Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Talitha Eza Farahdina
"

Skripsi ini membahas tentang fenomena kebutuhan atas pelarian dan kebebasan pada masyarakat modern perkotaan, yang pemenuhannya dapat dilakukan melalui festival musik We The Fest. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui segmentasi pengunjung We The Fest berdasarkan motivasinya, dan mengetahui karakteristik yang dominan dalam membentuk segmennya. Penelitian ini menggunakan dasar 4 variabel motivasi dalam segmentasinya yaitu; kebaruan acara; pelarian; sosialisasi; dan hiburan. Pendekatan kuantitatif melalui kuesioner yang disebarkan pada pengunjung We The Fest dan teknik analisis faktor, klaster, dan cross tabulation digunakan pada penelitian ini. Hasil penelitian ini membagi pengunjung We The Fest menjadi tiga segmen; “Penggemar Festival Menyeluruh”; “Penggemar Festival Musik”; dan “Pencari Pengalaman Baru”. Pelarian yang bersifat personal, dan pencarian hiburan adalah kebutuhan pengunjung We The Fest dengan karakteristik yang dominan adalah rasa suka terhadap festival musik, rasa ingin tahu, dan rasa suka atas atmosfer We The Fest, yang berkaitan dengan variabel motivasi kebaruan acara dan hiburan. Saran pada penelitian ini adalah “Wish The Fest, “Artist corner”, “We The Fest: 360 experience”.


This study discusses the phenomena of escape and freedom needs in modern urban society that can be fulfilled through music festival called We The Fest. The purpose of this study is to determine the visitor segmentation of We The Fest based on the motivation and to find dominant characteristics that shaped We The Fest segments that are identified in the study. Segmentation in the study use 4 motivation variables as its based; event novelty; escape; socialization; and entertainment. This research uses quantitative approach through questionnaire distributed to visitors of We The Fest and analyzed by factor analysis, cluster analysis, and cross tabulation. The result of the study divides We The Fest visitors into 3 segments; All Around Experiencers, Music Festival Lovers, and Curious Seekers. Personal escape and interpersonal seeking needs are fulfilled at We The Fest. The dominant visitor characteristics are; the enjoyment of music festival event; curiosity; and the enjoyment of the atmosphere at We The Fest which are motivated by event novelty and entertainment variables. The suggested practical advice from the findings are “Wish The Fest,” “Artist Corner”, “We The Fest: 360 Experience”.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdu Rauf
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor hubungan festival musik dengan pengunjungnya yakni program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, dan environment quality terhadap satisfaction pengunjung terhadap festival musik tersebut dan pengaruh dari satisfaction, perceived value, motivation, group norm, dan social identity terhadap revisit intentions pada festival musik tersebut serta penelitian ini dilakukan pada festival musik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode PLS-SEM dengan data primer yang dikumpulkan peneliti melalui kuesioner yang disebar di internet. Penelitian ini menemukan bahwa program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, dan environment quality memiliki pengaruh positif terhadap satisfaction. Penelitian ini juga menemukan bahwa motivation tidak memiliki pengaruh terhadap revisit intentions. Selanjutnya, satisfaction, perceived value, group norm, dan social identity memiliki pengaruh positif terhadap revisit intentions
.This study aims to determine the effect of relationship between music festival and visitors which are program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, and environment quality toward satisfaction of visitors and effect of satisfaction, perceived value, motivation, group norm, and social identity toward revisit intentions of music festival in Indonesia. This study useing PLS-SEM by collecting data with online administered questionnaire. The results of this study show that program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, and environment quality have a positive influence on satisfaction. The results of this study also show that motivation has no effect on revisit intentions. In the other hand, satisfaction, perceived value, group norm, and social identity have a positive influence on revisit intentions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Chadavi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara religiusitas dengan motivasi sukarelawan, dan juga untuk melihat dimensi-dimensi religiusitas yang memiliki hubungan dengan motivasi sukarelawan. Pengukuran religiusitas menggunakan alat ukur religiusitas (Iqbal, 2011) yang diadaptasi dari alat ukur religiusitas milik Fetzer (2003) dan pengukuran motivasi sukarelawan menggunakan alat ukur volunteer motivation inventory (Esmond & Dunlop, 2004). Partisipan penelitian ini adalah sukarelawan yang mayoritas mengikuti kegiatan sukarela di bidang pendidikan dan keagamaan. Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 182 orang dan berdomisili di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan motivasi sukarelawan (understanding, reciprocity, dan social interaction). Sebaliknya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan motivasi sukarelawan (values). Selain itu, dimensi religious coping diketahui sebagai satu-satunya dimensi dalam religiusitas yang memiliki hubungan signifikan dengan motivasi sukarelawan (reciprocity).

The Study was conducted to find the relationship between religiousity and volunteer motivation, and also to see which dimensions of religiousity that has a relationship with a volunteer motivation. Measurement of religiousity using religiousity measuring instrument (Iqbal, 2011), adapted from the measuring religiousity instrument?s of Fetzer (2003), and the measurement of volunteer motivation using volunteer motivation inventory (Esmond & Dunlop, 2004). Participants of this study were volunteers who followed the majority of the volunteer activities in the field of education and religious affairs. Total Participants of this study are 182 volunteers who live in Jabodetabek.
The results of this study showed a significant positive relationship exists between religiousity and volunteer motivation (understanding, reciprocity, and social interaction). In contrast, there is no significant relationship between religiousity and volunteer motivation (values). In addition, coping religious dimension known as the only dimension in religiousity that has a significant positive relationship with the volunteer motivation (reciprocity).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Seto Herdian
"Skripsi ini mengkaji motivasi lima orang awam Katolik yang terlibat di komunitas Legio Maria. Legio Maria adalah salah satu komunitas awam di Gereja Katolik yang menjalankan misi kerasulan. Kerasulan mencakup segala usaha pembinaan iman umat yang dilakukan dengan berbagai bentuk pelayanan. Kerasulan awam menjadi penting untuk membantu imam dalam melaksanakan karya pastoral. Kenyataannya, banyak umat awam yang tidak berminat untuk terlibat merasul. Di sisi lain, masih ada beberapa umat awam yang tetap tertarik bergabung dengan komunitas awam, seperti Legio Maria. Melihat hal tersebut, skripsi ini mendeskripsikan pengalaman hidup anggota Legio Maria yang memunculkan motivasi merasul. Melalui refleksi terhadap pengalaman hidup, anggota Legio Maria memberikan makna atas keterlibatannya merasul.

This thesis examines the motivation of five Catholic lay people in the Legion of Mary. Legion of Mary is one of the lay communitas in the Catholic Church that have apostolic mission. Apostolate include all people of faith formation efforts undertaken by various forms of service. Lay apostolate becomes important to assist the priests in carrying out pastoral works. In the fact, many lay people who are not interested in engaging the lay apostolate communitas. However, there are still some lay people are still interested in joining the lay communitas, such as the Legion of Mary. Based on that reality, this thesis describes the life experiences of five members the Legion of Mary that motivate the members to proselytize. Through reflection, members of the Legion of Mary provide meaning of their involvement in the Legion of Mary."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Marihot B.
"Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kerja tenaga paramedis di RSUD X. Selain itu, juga untuk mengetahui tinglat kepuasan kerja tenaga paramedis RSUD X, mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja sehubungan dengan perbedaan karakteristik individual tenaga paramedis di RSUD X, dan mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja sehubungan dengan perbedaan karakteristik kerja tenaga paramedis di RSUD X.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga paramedis di RSUD X umumnya merasa puas dalam melakukan pekerjaannya. Adapun perbedaan karakteristik individu dan adanya perbedaan karakteristik pekerjaan tidak selalu diikuti oleh adanya perbedaan kepuasan kerja. Perbedaan pemenuhan kebutuhan yang bermakna lebih banyak tampak pada perbedaan karakteristik individu dibandingkan dengan perbedaan karateristik pekerjaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Idris Ibrahim
"Pemberian biaya Jasa Medik kepada petugas Rumah Sakit Pemerintah merupakan satu kebijaksanaan baru yang tertuang di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 68/Men.Kes/SK/II/1987, tanggal 6 Februari 1987 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah. Biaya JM adalah suatu insentif dalam bentuk uang yang bersumber dari penghasilan rumah sakit, dan dibagikan kepada pegawai pemberian biaya JM adalah untuk meningkatkan motivasi menimbulkan dorongan semangat dan kegairahan kerja, akan mengurangi kelesuan dan rendahnya produktivitas Biaya JH menjadi tambahan penghasilan petugas rumah sakit dalam situasi gaji pegawai negeri yang cukup rendah di Indonesia.
Penerapan kebijaksanaan biaya JM di RSU Pasar Rebo, Jakarta, didasarkan pada keputusan Gubernur DKI Jakarta, yang berlaku bagi semua RSU Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jumlah biaya JM dapat dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Tidak ada bagian biaya JM yang ditahan di Kas Daerah. Pengaturan pembagian di RSU Pasar Rebo didasarkan pada penilaian pekerjaan dengan sisten angka atau sistem nilai terhadap pegawai. Faktor-faktor tertentu dinilai dengan standar bobot yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian biaya JM berpengaruh dan bermanfaat terhadap peningkatan motivasi kerja; disamping itu untuk mengetahui hubungan antara-kepuasan kerja, prestasi kerja dan beberapa karakteristik tertentu dari tenaga paramedis perawatan terhadap motivasi; serta untuk memperoleh tanggapan dan saran pegawai mengenai kebijaksanaan pemberian biaya JM.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis hubungan antar variabel. Penelusuran variabel secara cross-sectional.
Analisis data dengan menggunakan metode statistik nonparametrik, karena skala pengukuran yang dipakai adalah skala ordinal. Dilakukan analisis frekuensi dan persentase serta statistik deskriptif dari berbagai variabel.
Uji statistik mengenai hubungan antar variabel yang diteliti dengan menggunakan Uji Chi-Kuadrat, disertai Phi statistik atau Cramer's V, serta koefisien kontingensi. Koefisien korelasi-ranking Spearman, rs, dipergunakan dalam menghitung keeratan hubungan yang lebih jelas antara variabel yang dinyatakan berhubungan oleh uji Chi-Kuadrat.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian biaya JM nempengaruhi motivasi kerja tenaga paramedis perawatan dengan keeratan hubungan pada derajat sedang sampai baik. Dengan demikian kebijaksanaan pemberian biaya JM yang ditetapkan dalam Keputusan Tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah bermanfaat untuk meningkatkan motivasi kerja. Antara beberapa karakteristik tenaga, kepuasan kerja ataupun prestasi kerja, ternyata tidak ada hubungan dengan motivasi.
Saran-saran yang diajukan ialah agar kebijaksanaan ini dapat diteruskan; dasar pembagian dalam keputusan tentang Pola Tarip RS Pemerintah supaya ditinjau kembali; bagian biaya JM dari penghasilan RS agar dibenarkan untuk dibagi langsung oleh Direktur tanpa harus menyetor dulu ke Kas Daerah; atau biaya JM dibenarkan untuk dianggarkan dalam APBD; serta sistem pengaturan pembagian dengan penilaian pekerjaan dapat diteruskan dengan menambah beberapa faktor yang dinilai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ares Albirru Amsal
"Pariwisata merupakan sektor terpenting bagi beberapa negara karena memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Festival sebagai bagian acara pariwisata dapat digunakan sebagai penarik kedatangan turis. Untuk kesuksesan festival, beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti pengalaman yang berkesan, kepribadian festival yang menarik dan reputasi yang baik. Pine dan Gilmore 1998 mendeskripsikan terdapat empat dimensi dari pengalaman ekonomi experience economy yaitu; edukasi, hiburan, pelarian dan estetika. Dengan Structural Equation Modeling SEM pada data Festival Makanan Kampoeng Tempo Doeloe 206 sampel, studi ini ditujukan untuk menemukan dampak dari empat dimensi pengalaman terhadap kepribadian festival, lalu menganalisa pengaruh kepribadian festival pada reputasinya. Hasil penelitian menunjukan hiburan, edukasi dan estetika secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepribadian festival. Hasil lainnya juga menunjukan bahwa kepribadian festival berpengaruh positif secara signifikan pada reputasi festival. Penelitian ini berguna bagi pemerintah maupun pengelola acara pariwisata dalam mengelola festival.

Tourism is one of the most essential sector for several countries because it affects the economic growth. Festival, as a part of event tourism, can be used as tourist attraction. To achieve success in festival, some conditions have to be fulfilled i.e memorable experience of festival, keen festival personality and its reputation. Pine and Gilmore 1998 described four dementionals of experience economy which are education, entertainment, escapism and esthetic. Using Structural Equation Modeling SEM on Festival Makanan Kampoeng Tempo Doeloe 206 samples, this study conducted to determine the effect of four experience dementions on festival personality and the influence of festival personality towards reputation. The result are showed that entertainment, education and esthetic have the significant positive effect on the festival personality. This study also reveals that festival personality have a significant positive influence on reputation. This research can be useful for government or tourism event organiser while organising festivals.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masalah epidemi HIV/AIDS menjadi masalah luas
yang mencakup juga masalah ekonomi dan sosial budaya. Di
antara banyak pihak yang memberikan perhatian terhadap para
odha (orang dengan HIV/AIDS), kaum relawan yang sengaja
melibatkan diri pada LSM HIV/AIDS adalah salah satunya.
Aktifitas yang dilakukan para relawan tersebut dapat
dikatakan sebagai tingkah laku menolong. Tingkah laku
menolong ini menjadi berbeda karena beberapa tantangan yang
harus dihadapi seperti waktu yang cukup lama, tenaga, biaya
serta masih adanya stigma di masyarakat terhadap odha.
Berkaitan dengan adanya pengorbanan yang
dituntut dari para relawan, motivasi mereka menjadi penting
untuk diperhatikan mengingat motivasilah yang menjadi
penggerak suatu tingkah laku. Pengetahuan tentang motivasi
ini penting bagi usaha-usaha mempertahankan dan meningkatkan
motivasi para relawan.
Adapun bentuk-bentuk motivasi para relawan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi yang digunakan
oleh Omoto & Snyder (1995) dalam suatu penelitian di Amerika
Serikat yaitu, Value, community concern, understanding,
personal development dan esteem enhancement.
Selain motivasi, ada faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap tingkah laku menolong yaitu
kepribadian. Faktor kepribadian ini menjadi penting karena
kepribadian menentukan pola berespon seseorang secara
internal, mental dan emosional terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, kepribadian ini jugalah yang berperan
terhadap motivasi. Adapun aspek-aspek kepribadian yang
diteliti pada penelitian ini adalah empathy, social
responsibility' dan nurturance. Selain bertujuan untuk
memperoleh gambaran aspek-aspek kepribadian serta motivasi
menolong para relawan, penelitian ini juga melihat hubungan antara setiap aspek kepribadian terhadap motivasi relawan.
Ternyata ditemukan bahwa aspek nurturance yang berhubungan
dengan semua jenis motivasi yang ada. Sedangkan aspek
empathy dan social responsibility berkorelasi terhadap
value dan understanding dan tidak berkorelasi dengan
community concern, personal development dan esteem
enhancement.
Salah satu hasil yang menarik dalam penelitian
ini adalah adanya perbedaan hasil antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yaitu
mengenai faktor utama yang berperan dalam tingkah laku
menolong. Dalam banyak penelitian yang dilakukan para ahli,
faktor utama yang mendorong seseorang untuk menolong adalah
empathy. Sedangkan dalam penelitian ini yang yang lebih
mendorong seseorang untuk menolong adalah nurturance. Apakah
tingkat empathy masyarakat Indonesia lebih rendah daripada
masyarakat Amerika? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu
diperlukan suatu penelitian khusus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang
relawan di tiga buah LSM HIV/AIDS di Jakarta yaitu Yayasan
Pelita Ilmu, Mitra Indonesia dan Centra Mitra Muda. Adapun
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk
skala likert."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garas Ikrar Setiawan
"Pasca meredupnya kasus pandemi Covid-19 konser musik mulai banyak diselenggarakan kembali dan banyak masyarakat yang antusias untuk dapat menghadiri konser musik. Antusias tersebut tentunya didukung oleh variabel-variabel motivasi yang membuat antusias tersebut terjadi. Variabel-variabel motivasi tersebut dapat direfleksikan dengan berbagai macam indikator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi indikator-indikator dalam merefleksikan setiap variabel laten motivasi. Variabel laten motivasi yang digunakan adalah escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, dan enjoyment & entertainment. Setiap variabel laten motivasi direfleksikan oleh 4 hingga 7 indikator dengan total indikator sebanyak 50. Penelitian ini menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 466 responden yang pernah menghadiri konser musik secara langsung. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah seluruh variabel laten yaitu escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, dan enjoyment & entertainment mampu mengukur aspek motivasi. Variabel laten mampu direfleksikan oleh 47 indikator secara positif dan valid dengan masing-masing variabel laten motivasi direfleksikan oleh 4 hingga 7 indikator. Indikator yang memiliki kontribusi terbesar dalam merefleksikan setiap variabel latennya adalah ESC1 sebesar 0,824, STE4 sebesar 0,969, UNB1 sebesar 0,866, CSM3 sebesar 0,892, EGA3 sebesar 0,909, EAE1 sebesar 0,823, HEW3 sebesar 0,863, SAV3 sebesar 0,828, SOI3 sebesar 0,809, dan AAU3 sebesar 0,809.

After the Covid-19 pandemic faded, music concerts began to be held again and many people were enthusiastic to attend music concerts. This enthusiasm is supported by motivational variables that make this enthusiasm happen. These motivation variables can be reflected with various indicators. This research aims to analyze the contribution of indicators in reflecting each motivational latent variable. The motivational latent variables used are escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitement & group affiliation, and enjoyment & entertainment. Each motivational latent variable is reflected by 4 to 7 indicators with a total of 50 indicators. This research uses the Confirmatory Factor Analysis (CFA) method. The data used is primary data, namely 466 respondents who had attended live music concerts. Sampling was carried out using purposive sampling technique. The results of this research are all latent variables, namely escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, and enjoyment & entertainment. measuring motivational aspects. The latent variable is reflected by 47 indicators in a positive and valid manner with each motivational latent variable being reflected by 4 to 7 indicators. The indicators that have the greatest contribution in reflecting each latent variable are ESC1 at 0.824, STE4 at 0.969, UNB1 at 0.866, CSM3 at 0.892, EGA3 at 0.909, EAE1 at 0.823, HEW3 at 0.863, SAV3 at 0.828, SOI3 at 0.809, and AAU3 at 0.809."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vito Auditya
"Festival musik alam merupakan salah satu jenis festival musik dengan popularitas tinggi di Indonesia. Musik sebagai komoditas dan festivalnya adalah bagian dari bauran pemasaran. Festival musik alam dianggap unik karena pemilihan tempatnya yang tidak biasa dan memiliki identitas tempat yang berbeda dengan festival musik pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas tempat yang dibentuk penyelenggara dan terbentuk pada benak penonton dan mencari hubungan antara keduanya lewat bauran pemasaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner untuk penonton dan wawancara untuk penyelenggara dan informan ahli (pengamat musik). Analisis yang digunakan adalah analisis spasial deskriptif dan komparatif. Identitas tempat yang dirancang oleh penyelenggara adalah sebuah festival musik yang berbeda tempat (place) dan suasananya (product) pada festival lainnya sehingga memberi kesan mendalam. Disisi lain, selain suasana alamnya, penonton juga mempertimbangkan musisi (product) yang hadir, sesuai dengan selera anak muda sebagai penonton utama festival musik alam. Hubungan antara identitas tempat penonton dan penyelenggara adalah keduanya memiliki kesamaan, yaitu tentang kenyamanan dan akses (place), serta produk yang sesuai dengan keinginan yang dapat memberikan kesan mendalam jangka panjang yang berbeda. Tidak ada signifikansi pengaruh harga (price) dan promosi (promotion) dalam penentuan identitas tempat festival musik alam. Bagi penonton, tempat (place) diselenggarakannya festival musik tidak terlalu bermakna dalam penengambilan keputusan. Hal yang paling penting adalah penampil dan pengelolaan festival (product). Sedangkan, bagi penyelenggara, tempat (place) penyelenggaran merupakan satu target dan pencapaian tertentu, selain penampil (product).

The natural music festival is a music festival type with high popularity in Indonesia. Music as a commodity is part of the marketing mix aspect. Natural music festivals are considered unique because of the unusual selection of venues, the venue that has a different place identity than music festivals in general. This study aims to determine the place identity formed by the festival music organizer and by the audience's perspectives and find out the relation between these two through the marketing mix approach. Data from the audience were collected by questionnaires, whereas information from the organizers and the music experts were collected through an in-depth interview. The result finalizes throughout the descriptive and comparative spatial analysis. The place identity proposed by the organizer is a music festival that has a special place and exclusive atmosphere (product) from other festivals so that it gives a deep impression. On the other hand, besides the natural atmosphere, the audience consideration is also to the musician's (products) performance. The musicians should fulfill the young audience's preference. The common perspective of place identity that is formed by the organizer and the audience is the coziness atmosphere and access factor, as well as the product that meets the audience's needs. In the long term, these factors can give a deep impression. The price and promotion did not determine the place identity of the natural music festival. For the audience, the music festival venue is not significant in the decision-making process.  The most important thing is the performer and the festival management (as the product). In contrast, the venue is a specific achievement for the organizer, in addition to the product (viewer)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>