Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damai Kasih Lintanghati
"Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi utama dan terbesar penggunaannya di Indonesia. Kebutuhannya pun dinilai cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Emisi dari pembakaran gas disebut dapat menimbulkan isu lingkungan. Selain dalam tahap penggunaannya, proses produksi gas juga perlu ditinjau peranan dan dampaknya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal tersebut lewat metode Life Cycle Assesment (LCA). Penelitian ini dibatasi oleh sistem gate-to-gate yang meliputi proses dari tahap produksi saja, dan digunakan untuk menentukan dampak lingkungan dari langkah produksi atau proses. Tinjauan proses yang dinilai dampak lingkungannya terdiri atas alur produksi gas dan kondensat serta produk samping air terproduksi.Analisa LCA proses produksi akan dihitung menggunakan peranti lunak SimaPro versi 9.0.049 dan berbasis pada neraca massa yang disimulasikan pada Aspen HYSYS versi 11. Data yang menjadi input LCA dalam penelitian ini merupakan data bahan baku, produk, produk samping, pemakaian energi, serta gas buang atau emisi pembakaran. Dari hasil penilaian dampak lingkungan, didapatkan nilai beban emisi yang dihasilkan dari proses produksi gas jual adalah 409,35 kg CO2/ton produk; 0,062 kg CH4/ton produk; 0,0062 kg NOx/ton produk; dan 0,0007 kg SOx/ton produk dengan total emisi ke udara dari proses produksi gas adalah 1,929 107 UBP/ton produk. Pada alur produksi kondensat dihasilkan beban emisi sebesar 0,206 kg CO2/ton produk; 4,05 10-5 kg CH4/ton produk; 4,37 10-6 kg NOx/ton produk; dan 9,96 10-6 kg kg SOx/ton produk dengan nilai total emisi ke udara dari proses produksi kondensat adalah 6,38 102 UBP/ton produk. Sedangkan pada hasil produk selanjutnya yaitu air dihasilkan beban emisi sebesar 102,981 kg CO2/ton produk; 1,566 CH4/ton produk; 0,157 kg NOx/ton produk; dan 0,018 kg kg SOx/ton produk dengan total emisi ke udara dari proses produksi air adalah 8,3410 107 UBP/ton produk. Kontribusi beban emisi terhadap lingkungan ini dapat diminalisasi dengan beberapa upaya seperti memaksimalkan efisiensi energi dari peralatan yang beroperasi di lapangan, injeksi CO2 sequestration, pemanfaatan gas H2S menjadi bahan kimia H2SO4 dan menggalangkan gerakan green electricity.

Fossil fuels are one of the main and biggest sources of energy in Indonesia. Their needs are also considered to increase from year to year. Emissions from combustion of gas are said to cause environmental issues. In addition to the use phase, the gas production process also needs to be reviewed for its role and impact on the environment. This study aims to identify this through the Life Cycle Assessment (LCA) method. This method is a method used to estimate the environmental impact resulting from a production process starting from exploration to the final process and disposal to the environment, or commonly known as the cradle to grave approach. This study is limited by the gate-to-gate system which includes processes from the production stage only, and is used to determine the environmental impact of the production steps or processes. A review of the processes assessed for environmental impacts consists of gas and condensate production flows and produced water byproducts. Production process LCA will be calculated using SimaPro software version 9.0.049 and based on mass balance which is simulated in Aspen HYSYS version 11. The data which is input for LCA in this research is data of raw materials, products, by-products, energy consumption, and exhaust gas or combustion emissions. From the results of the environmental impact assessment, the value of the emission load generated from the sales gas production process is 409.35 kg CO2/ton product; 0.062 kg CH4/ton product; 0.0062 kg NOx/ on product; and 0.0007 kg SOx/ton product with total emissions to the air from the gas production process is 1.929×107 UBP/ton product. In the condensate production process, emissions load of 0.206 kg CO2/ton of product is produced; 4.05×10-5 kg ​​ CH4/ton product; 4.37×10-6 kg NOx/ton product; and 9.96×10-6 kg kg SOx/ton product with total emissions to the air from the condensate production process is 6.38×102 UBP/ton product. Whereas in the next product result, water is produced an emission load of 102.981 kg CO2/ton product; 1,566 CH4/ton product; 0.157 kg NOx/ton product; and 0.018 kg kg SOx/ton product with total emissions to the air from the produced water production process is 8.3410×107 UBP/ton product. The contribution of the emission load to the environment can be finalized by several efforts such as maximizing the energy efficiency of equipment operating in the field, CO2 equesterian injection, utilization of H2S gas into H2SO4 chemicals and promoting the movement of green electricity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Al Afghani
"Konsumsi energi yang bersumber dari bahan bakar fosil (petroleum) semakin hari kian meningkat, menyebabkan kenaikan dampak lingkungan khususnya Global Warming Potential. Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar petroleum sebagai upaya penurunan emisi. Namun, pemanfaatan petroleum sebagai sumber energi, khususnya gas alam, disinyalir akan selalu menjadi yang paling besar dibandingkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). PT AMM dengan dua sebagai salah satu produsen gas terbesar di Indonesia, dilakukan analisis untuk mengetahui hotspot pada kegiatan daur hidup produksi gas alam dengan software OpenLCA dan metodologi ReCiPe. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi hasil dampak lingkungan antara metodologi ReCiPe dan IMPACT 2002+. Daur hidup produksi gas alam pada PT AMM untuk setiap 1 MMSCFD produk gas alam dengan lapangan Site A memberikan hasil dampak Global Warming Potential (GWP) sebesar 4.885 kgCO2-eq, Particulate Matter Formation (PM) sebesar 0,30 kgPM2.5-eq, Ozone Formation (OF) sebesar 1,50 kgNOx-eq, dan Terrestrial Acidification (TA) sebesar 1,00 kgSO2-eq. Sementara pada lapangan Site B memberikan hasil dampak GWP sebesar 3.555 kgCO2-eq, PM sebesar 0,52 kgPM2.5-eq, OF sebesar 3,36 kgNOx-eq, dan TA sebesar 1,72 kgSO2-eq. Hotspot pada Site A berasal dari tahapan WHB-TOX, sementara Site B berasal dari Inlet-Separation. Hasil analisis komparasi hasil dampak dari metodologi antara ReCiPe dan IMPACT 2002+ untuk dampak GWP secara statistik tidak memiliki perbedaan secara signifikan untuk kedua lokasi studi karena mengacu pada model perhitungan yang sama. Untuk dampak TA secara statistik pada lokasi Site A memiliki perbedaan signifikan, sementara pada lokasi Site B tidak memiliki perbedaan signifikan. Tidak konsistennya hasil untuk dampak TA karena perbedaan acuan model perhitungan.

Energy consumption from fossil fuels (petroleum) has been increasing day by day, causing a rise in environmental impacts, especially the Global Warming Potential (GWP). Indonesia has implemented policies to reduce the use of petroleum fuels as an effort to lower emissions. However, the use of petroleum as an energy source, especially natural gas, is predicted to always remain the largest compared to the use of New Renewable Energy (NRE). PT AMM, as one of the largest gas producers in Indonesia, conducted an analysis to identify hotspots in the life cycle activities of natural gas production using OpenLCA software and the ReCiPe methodology. Additionally, this study aims to analyze the comparative environmental impact results between the ReCiPe and IMPACT 2002+ methodologies.The life cycle of natural gas production at PT AMM for every 1 MMSCFD of natural gas product at Site A field resulted in a Global Warming Potential (GWP) impact of 4,885 kgCO2-eq, Particulate Matter Formation (PM) of 0.30 kgPM2.5-eq, Ozone Formation (OF) of 1.50 kgNOx-eq, and Terrestrial Acidification (TA) of 1.00 kgSO2-eq. Meanwhile, at Site B field, the GWP impact was 3,555 kgCO2-eq, PM of 0.52 kgPM2.5-eq, OF of 3.36 kgNOx-eq, and TA of 1.72 kgSO2-eq. The hotspot at Site A originated from the WHB-TOX stage, while at Site B it came from Inlet-Separation.The comparative analysis results of impact from the methodologies between ReCiPe and IMPACT 2002+ for GWP impact statistically showed no significant difference for both study locations because they refer to the same calculation model. For TA impact, statistically, Site A showed a significant difference, while Site B did not show a significant difference. The inconsistency in TA impact results is due to differences in the reference calculation models."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yazeedrana Pancasakti
"Sesuai dengan Nationally Determined Contribution, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada tahun 2030. Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa masih ada dilema di sektor energi sebagai salah satu sektor dengan kontribusi emisi GRK tertinggi. Emisi GRK di sektor tersebut pun masih diproyeksi untuk terus meningkat akibat naiknya produksi dan konsumsi batubara. PT X, sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, ikut berkomitmen untuk mengurangi emisi GRKnya dengan cara mengonversi pembangkit listrik yang saat ini menggunakan batubara sebagai bahan bakar dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam. Studi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi GRK yang akan dikurangi apabila PT X melakukan transisi energi ke gas alam untuk keperluan pembangkit listriknya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang perlu diperhatikan saat transisi energi tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akan ada pengurangan emisi GRK sebesar 49.5% jika dilakukan transisi energi. Risiko yang terlibat meliputi risiko finansial, kebijakan, bencana alam, lingkungan & sosial, dan operasional.

According to the Nationally Determined Contribution, the Indonesian government vowed to reduce their GHG emissions by 29% by 2030. However, the current situation shows a dilemma where the energy sector, one of the highest contributors of GHG emissions, is facing a rising trend of emissions. The rise is motivated by the increasing production as well as consumption of coal. PT X, as one of the biggest mining companies in the country, is looking to convert their coal plant to a natural gas one as part of their commitment to decrease their GHG emissions by 30% by 2030 to support the same cause. Therefore, this research attempts to find out how much emission reduction would be realized with the plant conversion, along with the risks involved in the process using Life Cycle Assessment. The result shows that 49.5% of the GHG emissions will be reduced. Financial, regulatory, natural disaster, environmental & social, and operational risks have been identified during the energy transition process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadian Nadif Haikal
"Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam salah satu penyumbang karbon dioksida terbesar di dunia. Industri semen merupakan industri yang masuk ke dalam sector IPPU (industrial process and product used) yang mana menyumbang emisi gas rumah kaca pada sector tersebut dibandingkan industri lainnya. Semen yang menjadi salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk sebuah infrastruktur bangunan. Indonesia yang sedang menggalangkan pembangunan infrastruktur nasional harus memerhatikan dampak lingkungan proses produksi semen terhadap lingkungan. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi semen dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua tahapan produksi yang memberikan dampak terbesar yaitu klin process dan finish mill & pack yang disebabkan akibat pembakaran batu bara. Penelitian ini membuat analisis perbandingan antara kondisi sekarang dengan target perusahaan dalam meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 15% dengan mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul dan membuat mitigasi pencegahan resiko
Indonesia is a country that is included in one of the largest carbon dioxide emitters in the world. The cement industry is an industry that is included in the IPPU (industrial process and product used) sector which contributes to greenhouse gas emissions in that sector compared to other industries. Cement is one of the raw materials needed for a building infrastructure. Indonesia, which is promoting the development of national infrastructure, must pay attention to the environmental impact of the cement production process on the environment. Thus, this study was conducted to analyze the environmental impact resulting from the cement production process using the life cycle assessment method. There are two stages of production that have the biggest impact, namely the klin process and the finish mill & pack caused by burning coal. This study makes a comparative analysis between the current condition and the company's target in increasing the use of alternative fuels by 15% by identifying risks that have the potential to arise and making risk prevention mitigations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulus Sajiwo
"Empat sumur gas lapangan A memproduksi gas dan kondensat, setiap sumur memiliki kemampuan produksi yang berbeda. Optimasi kondensat dilakukan terhadap produksi kepala sumur di WHP dan proses stabilisasi pada unit kondensat stabilizer di FPSO. Perlu dilakukan uji penyaluran gas dan analisis nodal sumur untuk menentukan hubungan laju alir produksi kondensat yang optimum. Kondisi unit pemrosesan kondensat di FPSO juga mengalami perubahan umpan dan penurunan kinerja alat, hal ini perlu dilakukan simulasi optimasi dengan menggunakan perangkat lunak HYSYS versi legal yang diperoleh secara formal. Upaya optimasi produksi harus memperhatikan aspek kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan (K3L) kerja terkait bahaya gas beracun H2S dan gas mudah terbakar. Hal ini perlu dilakukan oleh tim yang professional dan tersertifikasi serta ditunjang oleh prosedur operasional yang baku. Uji laboratorium terhadap fluida sumur dan kondensat dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) untuk memenuhi aspek teknis dan etika profesi. Berdasarkan hasil optimasi di area sumur saat ini produksi kondensat di 4469 bpd  dengan produksi sour gas 90 mmscfd. Sumur A1 direkomendasikan untuk di non aktifkan karena tumpukan kondensat (condensate banking). Sumur A2 dibatasi laju aliran gas dengan bukaan choke valve 24% dengan gas flowrate 15 mmscfd dan kondensat 672 bpd. Sumur A3 dengan bukaan choke valve di 47% gas flowrate 40 mmscfd, 2145 bpd kondensat dan sumur A4 dengan bukaan choke valve 50 % gas flowrate 35 mmscfd dan 1652 bpd kondensat.  Terkait optimasi pada unit kondensat stabilisasi dapat disimpulkan bahwa suhu kerja reboiler optimal berada pada suhu 169°C. Pada laju umpan untreated kondensat 4469 bpd, hasil simulasi menghasilkan kondensat sebesar 4226 bpd pada suhu reboiler 169°C dan RVP sebesar 8,2 Psia. Kondisi aktual pabrik saat dilakukan proses dengan suhu reboiler 173°C, laju volume kondensat 4213 bpd, RVP 7,8 Psia. Perbedaan volume kondensat antara simulasi optimasi dan uji coba pabrik adalah 13 bpd, suhu menurun hingga 4°C, RVP sangat mendekati persyaratan pembeli yaitu < 9 Psia pada 7,8.

Gas field A have four wells that produced gas and condensate, each well has a different production capacity.Condensate optimization is carried out on the wellhead area in the WHP and the stabilization process in the Condensate Stabilizer Unit (CSU) in the FPSO. Gas delivery tests and well Nodal Analysis are required to determine the gas and condensate production flow rate relationship. The condition of the condensate processing unit in the FPSO also experienced changes in feed and decreased equipment performance, this needs to be optimized simulation using HYSYS legal software which is obtained formally . Production optimization activities must be followed to Health, Safety, Security and Environment (HSSE) aspects related to the hazards of H2S toxic gas and flammable gas. This shall be performed by professional and certified team and supported by standard operational procedures. Laboratory tests of well fluids and condensates are carried out by laboratories accredited by KAN (National Accreditation Committee) to meet the technical and ethical aspects of the profession. Based on the optimization results in the current well area, condensate production is at 4469 bpd with sour gas production of 90 mmscfd. Well A1 is recommended to be deactivated due to condensate banking. Well A2 is limited to a gas flow rate of 24% with a gas flow rate of 15 mmscfd and 672 bpd of condensate. Well A3 with a choke valve opening of 47% with a gas flow rate of 40 mmscfd, 2145 bpd of condensate and well A4 with a choke valve opening of 50% with a gas flow rate of 35 mmscfd and 1652 bpd of condensate. Regarding the optimization of the condensate stabilization unit, it can be concluded that the optimal reboiler working temperature is at 169°C. At an untreated condensate feed rate of 4469 bpd, the simulation results produce condensate of 4226 bpd at a reboiler temperature of 169°C and an RVP of 8.2 Psia. The actual condition of the plant when the process is carried out with a reboiler temperature of 173°C, a condensate volume rate of 4213 bpd, and an RVP of 7.8 Psia. The difference in condensate volume between the optimization simulation and the plant trial is 13 bpd, the temperature decreases by 4°C, and the RVP is meet to the buyer's requirements of <9 Psia at 7.8. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Ala Almaududi
"Dalam rangka menghasilkan produksi migas di lapangan lepas pantai Perusahaan “PO”, terdapat gas buang (flaring dan venting) yang berpotensi menjadi sumber emisi gas rumah kaca (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020) dan dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Diperlukan usaha perolehan dan penyediaan energi migas yang tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta tetap dapat menghasilkan keuntungan, selaras dengan prinsip Sustainability Energy (Russel, 2008; Klarin, 2018). Sebagai upaya penerapan prinsip Sustainability Energy di Perusahaan “PO”, dilakukan kajian terkait dampak gas buang dari kegiatan operasi produksi migas dengan menggunakan pendekatan metode Life Cycle Assesment/ LCA (Elcock, 2007). Mengacu pada metode LCA, dilakukan kajian dengan tahapan; menentukan tujuan (goal) dan ruang lingkup (scope) penelitian; melakukan life cycle inventory terhadap proses dan data yang dikumpulkan; menghitung impact assesment dari emisi Gas rumah kaca yang disebabkan gas venting dengan menggunakan metode IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Inventory Guideline 2006, dan dari gas flare dengan menggunakan metode Compendium API (American Petroleum Institute) 2009; dan tahapan selanjutnya melakukan intrepretasi, menentukan skenario perbaikan lingkungan serta kajian keekonomiannya. Kegiatan operasi produksi migas di perusahaan “PO” menghasilkan total gas buang sebesar 12.73 mmscfd (juta kaki kubik per hari) yang dapat menyebabkan emisi GRK sebesar 756 Gg (Giga gram) CO2 ekuivalen setiap tahun. Dengan skenario upaya perbaikan lingkungan (penerapan gas microturbine, gas lift, merubah gas venting menjadi gas flare), menghasilkan potensi pengurangan emisi GRK antara 240-368 Gg CO2 ekuivalen setiap tahun, namun penerapannya tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan apabila diperlakukan sebagai “business as usual” sehingga prinsip Sustainability Energy tidak dapat dipenuhi. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendorong tercapainya prinsip Sustainability Energy dalam usaha penyediaan energi migas, diantaranya melalui penerapan mekanisme pasar karbon atau pemberian insentif dari pemerintah.

Some excess gas is flared and vented in offshore oil and gas production at PO Company; the gas flare and vent is a source of greenhouse gas (GHG) emissions potential that cause global warming and climate change (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020). Therefore further efforts need to reduce the causes of environmental damage, including implementing the principle of Sustainable Energy, an attempt to obtain and provide energy that implies environmentally friendly and generates economic profit (Russel, 2008; Klarin, 2018). The Life Cycle Assessment (LCA) approach is feasible to apply the principle of sustainable energy in the oil and gas industry (Elcock, 2007). Refer to the LCA approach, there are steps for determining the impact of excess gases (flaring and venting) in PO company; defining the goals and scope; conducting life cycle inventory; calculating the impact assessment of greenhouse gas emissions (gas venting calculation refer to IPCC Inventory Guideline 2006, and for gas flare refer to API Compendium 2009); next phase is interpretation, define scenarios of environmental improvement and economic analysis. The total excess gas from oil and gas production operations at "PO" company is about 12.73 mmscfd (million cubic feet per day), generating GHG emissions potential of 756 Gg (Giga gram) CO2 equivalent every year. Due to environmental improvement scenarios (i.e., Microturbine, gas lift, or venting to flare), GHG emission reductions are between 240-368 Gg CO2 equivalent annually. Nevertheless, the implementation cannot generate profits for the company if it is treated as "business as usual." Hence further efforts are needed to encourage the fulfillment of Sustainability Energy in PO company, including implementing a carbon market mechanism or encouraging government incentives"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Agradhyasto
"Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mempunyai jejak emisi yang besar. Deforestasi, penggunaan pupuk yang berlebihan, hingga limbah yang kurang baik dimanfaatkan menjadi masalah yang mengganggu. Limbah kelapa sawit berupa POME atau palm oil mill effluent merupakan limbah cair yang hnaya dimanfaatkan menjadi pupuk. Sementara, terdapat potensi yang besar untuk mengubah POME menjadi sebuah produk yang lebih berharga yaitu biogas. Hal ini dapat didukung dengan analisis siklus hidup atau LCA sebagai pengukur emisi yang hadir dalam setiap tahapan perkebunan kelapa sawit. Analisis LCA yang dilakukan meliputi seluruh tahapan proses dimulai dari pembukaan lahan hingga pembuatan biogas dengan berbagai parameter seperti pemanasan global, ekotoksisitas lingkungan, eutrofikasi hingga penggunaan air. Berdasarkan analisis yang dilakukan, emisi tertinggi dihasilkan oleh perkebunan. Salah satu dampak dari perkebunan sawit adalah lepasnya emisi yang setara dengan 20 ton CO2 per tahun. Emisi yang dihasilkan dapat dikurangi dengan beberapa cara yang diantaranya adalah penggunaan kembali limbah kelapa sawit, termasuk biogas. Pembuatan biogas dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca hingga 85% lebih rendah daripada membiarkan POME di dalam bak terbuka. Penggantian Biogas menjadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik dapat menurunkan emisi hingga menjadi 9,9% dibandingkan diesel. Pengurangan penggunaan pupuk kimia dapat mengurangi dampak hingga emisi 6% dari jumlah penggunaan awal.

Oil palm is one of the crops that has a significant emission footprint. Deforestation, excessive fertilizer use, and poor waste management are among the troubling issues. Palm oil mill effluent (POME), which is the liquid waste from palm oil mills, is typically only utilized as fertilizer. However, there is great potential to convert POME into a more valuable product, namely biogas. This can be supported by conducting a life cycle analysis (LCA) as a measure of emissions throughout every stage of the oil palm plantation. The LCA analysis encompasses the entire process from land clearing to biogas production, considering various parameters such as global warming potential, environmental ecotoxicity, eutrophication, and water usage. Based on the analysis, the highest emissions are generated by the plantations themselves. One of the impacts of oil palm plantations is the release of emissions equivalent to 20 tons of CO2 per year. These emissions can be reduced through various means, including the reuse of oil palm waste, including biogas. Biogas production can reduce greenhouse gas emissions by up to 85% compared to letting POME remain in open ponds. Substituting biogas as a fuel source for electricity generation can reduce emissions by up to 9.9% compared to diesel. Reducing the use of chemical fertilizers can also mitigate impacts, resulting in a 6% reduction in emissions compared to the initial usage level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita
"Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi minyak kelapa sawit sebesar 60% dari produksi minyak kelapa sawit dunia. Salah satu produk industri kelapa sawit yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak goreng. Tingginya produksi dan konsumsi minyak goreng menjadikan produk ini sebagai salah satu komoditi yang esensial untuk menunjang kehidupan masyarakat. produksi minyak kelapa sawit menjadi kontroversi karena prosesnya yang menimbulkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pelepasan gas rumah kaca, dan pencemaran ekosistem perairan. Selain itu, kemasan plastik minyak goreng yang terbuat dari bahan baku tak terbarukan juga menambah dampak terhadap kerusakan lingkungan. Untuk dapat mengatasi masalah ini dan menuju produksi minyak goreng yang berkelanjutan, penelitian ini menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produksi satu liter minyak goreng dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini menganalisis dampak produksi minyak goreng dalam tiga jenis kemasan terhadap sepuluh kategori dampak lingkungan. Secara keseluruhan, dampak lingkungan terbesar dihasilkan oleh proses produksi minyak goreng. Proses yang paling banyak menjadi hotspot dalam kesepuluh kategori dampak adalah proses transportasi, penggunaan listrik, dan penggunaan pupuk. Jenis kemasan botol merupakan jenis kemasan yang paling banyak memiliki nilai dampak tertinggi dari sepuluh kategori yang dinilai.

Indonesia is the largest palm oil producing country in the world with palm oil production of 60% of the world's palm oil production. One of the products of the palm oil industry that is most widely used by the community is cooking oil. The high production and consumption of cooking oil makes this product one of the essential commodities to support people's lives. The production of palm oil is controversial because the process causes environmental damage such as deforestation, the release of greenhouse gases, and pollution of aquatic ecosystems. Alongside the problem mentioned, the plastic packaging that are made of unrenewable resources will also add some environmental problems. To be able to overcome this problem and lead to sustainable cooking oil production, this study analyzes the environmental impact produced by the production of one liter of cooking oil using the Life Cycle Assessment (LCA) method. This study will analyze the environmental impacts of cooking oil production in three types of packaging on ten environmental impact categories. The cooking oil production gives the most environmental impact. The process that have the most hotspots of all categories are transportation, electricity, and fertilizer usage. The bottle type of packaging has the highest rank of all impact categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Christian Ozcar
"

Pengelolaan sampah di Kota Bekasi masih mengelola sampahnya dengan paradigma lama, yaitu kumpul, angkut, dan buang (open dumping) sehingga kapasitas TPA Sumur Batu sudah mencapai titik maksimum. Metode Open Dumping pada TPA dapat menyebabkan permasalahan lingkungan yaitu pencemaran udara dan air lindi, sehingga butuh adanya pengelolaan terbarukan di TPA Sumur Batu dengan teknologi Waste to Energy (WTE), tapi sebelum proses WTE dapat diterapkan di TPA Sumur Batu perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan yang dapat timbul akibat proses WTE, sehingga dapat dibandingkan dampak lingkungan yang terjadi dengan pengolahan sampah eksisting yang ada di TPA Sumur Batu. Rekomendasi skenario terbarukan yang diperoleh dari penilaian kondisi eksisting sampah di TPA dan potensi dampak lingkungan dengan metode Life Cycle Assessment (LCA). Kondisi eksisting sampah anorgaik di TPA Sumur Batu memiliki potensi energi 3931 kkal/kg dan sampah organik berpotensi memproduksi 590 m3 biogas.Potensi Dampak GWP 100 dari skenario eksisting adalah 533.73 kg/CO2eq, sementara untuk skenario 1 (incineration) 489.01 kg/CO2eq dan skenario 2 (anaerobic digestion)  200.72 kg/CO2eq. Sehingga, dari segi potensi energi dan potensi dampak lingkungan yang dihasilkan, penerapan teknologi anaerobic digestion lebih dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di TPA Sumur Batu.


Bekasi City's waste generation continues to increase with an increase in waste generation rate of 0.12%/year. Waste management in Bekasi City still manages its waste using the old paradigm, namely collection, transport and disposal (open dumping) so that the capacity of Sumur Batu landfill has reached its maximum point. The Open Dumping method at landfill can cause environmental problems, namely air pollution and leachate, so there is a need for renewable management at Sumur Batu landfill with Waste to Energy (WTE) technology, but before the WTE process can be implemented at Sumur Batu landfill it needs an analysis of environmental impacts that can arise as a result of the WTE process, so that the environmental impact that occurs with the existing waste processing at Sumur Batu landfill can be compared. Renewable scenario recommendations obtained from an assessment of the existing condition of waste in the landfill and potential environmental impacts using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The existing condition of inorganic waste at the Sumur Batu landfill has an energy potential of 3931 kcal/kg and organic waste has the potential to produce 590 m3 of biogas. 2 (anaerobic digestion) 200.72 kg/CO2eq. Thus, in terms of energy potential and potential environmental impacts, the application of anaerobic digestion technology can be considered for the Sumur Batu landfill.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Dewi Irzalinda
"ABSTRAK
Meningkatnya konsumsi kemasan plastik memberikan pengaruh pada lingkungan. Dampak lingkungan yang dihasilkan seperti kontribusi terhadap peningkatan global warming, non-renewable energy, dan dampak lingkungan lainnya. Dalam studi ini, penilaian dampak lingkungan dilakukan untuk mengevaluasi siklus hidup kemasan plastik fleksibel menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan dampak lingkungan yang diperoleh dalam proses pembuatan kemasan plastik fleksibel yang terdiri dari 2 lapis plastik dan aluminium. Kemasan yang dinilain adalah gabungan dari PET, LLDPE, dan Aluminium dengan OPP, CPP, dan Aluminium. Penelitian dilakukan berdasarkan 1 m2 kemasan plastik fleksibel yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan plastik OPP/CPP/Al memiliki dampak lingkungan terendah dari PET/LLDPE/Al. Selain itu, dampak lingkungan tertinggi dihasilkan dari kedua kemasan plastik selama proses dry laminating.

ABSTRACT
The increasing consumption of plastic packaging has an effect on the environment. The environmental impacts results contributing to increased global warming, non-renewable energy, and other environmental impacts. In this study, an environmental impact assessment was carried out to evaluate the life cycle of flexible plastic packaging using the Life cycle assessment (LCA) method. The purpose of this research is to analyze and compare the environmental impacts obtained in the process of making flexible plastic packaging consisting of 2 layer plastic and aluminum. The packaging assessed is a combination of PET, LLDPE, and Aluminum and OPP, CPP, and Aluminum. The study was conducted based on 1 m2 of flexible plastic packaging produced. The results showed that OPP/CPP/Al plastic packaging had the lower environmental impact than PET/LLDPE/Al. In addition, the highest environmental impact generated from both plastic packaging during the dry laminating process."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>