Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zafira Rahmatul Ummah
"Dalam upaya untuk mengidentifikasi bangunan arsitektur vernakular, dalam hal: Ini adalah rumah adat, pendekatan yang sering dilakukan adalah melalui deskripsi dan klasifikasi. Arsitektur vernakular diklasifikasikan berdasarkan bentuk atap, bentuk seluruh bangunan, dan sebagainya. Meskipun tidak sepenuhnya salah, pendekatan seperti ini seolah-olah lupa bahwa rumah adalah bentuk fisik manifestasi dari pikiran manusia dan pengetahuan tentang lingkungan. Faktor social dan budaya sangat erat kaitannya dalam pembentukan rumah. Rumah bisa dikatakan sebagai refleksi tentang bagaimana manusia hidup dan merespon lingkungannya. Salah satu contohnya adalah Rumah Lontiok yang merupakan rumah adat Suku Melayu-Kampar terletak di Kabupaten Kampar, Riau. Perdebatan tentang Bentuk atap yang memiliki kemiripan dengan arsitektur tradisional Minangkabau adalah diskusi menarik tentang arsitektur rumah Lontiok dan identitas Melayu-Melayu Kampar. Makalah ini melihat ekspresi apa yang tercermin di rumah Lontiok melalui orientasi, bentuk, tata letak, dan tata letak rumah Lontiok. Refleksi dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat Melayu- Kampar seperti; sistem kepercayaan, sistem keluarga, dan tata krama yang mengatur hubungan antara manusia dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Pendekatan Hal ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang lain untuk memahami bagaimana perilaku manusia dan keterlibatan mereka dengan lingkungan mereka melalui pembelajaran bentuk arsitektur.

In an effort to identify vernacular architectural buildings, in terms of: This is a traditional house, the approach that is often taken is through description and classification. Vernacular architecture is classified based on the shape of the roof, the shape of the entire building, and so on. Although not completely wrong, this approach seems to forget that the house is a physical manifestation of the human mind and knowledge of the environment. Social factors and culture are closely related in the formation of the house. The house can be said as a reflection of how humans live and respond to their environment. One example is the Lontiok House which is a traditional house of the Malay-Kampar tribe located in Kampar Regency, Riau. The debate about the shape of the roof which has similarities with traditional Minangkabau architecture is: interesting discussion about the architecture of the Lontiok house and the Malay-Malay identity of Kampar. This paper looks at what expressions are reflected in Lontiok's house through the orientation, shape, layout, and layout of Lontiok's house. Reflection is influenced by socio-cultural values adopted by the Malay-Kampar community such as; belief systems, family systems, and manners that regulate the relationship between humans and the relationship between humans and their environment. This approach is expected to provide another point of view to understand how human behavior and their engagement with their environment through learning architectural forms.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cassandra Fyodorova
"Fokus penelitian ini adalah untuk menemukan penerapan karakter “surrealis” dalam Arsitektur Vernakular Indonesia sebagai produk pemikiran bawah sadar berdasarkan definisi yang didefinisikan oleh para pencipta seni dan desainer Gerakan Surealisme pada tahun 1900-an. Dari masa pra hingga pasca masa keemasan gerakan surealisme hingga saat ini, dari pergeseran banyak gaya dan bentuk karya seni, definisi surealisme telah diguncang oleh keputusan bawah sadar, akar dari kesamaan dalam arsitektur vernakular didirikan dalam aspek sosial, budaya, dan topografi suatu keberadaan. Disuntikkan pada karya-karya manusia termasuk keluaran arsitektur, Menariknya Arsitektur Vernakular Indonesia menjadi salah satu arsitektur yang “eksplisit” menampilkan pemikiran pada gayanya. Dipimpin oleh Tongkonan Toraja, tulisan ini akan menganalisis implementasi karakter surealis dalam Arsitektur Vernakular Indonesia dengan menghubungkannya dengan gagasan yang didirikan.

The focus of this study is to find the applications of “surrealist” characters in Indonesian Vernacular Architecture as a product of subconscious thinking based on their definition defined by the Surrealism Movement in the 1900s’ creators of arts and designers. From pre- to post-golden age of surrealism movement until the present times, from the shift of many styles and forms of artworks, the definition of surrealism has founded to be bed rocked by subconscious decisions, the roots of the similarities in vernacular architecture founded in the aspect of social, cultural, and topography of one existence. Injected to the works of human beings including architectural output, Indonesian Vernacular Architecture interestingly being one to “explicitly” show the thinking to the style. Leads by Toraja’s Tongkonan, this writing will analyze the implementation of the surrealist characters form Indonesian Vernacular Architectures by connecting them with the idea founded."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Rahman
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang bangunan hunian kolonial awal abad 20 yang terletak di
Taman Kencana, Bogor. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh tradisional dan Eropa
yang terdapat pada unsur-unsur bangunannya beserta ciri khas yang terdapat pada
bangunan-bangunan tersebut. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dan metode
perbandingan. Perbandingan dilakukan dengan hunian Menteng yang memiliki kesamaan
dengan Taman Kencana, yaitu dibangun oleh elit kolonial dan dibangun pada masa yang
berdekatan. Hasil penelitian menjelaskan adanya identitas tersendiri pada bangunan
hunian kolonial Taman Kencana

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses about colonial houses from the beginning of 20th
century at Taman Kencana, Bogor. The aim of this thesis is to know the influences of
traditional and Europe on the houses. The metode of this thesis is descriptive-analytical
and comparative. The comparison was the colonial houses at Menteng wich built by elite
colonials and was built in the meantime. The result of this research explains the identity
of the houses at Taman Kencana, Bogor"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vemi Xafiera
"Rumah Gadang adalah arsitektur vernakular Minangkabau yang merefleksikan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji adaptabilitas Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan, dalam upaya pelestarian arsitektur vernakular Minangkabau. Melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam, penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada aspek tangible (bentuk, material, dan tata ruang) dan intangible (hubungan antara masyarakat dan wisatawan) Rumah Gadang sebagai upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi Rumah Gadang oleh Kementerian PUPR dan renovasi oleh masyarakat setempat dengan melibatkan Tukang Tuo, menggunakan material lokal, dan mempertahankan bentuk dan tata ruang asli, merupakan upaya pelestarian yang selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Kehadiran wisatawan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi faktor pendorong pelestarian Rumah Gadang. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat dipandang sebagai upaya adaptasi untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau agar dapat terus berkembang di masa depan.

Rumah Gadang is a Minangkabau vernacular architecture that reflects the cultural identity of the local community. This research examines the adaptability of Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area, South Solok, in an effort to preserve Minangkabau vernacular architecture. Through field observations and in-depth interviews, this study analyzes the changes occurring in the tangible aspects (form, materials, and layout) and intangible aspects (relationship between community and tourists) of Rumah Gadang as an effort to adapt to the changing times. The results show that the revitalization of Rumah Gadang by the Ministry of Public Works and Public Housing and renovations by the local community, involving Tukang Tuo (traditional builders), using local materials, and maintaining the original form and layout, are preservation efforts that are in line with the principles of vernacular architecture. The presence of tourists has made a positive contribution to the community's economy and has become a driving factor for the preservation of Rumah Gadang. Thus, the changes occurring in Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area can be seen as an effort to adapt and preserve the Minangkabau cultural heritage so that it can continue to develop in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Dewi
"Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu. Suatu karya arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor budaya. Hal ini juga berlaku pada arsitektur vernakular Minangkabau yang tergambar melalui rumah gadang, dengan ciri khas atap gonjong, sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal, tergambar melalui arsitektur rumah gadang. Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam eksistensi rumah gadang yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.

Vernacular architecture reflects the original architecture of a particular community groups. A masterpiece of vernacular architecture influenced by various factors, especially cultural factors. This also applies to vernacular architecture of Minangkabau depicted through rumah gadang, with a typical roof gonjong, as a product of cultural processes. Cultural values such as matrilineal genealogical system; outlook on life based on nature, and a communal way of life, illustrated through the architecture of rumah gadang. But, the shift in cultural values that occurred today, threatening the existence of the rumah gadang that contains the original values. Minangkabau people also felt that the image of their vernacular architecture has been adequately represented by the gonjong only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52247
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kinayung Syafira Aratuza
"Penelitian ini ingin mengungkap proses adaptasi arsitektur vernakular suku Bajo di desa Mola Kepulauan Wakatobi dalam mengahadapi modernitas. Suku Bajo adalah suku yang kehidupannya tidak pernah jauh dari laut, bergerak, bekerja dan tinggal di atas perahu, namun saat ini sebagian besar suku Bajo telah bermukim di pesisir pantai, hal ini terjadi karena pemerintah yang sejak dulu ingin membawa suku bajo ke daratan agar memiliki identitas dan teritori yang jelas. Perpindahan suku Bajo dari laut ke darat menyebabkan mereka terpaksa beradaptasi dengan lingkungan baru yang akhirnya menciptakan pemaknaan baru dalam kehidupan suku Bajo. Meskipun memiliki rumpun dan etnis yang sama, perkembangan tiap suku Bajo ditiap daerah pastilah memiliki cara tersendiri, yang membedakan adalah cara masyarakat beradaptasi dan memaknai rumah, sehingga rumah suku Bajo Mola merupakan salah satu objek yang mengalami proses adaptasi, perpindahan, dan perubahan. Tujuan penelitian ini adalah unuk mengetahui sejarah perkembangan arsitektur vernakular Suku Bajo di Desa Mola dan proses adaptasinya dalam menghadapi modernitas. serta melihat perubahan apa yang terjadi pada proses adaptasi tersebut terhadap kebudayaan dan identitas asli suku Bajo di Desa Mola. Penelitian dilakukan di Pemukiman Suku Bajo desa Mola Kepulauan Wakatobi. Metode penelitian yang digunakan adalah interpretasi historis dengan dua proses, pertama menganalisis bukti yang tertinggal untuk menghasilkan fakta dan kedua melakukan interpretasi sejarah, peneliti menggunakan 3 tahap dalam proses adaptasi yaitu inception, implementation, dan disposal, sebagai alat untuk menganalisa suku Bajo Mola. Penelitian ini membuktikan bahwa Suku Bajo Mola dalam menghadapi kehidupan modern tidak lantas menghilangkan atau mengganti aspek kehidupan terdahulu mereka dengan yang baru, namun mereka beradaptasi, menyesuaikan diri dengan tetap menjaga hal- hal yang penting untuk mereka yaitu kehidupan yang tetap berorientasi kepada lautan.

This study aims to reveal the process of adapting the vernacular architecture of the Bajo tribe in Mola village, Wakatobi Islands in the face of modernity. The Bajo tribe is a tribe whose life is never far from the sea, moves, works and lives on boats, but now most of the Bajo tribe have settled on the coast, this is because the government has always wanted to bring the Bajo tribe to the mainland in order to have a clear identity and territory. The movement of the Bajo tribe from sea to land forced them to adapt to a new environment which eventually created a new meaning in the life of the Bajo tribe. Even though they have the same family and ethnicity, the development of each Bajo tribe in each area must have its own way, the difference is the way the community adapts and interprets the house, so that the Bajo Mola house is one of the objects that undergo a process of adaptation, displacement, and change. The purpose of this study was to determine the history of the development of Bajo vernacular architecture in Mola Village and its adaptation process in the face of modernity. and see what changes have occurred in the adaptation process to the culture and original identity of the Bajo tribe in Mola Village. The research was conducted in the Bajo Tribe Settlement, Mola Village, Wakatobi Islands. The research method used is historical interpretation with two processes, firstly analyzing the remaining evidence to produce facts and secondly performing historical interpretation, the researcher uses 3 stages in the adaptation process, namely inception, implementation, and disposal, as a tool to analyze the Bajo Mola tribe. This research proves that the Bajo Mola Tribe in dealing with modern life does not necessarily eliminate or replace aspects of their previous life with new ones, but they adapt, adjust while maintaining the things that are important to them, namely life that remains oriented to the ocean."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariza Navratilova
"Seperti kita ketahui, bangunan mempakan suatu bentuk fisik yang memilki naungan dan mempunyai ruang untuk beraktifitas di dalamnya. Bangunan tersebut pada suatu saat akan mengalami perkembangan dalam ruang-ruangnya. Dalam arsitektur tadisional Indonesia, terdapat banyak jenis bangunan yang mengalami perubahan sesuai dengan aturan kebudayaan yang berlaku. Dan hal inilah yang penulis coba kaji. Untuk jenis bangunan yang akan dianalisis adalah Rumah Tradisional Melayu. Dipilih rumah sebagai obyek penelitian, karena rumah merupakan bentuk yang memungkinkan banyak perubahan karena kepentingan kepentingan individu didalarnnya dan relatif lebih mudah untuk ditelusuri. Rumah melayu dinilai memilki banyak variasi sehingga bisa dieksplor lebih jauh dalam segi pertumbuhan ruangnya.
Rumah melayu memiliki bagian inti rumah (core) yang kemudian tumbuh rnenjadi bagian bagian yang lebih kompleks. Disinilah penulis akan mencoba mengkaji pola pertumbuhannya. Metode yang dilakukan dalam menganalisis rumah tumbuh melayu tersebut adalah space syntax. Metode tersebut menganalisis ruang-ruang berdasarkan hubungan yang terbentuk diantaranya dan relasinya dengan bagian luar rumah. Pembentukan ruang pada masyarakat tradisional tersebut akan terjelaskan melalui denah yang kemudian dipetakan menjadi pattern. Dan pattern tersebut akan menggambarkan mengenai hubungan ruang dan pertumbuhannya pada masyarakat vernakular di Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Being Fadarudin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Cininta Tiana Karima
"Skripsi ini membahas rumah tradisional Betawi di Condet pada awal sampai pertengahan abad ke 20 dengan meninjau dari segi gaya arsitekturnya Tujuan penulisan adalah untuk mencari latar budaya yang berpengaruh pada rumah tradisional Betawi di Condet Untuk mengungkapkannya dilakukan dengan menelusuri pembentukan etnik Betawi yang terjadi karena adanya proses asimilasi dari berbagai etnik Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu membandingkan arsitektur tradisional Betawi dengan arsitektur tradisional lain yang terdapat di Nusantara ataupun dari pengaruh asing Hasil penelitian yang ditemukan menunjukkan bahwa rumah tradisional Betawi di Condet dipengaruhi oleh budaya dari etnik Jawa Sunda Melayu Eropa Arab dan Cina

This thesis discusses about the Betawi traditional house in Condet from the beginning until the mid of 20th century by reviewing of its architecture style The aim this thesis is to find the cultural background that came into the Betawi traditional house in Condet We need to explore how Betawi ethnic formed as an assimilation among certain ethnics in order to reveal the secret The method used in research that compares the Betawi traditional architecture with other traditional architecture in Indonesia or from foreign influence Results of the research were found indicate that the Betawi traditional house in Condet is influenced by the culture of Java Sunda Malay Europe Arab and China etnics."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S60303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Sophia
"Tanpa disadari, sungai telah menjadi salah satu bagian penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Dalam dunia arsitektur, sungai memiliki peranan yang berbeda-beda di setiap kota yang berbeda-beda juga juga lokasinya. Hal ini mempengaruhi tampilan serta wujud fisik sungai yang berbeda-beda. Pada abad ke-17, Kota Jakarta yang sekarang kita kenal sebagai Ibu Kota Negara RI, mengawali kebesarannya di kawasan Jakarta Kota Lama, dengan menjadi pusat perhatian dunia perdagangan intemasional. Kawasan ini dahulu lebih dikenal dengan sebutan Kota Batavia. Kota Batavia terbentuk seiring dengan keberadaan dan perkembangan Kali Besar serta kanal-kanal di dalamnya. Kanal-kanal yang ada di Kota Batavia memiliki banyak peranan bagi pembentukan dan perkembangan Kota Batavia, yang pada periode 1619-1799 merupakan kota kolonisasi Bangsa Belanda di bawah Pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Mengenai penyebab yang mempengaruhi keberadaan Kali Besar dan kanal-kanal di dalam Kota Batavia, ada beberapa pendapat yang membahas konsep ide pembentukannya. Yang pertama adalah bahwa Kota Batavia dibangun VOC semata-mata agar sama dengan Kota Amsterdam di Belanda, sebagai usaha VOC menciptakan nuansa "e;nostalgia of homeland"e; bagi bangsa Belanda yang tinggal di Kota Batavia. Pendapat lain mengatakan bahwa Kota Batavia dibangun dengan mengikuti kaidah pola kota ideal untuk sebuah kota kolonial yang berlaku di Eropa. Dan pendapat yang terakhir adalah bahwa Kota Batavia merupakan kota hasil peleburan antara kota di Eropa dengan kota tradisional di Indonesia. Untuk membantu menelusuri pola pembentukan dan perkembangan Kota Batavia, dalam tulisan ini dilakukan tinjauan historis yang berhubungan dengan teori kolonialisme. Melalui tinjauan ini akan dilakukan studi banding antara Kota Batavia dengan Kota Amsterdam di Belanda, Kota Batavia dengan kota kolonial pada umumnya, Kota Batavia dengan kota kuno di Eropa serta Kota Batavia dengan kota tradisional di Jawa. Analisis lebih lanjut akan memaparkan perkembangan Kota Batavia sehubungan dengan pengaruh serta peran strategis Kali Besar serta kanal-kanal di dalam perkembangan Kota Batavia, khususnya dari sisi politik, sosial-budaya dan ekonomi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>