Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141443 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeihan Kartika Hapsari
"Dengan memiliki karakterisitik yang berbeda dengan tanah yang biasa, menjadikan gambut dapat dengan mudah untuk terbakar pada kondisi tertentu. Ketika pembaraan dinyalakan, api pada gambut menjadi sulit untuk diprediksi dan dipadamkan. Pembaraan pada lahan gambut cenderung dapat menumbangkan vegetasi yang berada di permukaan hutan, yang mana ini menunjukkan dinamika ekosistem yang berkepanjangan di lahan gambut. Oleh karena itu, dengan mengkuantifikasi efek dari vegetasi terhadap propagasi yang membara di tanah gambut dapat membantu dalam mengetahui karakteristik dari kebakaran lahan gambut yang kerap terjadi di Indonesia dan juga secara global. Penilitian ini dapat mengevaluasi secara eksperimen efek dari propagasi membara dalam reaktor bukaan atas dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm yang diisi dengan tanah gambut dari Palangkaraya. Proses pengkuantifikasian ini meliputi monitori permukaan dengan menggunakan kamera visual dan inifrared (IR), dan mendeteksi distribusi temperature dengan menggunakan 39 set termokopel pada empat ketinggian berbeda. Hasil dari penilitian ini akan diberikan dan dianalisis secara detail pada skripsi.

Has a different characteristic compared to the normal soil, making peat become easily to burn under certain conditions. Once the smoldering combustion ignited, the peat fire will be highly unpredictable and hard to extinguish. The tendency of smoldering peat to uproot the existing vegetations on the forest floor implicate a long-term ecosystem dynamics in peat soil. Therefore, quantifying the effect of vegetation to the smoldering propagation in peat soil would help to acknowledge the characteristics of peatland forest fires occurred in Indonesia and globally. This work evaluates experimentally the effect of vegetation to smoldering propagation in a 20 x 20 x 20 cm open-top reactor filled with Palangkarayan peat soil. The quantifying activities include surface monitoring using the visual and infrared (IR) camera and the detection of temperature distribution using 39 sets of thermocouples at four different layers of height. The main results and outcomes of this work will be provided and analysed in the full paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anfrhasya Haniva Elgeri
"Pulau Sumatera termasuk daerah yang memiliki kawasan tanah gambut terbesar di Indonesia. Saat ini, perkembangan pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia semakin ditingkatkan dengan memanfaatkan tanah gambut sebagai materialnya. Tanah gambut termasuk dalam jenis tanah lunak yang memiliki sifat kandungan organik tergolong tinggi, sangat mudah mengikat air atau hidrofilik, rendah daya dukungnya, serta kompresibilitasnya tinggi. Oleh karena itu, tanah gambut termasuk ke dalam jenis tanah yang bermasalah. Pada penelitian ini akan dianalisa perilaku tanah gambut Ogan Ilir yang dipadatkan sebagai material timbunan jalan dengan melakukan uji indeks properti untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia tanah gambut Ogan Ilir, lalu uji pemadatan standard proctor untuk memperoleh kurva kerapatan kering terhadap kadar air. Selain itu, uji California Bearing Ratio (CBR) diperlukan untuk mengetahui nilai CBR terbesar tanah tersebut pada kondisi unsoaked dan soaked. Hasil uji CBR menunjukan bahwa tanah gambut Ogan Ilir mengalami sedikit peningkatan daya dukung walaupun tanpa distabilisasi karena sampel tanah yang digunakan sudah cukup lama didiamkan sehingga tanah semakin terdekomposisi seiring berjalannya waktu. Nilai CBR tertinggi yang diperoleh sebesar 7,033% pada kondisi unsoaked dan 4,434% pada kondisi soaked. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, tanah gambut Ogan Ilir sebagai lapisan timbunan perlu distabilisasi agar nilai CBR meningkat dan sesuai sebagai fungsi lapisan subbase.

Sumatra Island is one of the areas with the largest peat soil area in Indonesia. Currently, the development of road infrastructure development in Indonesia is further improved by utilizing peat soil as its material. Peat soil belongs to the type of soft soil that has high organic content properties, very easy to bind water or hydrophilic, low carrying capacity, and high compressibility. Therefore, peat soil belongs to the problematic soil type. In this study will be analyzed the behavior of peat soil Ogan Ilir compacted as road heap material by conducting index property tests to determine the physical and chemical properties of peat soil Ogan Ilir, then compaction test standard proctor to obtain a curve of dry density to water content. In addition, California Bearing Ratio (CBR) test is required to determine the largest CBR value of the land in unsoaked and soaked conditions. Cbr test results showed that Ogan Ilir peat soil experienced a slight increase in carrying capacity even without stabilization because the soil samples used have been silenced for a long time so that the soil is decomposed over time. The highest CBR value obtained was 7.033% in unsoaked conditions and 4.434% in soaked conditions. Based on the test results, Ogan Ilir peat soil as a heap layer needs to be stabilized in order for cbr values to increase and fit as a subbase layer function."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Ariangga Windra Gautama
"Pembangunan konstruksi pada tanah gambut merupakan tantangan yang besar di dunia konstruksi ditambah dengan perilaku alami dari tanah gambut yang terkenal spesial. Pembangunan jalan diatas tanah gambut merupakan tantangan yang besar dikarenakan deformasi yang terjadi pada jalan itu sendiri sangat besar. Skirt footings adalah salah satu jenis fondasi dangkal yang telah terkenal dalam hal kegunaan pada kilang minyak dilepas pantai. Prinsip utama dari skirt footings adalah dengan menjadikan tanah yang memiliki nilai daya dukung yang rendah menjadi satu kesatuan sehingga mampu menahan beban dari atas. Skirt footings diletakkan dibawah timbunan dengan posisi berjajar sepanjang lebar bentang rencana jalan. Skirt footings kemudian dihubungkan dengan tali baja dengan tujuan agar penurunan skirt footings selama proses pembebanan berlangsung bisa dipantau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh skirt footings sebagai pondasi dangkal dibawah pembangunan jalan di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pengujian juga dilakukan kepada beberapa jenis pondasi dangkal yang berbeda, antara lain un-skirted footings dan mini pile. Perbandingan hasil pengujian antara skirt footings dengan un-skirted footings menunjukkan fungsi dari skirt dibawah circular footings sebagai penahan dari tegangan efektif tanah. Sementara perbandingan hasil pengujian antara skirt footings dengan mini pile menunjukkan fungsi dari circular footings dalam mengurangi efek penurunan tidak merata pada tanah. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa skirt footings mampu menahan deformasi tanah yang terjadi dan juga mampu menahan pola penurunan tidak merata pada tanah dan juga skirt footings mampu meningkatkan stabilitas dari jalan.

The construction of peat soils is a big challenge in the construction world coupled with the very special nature of peat soil. Road construction on peat soil is a major obstacle because the deformation that occurs on the road is so large. Skirt footings are one of the shallow foundations commonly used for building offshore oil refineries. With the principle of making soil that has a low bearing capacity into a single unit to be able to withstand the burden on it. Skirt footings are placed under the embankment with a parallel position stretching to the width of the road plan. Among the skirt, footings are connected with steel straps so that during the loading process the skirt footings decrease can be controlled. The purpose of this research is to make skirt footings a shallow foundation under a road built in Palangkaraya, Central Kalimantan. Tests were also carried out on two models of shallow foundation to determine the effect produced by skirt footings on the soil. The other two types of shallow foundation models are un-skirted footings and mini piles. Comparison of the results of tests between skirt footings with un-skirted footings, it can be concluded that skirts under circular footings act as a buffer against the effective stress of the soil. While from the comparison of test results between skirt footings with mini piles, it can be concluded that circular footings play a role in reducing the effect of the differential settlement on the soil. The results of this study are that skirt footing are able to withstand soil deformations that occur, able to withstand differential settlement patterns and able to increase road stability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Sanjaya
"Dalam perkembangan daerah yang memiliki jenis lapisan tanah gambut, perkembangan di daerah-daerah tersebut tergolong lambat karena areal gambut tersebut kurang diperhatikan karena tidak menarik secara ekonomi dan dalam pekerjaan konstruksinya tergolong pekerjaan sulit. karena tanah gambut memiliki kandungan air yang tinggi dengan kapasitas dukung tanah yang rendah dan harus menggunakan metode yang khusus dalam pekerjaan konstruksinya. . Stabilisasi tanah adalah upaya memperbaiki mutu tanah yang tidak baik ataupun meningkatkan mutu dari tanah tersebut. Stabilisasi yang kini sedang dalam tahap perkembangan adalah penggunaan metode bioremediasi yaitu dengan menggunakan mikroorganisme alami. Pada studi ini dilakukan analisis terhadap jenis cairan mikrorganisme EM4 yang berhasil digunakan untuk industri pertanian dalam pengomposan/penguraian.

A developmental city that has peat soil mostly has slower development if we compare with another city. It is because peat soil do not has attention enough on economic and the construction work at peat soil dificult to build. It is because peat soil contain a lot of water with low bearing capacity. As for that, peat soil has particular method for construction. Soil stabilitation is one of method that can fixing soil capacity or improve low soil capacity. Soil stabilitation that has developed now is using bioremediation method that is use natural microorganism. In this study conducted analysis of EM4 microorganism fluid that already use for agriculture industry for composting decompotition. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S70316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Pratantyo
"Smoldering (pembakaran membara) adalah pembakaran yang lambat, bersuhu rendah, dengan jilatan api yang tidak terlihat dan sering terjadi di kebakaran lahan gambut. penyebaran smoldering terjadi karena tercapainya parameter besar suplai oksigen, panas yang dihasilkan dan panas yang dilepas ke lingkungan. Kondisi tanah gambut yang berpori dan berserat menyebabkan mudah masuknya suplai oksigen. Sulitnya menuju lokasi lahan gambut yang terbakar adalah salah satu masalah untuk melakukan pemadaman. Penelitian ini bertujuan mengamati secara visual bagaimana pengaruh permeabilitas gambut palangkaraya terhadap fenomena perambatan smoldering dengan cara melakukan pemadatan pada gambut. Proses pemadatan dilakukan sebagai konstruksi awal dalam pembuatan jalan dan dapat mengurangi permeabilitas dan densitas serta nilai pori pada tanah, sehingga dapat memutus suplai oksigen di tanah yang terpadatkan. Pekerjaan eksperimental dilakukan di reaktor stainless steel 20 x 20 cm dengan papan insulasi pada dinding reaktor untuk meminimalisir panas yang terbuang ke lingkungan. Eksperimen dilakukan dengan memadatkan sampel gambut yang telah dikeringkan (MC ~11%) di bagian tengah reaktor dengan alat pemadat. Gambut dinyalakan dengan electric coil heater dengan daya 100 watt di salah satu sisi reaktor. Proses pembakaran yang terjadi di permukaan diamati dengan kamera normal, kamera inframerah FLIR dan sistem penyimpanan data. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perlambatan smoldering pada bagian tanah yang terpadatkan dibanding pada smoldering tanah gambut undisturbed, walaupun pada akhirnya smoldering tetap terjadi di seluruh bagian reaktor.

Smoldering is a slow burning, low temperature, a flameless combustion and frequently happens in peatland fires. The smoldering spread occurs because of the parameter achievement in oxygen supply, generated heat and heat released to environment. The condition of porous and fibrous peat soils makes oxygen supply easily happens. The difficulty of getting to the location of the burning peatland is one of the problems to extinguish the fire. This study aims to observe with thermal visual the permeability impact on Palangkaraya peat to smoldering propagation phenomenon with peat compaction. Compaction is an initial step on road construction and reduces permeability and pore value in soils, so it can cut off the oxygen supply on compressed soil. The experimental works were carried out in a stainless 20 x 20 cm reactor with an insulation board on reactor walls to minimize the heat that wasted to environment. The experiment works by compacting a dried peat samples (MC ~11%) in the center region of the reactor with a compactor. Peat then ignited using an electric coil heater powered by 100 watts of electricity on one side of the reactor. The combustion process that occur in the surface are observed by a normal camera, an infrared FLIR Camera and data storage system. The results showed a slowdown effects of smoldering on the compacted soil compared to undisturbed peat smoldering, although in the end smoldering stil occurs in all region of the reactor"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Malik
"Pemanfaatan lahan Gambut dengan menggunakan teknologi tidak pernah berkurang hingga tahun terakhir ini. Gejala ini menunjukkan bahwa ketertarikan yang kuat untuk mengetahui proses pembentukan interval dan pengaruh alami pada struktur interval dan sifat mekanis maupun listrik. Struktur interval dapat mempengaruhi sifat mekanis dan listrik dari gambut disuatu tempat.
Alasan dipilihnya gambut dalam penelitian karena mempunyai sifat khusus yaitu sifat elastisitas, dielektrik, dan banyaknya lahan tersebut di daerah Riau. Dengan adanya sifat-sifat yang istimewa ini, maka banyak sekali aplikasi yang dapat dilakukan antara lain perumahan, jalan, jembatan, pertanian serta sebagai lahan energi konvensional. Aplikasi yang disebut di atas mempunyai arti yang cukup tinggi, sehingga penelitian material ini terus dilakukan khususnya untuk energi konvensional.
Dalam penelitian yang dibahas adalah tentang sifat dielektrik dengan menggunakan metoda seismik. Hal ini karena susahnya untuk mengukur sifat dielektrik secara langsung dilapangan, maka dengan metoda seismik dapat dilakukan dengan mencari hubungannya dengan kecepatan rambat gelombang dan indek bias interval tanah. Dengan diketahuinya kedua hal tersebut maka sifat-sifat dielektrik dapat diketahui.
Tanah adalah suatu interval yang terdiri dari batuan-batuan , mineral-mineral dan senyawa organik yang terjadi jutaan tahun lalu. Batuan, mineral-mineral dan senyawa organik yang terdapat di dalamnya karena pengaruh mekanis dan kimiawi dapat mengalami pelapukan. Tanah yang melapuk dan membusuk pada umumnya terdapat di permukaan bumi dan umumnya banyak pula mengandung air, sehingga tanah ini disebut sebagai tanah rawa. Tanah rawa merupakan suatu proses pelapukan insitu yaitu suatu proses yang terjadi secara alami, melalui proses mekanis dan kimiawi. Dari kedua proses ini sangat sulit ditentukan proses mana yang terjadi lebih dahulu atau bersamaan. Sifat tanah secara garis besar dapat dibagi menurut sifat mekanis dan kimiawi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, maka untuk mengetahui sifat-sifat dielektrik harus diketahui sifat-sifat mekanis bahan, dimana sifat-sifat mekanis dapat dibagi atas :
1. Sifat fisis.
2. Sifat geologic"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allih Hayyan
"Pembanguna Infrastruktur sangan gencar dilakukan oleh pemerintah saat ini diseluruh Indonesia, sehingga proyek infrastruktur tersebut harus dilakukan diberbagai jenis tanah dasar, termasuk tanah gambut. Akan tetapi tanah gambut yang memiliki daya dukung rendah untuk infrastruktur mengharuskan diadakannya upaya peningkatan kekuatan tanah gambut tersebut, yaitu salah satunya dengan mencampurkan campuran geopolimer kepada tanah gambut. Campuran geopolymer sudah banyak diterapkan pada penelitian terhadap beton sebagai pengganti semen karena sifatnya yang bisa mengikat. Persentase campuran geopolimer yang ditambahkan pada tanah gambut adalah 10 dari berat kering tanah gambut, dan dilakukan dengan variasi kadar air dan waktu peram yang berbeda. Pengujian sampel tanah gambut setelah dicampur dengan 10 geopolimer dilakukan dengan uji triaksial Consolidated Undrained CU . Setelah ditambahkan 10 geopolimer dan diperam beberapa waktu didapatkan peningkatan nilai parameter kuat geser pada tanah gambut yaitu nilai kohesi efektif.

Infrastructure Development has been intensively carried out by the current Indonesian government, so that infrastructure projects must be carried out in various types of soil, including on peat soil area. However, peat soils has low strength capacity for civil construction, so that it takes an effort to increase the bearing and shear strength capacity of peat soil, for example by mixing the geopolymer mixture with peat soil. The geopolymer has been widely applied to research on concrete as a substitute for cement because of its binding nature. The percentage of geopolymer mixture that added to peat soil is 10 of the dry weight of the peat soil, and is carried out with different water content and different timing of the plague. Testing of peat soil samples after mixing with 10 geopolymer was done by triaxial Consolidated Undrained CU test. After added 10 geopolymer in 10 days plague time, the result showed an increasing of some shear strength parameters of the sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binawati Prihandajani
"ABSTRAK
Tanah gambut memiliki kandungan air dan bahan organik yang tingi yang menyebabkan sifat-sifat tanah gambut kurang menguntungkan, yaitu mudah menyusut, plasrisitas tinggi dan sangat kompresibel dan sukar untuk dimanfaatkan sebagai pondasi pada konstruksi sipil. Oleh karena itu sebelum memanfaatkan tanah gambut, diperlukan perlakuan-perlakuan khusus yang berlujuan untuk mempelibaiki sifat-sifat dan daya dukungnya.
Indonesia sebagai negara dengan potensi lahan gambut yang sangat tinggi tentunya harus dapat memanfaatkan sumber daya gambut yang ada, karena pads akhirnya perkembangan akan meluas sampai di daerah-daerah yang memiliki lahan gambut dan selama ini kurang dapat memberikan sumbangan yang bersti baik di bidang pertanian mauppun konstruksi. Hal ini mendesak untuk dikembangkannya berbagai metode untuk rnemperbaiki tanah gambut tersebut.
Salah satu metode yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat inilah gambut adalah dengan perkuatan stabilisasi. Pada umumnya stabilisasi dilakukan dengan cara menarnbahlran bahan kimia sebagai stabilisator yang Iangsung bekerja setelah dicampurkan pada tanah melalui reaksi-reaksi kimia yang terjadi antara tanah dan bahan siabilisasi. Belakangan ini sudah banyak dikembangkan berbagai bahan stabilisasi tanah yang mempunyai kelebihan-kelebihan khusus, tergantung pada kelemahan dan jenis tanah yang akan distabilisasi.
Pada penelitian tugas akhir yang dilakukan di laboratorium ini, akan dicoba metode stabilisasi dengan menggunakan bahan slabilisasi yang digunakan adalah semen Clean Set Tipe CS-10 yang merupakan hasil modifikasi dari semen Portland yang mempunyai kelebihan untuk menyerap air lebih banyak dan tahan terhadap kandungan asam yang tinggi pada tanak gambut. Sedangkan bmah gambut yang dijadikan baha penelitian adalah tanah gambut yang berasal dari rawa-rawa di daerah Duri, Riau.

"
1996
S34628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Afrianto
"Tanah gambut dengan ketebalan yang bervariasi, memiliki daya dukung yang sangat rendah (Extremely Low Bearing Capacity), sifat permeabilitas yang tinggi dan sifat pemampatan (konsolidasi) yang besar. Akibatnya banyak menimbulkan masalah bagi konstruksi yang harus dibangun di atas lapisan tanah gambut. Geosynthetics sebagai material perkuatan tanah dicoba untuk diaplikasikan pada tanah gambut agar kekuatan tanah gambut yang lemah dapat ditingkatkan. Jenis Geosynthetics yang digunakan dalam penelitian adalah woven geotextile. Pemilihan material tersebut karena memiliki kekuatan tarik tinggi, anti lumut dan jamur, tahan terhadap panas dan bahan kimia yang terdapat di tanah, dan pelaksanaan pemasangan material yang relatif mudah.
Analisis yang dilakukan adalah meneliti kekuatan geser antara tanah gambut dan lapisan woven geotextile, dan untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah gambut setelah diberi woven geotextile. Tanah gambut yang digunakan berasal dari Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Kadar air yang digunakan sebesar 100 %, 120 %, dan 140 %. Woven geotextile merupakan bahan yang tidak aktif atau bahan non-kimia, sehingga penambahan woven geotextile pada tanah gambut tidak menyebabkan perubahan struktur material dari tanah gambut. Penggunaan woven geotextile dapat meningkatkan kekuatan geser tanah gambut. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai Ultimate Compression Strength (qu) sebesar 27,36 % dari 10,174 KPa (gambut tanpa woven geotextile) menjadi 12,958 KPa (gambut dengan woven geotextile).
Penggunaan woven geotextile dapat meningkat nilai CBR unsoaked dari 3,56 % (gambut tanpa woven geotextile) menjadi 5,01 % (gambut dengan woven geotextile) peningkatan yang terjadi sebesar 40,73 %. Sedangkan nilai CBR soaked meningkat dari 2,94 % (gambut tanpa woven geotextile) menjadi 4,91 % (gambut dengan woven geotextile) peningkatan yang terjadi sebesar 67 %. Woven geotextile berpengaruh besar bila diletakkan dibagian atas atau mendekati dasar piston CBR. Bila Piston CBR dianalogikan sebagai pondasi dangkal, maka penggunaan woven geotextile memberikan peningkatan yang besar dalam tegangan geser bila diletakkan dekat dengan dasar pondasi.

Peat Soil with various thickness, has Extremely Low Bearing Capacity, high permeability and high compressibility (consolidation). As a result the generate a lot of problems for construction above peat soil. Geosynthetics as reinforcement material of soil is applied to peat soil so that the strength of peat soil can be improved. Type of geosynthetics used in this research is woven geotextile. The selection of material based on high at strength tensile, anti mushroom and moss, resistance to the chemicals and heat in the soil, and installation of the material relative easy to use.
Analysis taken is checking shear strength between peat soil and woven geotextile, and knowing influence of density of peat soil after woven geotextile given. Peat soil used come from Palangkaraya- Central Kalimantan. The water content used are 100 %, 120 %, and 140 %. Woven geotextile is inactive materials or nonchemicals materials, so that the addition of woven geotextile to the peat soil do not cause change of material structure from peat soil. Usage woven geotextile can improve shear strength the peat soil. The improvement visible from the increasing of value Ultimate Compression Strength (qu) equal to 27,36 % from 10,174 KPa (peat without woven geotextile) become 12,958 KPa (peat with woven geotextile).
Usage woven geotextile can increase the value of CBR unsoaked from 3,56 % (peat without woven geotextile) become 5,01 % (peat with woven geotextile) improvement that happened equal to 40,73 %. Mainwhile the value of CBR soaked increase from 2,94 % (peat without woven geotextile) become 4,91 % (peat with woven geotextile) improvement that happened equal to 67 %.Woven geotextile give a big influence if it puts down on the top or come near the piston base of CBR. If Piston CBR analogy as shallow foundation, hence usage woven geotextile give the big improvement in shear tension if it puts down close to the foundation base.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35795
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Rizqika Putri
"Kebakaran lahan gambut yang semakin bertambah di Indonesia setiap tahunnya memicu ketertarikan dalam penelitian terkait karakteristik tanah gambut pada kemampuannya terkait penyerapan air kembali. Tanah gambut sejatinya memiliki sifat hidrofilik atau kemampuan dapat menyerap air dalam jumlah tinggi. Namun, ketika terkena panas, tanah gambut yang mengalami kekeringan akan berubah sifatnya menjadi hidrofobik karena adanya proses kimiawi. Hal ini terjadi karena tanah gambut memiliki sifat irreversible drying atau pengeringan yang tidak dapat dipulihkan apabila tanah gambut telah kering. Untuk membuktikan perubahan sifat yang dimiliki tanah gambut, dilakukan eksperimen dengan skala mikro (1 gram) menggunakan tanah gambut yang berasal dari dua pulau berbeda, Kalimantan dan Sumatra, yang dimasukkan ke dalam container alumunium dengan massa kurang lebih 1 gram dan dipanaskan dengan temperatur 100°C, 110°C, 120°C, 130°C, dan 140°C. Kemudian, sampel ini direndam di dalam air selama 30 menit dan ditiriskan selama 12 jam dalam keadaan terisolasi dari lingkungan luar sebelum dicek kandungan kelembabanya dengan moisture analyzer Shimadzu MOC63u selama 30 menit dengan temperatur 100°C. Selain itu, sampel tanah yang telah dikeringkan akan dilihat menggunakan mikroskop untuk mengetahui perubahan struktur ketika dikeringkan. Berdasarkan hasil eksperimen, didapat bahwa temperatur yang semakin tinggi mempengaruhi kemampuan tanah gambut dalam menyerap air kembali setelah dikeringkan. Selain itu, struktur tanah gambut yang telah dikeringkan juga berubah, yang tadinya pori-porinya saling tersambung menjadi terputus akibat terpapar panas. Hal ini menyebabkan tanah gambut menjadi memiliki sifat hidrofobik.

The increasing number of peatland fires in Indonesia each year has sparked interest in research related to the characteristics of peat soil in its ability to absorb water again. Peat soil actually has hydrophilic properties or the ability to absorb high amounts of water. However, when exposed to heat, peat soils that experience drought will change their properties to hydrophobic due to a chemical process. This happens because peat soil has irreversible drying properties that cannot be restored once the peat soil has dried. To prove the change in properties of peat soil, a micro-scale experiment (1 gram) was conducted using peat soil from two different islands, Kalimantan and Sumatra, which was put into an aluminum container with a mass of approximately 1 gram and heated to temperatures of 100°C, 110°C, 120°C, 130°C and 140°C. Then, these samples were soaked in water for 30 minutes and drained for 12 hours in isolation from the outside environment before checking the moisture content with a Shimadzu MOC63u moisture analyzer for 30 minutes at 100°C. In addition, the dried soil samples were examined using a microscope to determine the structural changes during drying. Based on the experimental results, it was found that higher temperatures affect the ability of peat soil to absorb water again after drying. In addition, the structure of the dried peat soil also changes, from being connected to each other to being disconnected due to exposure to heat. This causes the peat soil to become hydrophobic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>