Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Fathinah
"Pemilihan umum merupakan instrumen utama pada negara demokrasi sebagai sarana bagi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam politik. Pada negara di kawasan Asia Timur seperti Republik Korea, Ajaran Konfusianisme berperan signifikan dalam membentuk kehidupan sosial dan politik masyarakat. Hal ini diperlihatkan melalui munculnya regionalisme sebagai budaya politik yang memengaruhi pilihan pemilih pada pemilihan umum. Regionalisme memiliki pengaruh signifikan pada hasil perolehan suara, terutama pada pemilihan presiden yang pertama kali dilakukan secara demokratis pada tahun 1978. Selain regionalisme, beberapa literatur menunjukkan bahwa performa kandidat juga memengaruhi pilihan pemilih melalui evaluasi pemilih pada kualitas kandidat. Hal ini tidak lepas dari terungkapnya skandal korupsi Park Geun Hye, presiden dari partai konservatif yang dipilih pada pemilihan presiden tahun 2012, pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab faktor-faktor yang memengaruhi pilihan pemilih pada pemilihan presiden Republik Korea tahun 2017 melalui metode kualitatif dengan instrumen studi literatur. Analisis dilakukan dengan teori The Model of Voting Choice oleh Byung-o Min (2004). Penelitian ini menunjukan bahwa pilihan pemilih pada pemilihan presiden tahun 2017 signifikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu regionalisme yang dipengaruhi oleh Ajaran Konfusianisme dan performa kandidat yang saling berhubungan. Terjadi pula vote switchingdari pendukung kandidat partai konservatif ke kandidat partai lainnya sebagai akibat dari terungkapnya skandal korupsi Park Geun Hye."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aida Mardhatila
"Tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku loyalitas pemilih pemula pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, pemilih pemula dapat didefinisikan sebagai Warga Negara Indonesia WNI yang sudah berusia 17 tahun; atau WNI yang berusia kurang dari 17 tahun tetapi sudah menikah/sudah pernah menikah. Di dalam Teori Perilaku Memilih ada faktor-faktor sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional yang dapat mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan pilihannya. Begitu pula pemilih pemula pada Pilkada Jakarta 2017 yang mendapatkan pengaruh dari lingkungan sosialnya, citra psikologis kandidat, atau pertimbangan rasional dari berbagai media informasi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah 400 responden dengan tingkat kepercayaan 95 dan Margin of Error MoE 5. Selain itu, pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling hingga diperoleh 10 kelurahan terpilih dari 5 kecamatan di 5 wilayah kota Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa faktor yang paling banyak mempengaruhi loyalitas pemilih pemula pada Pilkada Jakarta 2017 ialah orientasi isu yang merupakan turunan dari faktor-faktor psikologis. Hal ini disebabkan pemilih pemula lebih banyak memilih kandidat karena menyukai program-program yang ditawarkan. Dari segi implikasi teoritisnya, studi ini memberikan hasil berbeda dari penelitian mengenai pemilih pemula di Jakarta oleh Budi Jatnika 2004. Ada perubahan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih pemula di DKI Jakarta, yaitu dari faktor sosiologis menjadi faktor psikologis. Hal ini juga berkaitan dengan perbedaan situasi politik, dimana pada tahun 2004 kompetisi antar partai politik berlangsung ketat, sementara di tahun 2017 kompetisi yang terjadi tidak hanya antar partai, tetapi juga mengandalkan program dan figur kandidat.

This thesis discusses the factors that influence first voter's loyalty in Jakarta Regional Election 2017. Based on Law Number 7 Year 2017 about General Election, first voters can be defined as Indonesian citizen WNI aged minimum 17 years or an Indonesian citizen who is less than 17 years old but married already married. The Voting Behavior Theory there are sociological, psychological, and rational choices that may influence the first voters. Similarly, first voters in Jakarta Regional Election 2017 who also got influence from their social environment, individual psychological, or rational considerations of various media information.
This research uses quantitative method and data collection is done by using questionnaire. The sample size in this study was 400 respondents, with 95 confidence level, and 5 Margin of Error MoE. In addition, sampling is done by stratified random sampling method to obtain 10 selected urban villages kelurahan, from 5 districts kecamatan, in 5 administratitive cities of Jakarta Province.
The result of this study is the most influence factor on first voter's behavior is issue orientation, which is derived from psychological factors. Because, first voters choose the candidates based on their programs. The theoretical implication is this study gives different results from previous study by Budi Jatmika 2004. There is a change of factors influencing first voter's behavior in Jakarta, from sociological factors into psychological factors. This is also related to the difference political situation, where in 2004 the competition between political parties was tight, while in 2017 the competition was not only between parties, but also rely on candidate programs and their figures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Miqdar
"Tesis ini mengkaji mengenai Pertarungan Kekuasaan Antara Partai Besar vs Partai Kecil dalam Perumusan Ambang Batas Presiden ('Presidential Threshold') Pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum yang terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Dalam proses pembahasan tersebut masing-masing fraksi saling beradu argumentasi mengenai isu ambang batas presiden ('presidential threshold'). Terdapat 2 (dua) pendapat yang mengemuka yang saling berlawanan (kontradiktif) antara satu dengan yang lainnya. P'ertama', pendapat yang menginginkan agar besaran ambang batas presiden tetap pada angka 20% kursi dan 25% suara sah nasional. 'Kedua', pendapat yang menginginkan agar aturan mengenai ambang batas presiden ('presidential threshold') dihapuskan menjadi 0%. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori kekuasaan, teori persaingan dan teori konflik. Penelitian ini merupakan penelitian  kualitatif dengan menggunakan teknik analisa deskriptif-analitis dan wawancara mendalam dengan beberapa anggota fraksi yang terlibat langsung dalam proses politik tersebut.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partarungan kekuasaan antara partai besar vs partai kecil pada perumusan ambang batas presiden ('presidential threshold') lebih dimotivasi oleh orientasi dan kepentingan politik pragmatis masing-masing fraksi yang sifatnya kolutif dalam rangka untuk kepentingan Pilpres dan Pemilu tahun 2019. Implikasi teoritis menunjukkan bahwa teori kekuasaan, teori persaingan dan teori konflik berimplikasi positif terhadap penelitian ini.

This thesis examines the Power Struggle between the Big Parties vs Small Parties in the Formulation of the Presidential Threshold in Law Number 7 of 2017 concerning General Elections that occurs in the House of Representatives of the Republic of Indonesia (DPR RI). In the discussion process each faction clashed with each other regarding the presidential threshold. There are 2 (two) opinions that are contradictory between one another. First, opinions that want the presidential threshold to remain at 20% of seats and 25% of legitimate national votes. Second, opinions that want the presidential threshold to be abolished to 0%. The theories used in this study are power theory, competition theory and conflict theory. This research is a qualitative research using analytical-descriptive analysis techniques and in-depth interviews with several faction members who are directly involved in the political process.
The findings in this study indicate that the participation of power between big parties vs small parties in the formulation of the presidential threshold is more motivated by the orientation and pragmatic political interests of each faction that is colutive in the interests of the 2019 Presidential Election and Election. Theoretical implications shows that the theory of power, competition theory and conflict theory have positive implications for this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Juwita Sari
"Pemilihan umum presiden 2017 merupakan sebuah peristiwa yang penting dalam sejarah Prancis dengan kemenangan Presiden termuda, yaitu Emmanuel Macron. Artikel ini membahas mengenai pidato Emmanuel Macron yang berhasil meyakinkan rakyat Prancis memilihnya sebagai Presiden 2017. Data dianalisis dengan cara membedah struktur kalimat, dan prinsip retorika dalam pidato kampanye Macron di Paris pada tanggal 24 April 2017. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan antara struktur kalimat yang dan prinsip retorika yang digunakan oleh Macron dalam pidato pemilihannya sebagai Presiden 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif oleh Creswell (2013) dengan studi kepustakaan. Teori Le Querler (1994) digunakan untuk membedah struktur sintaksis dan teori retorika oleh Fromilhague (2010) untuk membedah diksi dalam setiap kalimat pidato. Dari 50 data ditemukan bahwa kalimat dominan pada pidato Emmanuel Macron adalah les phrases complexes diantara nya 20 La Phrase Complexes subordonnée, 10 La Phrase complexe juxtaposée, 14 La Phrase composée coordonée dan 6 Les phrases simple. Adapun kalimat dominan yaitu Les phrases complexes subordonné untuk memberikan perluasan melalui informasi yang disampaikan. Fungsi kalimat sintaksis juga berpengaruh dalam penggunaan prinsip retorika untuk memberikan penjelasan lebih mendetail di dalam setiap kalimatnya.

The 2017 presidential election was a landmark event in French history with the victory of the youngest President, Emmanuel Macron. This article discusses Emmanuel Macron's speech that successfully convinced the French people to elect him as President in 2017. The data is analyzed by dissecting the sentence structure, and rhetorical principles in Macron's campaign speech in Paris on April 24, 2017. This research aims to show the relationship between the sentence structure and rhetorical principles used by Macron in his election speech as President in 2017. This research uses the qualitative method by Creswell (3013) with a literature study. Le Querler's theory (1994) was used to dissect the syntactic structure and Fromilhague's theory of rhetoric (2010) to dissect the diction in each sentence of the speech. From 50 data, it is found that the dominant sentences in Emmanuel Macron's speeches are les phrases complexes, including 20 les phrases complexes subordonnée, 10 les phrases complexe juxtaposée, 14 les phrases composée coordonée and 6 les phrases simple. The dominant sentence is Les phrases complexes subordonné to provide expansion through the information conveyed. The syntactic sentence function also influences the use of rhetorical principles to provide a more detailed explanation in each sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah
"Artikel ini membahas retorika politik terkait keimigrasian dan keberadaan imigran yang dinyatakan oleh kandidat presiden Prancis pada pemilihan umum presiden Prancis 2017. Isu imigrasi adalah salah satu aspek terpenting dalam kebijakan domestik dan luar negeri Prancis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan penerimaan imigran dari para kandidat presiden Prancis 2017, serta dampaknya kepada publik Prancis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga model dimensi dari Norman Fairclough, yaitu dimensi mikrostruktural, mesostruktural, dan makrostruktural. Data yang digunakan berasal dari surat kabar, media daring, buku, dan artikel jurnal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa retorika politik oleh kandidat presiden pada kampanye pemilihan umum presiden Prancis 2017 membentuk identitas dan penerimaan imigran tersendiri dalam pandangan publik Prancis. Lima kandidat presiden Prancis menyajikan retorika terkait keimigrasian dan keberadaan imigran dengan pembingkaian yang berbeda-beda sesuai dengan ideologi partai yang dianut. Namun, retorika yang disajikan oleh kandidat presiden Macron dari En Marche! lebih dapat diterima oleh masyarakat Prancis daripada para kandidat presiden lainnya.

This article discusses the political rhetoric regarding immigration and the presence of immigrants declared by the French presidential candidates in the 2017 French presidential election. The issue of immigration is one of the most important aspects of French domestic and foreign policy. The purpose of this study is to determine the perceptions and acceptance of immigrants from the 2017 French presidential candidates, and their impact on the French public. The theory used in this research is Norman Fairclough's three-dimensional model, namely the microstructural, mesostructural, and macrostructural dimensions. The data taken is the first source in the form of newspapers, online media, books and journal articles. The results of this study indicate that the political rhetoric by presidential candidates in the 2017 French presidential election campaign forms its own identity and acceptance of immigrants in the French public view. Five French presidential candidates presented rhetoric related to immigration and the existence of immigrants with different framing according to the party ideology they adhere to. However, the rhetoric presented by presidential candidate Macron is more acceptable to French society than other presidential candidates."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Nuari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terpaan kampanye capres dan cawapres di media sosial terhadap partisipasi pemilih pemula pada pemilihan presiden 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (quantitative methods) dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel dari penelitian ini sebanyak 150 mahasiswa FISIP UI dari 8 departemen angkatan 2011-2014. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bentuk kampanye di media sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula pada pemilihan presiden 2014.

This research is purposely made for describing the influence between campaign president and vice president in social media on beginner voter participation of presidential election in 2014. This research used quantitative methods, which is questionnaire being used as research instrument. Thus, 150 students of FISIP UI, from 8 departments (2011-2014) were being sample in this research. The result of this research explained if campaign president and vice president in social media shows strong relationship with beginner voter participation of presidential election in 2014."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Ranakifa Putri Suryana
"Pada Pemilu 2022, Yoon Seok-yeol dari People Power Party berhasil mengalahkan Lee Jae-myung dari Democratic Party of Korea dalam pertarungan memperebutkan kursi Presiden Korea Selatan ke-13. Hasil pemilu tahun 2022 menunjukkan persaingan ketat antara kedua kandidat yang hanya memiliki selisih suara 0,73 persen dengan total partisipasi pemilih 77,1 persen. Pada masa kampanye Pilpres tersebut, ditemukan beberapa narasi yang mempengaruhi hasil suara, antara lain perdebatan seputar paham anti-feminisme dan masalah domestik yang kurang diatasi oleh pemerintahan sebelumnya, administrasi Presiden Moon Jae-In. Dalam rangka untuk memenangkan pemilu, Yoon Seok-yeol berupaya untuk memanfaatkan sentimen anti-feminisme dalam wacana kampanyenya, terutama di kalangan pemilih laki-laki muda. Dengan menggunakan teori strategi politik ofensif milik Peter Schr�der. Melalui empat variabel dari teori tersebut, yaitu target image (citra yang diinginkan), kelompok target, pesan kelompok target, dan instrumen kunci, penelitian ini ingin menjelaskan strategi ofensif Yoon Seok-yeol dari PPP dalam memenangkan kontestasi Pilpres 2022 di Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data sekunder dan studi literatur. Penelitian ini menemukan berkembanganya wacana anti-feminisme sejak Pemerintahan Presiden Moon Jae-In berhasil dimobilisasi oleh Yoon Seok-yeol untuk menggiring opini para kelompok laki-laki muda untuk memilihnya.

In the 2022 Presidential Election, Yoon Seok-yeol from the People Power Party defeated Lee Jae-myung from the Democratic Party of Korea in the battle for the 13th President of South Korea. The election results in 2022 showed a tight competition between the two candidates, with a narrow vote margin of 0.73 percent and a total voter turnout of 77.1 percent. During the presidential campaign, several narratives were found to influence the voting results, including debates surrounding anti-feminism ideology and unresolved domestic issues under the previous administration of President Moon Jae-In. In order to win the election, Yoon Seok-yeol sought to capitalize on anti-feminism sentiments in his campaign discourse, particularly among young male voters. Using Peter Schr�der's theory of offensive political strategy, this research aims to explain Yoon Seok-yeol's offensive strategy from the PPP in winning the 2022 Presidential contest in South Korea. The study examines four variables from the theory, namely target image, target group, group-targeted message, and key instruments, to analayze Yoon Seok-yeol's strategy. The study employs a qualitative methodology by using secondary data collection and literature review. The research finds the proliferation of anti-feminism discourse since the Moon Jae-In administration, succesfully mobilized by Yoon Seok-yeol, exploiting the opinions of young male groups to secure their votes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Prasetyo
"ABSTRAK
Sebelum reformasi di tahun 1998 proses suksesi kepemimpinan nasional di Indonesia tidak pernah melewati proses yang normal yaitu Pemilihan Umum. Presiden Soekamo dan Presiden Soeharto diturunkan di tengah masa pemerintahannya oleh tekanan krisis ekonomi dan gelombang demonstrasi penolakan administrasi mereka. Hak konstitusional warga negara tidak memperoleh tempat semestinya pada masa sebelum tahun 1998.
Setelah reformasi bergulir enam tahun lalu, Indonesia telah mengalami empat kali pergantian administrasi pemerintahan. Dimulai dari BJ. Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono. Pada era reformasi ini sudah berhasil diselenggarakan dua Pemilu yang relatih jauh lebih bebas daripada pemilu-pemilu sebelumnya.
Banyaknya partai politik peserta pemilu-tahun 1999 terdaftar 48 partai, 2004 terdaftar 24 partai dan kandidat presiden, tiga kandidat di tahun 1999 dan lima kandidat tahun 2004. Merupakan atmosfer yang sangat baik bagi berkembangnya pemasaran politik di tanah air.
Begitu banyak partai politik yang menawarkan produknya pada konsumen, lantas bagaimana konsumen mengolah semua tawaran tersebut dalam benak mereka? Kemampuan otak untuk memproses stimuli yang ditangkap panca indera terbatas, maka konsumen akan memberi perhatian pada stimuli-stimuli tertentu. Konsumen akan mencari atau memproses stimuli yang dianggap relevan dengan proses pemenuhan kebutuhan mereka.
Dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut, stimuli-stimuli yang diproses oleh konsumen berbeda-beda tergantung pada latar belakang, pengalaman dan keyakinan konsumen. Untuk itu pemasar politik perlu mengetahui stimuli-stimuli yang mendapat perhatian oleh kelompok-kelompok konsumen yang ada, guna memenangkan sejumlah suara tertentu.
Bauran pemasaran yang di program oleh pemasar perlu disesuaikan dengan segmen yang hendak dicapai agar stimuli-stimuli yang dikirimkan tepat sasaran dan mendapat perhatian konsumen. Pada pemasaran kandidat presiden stimuli-stimuli tersebut tersimpan dalam atribut-atribut kandidat. Untuk mengetahui atribut-atribut yang menarik perhatian konsumen tersebut maka penelitian ini dilaksanakan.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dan data primer. Analisis data sekunder dilakukan untuk mengetahui tingkat antusiasme pemilih dalam memberikart hak suara mereka, kepercayaan mereka pada penyelenggaraan pemilu. Data primer dikumpulkan dengan metode riset eksploratori Focus Group Discussion, tujuannya untuk:
1. Mengetahui atribut apa yang melekat pada diri kandidat yang dianggap penting bagi kelompok remaja.
2. Apakah media yang digunakan untuk mencapai pemilih pemula remaja?
3. Apakah yang menjadi faktor pertimbangan pemilih pemula remaja saat mengevaluasi altematif produk yang tersedia?
Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut-atribut yang menjadi perhatian dan pertimbangan konsumen pemilih pemula remaja adalah terfokus pada sosok personal kandidat dan individu-individu pendukungnya. Dan sosok yang dibutuhkan oleh konsumen
kelompok pemilih pemula remaja adalah sebagai berikut:
a. Moralitas seorang kandidat, dalam arti tidak terkait isu-isu berkaitan dengan korupsi, kolusi, nepotisme serta HAM dengan penekanan pada kejujuran.
b. Latar belakang agama dan keimanan yang dilegitimasi oleh ulama.
c. Integritas dan karisma seorang kandidat, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah kemampuan mempengaruhi khalayak dan bisa menjadi teladan.
d. Intelektualitas dan wawasan yang luas, dengan faktor yang menjadi pertimbangan adalah latar belakang pendidikan kandidat minimal lulusan strata 1 dari perguruan tinggi yang dapat diidentifikasi dan kemampuan mengetahui isu-isu ekonomi dan hukum.
e. Kandidat presiden adalah seorang pria beragama Islam dan berasal dari suku Jawa, dengan kata lain harus berasal dari suku dan agama mayoritas.
f. Memiliki empati dan simpati pada masyarakat banyak dengan faktor yang menjadi pertimbangan adalah sensivitas pada isu-isu kontemporer yang berkembang di masyarakat.
g. Prioritas program berantas KKN dan perbaikan ekonomi, isu HAM, otonomi daerah dan lainnya (diluar pemberantasan KKN dan ekonomi) tidak dipertimbangkan.
h. Kandidat presiden dan wakil presiden harus membawa suasana pembaharuan, baik individu baru maupun budaya kerja yang baru.
Kesimpulannya bauran pemasaran politik yang digunakan saat pemilu menekankan
penciptaan citra tokoh seperti diatas pada saat memasarkan kandidat presiden ke pemilih
pemula remaja, tampaknya dapat memenangkan hati mereka.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Kurnia Dwitantri
"Selama ini Presiden RI selalu memiliki dua atribut: Jawa dan Islam. Pada Pemilu 2014, hanya ada dua kandidat da keduanya bersuku Jawa dan beragama Islam. Lalu, apa yang mempengaruhi pilihan politik pemilih? Tulisan ini ingin melihat sejauh mana hubungan faktor sosiologis dengan perilaku pemilih untuk memilih figur Joko Widodo atau Prabowo Subianto pada pemilihan presiden 2014. Faktor sosiologis yang dimaksud antara lain adalah wilayah, agama, etnis, kelas, keluarga, teman, dan keanggotaan. Studi ini menggunakan pendekatan teoritis sosiologi politik sehingga berbeda dengan studi-studi sebelumnya. Lebih khusus lagi, studi ini menggunakan variabel jarak sosial dan sosialisasi yang belum pernah digunakan pada studi terdahulu. Berbeda dengan hasil studi Liddle dan Mujani (2007, 2010, 2011), penelitian ini berkesimpulan bahwa agama masih berpengaruh pada pilihan politik. Studi ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara selfadministered, wawancara mendalam, dan telaah data sekunder.

For the time being, President of Republic of Indonesia has to have two attributes: Javanese and Mosleem. In 2014 election, there are two candidates (Prabowo Subianto and Joko Widodo) and they both have those attributes. The next question is what is the influental factor of voter‘s political choice? This study tries to examine the correlation between sociological factors and political choice of university student in 2014 presidential election. Sociological factors that has been choosen are region, religion, ethnics, class, family, peer, and membership. This study uses political sociology theoretical approach. This study uses social distance and socialization as it's variables which had not been used yet in other studies. This study indicates religion remains an infuental factor that determines voter behavior. This study uses quantitative approach and survey method. Gathering data is done by self-administered online questionnaire and in-depth interview.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>