Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Najatun
"Anak-anak merupakan kelompok individu yang memiliki perilaku senang bergerak atau bermain. Terutama untuk anak-anak usia sekolah mereka senang bermain di luar ruangan. Saat bermain di luar, ruang-ruang kota seringkali menjadi tempat yang menarik untuk mereka bagi yang tinggal di area perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebuah ruang bermain berupa RPTRA yang ada di dalam lingkungan kota menjadi tempat yang sering mereka gunakan untuk bermain. Elemen-elemen di dalam ruang bermain RPTRA memiliki peran dalam mengakomodasi anak-anak untuk bermain didalamnya. Elemen-elemen tersebut memiliki affordances yang kemudian anak-anak akan menerima affordances itu sesuai karakter masing-masing anak. Affordances-affordances di dalam RPTRA menjadi penting agar anak-anak memiliki ruang bermain yang sesuai dengan karakteristik mereka. Peran-peran elemen ruang di dalam RPTRA dapat dilihat melalui konsep affordances dan hubungannya dengan anak-anak.

Children are a group of individuals who have different behavior from adults. They like to move actively or play. Especially for school age children, they love to play outside. When playing outside, city spaces often become interesting places for them who live in the city. It is influenced by various factors. A play space in the RPTRA of the city environment is a place that they often use to play. The elements in the RPTRA’s layspace have roles in accommodating children to play in it. These elements have affordances which then children will receive the affordances according to the character of each child. Affordances in RPTRA are important.  Children will have play spaces that are appropriate to their characteristics. The role of the space element can we see through affordances theory and the relation with children."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Pinendita
"Melihat fenomena semakin banyaknya anak-anak yang bermain di ruang luar, selama masa golden age mereka membutuhkan tahap perkembangan yang optimal. Selain kota merupakan tempat yang menarik bagi anak-anak, kota juga memiliki resiko dan tantangan terhadap kesehatan dan perkembangan anak di usia emas. Maka, untuk menciptakan Kawasan Ramah Anak yang inklusif perlu melihat kota melalui mata mereka (Brown et al, 2019). Penelitian ini berfokus kepada dua unsur penting yang dibutuhkan dalam Kawasan Ramah Anak yaitu kemandirian dan kreativitas. Kedua unsur dapat ditunjang dengan metode Montessori sebagai stimulan (Montessori, 1914). Namun, gagasan tersebut mendapatkan kritik dari W.H Kilpatrick (1935) bahwa beliau menilai Montessori membatasi kemampuan kreativitas anak karena tidak semua jenis permainan dapat dilakukan di dalam kelas. Berbagai kritik juga menekankan hal yang serupa bahwa metode tersebut tidak menganjurkan segala jenis aktivitas dapat dilakukan karena sistem yang terstruktur (Beck, 1961). Melihat adanya celah penelitian terkait dengan keterbatasan metode pedagogi Montessori bahwa metode tersebut hanya dilakukan di lingkungan sekolah-sekolah Montessori saja. Sehingga penelitian mencoba untuk mengadopsi pendekatan Montessori ke ranah urban demi mewujudkan Kawasan Ramah Anak yang optimal dan membuka kesempatan bagi mereka dengan mengasah sensory experience, kemampuan sensorik, motorik, kemandirian, serta kreativitas. Penelitian mencoba memahami bagaimana metode Montessori dapat mewujudkan Kawasan Ramah Anak guna menstimulasi perkembangan mereka dan apa arahan yang tepat untuk menyusun guideline Kawasan Ramah Anak yang dapat menstimulasi kemandirian dan kreativitas. Penelitian berlokasi di Kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Penelitian melihat bahwa pendekatan Montessori dapat mewujudkan Kawasan Ramah Anak melalui 5 unsur penting yaitu (1)sensory experiences, (2)exploratory, (3)collaborative, (4)constructive, dan (5)imaginative. Kelima unsur tersebut berfungsi untuk menstimulasi kemampuan kreativitas dan menciptakan kemandirian untuk mengoptimalkan fungsi ruang sebagai Kawasan Ramah Anak yang interaktif dan atraktif.

Observing the phenomenon where numerous children play outside during the golden age period concludes that they need an optimal development stage. A city is an enticing place for children, but it has risks and challenges against child health and development in the golden age period. Therefore, creating an inclusive Child-Friendly Neighborhood requires a city observation through their eyes (Brown et al., 2019). This study focuses on two fundamental elements necessary in a Child-Friendly Neighborhood, i.e., independence and creativity. Both elements are supported by the Montessori method as a stimulus (Montessori, 1914). However, this notion received a critic from W.H Kilpatrick (1935) where he judged Montessori as limiting child creativity since not all games are playable in class. Various critics emphasize that this method does not include all activities due to the structured system (Beck, 1961). Discovering a study gap regarding the Montessori pedagogic method limitation where the method is only applicable in Montessori school areas, the current study attempted to adopt the Montessori approach to urban areas to realize an optimal Child-Friendly Neighborhood and open an opportunity for them by honing sensory experiences, sensory and motoric abilities, independence, and creativity. The study attempted to understand how the Montessori method can realize a Child-Friendly Neighborhood to stimulate their development and the appropriate direction to arrange the Child-Friendly Neighborhood’s guideline stimulating independence and creativity. The study was located in the Pondok Pinang Neighborhood, South Jakarta. The study examined that the Montessori approach can realize a Child-Friendly Neighborhood through five vital elements: (1) sensory experiences, (2) exploratory, (3) collaborative, (4) constructive, and (5) imaginative. These five elements stimulate creativity and create independence to optimize the space function as an interactive and attractive Child-Friendly Neighborhood."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dewi Lestari
"Pembangunan perkotaan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan serta terbatasnya ruang publik untuk kegiatan bermain anak-anak di kawasan permukiman padat. Tujuan penelitian menganalisis tempat bermain anak di permukiman padat dan menyiapkan konsep rancangan ruang publik yang lebih aman dan nyaman untuk anak. Penelitian menggunakan metode gabungan dengan analisis kuantitatif menggunakan analisis deskritpif dan analisis spasial, sedangkan analisis kualitatif dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis anak-anak bermain di ruang publik di sekitar rumah yang masih belum aman dan nyaman dengan pengawasan orang tua, dan konsep ruang publik multi fungsi menjadi alternatif yang terpilih untuk rancangan tempat bermain yang memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan anak. Kesimpulan penelitian bahwa rancangan ruang publik multi fungsi yang memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak-anak menjadikan ruang publik yang lebih ramah sebagai tempat bermain anak.

Urban development have resulted in changes in land use and limited public space for children's play activities in densely populated areas. This research aims to analyze the existence of a children's playing space in densely populated areas and provide a public space design concept that is safer and more convenient for children. This study uses a combined method with quantitative analysis using descriptive and spatial analysis, while qualitative analysis uses the Analytical Hierarchy Process. The results showed that children played in public spaces around the house that were still not safe and comfortable for them with parental supervision. Furthermore, the concept of a multi-functional public space became the chosen alternative for designing a playing area in a public space that considers aspects of security, safety, and convenience for children. This study concludes that the design of a multi-functional public space that pays attention to the safety and convenience of children makes a more friendly public space as a place for children to play."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Diandra Yahya
"Penelitian ini membahas tentang peran perpustakaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, mulai dari kondisi perpustakaan, peran perpustakaan sebagai sumber informasi, tempat pembelajaran, dan juga hiburan yang bermanfaat sebagai sumber belajar bagi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi perpustakaan RTPRA Bahari dan perannya sebagai sumber belajar anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perpustakaan RPTRA Bahari sudah berperan baik sebagai sumber belajar anak dan dapat menggantikan peran perpustakaan umum dalam menjangkau masyarakat lebih dekat. Hasil penelitian ini menyarankan agar perpustakaan RPTRA Bahari mengadakan beberapa layanan yang ada di perpustakaan umum.

This study discusses about the role of library at Child Friendly Integrated Public Space starting from its condition, its role of the library as an information source, as a learning place, and also as a recreational place for children that useful as a source of learning for children. The method used in this research is qualitative method, with case study approach.
This research aims to know the condition of RTPRA Bahari library and its role as learning resource for children. The results of this study shows that library of RPTRA Bahari has done its role as a learning resource for children and can substitute public libraries role in reaching the community. This study suggest that library of RPTRA Bahari should provide some services that public library does.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Triarini Indirasari
"Pembentukan peran jenis kelamin mempakan hal yang penting bagi setiap orang, karena mendukung perkembangan konsep diri dan identitas seseorang. Masa penting pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah pada usia prasekolah (3-6 tahun). Salah satu cara pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah dengan cara sosialisasi. Ada tiga cara sosialisasi yang dapat dilakukan dalam pembentukan peran jenis kelamin, yakni dengan direct instruction, shaping atau modelling. Agen sosialisasi terpenting dalam pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah keluarga, terutama orang tua, karena merupakan lingkungan terdekat yang dimiliki anak yang memperkenalkan anak pada lingkungan masyarakat yang Iebih luas. Penelitian di Barat menunjukkan bahwa orang tua dapat mempengaruhi pembentukan peran jenis kelamin anak, khususnya anak usia prasekolah dalam kegiatan bermain. Sebagian besar anak usia prasekolah menghabiskan waktunya dalam bermain. Bermain sendiri merupakan media bagi anak untuk mangembangkan dirinya, baik dari segi fisik, kognitif dan sosial emosional. Selain itu, bermain juga merupakan wadah bagi anak untuk mencoba berbagai peran.
Dalam kegiatan bermain, orang tua menularkan sikap tentang peran jenis kelamin melalui mainan yang diberikan serta interaksi antara anak dan orang tua saat bermain. Penelitian yang dilakukan di Barat menunjukkan bahwa adanya pembedaan pemberian mainan maupun aktivitas bermain pada anak Iaki dan parempuan oleh orang tua menyebabkan peran jenis kelamin yang terbentuk pada anak Iaki dan perempuan berbeda. Di Indonesia sendiri, dengan semakin banyaknya toko mainan yang menyediakan sarana bermain bagi anak, memudahkan orang tua untuk menggunakan mainan sebagai media dalam mensosialisasikan karakteristik tertentu sesuai dengan peran jenis kelamin. Namun, bagaimana gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yang dilakukan dalam kegiatan bermain oleh orang tua belumlah terlihat. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan uniuk mendapatkan gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yang diiakukan orang tua pada anak usia prasekolahnya khususnya dalam kegiatan bermain.
Ada tiga teori besar yang menjelaskan tentang pembentukan peran jenis kelamin. Pandangan Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa peran jenis kelamin terbentuk karena adanya proses identifikasi yang terjadi akibat ikatan emosional khusus yang didasarkan atas keinginan anak untuk dicintai atau atas ketakutan salah satu orang tua. Teori belajar sosial menjelaskan bahwa anak menampilkan respon atau perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya karena mendapat imbalan dan anak menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya karena meneka akan dihukum. Teori perkembangan kognitif menganggap bahwa peran jenis kelamin terbentuk sebagai hasil dari sistem kognitif anak. Anak belajar mengkategorisasikan atribut dan informasi yang ada di lingkungan berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang melibatkan 40 orang tua yang memiliki anak laki dan perempuan usia prasekolah (3-6 tahun). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probabilita dan teknik incidental. Alat yang digunakan untuk mengetahui sosialisasi peran jenis kelamin dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat daftar mainan yang diberikan pada anak beserta orang yang memilihkan mainan, karakteristik yang ingin dikembangkan pada anak laki dan perempuan serta cara orang tua mensosialisasikan karaktenstik yang diinginkan dalam kegiatan bennain. Daftar mainan yang digunakan dibuat oleh peneliti dengan melakukan survei terhadap mainan yang dimiliki anak usia prasekolah. Sedangkan untuk item karakteristik peran jenis kelamin peneliti menggunakan item Bem Sex Role Inventory. Sebelum alat digunakan sepenuhnya, peneliti melakukan uji coba alat terlebih dahulu untuk mengetahui face validity atau uji keterbacaan serta mengukur intterrater reliability. Penelitian dilakukan di 4 Taman Kanak-kanak di Jakarta dan Bogor. Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data yang diperoleh diolah dengan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam anak laki lebih banyak memiliki mainan kategori fisik dan kognitif, sedangkan anak perempuan lebih banyak memiliki mainan kategori sosial emosional. Dalam menentukan mainan yang diberikan, anak Iebih besar peranannya dibandingkan dengan orang tua sendiri. Berdasarkan karakteristik yang ingin dikembangkan pada anak laki dan perempuan, antara ayah dan ibu pada umumnya memiliki keinginan yang sama. Bagi anak laki, orang tua Iebih banyak menginginkan karakteristik maskulin terdapat dalam diri anaknya. Sedangkan bagi anak perempuan, ada karakteristik-karakteristik feminin maupun maskulin yang diinginkan orang tua dimiliki anaknya. Untuk karakteristik yang tergolong netral, orang tua menginginkan karakteristik yang sama terdapat pada anak laki dan perempuannya. Dalam mensosialisasikan karakteristik yang diinginkan khususnya dalam bermain, orang tua lebih banyak menggunakan teknik direct instruction dibandingkan teknik shaping, modeling atau campuran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Wisnu Putri
"Skripsi ini mengkaji lebih lanjut mengenai isu arsitektur yang ramah bagi anak yang diimplementasikan pada Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA sehingga anak-anak dapat merasakan ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung implementasi indikator ramah anak pada rancangan terbangun serta mengamati pergerakan dan tingkah laku anak pada ruang terbuka publik terkait dengan bahaya keselamatan dan keamanan melalui metode kajian literatur, observasi, dan wawancara. Hasil observasi, dan wawancara kemudian akan dikaji dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan landasan teori dan standar acuan dari literatur. Selanjutnya akan disintesis dan disimpulkan menjadi ruang publik ramah anak. Kata kunci:Arsitektur ramah anak, ruang publik ramah anak.

This thesis reviews the issue of child friendly architecture implemented in a child friendly integrated public space so that children can feel the public space that suits their needs. The thesis was done by observing the implementation of child friendly indicators in the design of the building and observing children rsquo s movement and behavior in public open space related to safety and security hazard through literature review method, observation, and interview. The result of the observation and interview will be further reviewed and analyzed using the theoretical basis and references standard of the literature. It will then be synthesized and summarized into a child friendly public space. Keywords Child friendly architecture, child friendly public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira
"ABSTRAK
Kebanyakan anak autis memiliki gangguan terhadap sensori integrasi. Untuk mengatasi disfungsi sensori anak akan diterapi menggunakan objek. Objek yang digunakan untuk terapi adalah bentukan dari objek bermain, sehingga ruang sensori integrasi dapat dikatakan sebagai ruang bermain anak autis. Objek di sini menjadi poin penting karena menjadi elemen yang sangat dibutuhkan untuk terapi. Penyusunan objek yang ada di dalamnya akan menjadi sangat penting karena harus memenuhi kebutuhan terapi tiap-tiap anak yang berbeda. Susunan objek yang berproses akan membuat anak bergerak beralur dan tidak diam di satu sisi. Susunan objek yang berproses dapat dibentuk dengan mengkombinasi antar objek yang satu dengan yang lain. Objek dan penyusunannya yang dinamis/fleksibel menjadi sangat efektif untuk mendukung aktifitas yang berproses untuk kebutuhan terapi setiap anak. Kebutuhan gerak setiap anak autis untuk mendukung terapinya berbeda-beda. Adanya penyusunan objek yang berbeda disetiap anaknya akan menghasilkan proses gerakan yang berbeda pula, misalnya untuk anak yang aktif dan pasif. Sehingga penyusunan objek yang fleksibel dapat dijadikan pertimbangan dalam mendesain ruang sensori integrasi untuk anak autis.

ABSTRAK
Most children with autism have a disruption to sensory integration. To overcome sensory dysfunction the child will be treated using the object. The object used for therapy as a form of the play object, so that the sensory space of integration can be autistic children 39 s playroom. The object becomes an important point because it becomes an indispensable element for therapy. Arrangement of objects in it, will be very important because it must meet the needs of each therapy of different children. The arrangement of objects in the process will make the child move grooved and not stay on one side. The arrangement of processed objects can be formed by combining the objects with each other. Objects and arrangements with dynamic and flexible are very effective to supporting the activities in process for every child 39 s therapy needs. The needs of every autistic child 39 s movement to support therapy may vary. The existence of arrangement different objects in each child will produce a different process of movement, for example for children who are active and passive. So the arrangement of a flexible object can be taken to consideration in designing the sensory space integration for children with autism. "
2017
S68059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catleya Azzah Banafsaj
"Perspektif multtisetting pada anak adalah pengalaman yang terjadi ketika anak menempati satu tempat ke tempat lainnya memicu ruang geraknya. Ruang gerak anak menjadi kebutuhan pergerakan anak semasa perkembangan hidupnya mencakup peristiwa pergi dan kembali dengan elemen pembentuk ruang yaitu jarak dan jalur. Bagi anak, adanya kebutuhan untuk melakukan pergerakan pada lingkungan atau settings yang berbeda-beda sebagai bentuk eksplorasi dan penambahan pengalaman. Hubungan antara lingkungan dan alam kemudian menjadi salah satu strategi pengaturan multisetting yang dapat meningkatkan pengalaman anak terutama untuk aktivitas belajar dan bermain. Strategi tersebut dapat diterapkan dengan konsep biophilic yang mencakup aspek nature dan built environment. Skripsi ini membahas bagaimana ruang gerak anak pada multisetting dapat menghasilkan respons gerak bagi anak dengan penerapan elemen biophilic.

The multisetting perspective on children is an experience that occurs when children occupy one place after another, triggering their space to move. The space for children’s movement becomes a need during their life development. It includes going and returning events involving space-forming elements, namely distance, and path. For children, there is a need to move around in different environments or settings as a form of exploration and experience enhancement. The relationship between the environment and nature then becomes one of the multisetting regulatory strategies that can enhance children's experiences, especially for learning and playing activities. This strategy can be applied using biophilic concepts which include natural aspects and the built environment. This thesis discusses how spaces for children’s movement in multisetting produce specific movement responses of children that apply biophilic elements. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Murniati
"Nyeri adalah keluhan yang dirasakan karena adanya tindakan operasi. Manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat menimbulkan kondisi tidak nyaman dan dapat berdampak terhadap tidak kooperatifnya anak terhadap petugas kesehatan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang efektivitas terapi bermain terhadap nyeri pada anak usia prasekolah post uretroplasty. Nyeri yang Terapi bermain merupakan salah satu intervensi untuk meminimalkan hal tersebut. Hasil dari penerapan terapi bermain yang telah dilakukan selama 3 hari terbukti efektif dalam menurunkan nyeri dan membuat anak menjadi lebih kooperatif terhadap petugas kesehatan. Penulis berharap, Rumah Sakit dapat mengembangkan program terapi bermain sesuai tumbuh kembang anak untuk meningkatkan efektivitas manajemen nyeri.

Pain is a common complaint that rises within post surgery. Inadequate pain management might lead to uncomfortable condition and impact such as children is uncooperative to health care team. This scientific work aims to provide an overview of the effectiveness of play therapy to overcome anxiety in preschool age children, post uretroplasty. Play therapy is one of the interventions to minimize it. The result of play therapy intervention that has been done for 3 days proved it is effective in reducing anxiety and treat children to more cooperative with health care team. The researcher suggests that play therapy program from the hospital for increasing the effectivity of anxiety management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syisnawati
"Salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah selama hospitalisasi adalah dengan melakukan terapi bermain all tangled up. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak usia sekolah selama hospitalisasi di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 68 orang yang meliputi 34 orang kelompok intervensi dan 34 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penurunan skor tingkat kecemasan pada anak usia sekolah lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p value<0.05). Terapi bermain all tangled up direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan merawat klien anak usia sekolah yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi.

One of therapies to decrease anxiety of school-aged children while hospitalized is by playing therapy called all tangled up. The aim of this study was to know influence of playing therapy called all tangled up to school-aged children while hospitalized at Syekh Yusuf Regional Hospital of Gowa, province of South Sulawesi. This study used a Quasi-experimental design with pre-post test and control group. A number of 68 samples including 34 people the intervention group and 34 the control group. The results showed the decrease in the anxiety score of school-aged children in the intervention group was higher than in the control group (p value <0.05). Playing therapy called all tangled up is recommended as a therapy applied in the advanced nursing care for school-aged children clients with anxiety while hospitalized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>