Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Milla Herdayati
"Mobilitas ulang alik (commuting) telah menjadi fenomena global di seluruh kota-kota metropolitan di dunia termasuk Indonesia. Kegiatan perekonomian/bisnis cenderung berada di pusat kota, mengharuskan mereka bermobilitas (commuting) untuk bekerja. Mereka berhadapan kemacetan/kepadatan, polusi, durasi commuting yang panjang, hal ini diperberat buruknya sistem transportasi publik. Pada perempuan kondisi tersebut menjadi permasalahan tersendiri, dikarenakan perempuan bekerja tidak serta merta dapat melepaskan peran domestiknya. Tujuan studi ini menganalisis apakah commuting berkaitan dengan kualitas hidup komuter, dan apakah peran gender memodifikasi pengaruh commuting terhadap kualitas hidup komuter. Studi ini menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tiga Kawasan Metropolitan di Indonesia, yaitu Jabodetabek tahun 2014, Mebidang dan Sarbagita tahun 2015.
Sampel studi: Pekerja komuter berusia 15-65 tahun di wilayah tersebut dengan kriteria eksklusi adalah commuting dengan berjalan kaki/bersepeda (active commuting). Untuk memperkaya studi ini dilakukan studi kualitatif. Temuan studi ini membuktikan adanya commuting paradox pada komuter, perempuan memiliki pola commuting yang khas multi-trips dan multi-destinatios. Temuan lain studi pola commuting berhubungan negative dengan kualitas hidup lebih baik belum dapat dibuktikan. Peran gender berpengaruh terhadap negative terhadap kualitas hidup komuter. Selain itu efek commuting terhadap kualitas hidup berbeda menurut kewilayahan. Beberapa rekomendasi studi ini bahwa beban commuting harus diminimalisir dengan mengembangkan sistem transportasi public yang handal dan humanis dan ramah perempuan, serta dan juga mendorong penggunaan transportasi massal lewat dengan kampanye dari perspektif kesehatan masyarakat.

Commuting has become a global phenomenon in various metropolitan cities in the world including Indonesia. Economic and business activities tend to be located in the city center has requires people live suburb area to commute to work. The people facing several problems such as traffic, pollution, long duration of commuting also poor transportation system. For women, this condition becomes a real problem, because women have dual role within the households. The purpose of this study is to analyze whether commuting have an impact for the quality of life of commuters, and whether gender roles also influence of commuting on the quality of life. This study uses 2015 and 2014 Central Bureau of Statistics (BPS) data on three municipality in Indonesia, namely Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang and Bekasi) and Mebidang (Medan, Binjai, dan Deli Serdang) and Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan).
Sample study: Commuter workers aged 15-65 years within three municipality with exclusion criteria are walker and people whose work by cycling (active commuting). To enrich this study a qualitative study was conducted. The findings of this study prove the existence of commuting paradoxes in commuters, women have a commuting pattern that is typical of multi-trips and multi-destinations and commuters with minor gender roles have a better quality of life. In addition, the effects of commuting on quality of life differ according to region/area. Some recommendations from this study that the burden of commuting must be minimized by developing a reliable public transportation system that is friendly to women, and providing subsidies for low-income commuters, and also encouraging the use of mass transportation through campaigns from a public health perspective.
"
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Roro Palupi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola penggunaan moda transportasi pada pekerja komuter di kota metropolitan antara sebelum dan selama pandemi COVID-19. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh variabel sosio demografi dengan pola penggunaan moda transportasi pada pekerja komuter di kota metropolitan Indonesia. Dari data Sakernas 2019, 2020 dan 2021 memberikan hasil bahwa terjadi peningkatan penggunaan transportasi pribadi pada masa pandemi COVID-19. Penggunaan moda transportasi sebelum dan selama pandemi COVID-19 dipengaruhi oleh karakteristik seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan. Serta dipengaruhi juga oleh variabel konstekstual seperti sharing border, kepadatan penduduk dan PDRB.

This research aims to analyze the changes in the pattern of using transportation modes among commuter workers in metropolitan cities between before and during the COVID-19 pandemic. In addition, to analyze the influence of socio-demographic variables with patterns of use of transportation modes on commuter workers in metropolitan cities in Indonesia. From Sakernas we could explain that there was an increase in the use of personal transportation during the COVID-19 pandemic. The use of transportation modes before and during the COVID-19 pandemic is influenced by characteristics such as gender, age, marital status, employment status, education level and income. It is also influenced by contextual variables such as sharing border, population density and GRDP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Sekarsari Percaya
"Women worldwide have come a long way in combatting systematic and patriarchal barriers in employment. More and more women are taking on jobs and female labor force participation has reached historical highs in recent years. Mobility studies have pointed out the differences in men and women rsquo s commuting patterns to work as a consequence of gender inequality on employment. This research found that there is a difference in men and womens commute in Indonesia through descriptive and inferential analysis using a modified Multinomial Logit model, using national data from the National Labor Survey SAKERNAS 2017. Moreover, other socio demographic and employment pattern factors were found to influence commuting time. This study concludes that there is a difference in men and womens mobility behavior related to their employment and raises the topic of mobility data limitations in Indonesia.

Perempuan dari seluruh dunia telah berjuang jauh dalam membasmi halangan halangan bersifat sistematis dan patriarkal dalam bekerja. Semakin banyak wanita bekerja dan partisipasi perempuan dalam dunia pekerjaan telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Studi studi lampau mengenai mobilitas telah menunjukkan perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan sebagai konsekensi dari ketidaksetaraan antar gender pada dunia pekerjaan. Riset ini menemukan adanya perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan diIndonesia melalui analisa deskriptif dan inferensial menggunakan Model Multinomial Logit termodifikasi, menggunakan data nasional dari Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS 2017. Selain dari itu, faktor faktor sosio demografi dan pola pekerjaanlainnya telah ditemukan berpengaruh terhadap durasi waktu ulang alik. Studi ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara perilaku mobilitas laki laki dan perempuan yang melibatkan pekerjaan mereka dan memulai pembicaraan mengenai keterbatasan data mobilitas di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venty
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis lama perjalanan suami dan istri dalam kerangka berpikir peran jender yang dilihat dari jumlah balita, ART usia produktif, lansia, dan dua penghasil pendapatan di dalam rumah tangga. Hasil regresi logistik multinomial menggunakan data Sakernas 2011 menunjukkan bahwa untuk suami dan istri, semakin banyak jumlah balita, semakin besar probabilitas untuk melakukan perjalanan lama sedangkan semakin banyak jumlah ART usia produktif semakin kecil probabilitas untuk melakukan perjalanan lama. Kehadiran lansia dan memiliki pasangan yang bekerja mengurangi probabilitas suami tetapi menambah probabilitas istri untuk melakukan perjalanan lama.

This study aims to analyze husbands? and wives? commuting time applying gender roles framework measured by number of under-five, productive age members, elderly, and dual earners within a household. By employing multinomial logistic regression on Sakernas 2011 data, it is found that more under-five children increase the probability to travel longer while more productive age members reduces the probability to travel longest for husbands and wives. The presence of elderly and having working spouse have different effect on husbands and wives. These variables lower the probability to commute longest for husbands but increase the probability of commute longest for wives.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biyan Shandy Paramayudha
"Sejumlah penelitian telah membuktikan adanya kesenjangan upah antar gender di Indonesia. Dari penelitian-penelitian tersebut, diketahui bahwa sebagian besar kesenjangan upah antar gender di Indonesia disebabkan oleh komponen yang tidak terjelaskan yang juga dianggap sebagai komponen diskriminasi. Penelitian ini mencoba untuk mempertimbangkan aspek komuter yaitu waktu komuter dalam menjelaskan kesenjangan upah antar gender di Indonesia. Dengan metode dekomposisi Blinder-Oaxaca, penelitian ini menganalisis data Survei Angkatan Kerja Nasional 2019. Hasil analisis menunjukkan bahwa waktu komuter berpengaruh positif terhadap kesenjangan upah antar gender. Hasil analisis dekomposisi Blinderr-Oaxaca juga menunjukkan bahwa penambahan variabel waktu komuter dapat meningkatkan proporsi kesenjangan upah antar gender yang terjelaskan dari 14,2% hingga 22,6% dari total kesenjangan upah pada pekerja formal dan dari 22,3% menjadi 36,2% pada pekerja informal. Penelitian ini juga mengidentifikasi adanya efek spatial entrapment dan tanggung jawab rumah tangga pada pekerja perempuan di Indonesia yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan

Several researches have proven the existence of gender wage gap in Indonesia. From those researches, it can be inferred that the majority of gender wage gap in Indonesia is consisted of unexplained parts which is commonly interpreted as discrimination. This research aims to explain the unexplained part of gender wage gap in Indonesia through the inclusion of commuting aspect, which is commuting time. By using Blinder-Oaxaca decomposition method, this research analyzes the data from Survei Angkatan Kerja Nasional (Indonesian Labor Force Survey) 2019. The results have shown that commuting time is positively correlated to wage. Blinder-Oaxaca decomposition also shows that inclusion of commuting time is able to increase the proportion of explained part of the wage gap from 14,2% to 22,6% in formal worker group and from 22,3% to 36,2% in informal worker group. This research has also identified the effect of spatial entrapment and household responsibility on Indonesian female workers, which is essential to be considered in policymaking."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Andika Darmawan
"Studi ini menganalisis bagaimana pengalaman migrasi ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan kota metropolitan lainnya di Indonesia berpengaruh terhadap pendapatan, baik pekerja formal maupun informal. Penelitian ini menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 serta data BPS dan Simreg Bappenas. Dengan menggunakan regresi fixed effect, penelitian ini menemukan bahwa pengalaman migrasi ke Jabodetabek tidak memberikan pengaruh terhadap pendapatan, baik bagi pekerja formal maupun informal. Sementara pengalaman migrasi ke kota metropolitan selain Jabodetabek berpengaruh terhadap pendapatan baik bagi pekerja formal maupun informal. Akan tetapi, pekerja di Jabodetabek memperoleh pendapatan lebih tinggi sementara pekerja di kota-kota metropolitan tidak. Temuan ini menunjukkan adanya ketimpangan kesempatan dan ekonomi antara Jabodetabek sebagai primate city dan kawasan lainnya. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi adanya learning effect bagi pekerja formal dan informal. Learning effect tersebut justru lebih tinggi untuk pekerja informal. Hal ini dikarenakan mudahnya melakukan imitasi untuk pekerjaan sektor informal. Selain itu, tingkat kepercayaan serta network externalities lebih kuat antar pekerja informal yang memungkinkan terjadinya transaksi atau kerjasama yang berulang.

This study examines how migration experience to large agglomeration economies of Jabodetabek (Jabodetabek, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi) and other metropolitan cities in Indonesia affect income of both formal and informal workers. This study employs data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 as well as macro data from BPS and Simreg Bappenas. Using fixed effect regression, this study finds that migration experience to Jabodetabek has no effect on income, both formal and informal workers. Meanwhile, migration experience to a metropolitan city other than Jabodetabek increase the income of formal and informal workers. However, workers in Jabodetabek earn higher incomes while workers in metropolitan cities do not. These findings show that there is inequality of opportunity and economy between Jabodetabek as a primate city and other areas. In addition, this study also confirms the existence of a learning effect for formal and informal workers. Interestingly, learning effect is higher for informal workers. This is because it is relatively easy to imitate a product produced by informal sector. In addition, trust and network externalities are stronger among informal workers which allow them to make repeated transactions or partnerships."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riny Handayani
"ABSTRAK
Tesis ini membahas permasalahan penduduk yang kian menjadi permasalahan yang pelik terutama seiring berkembangnya dan perubahan status wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola commuting pekerja di Kabupaten Serang Provinsi Banten dan faktor yang memengaruhinya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis spatial ditunjang dengan metode kuantitatif, menggunakan 400 sampel dengan unit analisis kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan banyak commuter pekerja pada jarak yang dekat dan jarak jauh lebih tertuju ke pusat-pusat perdagangan dan industri yang penting, Adanya arus commuting yang terarah, dan adanya commuting dari desa-kota kecil-kota besar, Wanita melakukan commuting pada jarak yang lebih jauh dibandingkan pria dan Tingkat Perekonomian tidak berpengaruh dominan terhadap pola commuting di kabupaten Serang Provinsi Banten. Dari enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap Pola Commuting Pekerja, faktor Aksesibilitas, Penguasaan Lahan Pertanian, Umur dan Jenis Kelamin adalah faktor yang dominan sedangkan faktor Jarak dan Tingkat Perekonomian tidak berpengaruh secara signifikan. Kecamatan yang memiliki karakteristik commuter pekerja Kategori Tinggi merupakan wilayah yang didominasi pekerja usia 20-24 tahun dengan Jenis Kelamin Perempuan, memiliki Aksesibilitas Kategori Tinggi, dan Penguasaan Lahan Pertanian Kategori Rendah. Kecamatan sebelah Timur Kabupaten Serang mendominasi ciri-ciri tersebut yaitu Kecamatan Kragilan, Cikande, Ciruas, Kopo dan Jawilan

ABSTRACT
This thesis discusses the population problem which is increasingly become a serious issue, especially with a growing and status changing of Serang District Banten Province. The purpose of this study is to analyze the commuting patterns of workers in Serang District Banten Province and factors that affect it. The research method used in this study is quantitative research methods with descriptive spatial analysis, using 400 samples with sub-district as the unit of analysis. Results showed a lot of commuter workers in close and long range is much more drawn to centers of commerce and important industry area, the existence of directional commuting flows, and the commuting of rural small towns to big cities, women do commuting in longer distance than men and the economy of commuting workers?s origin area have no dominant effect on commuting patterns. From six factors variation in the pattern of commuting workers, can be explained by four independent variables (Accessibility, Agricultural Land Tenure, Age and Sex), while the distance and the economy have no dominant effect on commuting patterns. Sub- districts in High Category of Commuting Workers have the caracteristics characteristics ; dominated by 20-24 years age group of workers, with female as the main gender, in high category of accessibility and have low category for agricultural land tenure. This characteristics dominant in Eastern sub-district of Serang, covers the area of sub-district Kragilan, Cikande, Ciruas, Kopo and Jawilan."
2012
T33169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Yuniar Tantri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kelayakan kota yang dirasakan dan waktu komuting individu di 26 kota di Indonesia. Penelitian ini dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi di Indonesia, dengan perkiraan 66,6% populasi diperkirakan tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2035. Dengan pertambahan populasi, ada potensi penurunan kelayakan kota dan waktu komuting yang lebih lama bagi individu. Lama waktu komuting dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan. Menggunakan regresi logistik, penelitian ini menemukan bahwa setiap perbaikan pada tingkat kelayakan kota berhubungan negatif dengan penurunan 0,3% probabilitas individu berkomuting selama lebih dari 60 menit. Namun, jika urbanisasi yang cepat, berlanjut tanpa perbaikan pada kelayakan kota, kemungkinan besar akan meningkatkan probabilitas individu berkomuting dalam waktu lebih lama. Temuan ini menegaskan perlunya perbaikan dalam lingkungan perkotaan, seperti pengembangan compact city, dengan penyediaan aksesibilitas yang baik.

This study aims to explore the relationship between perceived city livability and individual commuting time in 26 cities in Indonesia. The research is motivated by the rapid urbanization in Indonesia, with an estimated 66.6% of the population projected to live in urban areas by 2035. With the increasing population, there is a potential for a decrease in city livability and longer commuting time for individuals. The length of commuting time can lead to various health and environmental issues. Using logistic regression, the study found that every improvement in city livability is negatively associated with a 0.3% decrease in the probability of individuals commuting for more than 60 minutes. However, if rapid urbanization continues without improvements in city livability, it is likely to increase the probability of individuals commuting for longer durations. These findings emphasize the need for improvements in urban environments, such as the development of compact cities, with the provision of good accessibility"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Muhammad Arifin
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan upah antara kelompok pekerja metropolitan dan kelompok pekerja non metropolitan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini menganalisis dekomposisi perbedaan upah tersebut ke dalam dua faktor yaitu faktor yang dapat dijelaskan (endowment) dan faktor tak-terjelaskan (unexplained). Dari data Sakernas Agustus 2019 ditemukan kesenjangan upah pekerja metropolitan dengan pekerja non metropolitan di Indonesia. Pekerja di kota metropolitan memiliki probabilitas upah yang lebih tinggi daripada pekerja di kota non metropolitan. Berdasarkan kesenjangan tersebut, kontribusi faktor unexplained menjelaskan disparitas upah lebih besar dibandingkan karakteristik pekerja (endowment).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan upah antara kelompok pekerja metropolitan dan kelompok pekerja non metropolitan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini menganalisis dekomposisi perbedaan upah tersebut ke dalam dua faktor yaitu faktor yang dapat dijelaskan (endowment) dan faktor tak-terjelaskan (unexplained). Dari data Sakernas Agustus 2019 ditemukan kesenjangan upah pekerja metropolitan dengan pekerja non metropolitan di Indonesia. Pekerja di kota metropolitan memiliki probabilitas upah yang lebih tinggi daripada pekerja di kota non metropolitan. Berdasarkan kesenjangan tersebut, kontribusi faktor unexplained menjelaskan disparitas upah lebih besar dibandingkan karakteristik pekerja (endowment)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bissell, David, 1982-
Cambridge: The MIT Press, 2018
388.413 2 BIS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>