Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135465 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherly Firsta Rahmi
"Latar Belakang: Salah satu sifat material restorasi yang sangat dibutuhkan dalam mencegah karies sekunder adalah sifat anti bakteri. Material yang mempunyai sifat anti bakteri lebih tinggi akan memiliki kemampuan pencegahan perkembangan biofilm yang lebih baik. Diantara berbagai jenis material restorasi yang berkembang di pasaran, Semen Ionomer Kaca (SIK) memiliki sifat anti bakteri yang paling baik. Hal ini dikarenakan SIK memiliki kemampuan pelepasan fluor. Dalam perkembangannya, Shofu Inc. memperkenalkan sebuah material bernama Giomer. Giomer merupakan material yang memiliki kemampuan pelepasan fluor. Giomer akan menciptakan fase glass-ionomer yang stabil, kemudian menginduksi reaksi asam basa antara fluor dan asam polikarboksilat dalam air yang dikembangkan sebagai filler Pre-Reacted Glass-Ionomer (PRG). Tujuan: Melihat pengaruh perbedaan kandungan fluor terhadap Pembentukan biofilm bakteri antara SIK dan Giomer. Metode: Sebanyak 32 sampel dipersiapkan dengan ukuran Ø 7 mm dan tinggi 2 mm, terdiri dari 16 sampel kelompok SIK dan 16 sampel kelompok Giomer yang kemudian akan didiamkan selama 3 hari dengan kultur bakteri Streptococcus mutans di dalam suhu 37oC. Bakteri akan dihitung menggunakan Colony Forming Unit dan gambaran permukaan material diamati menggunakan Scanning Electron Microscope serta analisis elemen yang terdapat di dalamnya menggunakan analisis EDX. Hasil: Hasil pengujian didapatkan bahwa biofilm bakteri yang pada permukaan Giomer lebih tinggi daripada biofilm bakteri pada SIK, meskipun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0.05). Terdapat banyak kesamaan antara elemen yang terkandung dalam SIK dan Giomer diantaranya ion C, O, F, Na, Al, Si, P dan Ca.

Background: One of the properties of restorative materials that is needed to prevent secondary caries is anti bacterial properties. Materials that have higher anti bacterial properties will be better in preventing the growth of biofilms. Among the various types of restorative materials, Glass Ionomer Cements have the best anti bacterial properties. This is due to GIC has the good ability in fluoride release. In its development, Shofu Inc. introducing a material called Giomer. Giomer is a material that has ability in fluoride release. Giomer will form a stable glass-ionomer phase, then induce an acid-base reaction between fluoride and polycarboxylic acid that is developed as a Pre-Reacted Glass-Ionomer (PRG) fillers. Objective: To see the effect of differences in fluoride amount on formation of bacterial biofilm between Glass Ionomer Cement and Giomer. Methods: A total of 32 samples were prepared with the size of 7 mm in diameters and 2 mm in height. The samples consist of 16 of GIC samples, and 16 of Giomer. Both materials then allowed to incubated for 3 days with Streptococcus mutans culture at 37oC. Bacteria will be counted using Colony Forming Unit, observation material surface using Scanning Electron Microscope and element analysis provided using EDX. Results: The results showed that the bacterial biofilm on Giomer surface was higher than GIC, although there is no significant difference. There are many similarities between the elements contained in GIC and Giomer including ion C, O, F, Na, Al, Si, P and Ca."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Amalina
"Latar Belakang: Semen ionomer kaca (SIK) merupakan bahan tumpat berbahan dasar air yang cukup populer, tetapi memiliki kelemahan pada sifat mekanisnya. Seiring perkembangan teknologi, ditemukan bahan tumpat baru yaitu Giomer. Keduanya memiliki keunggulan berupa sifat pelepasan fluoride, sehingga diharapkan Giomer dapat menutupi kekurangan SIK yang terletak pada sifat mekanisnya, salah satunya kekuatan tekan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sifat mekanis suatu material berhubungan dengan morfologi permukaan dan komposisi kimia. Tujuan: Mengetahui perbandingan kekuatan tekan SIK dan Giomer, serta hubungannya dengan morfologi permukaan dan komposisi kimia. Metode: 16 spesimen SIK dan Giomer disiapkan untuk uji kekuatan tekan lalu dianalisis dengan uji Independent T-test. Kemudian spesimen SIK dan Giomer disiapkan untuk analisis morfologi permukaan dan komposisi kimia menggunakan SEM-EDX. Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna nilai kekuatan tekan antara SIK dan Giomer dengan nilai kekuatan tekan Giomer lebih tinggi (204,67 MPa) dibandingkan dengan SIK (118,59 MPa). SIK memiliki permukaan eksternal yang lebih tidak beraturan, ukuran partikel lebih besar, dan lebih banyak porus. Kandungan silika pada Giomer lebih tinggi. Kesimpulan: Giomer memiliki kekuatan tekan lebih tinggi dibandingkan dengan SIK. Material restorasi dengan morfologi permukaan yang lebih beraturan, lebih sedikit porus, dan ukuran partikel yang lebih kecil dengan susunan yang rapat, serta kandungan silika dan karbon yang lebih tinggi berhubungan dengan kekuatan tekan yang lebih tinggi.

Background: Glass ionomer cement (GIC) is a water-based filling material that is quite popular, but has a weakness in its mechanical properties. Along with the development of technology, a new filling material was discovered, namely Giomer. Both have advantages in the form of fluoride release properties, so it is hoped that Giomer can cover the shortcomings of GIC which lie in their mechanical properties, one of which is compressive strength. Several studies have stated that the mechanical properties of a material are related to the surface morphology and chemical composition. Objective: To determine the comparison of the compressive strength of GIC and Giomer, as well as their relationship to surface morphology and chemical composition. Methods: 16 specimens of GIC and Giomer were prepared for compressive strength test and then analyzed by Independent T-test. Then the GIC and Giomer specimens were prepared for analysis of surface morphology and chemical composition using SEM-EDX. Research Results: There is a significant difference in the compressive strength value between GIC and Giomer with a higher Giomer compressive strength value (204.67 MPa) compared to GIC (118.59 MPa). GICs have a more irregular external surface, larger particle size, and more porosity. The silica content in Giomer is higher. Conclusion: Giomer has higher compressive strength than GIC. A restorative material with a more regular surface morphology, less porous and smaller particle size with a denser arrangement, and higher silica and carbon content is associated with higher compressive strength."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Uli Giovani
"Semen Ionomer Kaca (SIK) konvensional dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH 5,5 sehingga membutuhkan pemberian ion kalsium dan fosfat yang dapat ditemukan pada CPP-ACP untuk mencegah penurunan kekerasan. Penelitian terhadap CPP-ACP tengah dilakukan dengan penambahan propolis yang ditujukan untuk menambah sifat antimikroba. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa penambahan propolis pada CPP-ACP menyebabkan ion kalsium dan fosfat yang dilepaskan berkurang sehingga mungkin memengaruhi kemampuannya dalam mencegah penurunan kekerasan SIK konvensional. Namun belum diketahui efek CPP-ACP apabila ditambahkan propolis pada SIK konvensional.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh CPP-ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan SIK konvensional.
Metode: Tiga puluh spesimen SIK konvensional berbentuk silinder dengan diameter 6mm dan tebal 3 mm dibuat dan diletakkan dalam inkubator selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan pengujian kekerasan awal menggunakan Vickers Micro Hardness Tester dengan indenter Knoop, setiap spesimen diberikan indentasi dengan beban 50 g selama 15 detik sebanyak 5 kali diposisi berbeda pada permukaan dan diambil rata-rata untuk merepresentasikan seluruh permukaannya. Spesimen kemudian dibagi menjadi tiga kelompok (masing-masing 10 spesimen), yaitu yang tanpa diaplikasikan CPP-ACP, yang diaplikasikan CPP-ACP, dan yang diaplikasikan CPP-ACP propolis. Spesimen yang diaplikasikan CPP-ACP atau CPP-ACP propolis didiamkan selama 30 menit di dalam inkubator. Spesimen kemudian direndam dalam asam laktat pH 5,5 selama 24 jam lalu diuji kekerasan akhirnya.
Hasil: Kekerasan awal didapat sebesar 74,51±1,82KHNdan setelah perendaman pada kelompok tanpa diaplikasikan CPP-ACP menjadi 40,82±0,71KHN, kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP menjadi 57,94±1,40KHN dan kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP propolis menjadi 52,01±1,23KHN. Terdapat penurunan bermakna (p<0,05) antara kekerasan sebelum dan setelah perendaman di semua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan antar kelompok dengan uji One-way ANOVA dan post hoc Tamhane.
Kesimpulan: Pengaplikasian CPP-ACP dengan kombinasi propolis pada SIK konvensional menyebabkan penurunan kekerasan permukaan lebih besar dibandingkan dengan yang hanya CPP-ACP.

Conventional glass ionomer cement (GIC) can be decreased in surface hardness at critical pH (5,5) so calcium and phosphate ions, which can be found in CPP-ACP, are needed to prevent it. Research about CPP-ACP were being developed by adding propolis to increase antimicrobial properties. However, study before stated that the addition of propolis into CPP-ACP could be decreasing ions release so probably decreasing its ability to prevent conventional GICs surface hardness reduction. But the effect of CPP-ACP if were added with propolis toward conventional GIC not yet known.
Aims: This study aims to compare the effect of CPP-ACP with and without propolis on conventional GICs surface hardness.
Methods: Thirty specimens of conventional GIC, 6mm in diameter and 3 mm in thick were prepared and saved in incubator for 24 hours. Specimens initial surface hardness were measured by Vickers Micro Hardness Tester with Knoop indenter. Each specimen was indented using 50 g weigh in 15 seconds for five times on different spot to represent all the surface hardness of the specimen and the mean value was calculated. Specimens then divided into three groups (each group contain 10 specimens), which were without CPP-ACP, applicated with CPP-ACP and applicated with CPP-ACP propolis. CPP-ACP or CPP-ACP propolis were applicated to conventional GIC and kept for 30 minutes in incubator. After that, specimens were immersed in lactic acid pH 5,5 for 24 hours and the final surface hardness were tested. The surface hardness values then were analyzed using One Way Anova and Post Hoc Tamhane test.
Result: Initial surface hardness value was 74,51±1,82KHN, and decreased after immersion. The final surface hardness value become 40,82±0, 71KHN on without CPP-ACP group, 57,94±1, 40KHN on with CPP-ACP group, and 52,01±1, 23KHN on with CPP-ACP propolis group. There were statistically significant (p<0.05) in specimens hardness reduction between before and after immersion in all groups and in hardness differences between groups after immersion.
Conclusion: Application of CPP-ACP combined with propolis on conventional GIC caused greater surface hardness reduction compared to CPP-ACP without propolis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Novrizal
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kuat tarik diametral antara semen ionomer kaca yang diaplikasikan dan tidak diaplikasikan nano filled coating agent. Dibuat 36 spesimen (diameter 6 mm x tebal 3mm) dibagi kedalam 2 kelompok perlakuan, diaplikasikan dan tanpa aplikasi coating agent, direndam dalam aquabides selama (1 jam, 1 hari, 1 minggu). Analisis statistik menggunakan t-test tidak berpasangan. Semen ionomer kaca dengan aplikasi coating agent menunjukan kekuatan yang lebih baik secara signifikan dibandingkan semen ionomer kaca tanpa aplikasi coating agent pada perendaman 1 jam dan 1 minggu. Semen ionomer kaca yang diaplikasikan nanofilled coating agent berpengaruh terhadap kuat tarik diametral.

The aim of this study is to know the differences of diametral tensile strength between glass ionomer cement applicated and not applicated with nano filled coating agent. Made 36 speciments(6.00 mm in diameter x 3.0 mm in height)is devided into 2 group,applicated and not applicated with coating agent and stored in aquabides for(1 hour, 1 day,and 1 week). Statistical analysis using unpaired t-test. Coated glass ionomer cement showed significantly higher strength than uncoated glass ionomer cement storage at 1 hour and 1 week. Coated glass ionomer cement applicated with nano filled coating agent have an effect to diametral tensile strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farahdillah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pH saliva terhadap kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca (SIK) yang dilapisi coating agent. Spesimen SIK yang telah dilapisi varnish dan nanofilled coating agent direndam dalam saliva buatan pH 4,5 5,5 dan 7 selama 24 jam pada suhu 37ºC, kemudian dilakukan pengujian kekuatan tarik diametral dengan Universal Testing Machine.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna nilai kekuatan tarik diametral SIK yang dilapisi varnish maupun nanofilled coating agent dengan menurunnya pH saliva (p<0,05).
Disimpulkan bahwa pH saliva tidak mempengaruhi kekuatan tarik diametral SIK yang dilapisi varnish maupun nanofilled coating agent.

The aim of this study was to analyze the effect of salivary pH to diametral tensile strength of Glass Ionomer Cement (GIC) coated by coating agent. GIC specimens coated by varnish and nanofilled coating agent were stored in artificial saliva pH 4,5 5,5 and 7 for 24 hours at 37ºC, then diametral tensile strength was tested by Universal Testing Machine.
Result showed that there was no significant different in diametral tensile strength of GIC coated by varnish and nanofilled coating agent with decreasing of salivary pH (p<0,05).
It can be concluded that salivary pH does not affect the diametral tensile strength of GIC coated by varnish or nanofilled coating agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Khalilawisty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh chlorhexidine gluconate 0,2% yang tidak mengandung alkohol terhadap kekasaran Semen Ionomer Kaca yang dilapisi coating agent. Spesimen Semen Ionomer Kaca Konvensional dan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin yang telah dilapisi varnish dan nanofilled coating agent direndam dalam aquades dan diletakkan pada inkubator 37 o C selama 24 jam. Spesimen dikeluarkan dari inkubator dan direndam dalam chlorhexidine gluconate 0,2% yang tidak mengandung alkohol selama 2 menit setiap hari. Spesimen direndam kembali dalam aquades dan diletakkan pada inkubator. Perendaman ini dilakukan selama dua minggu. Nilai kekarasan permukaan diuji menggunakan Surface Roughness Tester setelah perendaman dalam chlorhexidine gluconate 0,2% yang tidak mengandung alkohol pada harike-3, ke-7, dan ke-14.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna nilai kekasaran permukaan antar kelompok Semen Ionomer Kaca Konvensional maupun Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin yang dilapisi varnish dan nanofilled coating agent (p>0,05). Disimpulkan bahwa perendaman dapat mempengaruhi nilai kekasaran permukaan Semen Ionomer Kaca yang dilapisi coating agent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumendap, Indira Betari
"Semen Ionomer Kaca (SIK) Konvensional dapat mengalami diskolorasi.Untuk mengetahui pengaruh penyikatan pasta gigi terhadap tingkat diskolorasi SIK Konvensional, dilakukan penelitian terhadap 24 spesimen SIK konvensional yang disikat oleh empat jenis pasta gigi dengan lama penyikatan 1, 2 dan 4 minggu, setelah sebelumnya direndam dalam larutan kopi. Terdapat peningkatan kecerahan warna seiring lama penyikatan pada setiap kelompok. Uji antar kelompok waktu menunjukkan adanya perubahan bermakna (p<0,05) pada beberapa kelompok pasta gigi sedangkan antar jenis pasta gigi menunjukkan perubahan bermakna (p<0,05) hanya pada minggu pertama dan ketiga. Penyikatan menggunakan pasta gigi pemutih menyebabkan peningkatan kecerahan warna SIK konvensional yang sebelumnya mengalami diskolorasi karena kopi.

Discoloration can also happen to restorative material, such as Conventional Glass Ionomer Cement (Conventional GIC). To identify the effect of brushing with whitening toothpaste to discoloration level of conventional GIC, twenty-four specimens were first immersed in coffee, then brushed by four different toothpastes. There were increase of lightness at longer time of brushing in every specimens. Test between time groups showed significant changes (p<0,05) only in some toothpaste groups and also significant changes (p<0,05) between toothpaste groups only in the first and third week. Whitening toothpaste can decrease discoloration level of stained conventional GIC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Adiba Fajrin
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh chlorhexidine gluconate 0,2 yang tidak mengandung alkohol terhadap perubahan warna Semen Ionomer Kaca yang dilapisi coating agent. Spesimen Semen Ionomer Kaca Konvensional dan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin dilapisi varnish dan nanofilled coating agent masing-masing kelompok berjumlah 10 buah. Spesimen yang telah dilapisi coating agent direndam dalam aquades selama 24 jam pada inkubator bersuhu 37°C. Spesimen dikeluarkan dari inkubator dan direndam dalam chlorhexidine gluconate 0,2 yang tidak mengandung alkohol selama 2 menit setiap hari. Spesimen direndam kembali pada aquades dan diletakkan pada inkubator. Proses ini diulang selama dua minggu. Nilai perubahan warna dihitung setelah perendaman dalam chlorhexidine gluconate 0,2 yang tidak mengandung alkohol pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada setiap kelompok yang dilakukan pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14 p0,05 serta perbedaan yang bermakna p.

This study aims to analyze the effect of chlorhexidine gluconate 0,2 which does not contain alcohol to discoloration of Glass Ionomer Cement coated by coating agent. Glass Ionomer Cement and Resin Modified Glass Ionomer Cements coated by varnish and nanofilled coating agent and 10 specimens each group. Specimens coated by coating agents were incubated in aquades for 24 hours at 37°C. Specimens removed from the incubator and immersed in chlorhexidine gluconate 0,2 which does not contain alcohol once a day for two minutes. Spesimens then were immersed again in aquades and incubated. This process repeated for two weeks. Color measurements were made on day 3, 7, and 14 after the specimen immersed in chlorhexidine gluconate. The result showed that there were significant differences between day 3, 7, and 14 p0,05 on day 3 and 7, and significant differences to Resin Modified Glass Ionomer Cements coated by varnish and nanofilled coating agent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Riska
"Latar Belakang: Salah satu material remineralisasi yang banyak digunakan adalah semen ionomer kaca (SIK). Namun dentin terdemineralisasi sesudah aplikasi SIK memiliki sifat mekanis yang berbeda dan lebih rendah daripada dentin normal karena remineralisasi yang terjadi adalah remineralisasi interfibril. Material carboxymethyl chitosan (CMC) bertindak sebagai analog protein nonkolagen yang mampu menstabilisasi nanocluster amorphous calcium phosphate (ACP) dalam proses remineralisasi intrafibril. Tujuan: Mengetahui pengaruh aplikasi modifikasi SIK-CMC5% dan SIK-CMC10% pada dentin terdemineralisasi terhadap kekerasan mikro, fasa mineral dan derajat kristalinitas dentin. Metode: Material SIK dilakukan pencampuran dengan CMC pada rasio 5% dan 10% menghasilkan SIK-CMC5% dan SIK-CMC10%. Kemudian, demineralisasi pada kavitas dentin terdemineralisasi dilakukan dengan aplikasi material SIK, SIK-CMC5% dan SIK-CMC10%. Akar gigi direndam dalam cairan phosphate-buffered saline selama 14 hari. Remineralisasi dentin dievaluasi dari kekerasan mikro melalui uji Vickers dan penilaian fasa mineral dan derajat kristalinitas dentin dari uji X-Ray Diffraction (XRD). Hasil: Kekerasan mikro dentin pada kelompok SIK-CMC5% dan SIK-CMC10% meningkat dibandingkan pada kelompok SIK. Pembentukan kristal hidroksiapatit ditemukan pada sampel SIK dan SIK-CMC, dengan derajat kristalinitas tertinggi pada sampel SIK-CMC10%. Kesimpulan: Semen Ionomer Kaca modifikasi Carboxymethyl Chitosan 10% lebih efektif dalam meningkatkan nilai kekerasan mikro dan mempengaruhi pembentukan fasa mineral kristal hidroksiapatit dan derajat kristalinitas.

Background: One of the widely used remineralization materials is glass ionomer cement (GIC). However, demineralized dentine after GIC application has different and lower mechanical properties than normal dentin because the remineralization that occurs is interfibril remineralization. Carboxymethyl chitosan (CMC) acts as noncollagenous protein analog that can stabilize amorphous calcium phosphate (ACP) nanoclusters in intrafibril remineralization. Objective: To determine the effect of the application of modified GIC-CMC5% and GIC-CMC10% on the microhardness, mineral phase and degree of crystallinity of demineralized dentin. Methods: GIC material was mixed with CMC at ratio 5% and 10% to produce GIC-CMC5% and GIC-CMC10%. Remineralization of demineralized dentin cavity was carried out by applying GIC, GIC-CMC5% and GIC-CMC10% for 14 days. Remineralization was evaluated from microhardness value through Vickers test and assessment of mineral phase and degree of dentin crystallinity from X-Ray Diffraction (XRD) test. Results: Dentin microhardness in the GIC-CMC5% and GIC-CMC10% was increasing compared to the CIC group. The formation of hydroxyapatite crystals was found in the GIC and GIC-CMC samples with the highest degree of crystallinity in the GIC-CMC10% sample. Conclusion: Modified Glass Ionomer Cement with 10% Carboxymethyl Chitosan is more effective in increasing the microhardness value and affecting the formation of the hydroxyapatite crystalline mineral phase and the degree of crystallinity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Astiningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamu kunyit asam terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional. Pada penelitian ini digunakan 20 spesimen yang direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan (masing-masing n=10) selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Hasil uji statistik Two-way ANOVA menunjukkan antara jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna (p>0,05), namun terdapat perbedaan bermakna pada lama waktu perendaman dalam kedua kelompok (p<0,05). Semakin lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional.

The aim of this study was to know the effect of turmeric tamarind solution on surface roughness of conventional glass ionomer cement. This study used 20 specimens were immersed in a turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging (each n=10) for 1, 3, 5, and 7 days. Results analyzed by Two-way ANOVA showed between turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging had no significant difference (p>0,05), but a significant difference on immersion duration in two groups (p<0,05). The longer of immersion duration in a trumeric tamarind solution affect to increase surface roughness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>