Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa Farina Ilato
"Objektif: infertilitas didefinisikan sebagai kelainan reproduksi yang terjadi secara klinis sebagai gagalnya memperoleh kehamilan dalam 12 bulan setelah hubungan seksual rutin. Teknologi reproduksi berbantu merupakan bentuk teknologi yang membantu peningkatan kesuksesan kehamilan dalam kasus infertilitas. Salah satu factor penting dalam Teknik ini adalah viabilitas oosit. Salah satu yang mempengaruhi viabilitas oosit adalah nutrisi maternal. Nutrisi maternal dalam bentuk suplementasi kedelai diduga dapat mempengaruhi viabilitas oosit. Oleh karena itu, efeknya perlu diteliti lebih lanjut.
Metode: mencit betina strain Swiss berusia 6 minggu dibagi dalam dua grup, grup dengan pemberian pakan kedelai sebanyak 120 g/kgBB dan grup tanpa pemberian pakan kedelai. Kedua grup kemudian diterminasi pada minggu ke 8 untuk koleksi oosit. Oosit diwarnai menggunakan MitoTracker untuk menilai potensial membrane mitokondria dan TUNEL untuk menilai tingkat apoptosis. Pendaran cahaya dinilai menggunakan mikroskop konfokal kemudian dianalisis menggunakan piranti lunak ImageJ. Oosit dari dua grup juga difertilisasi menggunakan metode ICSI dan diamati perkembangannya selama 5 hari
Hasil: Diperoleh 10 oosit dari kelompok dengan kedelai dan 7 oosit dari kelompok tanpa kedelai. Rerata intensitas warna pada kelompok dengan kedelai lebih rendah (0,89 + 0.15) dibandingkan dengan kelompok tanpa kedelai (2,57 + 0,6). Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan statistic ecara signifikan di antara kedua grup (p<0,05). 16 oosit dari kelompok kedelai dan 7 oosit dari kelompok tanpa kedelai dianalisis menggunakan MitoTracker dan diperoleh bahwa intensitas cahaya dari kelompok kedelai lebih tinggi, namun uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan rerata yang signifikan.
Kesimpulan: suplementasi kedelai dapat meningkatkan viabilitas oosit secara signifikan dengan menurunkan tingkat apoptosis yang ditandai dengan adanya penurunan fragmentasi DNA. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada viabilitas membrane kedua kelompok.

Objective: Infertility is defined as a reproductive disorder that occurs clinically as a failure to get a pregnancy in at least 12 months of sexual intercourse. Assisted Reproductive Technology is a form of technology that helps reproductive success in infertility cases. One of the important factors in this technique is oocyte viability. One factor that influences oocyte viability is maternal nutrition. Maternal nutrition in form of soybean supplementation is thought to have benefits in oocyte viability. Therefore, the effect needs to be further investigated.
Method: Female mice from Swiss strain aged 6 weeks were divided into two groups, groups with soybean feed with of 120 g / kgBW and groups without being fed soybeans. Both groups were terminated at 8 weeks of age for oocyte collection. The oocyte is stained with MitoTracker for assessing the mitochondrial membrane potential and TUNEL for assessing the apoptotic level. The luminescence was assessed using a confocal microscope. The luminescence was then analyzed using ImageJ software. Oocytes from the 2 groups are also fertilized using ICSI and observed for 5 days for the morphological development of the embryo.
Results: 10 oocytes were gathered for groups with soy treatment and 7 for groups without soy treatment. The average color intensity of the group with soybean treatment was lower (0,89 + 0.15) compared to the group without soybean treatment (2,57 + 0,6). The Mann-Whitney statistical test showed a significant difference in the mean of the two groups (p<0,05). 16 oocytes from the soybean group and 7 from the pellet-only group was analyzed using MitoTracker and the average intensity for the soybean group is higher, but the difference is not statistically significant after analysis using independent paired t-test (p>0,05).
Conclusion: Soybean supplementation can significantly increase the oocyte viability by reducing apoptosis levels in mice oocytes which is marked by a decrease in DNA fragmentation. No significant difference is observed between the 2 groups regarding mitochondrial membrane viability."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Adi Pratama
"Latar Belakang: Infertilitas adalah suatu kondisi di mana pasangan gagal menghasilkan keturunan setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual, tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas wanita yang disebabkan oleh berbagai faktor merupakan masalah yang dapat meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu penanganan infertilitas adalah teknologi reproduksi berbantuan seperti IVF dan ICSI yang keberhasilannya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama viabilitas oosit. Viabilitas oosit sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti zat gizi yang mengandung seperti asam lemak tertentu dan isoflavon. Kedelai (Glycine max) diketahui mengandung berbagai zat yang dapat mempengaruhi viabilitas oosit, namun belum ada penelitian mengenai pengaruh konsumsi kedelai.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedelai terhadap viabilitas oosit yang diukur dengan potensial membran mitokondria.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan hewan coba. Mencit betina galur Swiss (Mus musculus) umur 6 minggu dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok harus menghasilkan 16 oosit yang diberi pakan kedelai 120 g/KgBB dan yang tidak. Mencit diberi perlakuan sampai umur 8 minggu. Pada umur 8 minggu, mencit diterminasi untuk diambil oositnya. Oosit kemudian diperlakukan dengan protokol MitoTracker (ThermoFisher) dan dilihat menggunakan mikroskop confocal untuk melihat intensitas warna, yang kemudian dianalisis dengan perangkat lunak ImageJ.
Hasil: Rata-rata intensitas warna pada kelompok yang diberi kedelai lebih tinggi (27154.63) dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi (19036.42). Namun, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik jika diuji menggunakan uji-t independen dengan p > 0,05).
Kesimpulan: Rata-rata intensitas warna kelompok dengan kedelai lebih tinggi tetapi perbedaannya tidak nyata. Kurangnya signifikansi statistik bisa menjadi hasil dari ukuran sampel yang kecil.

Background: Infertility is a condition in which a couple fails to produce offspring after 12 months of sexual intercourse, without contraception. Female infertility caused by various factors is a problem that will increase in the next few years. One of the treatments for infertility is assisted reproductive technology such as IVF and ICSI whose success is influenced by many factors, especially oocyte viability. Oocyte viability itself is influenced by various factors such as nutrients that contain certain fatty acids and isoflavones. Soybean (Glycine max) is known to contain various substances that can affect oocyte viability, but there has been no research on the effect of soybean consumption.
Objective : This study aimed to determine the effect of soybean on oocyte viability as measured by mitochondrial membrane potential.
Methods : This research is an experimental study with experimental animals. Female Swiss strain mice (Mus musculus) aged 6 weeks were divided into several groups, where each group had to produce 16 oocytes that were fed 120 g/KgBW soybean and those that were not. Mice were treated until the age of 8 weeks. At the age of 8 weeks, the mice were terminated to collect the oocytes. The oocytes were then treated with the MitoTracker protocol (ThermoFisher) and viewed using a confocal microscope for color intensity, which was then analyzed with ImageJ software.
Results: The average color intensity in the group that was given soybeans was higher (27154.63) than the group that was not given (19036.42). However, this difference was not statistically significant when tested using an independent t-test with p > 0.05).
Conclusion: The average color intensity of the group with soybeans was higher but the difference was not significant. The lack of statistical significance could be a result of the small sample size.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amandanu Bramantya
"Latar Belakang: Nutrisi ibu diketahui memiliki peran dalam meningkatkan kualitas oosit yang dapat meningkatkan keberhasilan program IVF/ICSI. Kedelai (Glycine maxx (L.)Merr.) merupakan salah satu sumber nutrisi dan gizi potensial karena mengandung asam linoleat dan genistein yang dapat berperan dalam meningkatkan kualitas oosit dan perkembangan embrio.
Tujuan: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk melihat efek pemberian pakan kedelai terhadap kualitas perkembangan embrio pasca fertilisasi menggunakan IVF/ICSI.
Metode: Penelitian ini menggunakan hewan uji coba berupa mencit betina galur DDY usia 6-8 minggu yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok diberi kedelai di samping pakan standar (K) dan kelompok kontrol yang hanya diberi pakan standar (NK), serta mencit jantan galur DDY usia 12-15 minggu. Oosit dikoleksi dan kemudian difertilisasi menggunakan metode IVF/ICSI. Embrio yang dihasilkan diamati dengan mikroskop terbalik pada hari 1-3 pasca fertilisasi.
Hasil Penelitian: Pada kelompok dengan perlakuan pakan kedelai terdapat peningkatan jumlah dan kualitas oosit sehingga terjadi peningkatan jumlah perkembangan embrio dengan kualitas baik. Pada hari pertama pasca fertilisasi didapat NK= 63,75% baik, 36,25% buruk; K= 61,08% baik, 39,92% buruk . Pada hari ketiga pasca IVF/ICSI ditemukan NK = 26,25% baik, 73,75% buruk; K= 22,17% baik, 77,83% buruk. Namun, Uji Chi Square NK vs K hari pertama (p = 0,678; OR =1,120), dan ketiga (p = 0,465; OR 1,250).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kedelai dapat meningkatkan jumlah embrio dengan kualitas perkembangan yang baik, namun tidak meningkatkan atau menurunkan proporsi jumlah embrio baik maupun buruk pada prosedur IVF/ICSI.

Background: Nutrition is thought to play a role to increase oocyte quality and increases the success of IVF/ICSI. One particular food, Soybean (Glycine maxx (L.)Merr) is a known source of high nutrition and potential benefit because it contains linoleic acid and genistein that it is thought to increase the quality of oocyte and therefore improves embryo development quality.
Aim: This research is an experimental study to observe the effect of soybean feed on the development quality of mice embryo post fertilization using IVF/ICSI.
Method: This research uses female DDY strain mice age 6-8 weeks which are divided into two groups, soybean fed alongside standard pellet (K) and control with only standard pellet fed (NK), and male DDY strain mice age 12-15 weeks, as animal models. The female mice are also given hormonal stimulus to induce superovulation. The oocytes are then fertilized using IVF/ICSI method and the embryo are then observed on day 1-3 post fertilization. 
Result: Result of this study shows an increase in the number and quality of oocyte in the soybean fed (K) group.  On day-1 embryo observation, NK= 63,75% good, 36,25% bad; K= 61,08% good, 39,92% bad . On day-3, NK = 26,25% good, 73,75% bad; K= 22,17% good, 77,83% bad. However, the study also shows that there is no significant difference in the percentage or proportion of good versus bad embryos in both groups on day-1 (p = 0,678; OR =1,120),  and day-3 (p = 0,465; OR 1,250).
Conclusion: This study concludes that soybean can increase the number of embryos with good development quality but does not increase nor decrease the proportion of good versus bad embryo in an IVF/ICSI procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyanufara
"ABSTRAK
Panas testis yang melebihi suhu skrotum akan menyebabkan perubahan pada testis. Sebagaimana diketahui banwa apapun bentuk panas, apabila dikenai pada testis akan bersifat merusak jaringan testis dan perkembangan sel-sel spermatogenik yang ada di dalam tubulus testis.
Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pemanasan testis secara berulang terhadap viabilitas dan morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus L.) strain CBR.
Dari 50 ekor mencit yang berumur 3-4 bulan dan mempunyai berat badan sekitar 20-25 gram, dibagi menjadi lima kelompok. Kelima kelompok mencit tersebut adalah, kelompok kontrol tanpa periakuan (K1), kelompok kontrol yang dibius selama 10 menit (K2), kelompok pemanasan testis 390C (P1), kelompok pemanasan testis 40°C (P2) dan kelompok pemanasan testis 410C (P3). Lamanya pemanasan untuk setiap kelompok diberikan selama 10 menit. Perlakuan diulang sebanyak empat kali dengan selang waktu sembilan hari atau satu siklus epitel seminiferus. Kemudian mencit dimatikan dengan eter dan dibedah untuk diambil sperma yang tersimpan di dalam vas deferens. Selanjutnya spermatozoa yang dikeluarkan dari vas deferens dihitung jumlah prosentase viabilitas dan morfologi spermatozoa yang abnormal.
Dari uji statistik diperoleh hasil bahwa pemanasan testis pada suhu 39 C, 40 C, dan 41°C berpengaruh terhadap viabilitas dan morfologi spermatozoa. Sedangkan berat testis terpengaruh pada pemanasan 41°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evennia
"Kacang kedelai merupakan sumber isoflavon terbanyak dan salah satu produk olahannya ialah susu kacang kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian susu kacang kedelai terhadap kadar glukosa darah mencit putih jantan galur ddY yang dibebani glukosa. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 25 ekor mencit putih jantan galur ddY yang terbagi dalam 5 kelompok, yaitu kontrol normal (CMC 0,5% 0,5 ml/20 g BB), kontrol pembanding (Metformin HCl 13 mg/20 g BB), dan 3 variasi dosis uji (0,325 g kedelai/20 g BB; 0,65 g kedelai/20 g BB; 1,3 g kedelai/20 g BB) yang diberikan dalam bentuk susu kacang kedelai. Mencit terlebih dahulu diukur kadar glukosa darah puasa, kemudian diberikan larutan uji. Tiga puluh menit setelah perlakuan, kadar glukosa darah diukur kembali, kemudian diberikan glukosa 2 g/kg BB per oral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pembebanan glukosa. Kadar glukosa darah diukur dengan menggunakan glukometer ACCU-CHEK® Active. Pemberian susu kacang kedelai dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit putih jantan galur ddY yang dibebani glukosa pada semua dosis (0,325; 0,65; 1,3 g kacang kedelai/20 g BB mencit), namun penurunan kadar glukosa darah yang terbaik terlihat pada dosis 1 (0,325 g kacang kedelai/20 g BB mencit).

Soybean is most abundant source of isoflavones and one of soy products is soybean milk. This study was made to investigate the effect of soybean milk administration towards blood glucose level in glucose loaded male ddY mice. A completely randomized design was conducted using 25 male ddY mice that were divided into 5 groups; normal control (CMC 0,5% 0,5 ml/20 g b.w.), drug control (Metformin HCl 13 mg/20 g b.w.), and 3 different treatment doses (0,325 g soybean/20 g b.w.; 0,65 g soybean/20 g b.w.; 1,3 g soybean/20 g b.w.) which were given in soybean milk. Fasting blood glucose was measured and mice were treated based on their groups. Thirty minutes after treatment, blood glucose level was measured again and then mice were loaded glucose 2 g/kg b.w. orally. Blood glucose level was measured at 30, 60, 90, and 120 minutes postload glucose. Blood glucose level was measured by using ACCU-CHEK® Active meter. Administration of soybean milk lowered blood glucose level in glucose loaded male ddY mice treated with 0,325; 0,65; 1,3 g soybean/20 g b.w., but treatment with 0,325 g soybean/20 g b.w. showed the best reduction of blood glucose level."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42758
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Linggar Asfaningdyah
"ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh pemberian jus lidah buaya (Aloe vera Linn.) terhadap motilitas, viabilitas, jumlah spermatozoa dan keabnormalitasan spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss telah dilakukan di Laboratorium Reproduksi Jurusan Biologi FMIPA-UI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus Aloe vera secara oral terhadap motilitas, viabilitas, jumlah spermatozoa serta jumlah spermatozoa abnormal. Pencekokan dilakukan selama 36 hari berturut-turut. Mencit jantan berumur 2-3 bulan sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok eksperimen. Dosis pengenceran yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah berturut-turut: (jus murni: akuabides) 1:0; 1:1; 1:2 dan 1: 3. Sampel spermatozoa diambil dari kauda epididimis sampai vas deferens, kemudian dilakukan uji motilitas, viabilitas, jumlah dan keabnormalitasan. Uji statistik Kruskal Wallis diteruskan dengan uji perbandingan berganda secara bermakna pada a 0,05 menunjukkan bahwa pemberian jus Aloe vera menurunkan motilitas dan meningkatkan jumlah spermatozoa abnormal terutama cytoplasmic droplet, sedangkan viabilitas dan jumlah spermatozoa tidak berbeda diantara keempat perlakuan tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Chair
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih terhadap spermatogenesis mencit jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit terbagi kedalam 4 kelompok, yakni kelompok kontrol KK yang diberikan akuades, kelompok perlakuan KP1, KP2, dan KP3 yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB. Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat basah testis, pengamatan dengan angka penilaian Johnsen, dan pengukuran diameter tubulus seminiferus. Data rerata berat testis pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah 0,307 0,030 g, 0,268 0,014 g, 0,223 0,016 g, dan 0,239 0,020 g. Data rerata diameter tubulus seminiferus KK 205,17 3,79 ?m, KP1 200,97 4,82 ?m, KP2 203,78 3,96 ?m, dan KP3 189,79 3,82 ?m. Data rerata angka penilaian metode Johnsen pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut adalah 9,71 0,12 , 9,63 0,08 , 9,38 0,10 , dan 9,34 0,11 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih Artocarpus camansi Blanco berpengaruh terhadap spermatogenesis mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB.

The research has been done to determine the effect of Kluwih leaf rsquo s infusion intake on spermatogenesis of male mice DDY strain. 24 males mice have divided into 4 experimental group control group which only given aquades and treament group which given infusion with doses 2,5 5 10 g kg bw. Test material administated for 36 consecutive days. Then measured the weight of testis, observations with numerical of Johnsen scores, and the diameter of the tubules seminiferous. Mean of testes weigth KK 0,307 0,030 g, KP1 0,268 0,014 g, KP2 0,223 0,016 g, and KP3 0,239 0,020 g. Mean of diameter of tubules seminferous KK 205,17 3,79 m, KP1 200,97 4,82 m, KP2 203,78 3,96 m, and KP3 189,79 3,82 m. Mean of numerical of Johnsen score KK 9,71 0,12 , KP1 9,63 0,08 , KP2 9,38 0,10 , and KP3 9,34 0,11 . Based on LSD test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Satya Gananda
"ABSTRAK
Pendahuluan: Kanker serviks memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi wanita usia reproduktif, dengan mortalitas dan tingkat keberhasilan terapi yang bervariasi. Salah satu bahan alami yang berpotensi dikembangkan sebagai antitumor adalah ekstrak etanol kedelai hitam EEKH. Metode: Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif dengan kromatografi lapis tipis KLT dan uji fitokimia, serta uji kuantitatif berupa MTT assay menggunakan delapan variasi konsentrasi EEKH terhadap sel HeLa. Hasil: Hasil yang didapatkan pada KLT dan uji fitokimia adalah EEKH mengandung 6 seyawa metabolit sekunder, yaitu tanin, saponin, triterpenoid, alkaloid, glikosida, dan flavanoid. MTT assay menunjukkan bahwa EEKH memiliki nilai IC50 102,76 g/mL dengan korelasi yang bermakna p 0,05. Sedangkan, kelompok kontrol positif menggunakan cisplatin memiliki nilai IC50 78,80 g/mL. Selain itu, perbedaan yang bermakna antar varian konsentrasi juga ditemukan pada beberapa konsentrasi kelompok perlakuan EEKH dan kelompok kontrol positif. Kesimpulan: Dengan demikian, EEKH memiliki aktivitas sitotoksik sedang terhadap sel kanker serviks HeLa.

ABSTRACT
Introduction Cervical cancer has high prevalence among reproductive women, followed by high mortality rate and wide ranged therapy success rate. To answer the problems, black soybean ethanol extract BSEE is a potential anticancer agent. Method This study consists of qualitatif tests, which were thin layer chromatography TLC and fitochemistry test, also a quantitative study, which was, MTT assay with eight different BSEE concentrations on HeLa cells. Result TLC and fitochemistry tests showed that BSEE has 6 secondary metabolites, which are tanins, saponins, triterpenoids, alkaloids, glycosides, and flavanoids. MTT assay shows that IC50 value of BSEE is 102,76 g mL with significant relationship p le 0,05 . Whilst, IC50 of positive control group using cisplatin shows the value of 78,80 g mL. Also, significant differences are observed in some variants of concentration in the extract and positive control groups. Conclusion To sum up, BSEE is moderately cytotoxic on HeLa cells. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JMIPA3-4(1-2)1998/1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Haifa
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas tahapan embrio morula atau blastokista awal mencit Mus musculus L. galur DDY setelah diberi perlakuan Laser assisted hatching dengan penipisan keliling zona pelusida. Embrio uji yang digunakan yaitu morula dan blastokista awal dari mencit Mus musculus L. betina dewasa galur DDY hasil superovulasi yang dikawinkan dengan mencit jantan dewasa. Sebanyak 280 embrio dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yaitu KK 1, KK 2, KP 1, dan KP 2. Perlakuan KK 1 merupakan kelompok kontrol yaitu embrio tahapan morula tanpa laser dan KK 2 merupakan embrio tahapan blastokista awal tanpa laser. Kelompok KP 1 merupakan kelompok embrio morula yang diberi perlakuan laser dan KP 2 merupakan kelompok embrio blastokista awal yang diberi perlakuan laser. Berdasarkan hasil penelitian, persentase viabilitas, hatched, dan degenerasi secara berturut-turut pada KK 1 11,43; 7,14; 88,57 , KK 2 48,57; 12,86; 51,43 , KP 1 37,14; 12,86; 62,86 , dan KP 2 75,71; 21,43; 24,29 . Berdasarkan hasil uji Independent T-Test kelompok tersebut berbeda nyata antar embrio tahapan morula dan blatokista awal pada perlakuan yang sama. Laser assisted hatching dengan penipisan 1/2 keliling zona pelusida pada tahapan blastokista awal embrio mencit Mus musculus L. galur DDY lebih efektif dibandingkan pada tahap morula.

ABSTRACT
The research aimed to find out that Laser Assisted Hatching LAH of half zona pellucida thinning could affect the development of morula and early blastocyst stage of mice Mus musculus L. strain DDY embryo culture. Tested embryos were from female mice Mus musculus L. that were superovulated , then the mice were immediately paired with an individual male. A total of 280 embryos were divided into four groups, namely KK 1,KK 2, KP 1, and KP 2. KK 1 was a control group that is embryonic stages of morula without LAH and KK 2 was the embryonic stage of early blastocyst without LAH. KP 1 was a group of lasertreated morula embryos and KP 2 was a group of laser treated early blastocyst embryos. Based on the result, the percentage of viability, hatched, and degeneration respectively on KK 1 11,43 7,14 88,57 , KK 2 48,57 12,86 51,43 , KP 1 37,14 12,86 62,86 , and KP 2 75,71 21,43 24,29 . Based on the result of Independent T Test, the KP 1 and KP 2 group is significantly different and show us that LAH of half zona pellucida thinning at the early blastocyst stage of mice embryo is more effective than at morula stage. "
2017
S67376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>