Ditemukan 146741 dokumen yang sesuai dengan query
Tania Siti Zahrani
"Kantai Collection adalah gim personifikasi kapal Perang Dunia II. Di Indonesia pertumbuhan pemain dinilai cukup pesat, dengan berkontribusi melalui berbagai karya yang terinspirasi dari gim ini. Adanya hubungan parasosial antara pemain dan karakter Kantai Collection, menjadi kemungkinan bahwa gim ini memiliki pengaruh dalam menentukan pasangan ideal.
Penelitian ini berupaya mengungkapkan hubungan antara ketertarikan pemain terhadap karakter Kantai Collection berpengaruh terhadap kriteria pasangan mereka melalui Focus Group Discussion.
Kantai Collection is a World War II ship personification game. In Indonesia, the growth of players is considered quite rapid, by contributing through various works inspired by this game.
The existence of a parasocial relationship between the player and the character of Kantai Collection becomes a possibility that this game has an influence in determining the ideal match. This study seeks to reveal the relationship between players interest in Kantai Collection characters influende on the criteria of their partners through Focus Group Discussion."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Berthania Sekarini
"Seiring berkembangnya zaman, berbagai jenis media sosial juga berkembang dan interaksi parasosial terjadi semakin intens. Salah satu jenis interaksi parasosial di internet yang semakin populer sejak masa pandemi COVID-19 adalah siaran langsung atau live streaming. Pengguna internet menunjukkan minat tinggi pada media siaran langsung seperti YouTube, Twitch, dan AfreecaTV. Menurut teori Horton dan Wohl, hubungan parasosial dapat dibangun dari layanan siaran langsung dengan memberikan ilusi dari hubungan tatap muka antara penyiar gim dan penontonnya. Penelitian ini membahas cara seorang penyiar gim Korea bernama Uzuhama membangun interaksi parasosial melalui siaran langsung dengan penontonnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan transkripsi data dari empat video siaran langsung permainan gim yang diunggah ke YouTube. Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi parasosial antara Uzuhama dan penontonnya dibangun dengan cara melibatkan penonton secara emosional, menggunakan strategi inklusi, dan mendorong partisipasi penonton.
Along with modernization, various types of social media are also developing and parasocial interactions are becoming more intense. One type of parasocial interaction on the internet that has become increasingly popular since the COVID-19 pandemic is live streaming. Internet users are showing high interest in streaming platforms such as YouTube, Twitch and AfreecaTV. According to Horton and Wohl's theory, parasocial relationships can be built from live streaming services by providing the illusion of a face-to-face relationship between the game streamer and the audience. This research discusses how a Korean game streamer named Uzuhama builds parasocial interactions through live streaming with his audience. This study uses a qualitative research method by data transcription from four live game streaming video uploaded to YouTube. The results of the analysis show that the parasocial interaction between Uzuhama and his audience is built by involving the audience emotionally, using inclusion strategies, and encouraging audience participation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rakha Khansa Nabila Asril
"Media sosial mengubah cara individu berkomunikasi, berkolaborasi, berkoneksi, dan berinteraksi dengan orang lain. Media sosial memberikan sarana kepada marketer untuk melakukan interaksi langsung dengan pelanggan, hal tersebut dapat menjadi lingkungan yang ideal untuk menciptakan brand community, membangun dan mempertahankan customer relationships, dan mendapatkan pemahaman lebih mengenai konsumen. Di samping kemudahan sarana yang diberikan, marketer juga memiliki tantangan dalam menggunakan media sosial sebagai media pemasaran, beberapa di antaranya adalah ekspektasi, persepsi, dan reputasi di mata konsumen. Maka dari itu, penting bagi marketer untuk memiliki hubungan yang baik dengan konsumen walaupun hanya terhubung dengan media sosial. Interaksi parasosial dapat digunakan sebagai strategi dalam mengembangkan hubungan konsumen dengan merek. Jurnal makalah ini akan membahas penggunaan interaksi parasosial oleh merek skincare Skin Game dalam mengembangkan hubungannya dengan konsumen di Instagram. Data diperoleh langsung dari laman resmi Instagram @skingameofficial dan literatur yang dapat diakses di internet. Analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Temuan menunjukkan Skin Game sudah menerapkan dua komponen pendorong interaksi parasosial yaitu interaktivitas dan keterbukaan, serta menghasilkan niat loyalitas dan pengungkapan diri oleh konsumen.
Social media changes the way individuals communicate, collaborate, connect, and interact with others. Social media provides marketer with direct interaction with customers, it can be an ideal environment for creating brand communities, building and maintaining customer relationships, and gaining more understanding of consumers. In addition to the ease of use, marketer also have challenges in using social media as a marketing medium, some of which are expectations, perceptions, and reputations in the eyes of consumers. Therefore, it is important for marketer to have a good relationship with consumers even though it is only connected in social media. Parasocial interaction can be used as a strategy for developing consumer relationships with brands. This paper journal will discuss the use of social interaction by skincare brand Skin Game in developing its relationship with consumers on Instagram. Data is obtained directly from the official Instagram page @skingameofficial and literature accessible on the internet. Analysis was conducted through descriptive qualitative approach. The findings show that Skin Game has implemented two components that encourage parasympathetic interaction, namely interactivity and openness, and resulted in loyalty intentions and self-disclosure by consumers. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Mutia Rahadanti
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong remaja untuk membangun kedekatan dengan sosok idola atau biasa disebut relasi parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah kesepian berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menyasar pada sampel remaja penggemar K-Pop (N=575) yang berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 15-19 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian tidak berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana refleksi diri terkait kesepian dan kepemilikan relasi parasosial di usia remaja.
Lack of social relations in the real world would encourage adolescence to build closeness with idol figures through parasocial relationships. This study aims to find out whether loneliness is related to having parasocial relationships in adolescent K-pop fans. This research was conducted using a quantitative method and targeted a sample of young K-Pop fans (N=575) who are Indonesian citizens aged 15-19. The Pearson Correlation analysis technique is used to do data analysis. This study shows that loneliness is not related to parasocial relationships in adolescent K-pop fans. However, this study could be used as a source of knowledge and self-reflection related to loneliness and ownership of parasocial relations in adolescence"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farryntya Noor Sabrina
"Drama Korea menjadi salah satu konten Korea yang paling banyak diakses oleh berbagai kelompok usia di Indonesia, termasuk remaja. Tingginya durasi menonton drama Korea menyebabkan intensitas interaksi parasosial meningkat dan membentuk relasi parasosial antara penonton dengan aktor/aktris drama Korea. Penelitian terkini berusaha mengungkap hubungan antara relasi parasosial yang dimiliki seseorang dengan well-being mereka. Akan tetapi, terdapat hasil yang beragam mengenai hubungan kedua variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji ulang hubungan antara relasi parasosial dan well-being dengan metode kuantitatif. Partisipan dalam studi ini adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, penggemar drama Korea, memiliki aktor/aktris Korea favorit, dan berkewarganegaraan Indonesia (N=411). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk relasi parasosial dan EPOCH Measure of Adolescents Well-Being untuk well-being. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara relasi parasosial dan well-being. Implikasi dari penelitian ini adalah remaja dan orang di sekitarnya perlu bekerja sama dalam memastikan bahwa relasi parasosial yang dimiliki remaja mengarah ke hal yang positif agar well-being remaja semakin baik.
Korean drama is one of Indonesia's most widely accessed Korean content by various age groups, including adolescence. The high duration of watching Korean dramas causes the intensity of parasocial interactions to increase and forms parasocial relationships between viewers and Korean drama actors/actresses. Recent research seeks to reveal the correlation between a person's parasocial relationships and well-being. However, there are mixed results regarding the correlation between the two variables. Therefore, this study aims to use quantitative methods to reexamine the correlation between parasocial relationships and well-being. This study's participants were adolescents aged 15-19 years, fans of Korean dramas, have a favorite Korean actor/actress, and Indonesian citizens (N=411). The measuring tools used in this study are the Parasocial Interaction Scale for parasocial relationships and the EPOCH Measure of Adolescents Well-Being for well-being. Pearson's correlation analysis results show a significant positive relationship between parasocial relationships and well-being. This research implies that adolescents and those around them need to work together to ensure that their parasocial relationships can lead to positive ways so that their well-being improves."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Safira Widiputri
"Korean Pop atau K-Pop yang merupakan genre musik asal Korea Selatan memiliki peminat yang cukup besar di Indonesia, terlebih di kalangan remaja. Penelitian ini hadir untuk mengkaji mengenai hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja yang masih sangat terbatas di Indonesia. Relasi parasosial tersebut diukur menggunakan Parasocial Interaction Scale, sedangkan peer attachment diukur menggunakan The Inventory of Peer and Parent Attachment. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-19 tahun yang merupakan penggemar dari idola K-Pop, serta tinggal di Indonesia (N = 563). Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring melalui Google Form. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (r = 0.147, p < 0.01) antara relasi parasosial (M = 30.46, SD = 4.7) dan peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) pada remaja penggemar K-Pop di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil penelitian mendukung hipotesis peneliti bahwa terdapat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment. Implikasi dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja.
Korean Pop, or K-Pop, which is a music genre from South Korea, has a fairly large following in Indonesia, especially among teenagers. This study is present to examine the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents, who are still very limited in Indonesia. Parasocial relationships are measured using the Parasocial Interaction Scale, while peer attachment is measured using the Inventory of Peer and Parent Attachment. Participants in this study were teenagers aged 15–19 who are fans of K-Pop idols and also live in Indonesia (N = 563). The questionnaire was distributed online via Google Form. The data were analyzed using Pearson correlation. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship (r = 0.147, p 0.01) between parasocial relationships (M = 30.46, SD = 4.7) and peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) in adolescent K-Pop fans in Indonesia. The conclusion of this study is that the results support the hypothesis that there is a relationship between parasocial relationships and peer attachment. The implication of this study is to look at the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nazirah Atqa R. Tunin
"Drama Korea merupakan salah satu sarana hiburan yang banyak diminati di Indonesia, salah satu kelompok penggemarnya adalah remaja. Remaja yang menyukai aktor/aktris dalam drama Korea dan terkena paparan drama Korea secara berulang dapat menciptakan relasi parasosial, yaitu hubungan imajiner yang dilakukan oleh penonton terhadap persona medianya dalam jangka panjang. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi relasi parasosial adalah peer attachment. Peer attachment adalah kelekatan hubungan antara individu dengan teman sebayanya yang ditandai oleh adanya komunikasi yang baik dan rasa saling ketergantungan yang aman dan nyaman. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara peer attachment dan relasi parasosial. Teknik sampling pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Karakteristik partisipan adalah remaja berusia 15 – 19 tahun, WNI, dan gemar menonton drama Korea (N = 413). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasocial Interaction Scale untuk mengukur relasi parasosial dan The Inventory of Peer and Parent Attachment untuk mengukur peer attachment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara peer attachment dan relasi parasosial yang artinya semakin tinggi peer attachment maka tingkat relasi parasosial juga semakin tinggi.
Korean drama is a means of entertainment in great demand in Indonesia, and one of the fan groups is teenagers. Adolescents who like actors/actresses in Korean dramas and are exposed to repeated exposure to Korean dramas can create parasocial relations, namely imaginary relationships made by the audience towards their media persona in the long run. One of the factors that can influence parasocial relations is peer attachment. Peer attachment is the closeness of the relationship between individuals and their peers, which is characterized by good communication and a sense of interdependence that is safe and comfortable. This quantitative research examines the relationship between peer attachment and parasocial relations. The sampling technique in this study was non-probability sampling with the convenience sampling method. Characteristics of the participants were teenagers aged 15-19 years, Indonesian citizens, and liked watching Korean dramas (N = 413). The research instruments used in this study were the Parasocial Interaction Scale to measure parasocial relations and The Inventory of Peer and Parent Attachment to measure peer attachment. This study's results indicate a correlation between peer attachment and parasocial relationships, which means that the higher the peer attachment, the higher the level of parasocial relations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tsania Mahrani Isa
"Hubungan parasosial merupakan suatu fenomena yang menyerupai relasi sosial tatap muka melalui keintiman imajiner yang bersifat satu arah antara audiens dengan tokoh di media. Dalam konteks penelitian ini, hubungan parasosial diposisikan sebagai aspek yang mungkin mampu menjelaskan mekanisme yang dapat membantu manusia memenuhi kebutuhan mendasar mereka akan relasi sosial. Atas dasar ini, sejumlah penelitian telah berusaha melihat peran need to belong maupun dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Mayoritas dari penelitian sebelumnya dilakukan di Amerika Serikat dan pada populasi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang memiliki latar belakang budaya kolektivistik serta menggunakan partisipan yang lebih beragam dari segi demografis. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 18-25 tahun yang menggemari anime (N=345). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan Parasocial Relationship Scale (PSR), Need to Belong Scale (NTBS), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk melihat pengaruh need to belong dan dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara need to belong dengan hubungan parasosial. Sementara itu, terdapat pengaruh negatif yang lemah dan tidak bersignifikansi antara dukungan sosial yang dipersepsikan dengan hubungan parasosial. Temuan sebelumnya mengindikasikan bahwa dibutuhakan pengukuran dukungan sosial yang dipersepsikan yang juga melihat sumber dari karakter anime favorit responden. Kendati demikian, dari hasil penelitian ini, ditemukan bukti empiris bahwa anime dapat dijadikan sebagai salah satu medium untuk pemenuhan need to belong audiens di Indonesia
Parasocial relationship refers to a phenomenon whereby audiences feel an inkling to long-term and meaningful social relationship through a one-sided, mediated interaction with certain media personae. Through the previous framework, the current study utilizes parasocial relationship as a mechanism which could potentially help the audience at large in fulfilling or substituting their need for meaningful social relationships. In response to this, numerous studies have established the relationship between the need to belong and parasocial relationship. However, most of those studies were conducted in the United States while using college students as its sample. The current study aims to re-investigate the effect of the need to belong on parasocial relationship in Indonesia, while utilizing a broader range of participants, demographic-wise. Furthermore, this study also aims to investigate the effect of perceived social support on parasocial relationship. Participants were 18-25-year-old Indonesians (N=345) who identify themselves as anime fans. The Parasocial Relationship Scale (PSR), the Need to Belong Scale (NTBS), and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) were administered to analyze the effects of the need to belong and perceived social support on parasocial relationship. An analysis using the multiple linear regression method found that there was a positive and significant effect between the need to belong and parasocial relationship. However, there was no significant effect between perceived social support and parasocial relationship. These findings suggest that other providers of perceived social support—such as the audience’s favorite character—should be incorporated in future researches. Nevertheless, evidently, anime might be a useful source to fulfil the audience’s belongingness needs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gita Dwi Praramadhanti
"
Keterlibatan figur publik dalam skandal dapat membuat hubungan antara penggemar dan publik figur melemah. Beberapa cara dapat dilakukan figur publik untuk tetap mempertahankan hubungan tersebut dengan penggemarnya, salah satunya adalah permintaan maaf. Studi eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh efek moderasi permintaan maaf dan hubungan parasosial terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial setelah terjadinya skandal seorang idol K-Pop. Partisipan merupakan individu yang mengidentifikasikan diri sebagai penggemar K-Pop dan dibagi ke dalam kelompok eksperimen (n = 97) dan kelompok kontrol (n = 96). Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memoderasi pengaruh permintaan maaf terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial.
Scandals involvement of public figures may weaken the relationship between the public figures and their fans. Various ways can be done by public figures to maintain those relationships, one of which is an apology. This experimental study was conducted to determine the moderation effects of apology and parasocial relationships on parasocial breakup and forgiveness after the scandal of a K-Pop idol. Participants are individuals who identify themselves as a K-Pop fan and were divided into experimental (n = 97) and control groups (n = 96). Multiple regression analysis shows that parasocial relationship do not moderate the effects of apology on parasocial breakup and parasocial forgiveness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Meidiati Sekarsari
"Pesatnya perkembangan dunia hiburan memungkinkan kita untuk mengetahui lebih jauh akan kehidupan sehari-hari selebriti favorit. Dengan kesempatan tersebut, kita kemudian merasa mengenal dan memiliki hubungan dengan selebriti favorit, yang disebut dengan perilaku parasosial. Beberapa karakteristik individu yang memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku parasosial adalah individu yang kurang dalam interaksi sosialnya dan memiliki self-esteem rendah. Kedua karakteristik tersebut ternyata juga merupakan karakteristik personal dari individu yang sering mengalami loneliness.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah loneliness berhubungan dengan kuatnya perilaku parasosial seseorang. Peneliti menggunakan UCLA Loneliness Scale ver 2. untuk mengukur loneliness dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur perilaku parasosial. Sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang wanita dewasa muda yang berusia antara 20 - 40 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara loneliness dan perilaku parasosial pada wanita dewasa muda.
The rapid change in the entertainment world give us the opportunity to know the daily lives of the celebrity. With that opportunity, we could then feel that we know the celebrity and have a relationship with that person, which can be called as parasocial. Some of the characteristics of an individual who have the tendency to do a parasocial behavior are having a lack of social interaction and low self-esteem. Both of those characteristics are also a personal characteristics of an individual who tend to experience loneliness. The aim of this research is to know if loneliness would be linked to the strenght of one's parasocial behavior. The researcher used UCLA Loneliness Scale ver. 2 to measure loneliness and Celebrity Attitude Scale to measure paraosical behaviors. The sample of this research was 84 young adulthood women in the age range between 20-40 years old. The result of this research shown that there are significant positive relationship between loneliness and parasocial behavior in young adulthood women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.92 MEI h
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library