Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mujirin
"Telah diturunkan formulasi propagator spin-5/2 murni menggunakan formalisme tensor spinor dan teori orde dua yang diusulkan oleh Acosta dkk. Dengan formulasi ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul pada penggunaan propagator Rarita-Schwinger, seperti hadirnya kontribusi partikel latar berspin lebih rendah, pelanggaran unitaritas Compton, pelanggaran simetri Lorentz serta pelanggaran kausalitas Einstein pada penjalaran partikel propagator di lingkungan medan elektromagnetik. Ruang pembawa partikel berspin-5/2 direpresentasikan dengan keadaan Weinberg-Joos (5/2,0)\oplus(0,5/2) dari grup SO(1,3) yang terbenam pada ruang representasi yang merupakan hasil produk antara ruang tensor antisimetrik; tensor antisimetrik dan spinor Dirac. Sektor spin-5/2 murni didapatkan dengan operator proyeksi yang dibentuk dari operator Casimir dalam suku-suku generator grup Lorentz. Propagator didapatkan dari invers persamaan gerak yang didalamnya termuat operator proyeksi tersebut. Kami menggunakan perangkat lunak FeynCalc untuk membantu kontraksi index dan penyederhanaan perhitungan.

We have derived the formulation of pure spin-5/2 propagator by using the tensor spinor formalism and second-order theory formalism proposed by Acosta et. al. This prescription provides as one of the alternatives to avoid the background problem in the Rarita-Schwinger formulation, such as the emergent of the lower spin background, the violation of Compton unitarity, the violation of Lorentz local symmetry, as well as the violation of Einstein causality in the electromagnetic field. The carrier space of the spin-5/2 particle is represented by the Weinberg-Joose state (5/2,0)\oplus(0,5/2) of SO(1,3) that is embedded into a reducible space constructed by using the tensor product of antisymmetric tensor; the antisymmetric tensor and the Dirac spinor. The pure spin-5/2 sector is extracted by the projection operator in the basis constructed by the Casimir operator in terms of Lorentz-group generator. The propagator is obtained by calculating the inverse of the equation of motion in term of the projection operator. We used Feyncalc to simplify the calculation."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
T55286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clymton, Samson
"Kanal sigma pada fotoproduksi kaon pada proton memberikan informasi mengenai resonans Delta yang tidak bisa didapat pada kanal lambda. Amplitudo hamburan reaksi tersebut dibentuk dengan menggunakan model interaksi yang konsisten untuk partikel dengan spin hingga 9/2. Resonans hiperon hingga spin-3/2 ditambahkan ke dalam perhitungan amplitudo hamburan. Parameter bebas pada amplitudo hamburan dihasilkan dengan fitting terhadap data eksperimen. Model yang dihasilkan dibandingkan dengan data eksperimen dan model-model sebelumnya dalam bentuk grafik observabel tertentu. Hasil menunjukkan bahwa model ini cukup baik dalam mereproduksi data eksperimen. Selain itu, properti-properti resonans dihitung sebagai tambahan hasil untuk mengembangkan analisis mengenai model ini.

Sigma channel in kaon photoproduction off proton give information about delta resonances which cannot be obtained in lambda channel. Scattering amplitude for those are built using consistent interaction prescription for spin up to 9 2 particles. Hyperon resonances with spin up to 3 2 are included in scattering amplitude calculation. Free parameter on the amplitude are generated from fitting to experimental data. The model is compared to experimental data and the other past model in the form of some observable graph. The result show that the model reproduce the experimental data fair enough. Moreover, resonance properties are calculated as subsidiary results to improve the analysis of model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Hana Luthfiyah
"Fotoproduksi kaon yang melibatkan resonans spin tinggi, yaitu resonans nukleon dengan spin-11/2 dan 13/2 untuk kanal KΛ dan resonans delta dengan spin-11/2 hingga 15/2 untuk kanal KΣ, diselidiki dengan menggunakan model isobar yang kovarian. Model yang dikembangkan untuk reaksi KΛ dapat menjelaskan kedua kanal isospin pada reaksi tersebut, yakni K+Λ dan KºΛ, secara simultan dengan mempertimbangkan data terbaru dari kolaborasi CLAS. Model ini juga memperhitungkan secara simultan keempat reaksi KΣ yakni reaksi pada kanal K+Σº, KºΣ+, K+Σ- serta KºSº dengan mempertimbangkan data-data baru diantaranya dari kolaborasi MAINZ 2018. Pengembangan model untuk kanal reaksi-reaksi ini dilakukan dengan membangun formalisme amplitudo hamburan yang melibatkan spin tinggi, kemudian akan disesuaikan dengan reaksi yang ditinjau. Formalisme amplitudo hamburan yang digunakan untuk mempelajari reaksi ini diperoleh dengan cara merumuskan operator proyeksi melalui perumusan umum operator proyeksi untuk spin tinggi yang menghasilkan propagator Feynman serta faktor verteks yang diadaptasi dari Lagrangian interaksi konsisten yang dikemukakan oleh Pascalutsa. Amplitudo hamburan tersebut selanjutnya didekomposisi menjadi enam amplitudo yang invarian Lorentz dan invarian tera. Keenam amplitudo tersebut dapat dipakai untuk menghitung penampang lintang serta observabel polarisasi yang dapat dibandingkan dengan eksperimen. Parameter-parameter yang belum diketahui pada amplitudo hamburan didapatkan melalui proses fitting terhadap data eksperimen. Hasil perhitungan model yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan data eksperimen serta model terdahulu.

We have studied kaon photoproduction by including high-spin nucleon resonances with spins 11/2 and 13/2 for the KL reaction and high-spin delta resonances with spins 11/2 to 15/2 for the KΣ one. The constructed model for the KΛ reaction is able to describe both isospin channels K+Λ and KºΛ, simultaneously, by considering recent data from the CLAS collaboration. Whereas for the KΣchannel, the model is able to calculate the four isospin channels K+Σº, KºΣ+, K+Σ- and KºΣº simultaneously by considering data from the MAINZ collaboration. The model is first constructed by establishing a formalism for high-spin interactions that will be used for calculations of the each two main channels. The formalism for the scattering amplitude is constructed from the projection operators by means of the generalized formalism of higher spins projection operators, which we have utilized to acquire the Feynman propagators. Furthermore, we also considered the vertex factors of the consistent interaction Lagrangian proposed by Pascalutsa. The calculated scattering amplitudes are decomposed into six Lorentz and gauge invariant amplitudes, from which we can calculate the cross section and polarization observables. The unknown parameters in the scattering amplitudes were obtained by fitting the model to experimental data. The model calculations are compared with the experimental data as well as with the results of previous models."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komaruddin
"Kita membandingkan dua bentuk propagator yang berbeda yaitu bentuk propagator yang disederhanakan dan bentuk propagator yang lengkap dari resonans nukleon spin-3/2 dan spin-5/2 dengan menggunakan model isobar dan pendekatan Lagranggian efektif pada fotoproduksi eta-meson pada proton γ + N -> η + N. Kita menghitung amplitude transisi dengan memasukkan suku Born, suku vektor-meson, dan resonans nukleon ( N1(1520)D13, N2(1535)S11, N3(1650)S11, N4(1675)D15, N5(1680)F15, N6(1700)D13, N7(1710)P11, dan N8(1720)P13 ). Parameter konstanta kopling diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dari formula yang telah ditetapkan dengan data input berdasarkan data partikel.

We compare two different propagator forms that are simple and complete propagators of spin-3/2 and spin-5/2 nucleon resonances by using isobar models and effective Lagrangian approach for eta-meson photoproduction on the proton γ + N -> η + N. We calculate the transition amplitudes by including Born term, vector-meson term, and nucleon resonances ( N1(1520)D13, N2(1535)S11, N3(1650)S11, N4(1675)D15, N5(1680)F15, N6(1700)D13, N7(1710)P11, and N8(1720)P13 ). The coupling constant parameters are obtained based on the calculation results based on the particle data group."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Safitri
"Telah dilakukan parameterisasi interaksi Kaon Nukleon dalam bentuk separable melalui fitting data pergeseran fase hamburan Kaon Nukleon dari analisis SAID?s untuk gelombang parsial S, P dan D, dan untuk isospin 0 dan 1. Interaksi dia- sumsikan mengambil bentuk separable rank-1 dan rank-2 dengan variasi dalam faktor bentuk. Didapatkan bahwa rank-2 dapat memfit data dengan cukup baik sampai momentum 1440 MeV/c, sementara itu tidak bagi rank-1, terutama dalam beberapa gelombang parsial. Juga ditemukan bahwa rank-1 dengan faktor bentuk yang lebih rumit dapat menggambarkan data yang lebih baik dari rank-1 yang lebih sederhana dengan pangkat yang sama.

Parametrization of Kaon Nucleon Interaction in the separable form has been done through fitting to the phase shift data of kaon-nucleon scattering from SAID?s analysis for partial wave S, P and D, and isospin 0 and 1. The interaction is assumed to take the separable form of rank-1 and rank-2 with variation in the form factors. It is found that the rank-2 can fit the data quite well for the momentum up to 1440 MeV/c, while not for the rank-1, especially in some partial waves. It is also found that the rank-1 with more complicated form factor can describe the data better than the simple one with the same rank."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29061
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jutri Taruna
"Data total penampang lintang terbaru SAPHIR p(γ, K +)A menunjukkan struktur resonan pada energi total pusat massa sekitar 1900 MeV. Kami menyelidiki keadaan ini dengan menggunakan model isobarik, dan mencoba membandingkan 3 jenis formalisme propagator spin 3/2, yaitu formalisme propagator Adelseck, Behrends-Pronsdal dan Pascalutsa. Kami menemukan bahwa struktur ini dapat dijelaskan dengan memasukkan resonan baru D13 pada 1895 MeV. Selain itu ternyata formalisme propagator spin 3/2 Pascalutsa memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan formalisme yang lain.

New SAPHIR p(γ, K+)A total cross section data show a resonance structure at a total c.m. energy around 1900 MeV. We investigate this feature with an isobar model, and try to compare 3 models of spin 3/2 propagator of Adelseck, Behrends-Fronsdal, and Pascalutsa. We find that the structure can be well explained by including a new D13 resonance at 1895 MeV. We also find that the spin 3/2 propagator of Pascalutsa shows the best result.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T9319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geoffry Gifari
"Foto- dan elektro-produksi Kaon merupakan salah satu eksperimen yang dapat menelaah komposisi dari nucleon, mengeksitasi derajat kebebasan strangeness yang sampai saat ini masih merupakan ladang luas untuk penelitian. Usaha-usaha untuk memodelkan proses foto- dan elektro-produksi kaon melibatkan level energi dari spin tinggi (keadaan tereksitasi, atau disebut resonans) secara akurat terhambat oleh adanya pengaruh dari komponen tidak fisis selama perhitungan (dikenal sebagai lower spin background problem). Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan amplitude fotoproduksi Kaon menggunakan propagator spin-3/2 dan 5/2 murni. Propagator spin-5/2 murni dikonstruksi dari bawah menggunakan metode operator proyeksi. Amplitudo hamburan efektif yang menggambarkan interaksi skala hadron akan disusun menggunakan propagator tersebut, beserta suku-suku interaksi nucleon-foton dan nucleon-hadron yang sesuai.

Kaon photo- and electro-production are a some of the experiments capable of dissecting the composition of the nucleon, exciting strangeness degree of freedom which still to this day is a ripe field for exploration. Efforts to model kaon photo- and electro-production process accurately involves high-energy and high-spin nucleon excited states (nucleon resonance), which has been slowed down by the influence of unphysical components of the theory (known in literature as the ”lower spin background problem”). In this research, Kaon photoproduction scattering amplitude is calculated with pure spin-3/2 and spin-5/2 propagators, constructed from bottom up with the method of projection operators. Effective hadronic amplitude will be assembled with the propagators along with suitable photonic and hadronic interaction terms, with the end result being an amplitude expansion in terms of gauge-invariant matrices."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Saputro
"Telah dipelajari dan dikembangkan sebuah model sederhana untuk menjelaskan reaksi fotoproduksi pion pada nukleon yaitu model isobar dengan menggunakan formalisme amplitudo transisi diagram Feynman pada kerangka pusat massa. Reaksi fotoproduksi yang ditinjau yaitu γ + ρ ➙ π0 + ρ. Amplitudo transisi dihitung untuk setiap kanal mulai dari suku Born hingga suku resonan untuk mencari nilai penampang lintang total lalu membandingkannya dengan data eksperimen di sekitar daerah resonan Delta (1232) atau P33 dengan menggunakan model isobar. Penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan empat parameter dari suku resonan tanpa menggunakan kanal􀀀t.

Has been studied and developed a simple model to explain the reaction of pion photoproduction on the nucleon using isobaric model and formalism of Feynman diagrams transition amplitudes in the center of mass framework. Reaction were reviewed photoproduction γ + ρ ➙ π0 + ρ. Transition amplitudes were calculated for every channel from Born term until resonance term to find the value of total cross section and then compared with experimental data in the region of Delta (1232) or P33 resonance using isobaric model. This research shows that the result had a better agreement using four parameter from resonance term without using t-channel."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ani Apriyani
"ABSTRAK
Telah dipelajari fotoproduksi pion netral pada proton dengan model Lagrangian effektif dan memperhitungkan faktor bentuk hadronik monopol, dipol, dan gaussian, pada setiap vertex resonan. Amplitudo transisi dihitung untuk setiap kanal mulai dari suku Born, suku vektor messon, dan suku resonan untuk mencari nilai penampang lintang total pada setiap kanalnya. Selanjutnya untuk melihat adanya pengaruh dari faktor bentuk dilakukan dengan cara membandingkannya dengan data eksperimen dengan perhitungan teoritis. Perhitungan faktor bentuk hanya akan diperhitungkan pada suku resonan. Penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan hasil yang lebih baik dengan memperhitungkan faktor bentuk dalam perhitungan total penampang lintang.

ABSTRACT
There has been investigated about neutral pion photoproduction on protons using effective Lagrangian approach by consider the hadronic form factors monopole, dipole, and gaussian, in each of vertex nucleon resonances. Transition amplitudes are calculated for each channel starting from Born term, vector messon, and resonances term to find the total cross sectional value in each channel. Furthermore, to see the influence of form factors is done by comparing experimental data with theoretical calculation. The calculation will only be taken into nucleon resonances term. This study shows that better results are obtained by counting the form factor in total cross sectional calculations."
2017
T49185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wowo Diergo Suciawo
"Dalam fotoproduksi kaon, banyak data eksperimen yang telah didapatkan namun masih sedikit teori yang dapat menjelaskan hasil tersebut dengan baik. Dengan meneliti peran resonans hyperon dalam fotoproduksi kaon, diharapkan dapat memahami reaksi ini dengan lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode Lagrangian efektif dengan interaksi yang lebih konsisten untuk mencari nilai amplitudo hamburan, kemudian parameter yang tidak diketahui dalam amplitudo hamburan dicocokkan dengan data eksperimen dengan meminimalisasikan nilai χ2/N. Data eksperimen yang digunakan ialah penampang lintang dan observabel polarisasi. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai yang lebih sesuai dengan data eksperimen, terutama pada daerah sudut mundur.

Kaon photoproduction has been investigated and experimented but still few theories can explain it well. Investigating hyperon resonance in kaon photoproduction may provide a better explanation about this process. This study was conducted by using an effective Langrangian method with consistent interaction to calculate scattering amplitude, then the unknown parameters in scattering amplitude would be fitted with experimental data by minimizing χ2/N value. Experimental data which is used are cross-section and polarization observable. The results showed values more precise with the experimental data, especially at backward angle.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>