merupakan media penyampaian informasi dan penyalur pesan dan emosi memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang sehingga narasi yang disampaikan lebih terkontrol dan pesan yang terkandung lebih mudah diterima. Dari kemampuan ini, film dan arsitektur terkait dalam beberapa konsep. Penulisan ini dilakukan dengan membandingkan 3 film horor Indonesia dengan rumah sebagai setting utamanya. Perbandingan dilakukan dengan membahas pola pada setiap elemen film horor sehingga dapat dianalisis hubungan antara elemen spasial rumah dengan interioritas apa yang terdapat dalam film tersebut.

The house is an entity with character that can make humans comfortable and feel safe. When the narration in a horror film uses a house as the main setting, its existence gives a more tense effect because the house is a medium that is very close to humans and has its own memories. Horror films have unique elements that are different from other film genres because of the emotional approach that makes the audience feel tension, fear, and a tense atmosphere that is governed by visual and audio capture. Film, which is a medium for conveying information and channeling messages and emotions, has the ability to manipulate space so that the narrative conveyed is more controlled and the message contained is easier to accept. Of these capabilities, film and architecture are related in several concepts. This writing is done by comparing 3 Indonesian horror films with the house as the main setting. The comparison is done by discussing the pattern in each element of the horror film so that it can be analyzed the relationship between the spatial elements of the house and what interiority is contained in the film.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suma Riella Rusdiarti
"ABSTRAK
Salah satu cerita yang paling klasik dalam film horor adalah rumah angker atau haunted house. Disertasi ini berusaha mengungkap kaidah genre dan makna das Unheimliche dalam empat film horor rumah angker Indonesia, yaitu Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, dan Rumah Kentang, menggunakan metode kajian sinema dengan pendekatan genre. Analisis tekstual keempat film menemukan model alur perpindahan sebagai struktur naratif dan dominasi tokoh- tokoh dunia supranatural. Pemaknaan mendalam dan kontekstual dengan konsep psikonalisis das Unheimliche Sigmund Freud, mengungkapkan berbagai ketakutan mendalam keluarga dan masyarakat perkotaan, serta kondisi ketidakpastian dalam berbagai lapisan. Kesimpulan dari keseluruhan analisis memperlihatkan kekhasan kaidah genre dan makna das Unheimliche film horor rumah angker Indonesia.

ABSTRACT
One of the classical stories in horror films is the haunted house. This dissertation tries to expose rules of genre and meaning of das unheimlich in four Indonesian haunted house horror films Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, and Rumah Kentang, using a genre approach in cinema studies. Textual analysis of four films finds a displacement plot model as a narrative structure and the domination ofsupernatural figures. Depth and contextual meanings to the concept of Sigmund Freud rsquo s das Unheimliche, revealsed various deep fears of family and urban communities as well as uncertainties in the various layers. The conclusion of the whole analysis shows the peculiarities of the rules of the genre and meaning of das Unheimliche in Indonesian haunted house horror films."
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ridwan Noer
"Trailer film horor Indonesia kurang mendapatkan perhatian sebagai bahan penelitian. Padahal, trailer merupakan sarana beriklan paling komprehensif dari sebuah film, di mana berbagai hal penting disajikan di dalamnya. Studi ini berupaya menguraikan bagaimana ketakutan dibangun di dalam trailer film horor Indonesia dan membandingkan cara membangun narasi dalam trailer tersebut. Riset analisis konten secara kualitatif dilakukan terhadap 10 trailer dari film yang mampu meraih minimal 1 juta penonton dari tahun 2017 hingga tahun 2018. Penelitian ini menemukan bahwa ketakutan dibangun melalui efek suara dan cahaya dengan narasi yang dibangun dalam tiga babak: pengenalan, konflik, dan klimaks. Ada metafora ‘pintu’ yang dipakai untuk memperlihatkan pemisahan dunia manusia dan dunia ‘lain’. Narasi memasukkan unsur legenda urban, mitos, kepercayaan masyarakat setempat. Daya tarik bintang dalam trailer film juga tidak hanya artis pemeran utama, namun bisa juga sutradara film tersebut. 

Indonesian horror movie trailers get less attention for research. However, the trailer is the most comprehensive ad for a movie, in which crucial details are presented. The present study aims to understand how fear is instilled in Indonesian horror movie trailers and compare the ways a narrative is presented in each of them. This qualitative content analysis research examines ten trailers advertising ten Indonesian horror movies that reached one million viewers count from 2017 up to 2018. The research found that fear is built up within three stages; introduction, conflict, and climax. There is a ‘door’ metaphor used to show the separation of human world and the world of ‘others’. The narrative inserts urban legend, myths, and local beliefs. Star power in the movie trailers not only belongs to the actors/actresses, but also to the directors of the movie."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyasyifa Wimahavinda Kardono
"Genre horor terkenal atas penggambaran seksis terhadap tokoh perempuan, yang sangat memberlakukan stereotip gender tradisional. Tulisan ini menganalisis Goosebumps (2015) dan Goosebumps: Haunted Halloween (2018), yang merupakan film adaptasi dari seri buku horor R.L. Stine. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan penggambaran para tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki yang menentang stereotip gender konvensional dan memastikan agensi tokoh utama perempuan karena film horor cenderung mengobjektifikasi tokoh perempuan. Tugas akhir ini menggunakan teori true cult of womanhood oleh Welter (1966) dan teori male gender role identity oleh Pleck (1981) serta teori representasi oleh Hall (1997) untuk menganalisis percakapan dan interaksi para karakter, serta agensi tokoh utama perempuan dalam dua film ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki dalam film-film ini masih sesuai dengan stereotip gender tersebut. Selain itu, terdapat ambivalensi karena teks sering bertentangan dengan penggambaran karakter pada bagian awal dan akhir dalam kedua film tersebut, sehingga mereka digambarkan sebagai tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki yang konvensional. Para tokoh utama perempuan pada awalnya digambarkan sebagai sosok yang berdaya dan mandiri, namun seiring berjalannya cerita, mereka menjadi karakter yang membutuhkan bantuan dan dukungan dari tokoh utama laki-laki dalam mengatasi masalah.

The horror genre is notorious for sexist depictions of female heroines, which heavily imposes traditional gender stereotypes. This paper analyses Goosebumps (2015) and Goosebumps: Haunted Halloween (2018), which are the movie adaptations of R.L. Stine’s horror book series. It aims to see the possibility of the female heroines and male heroes to defy conventional gender stereotypes and determine the female heroines’ agency as horror movies tend to objectify the female characters. This paper uses the cult of true womanhood theory by Welter (1966) and male gender role identity theory by Pleck (1981) as well as representation theory by Hall (1997) to analyse the conversation and interaction of the characters, as well as the agencies of the female heroines in these two movies. This research shows that the female heroines and male heroes in these movies still conform to these gender stereotypes. Moreover, an ambivalence is apparent as the text often contradicts the portrayals of the characters in the earlier part of the two films and the endings, as a result depicting them as conventional male heroes and female heroines. The female heroines at first are depicted as empowered and independent, but as the story progresses, they become characters that need male heroes’ help and support to overcome problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gea Rexy Pradipta
"ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk mencari penyebab turunnya jumlah penonton film
horor Indonesia yang terjadi dari tahun 2010 sampai 2015 dari sudut pandang
pelaku industri sekaligus penonton. Penelitian mengenai film horor Indonesia
sering dikaji dari sisi konten atau penonton, sementarapenelitian ini secara
komprehensif mengkaji film horor Indonesia pada empat sektor yang menjadi
sistem penghidup industri film yakni produksi, distribusi, eksebisi, dan konsumsi.
Tiga film horor Indonesia, Badoet, Déjàvu: Ajian Puter Giling, dan Midnight Show
menjadi objek penelitian untuk menggambarkan penyebab penurunan penonton
film horor Indonesia keseluruhan. Penelitian ini menemukan bahwa
penyebabturunnya jumlah penonton film horor Indonesia tidak hanya sekedar
faktor penonton di sektor konsumsi yang enggan membeli tiket, tapi ada bebera
faktor lain yang mempengaruhi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan paradigma interpretatif. Dengan metode tersebut, penelitian ini melihat
secara komprehensif dan lebih dalam permasalahan film horor Indonesia dalam
konteks makro serta mikro.

ABSTRACT
This research tried to find the reasons of Indonesia horror film audience drop at
2010-2015 from the industry and audience perspective. Researches about Indonesia
horror film have been done in content or audience side. Yet, this research will be
seen Indonesia horror film in a wider side, which are production, distribution,
exhibition, and consumption at once. Three Indonesia horror movie, Badoet,
Déjàvu: Ajian Puter Giling, and Midnight Show became research?s object to
illustrated the cause of why Indonesia Horror Movie have audience drop in these
recent years. This research finds that the cause of audience drop is not only from
the consumption factor, but from other factors too that responsible. This research
uses a qualitative method and interpretative paradigm. That method allowed this
research to see the phenomena comprehensively and deep of Indonesia horror film
problems, either in macro and micro.;;"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gea Rexy Pradipta
" ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk mencari penyebab turunnya jumlah penonton film
horor Indonesia yang terjadi dari tahun 2010 sampai 2015 dari sudut pandang
pelaku industri sekaligus penonton. Penelitian mengenai film horor Indonesia
sering dikaji dari sisi konten atau penonton, sementarapenelitian ini secara
komprehensif mengkaji film horor Indonesia pada empat sektor yang menjadi
sistem penghidup industri film yakni produksi, distribusi, eksebisi, dan konsumsi.
Tiga film horor Indonesia, Badoet, Déjàvu: Ajian Puter Giling, dan Midnight Show
menjadi objek penelitian untuk menggambarkan penyebab penurunan penonton
film horor Indonesia keseluruhan. Penelitian ini menemukan bahwa
penyebabturunnya jumlah penonton film horor Indonesia tidak hanya sekedar
faktor penonton di sektor konsumsi yang enggan membeli tiket, tapi ada bebera
faktor lain yang mempengaruhi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan paradigma interpretatif. Dengan metode tersebut, penelitian ini melihat
secara komprehensif dan lebih dalam permasalahan film horor Indonesia dalam
konteks makro serta mikro.

ABSTRACT
This research tried to find the reasons of Indonesia horror film audience drop at
2010-2015 from the industry and audience perspective. Researches about Indonesia
horror film have been done in content or audience side. Yet, this research will be
seen Indonesia horror film in a wider side, which are production, distribution,
exhibition, and consumption at once. Three Indonesia horror movie, Badoet,
Déjàvu: Ajian Puter Giling, and Midnight Show became research?s object to
illustrated the cause of why Indonesia Horror Movie have audience drop in these
recent years. This research finds that the cause of audience drop is not only from
the consumption factor, but from other factors too that responsible. This research
uses a qualitative method and interpretative paradigm. That method allowed this
research to see the phenomena comprehensively and deep of Indonesia horror film
problems, either in macro and micro."
2016
S66882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stine, R.L.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2019
813.54 STI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson, Shirley, 1916-1965
Bandung: Qanita, 2017
813 JAC h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia
"Dalam penggambaran di layar, seringkali agama dan horor ditempatkan pada sisi yang berlawanan. Agama dalam film adalah antitesis dari horor, jarang sekali yang berani masuk ke dalam konsep agama itu sendiri sebagai sumbernya. Misa Tengah Malam Netflix (2021) oleh Mike Flanagan mengeksplorasi topik ini dengan cara yang lebih dalam namun halus. Karena serial ini dirilis kurang dari dua tahun sebelum artikel ini ditulis, sebagian besar artikel yang ditemukan berfokus pada aspek sinematik dan penampilan para aktor. Artikel ini mengkaji penggunaan religiusitas yang terang-terangan untuk memajukan narasi horor, khususnya sifat malaikat dan vampir yang dapat dipertukarkan. Dengan menggunakan metode analisis tekstual, penulis menyimpulkan bahwa horor hanya dapat dikontekstualisasikan kembali ke dalam perspektif suci karena agamalah yang menjadi cikal bakal horor tersebut.

When it comes to on-screen depictions, oftentimes religion and horror are placed at opposing sides. Religion in film is the antithesis of horror, rarely does it venture into the concept of religion itself as the source. Netflix's Midnight Mass (2021) by Mike Flanagan explores this topic in a deeper yet subtle manner. Since the series was released less than two years before this article was written, most of the articles found are focused on the cinematic aspect and the performance of actors. This article examines the use of overt religiousness to push forward the horror narrative, particularly the interchangeable nature of angels and vampires. By using textual analysis as a method, the writer concludes that horror can only be recontextualized into a holy perspective because religion is the origin of said horror."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Sis Nariswari
"Disertasi ini membahas secara tekstual dan memaknai secara kontekstual cerita-cerita horor Abdullah Harahap. Abdullah Harahap merupakan penulis cerita horor pada tahun 1970—1990-an dengan hampir 100 karya pada kurun waktu dua decade tersebut. Data yang digunakan adalah tiga novel, yaitu Roh dari Masa Lampau (tanpa tahun), Titisan Iblis (1989)dan Misteri Lembah Hantu (1991). Pemilihan data dilakukan dengan melihat wujud makhluk supranatural dari keseluruhan cerita horor Abdullah Harahap. Analisis tekstual ketiga novel tersebut dengan menggunakan model alur cerita horor menghasilkan formula cerita horor Abdullah Harahap, yaitu kekerasan, seksualitas, dan supranatural. Ketiga hal tersebut membentuk cerita yang terus berulang. Di dalam formula tersebut ditemukan adanya legenda dan kepercayaan masyarakat yang direproduksi di dalam karya sastra. Pemaknaan secara kontekstual menghasilkan temuan bahwa pola pikir klenik masih digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat. Secara keseluruhan, penelitian ini memperlihatkan kekhasan cerita horor Abdullah Harahap dan kritik sosial di dalam cerita horor Abdullah Harahap.

This dissertation discusses textually and contextually interprets Abdullah Harahap's horror stories. Abdullah Harahap was a horror story writer in the 1970-1990s with nearly 100 works in the two decades. The data used are three novels, Roh dari Masa Lampau (tanpa tahun), Titisan Iblis (1989)dan Misteri Lembah Hantu (1991). The data is selected by looking at the form of supernatural beings from the whole horror story of Abdullah Harahap. Textual analysis of the three novels using the horror storyline model resulted in Abdullah Harahap's horror story formula, namely violence, sexuality, and the supernatural. The formula form a repeating story. In the formula, it is found that there are legends and people's beliefs that are reproduced in literary works. Contextual meaning results in findings that the occult mindset is still used as a guide for people's lives. Overall, this study shows the peculiarities of Abdullah Harahap's horror story and social criticism in Abdullah Harahap's horror story.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>