Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakina Adenia Ahmad
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan CWB dengan peran moderasi psychological capital. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat job insecurity yaitu Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). Kemudian, pengukuran CWB menggunakan alat ukur CWB dari Spector (2006) dan Psychological Capital dengan alat PCQ-24 (Luthans, 2006). Sampel penelitian merupakan 103 karyawan dari berbagai bidang pekerjaan yang didapatkan melalui metode convenience sampling, yaitu survey secara online. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan oleh psychological capital pada hubungan antara job insecurity dan CWB (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= 0.05 0.003). Peran psychological capital yang tidak signifikan diperkirakan terjadi karena karakteristik sampel dengan tingkat job insecurity yang rendah sehingga dinamika variabel tidak tergambarkan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih spesifik sehingga fenomena dapat dibuktikan. Limitasi lain juga didiskusikan pada penelitian ini.

This research aims to understand the relationship between job insecurity and CWB through the moderating role of psychological capital. Job insecurity levels were measured with Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). CWB measurement tool by Spector et al (2006) was used to measure CWB and PCQ-24, a tool to measure psychological capital by Luthans et al (2006), was also used. The sample of this study was 103 workers coming from various work industry, obtained from convenience sampling by online survey. Results show that psychological capital was not found to moderate the relationship between job insecurity and CWB significantly (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= -0.05 0.003). Insignificant moderator role of psychological capital might be caused by low level of job insecurity found in the sample of this study which in turn cannot predict changes in variables. Further research can use sample with specific level of job insecurity to validate different results. Other limitations are also discussed in this research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sischa Maulana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara job insecurity dan work engagement pada dosen non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) Universitas Indonesia. Pengukuran job insecurity menggunakan alat ukur Ashford, dkk (1989) dan pengukuran work engagement menggunakan alat ukur UWES-9 (Schaufeli dan Bakker, 2006). Partisipan berjumlah 52 dosen non-PNS UI, yaitu dosen dengan status BHMN dan dosen dengan status lain-lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara job insecurity dan work engagement pada dosen non-PNS Universitas Indonesia. Selain itu, masing-masing data demografis juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan job insecurity dan work engagement.

ABSTRACT
This research is aimed to get the describtion about the relationship between job insecurity and work engagement among non-Civil Servant Lecturer in University of Indonesia. The measurment of job insecurity uses Ashfrod and friend?s measuring instrument (1989), while the measuring of work engagement uses UWES-9 (Schaufeli dan Bakker, 2006). The total number of partitipants are 52 non-civil servant lecturers, who has BHMN status and others.
The result of this research shows that there has no significant relation between job insecurity and work engagment at non-Civil Servant Lecturer in University of Indonesia. Besides that, every singgle demographic datum also does not have significant relation with job inseciruty and work engagement."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kholisah Safria
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada meningkatnya jumlah PHK pada karyawan dan kebijakan rasionalisasi lainnya, hal tersebut mungkin dapat memengaruhi tingkat ketidakaman kerja (job insecurity), kegigihan (grit), dan keterikatan kerja pada karyawan (work engagement). Karyawan milenial menjadi generasi yang paling terdampak dari adanya situasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran dari grit dalam memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement pada karyawan milenial di Indonesia. Grit dinilai dapat menjadi kunci kesuksesan seseorang dan merupakan faktor internal yang memengaruhi job insecurity dan work engagement karyawan. Partisipan direkrut secara daring dan melibatkan 222 karyawan yang memenuhi karakteristik penelitian, yaitu; karyawan milenial berusia 20-38 tahun, memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun di tempat kerjanya saat ini, dan sedang mengalami kebijakan rasionalisasi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel ini adalah Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, dkk, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), dan Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain selain grit. Kemudian, mayoritas partisipan ini memiliki nilai job insecurity yang rendah, work engagement yang tinggi, dan grit yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan job insecurity berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan work engagement, dan grit berkorelasi secara positif dan signifikan dengan work engagement. Sementara job insecurity tidak berkorelasi secara signifikan dengan grit.

The COVID-19 pandemic has a major impact on increasing the number of employee layoffs and other rationalization policies, this may affect the level of job insecurity, grit, and work engagement on employees. Millennial employees are the most affected generation that affected by this situation. This research was conducted to find out whether there is a role of grit in moderating the relationship between job insecurity and work engagement among millennial employees in Indonesia. Grit is considered to be the key to a person's success and is an internal factor that affects job insecurity and employee work engagement. Participants were recruited online and involved 222 employees who met the research characteristics, that is; millennial employees at aged 20-38 years, having at least 1 year of work experience at their current job, and undergoing a rationalization policy. The measuring instrument that are used to measure these variables are Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, et al, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), and Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). The main results of this research showed that grit did not moderate the relationship between job insecurity and work engagement. This could be due to other factors besides of grit. Furthermore, the majority of these participants had low job insecurity, high work engagement, and high grit of scores. This study also showed that job insecurity was significantly negatively correlated with work engagement, and grit was significantly positively correlated with work engagement. Meanwhile, job insecurity was not significantly correlated with grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Tamara
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah locus of control kerja dapat menjadi moderator dari hubungan antara ketidakamanan kerja dengan kinerja kerja yang terdiri dari kinerja tugas dan perilaku warga organisasi (OCB). Pengukuran ketidakamanan kerja menggunakan alat ukur milik Sverke et al. (2004), pengukuran kinerja tugas menggunakan pengukuran kinerja penilaian sendiri dari Piccoli et al. (2017), pengukuran OCB menggunakan alat ukur milik Smith et al. (1983), dan lokus kerja kontrol pengukuran menggunakan Spector (1988) Lokus Kerja Skala Kontrol. Partisipan dalam penelitian ini ada 108 orang yang merupakan karyawan swasta berusia minimal 21 tahun dan telah bekerja setidaknya satu tahun di perusahaan saat ini. Sampel dipilih menggunakan teknik convenience sampling.
Hasil penelitian menunjukkan locus of control kerja tidak memoderasi hubungan antara ketidakamanan kerja dan kinerja tugas (βJIxWLC = 0,0062; p> 0,05) dan OCB (βJIxWLC = 0,0105; p> 0,05). Namun hasil juga menunjukkan bahwa locus of control kerja adalah prediktor dari kinerja tugas. Selain itu, peran lokus kerja tidak ditemukan kontrol yang signifikan antara hubungan ketidakamanan kerja dengan OCB. Dengan demikian dapat dijadikan input bagi perusahaan bahwa locus of control karyawan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan perlu diperhatikan dalam dunia kerja.

This research was conducted to determine whether the work locus of control can be moderator of the relationship between job insecurity with job performance consisting of tasks performance and organizational citizenship behavior (OCB). Job insecurity measurement using measuring instruments belonging to Sverke et al. (2004), task performance measurement using a self-rated performance measurement from Piccoli et al. (2017), measurement OCB uses a measuring instrument belonging to Smith et al. (1983), and work locus of measurement control uses Spector's (1988) Work Locus of Control Scale. Participant in this study there were 108 people who were aged private employees a minimum of 21 years and have worked at least one year in the company at this time. Sample chosen using convenience sampling technique.
The results showed work locus of control does not moderate the relationship between job insecurity and task performance (βJIxWLC = 0.0062; p> 0.05) and OCB (βJIxWLC = 0.0105; p> 0.05). However the results also showed that the work locus of control was a predictor from task performance. Besides that, the role of work locus is not found of significant control between the job insecurity relationship with OCB. With thus can be used as input for companies that employee locus of control is one factor that is quite important and needs to be considered in the world work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prajnadhyma Bramadewandhana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran psychological capital sebagai moderator hubungan antara work-family conflict dan kepuasan kerja. Pengukuran work-family conflict dilakukan dengan melihat kedua arahnya work interference with family dan family interference with work, menggunakan alat ukur WFCS work-family conflict scale. Kepuasan kerja diukur menggunakan alat ukur MSQ Minnesota Satisfaction Questionnaire. Psychological Capital diukur menggunakan alat ukur PCQ Psychological Capital Questionnaire. Responden dalam penelitian ini adalah 205 ibu bekerja di daerah Jakarta dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara work interference with family dan kepuasan kerja r=-0,32, p0,05.

This research was conducted to know moderating role of psychological capital on relationship between work family conflict and job satisfaction. Each directions of Work family conflict work interference with family dan family interference with work was measured using WFCS work family conflict scale. Job satisfaction was measured using MSQ Minnesota Satisfaction Questionnaire. Psychological Capital was measured using PCQ 24 Psychological Capital Questionnaire 24. Respondents of this research are 205 working mothers in vicinity of Jakarta. The results showed there was negative significant correlation between work interference with family and job satisfaction r 0,32, p0,05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Fathia Dayatri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job insecurity pada job involvement dengan mempertimbangkan peran moderasi grit pada karyawan di masa pandemi Covid-19. Responden penelitian adalah 762 karyawan organisasi publik dan swasta di Indonesia yang menerapkan perubahan kebijakan karena Covid-19. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan Short Grit Scale (Grit-S). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner secara daring serta dianalisis dengan analisis regresi menggunakan model 1 SPSS PROCESS. Hasil penelitian menemukan bahwa grit terbukti tidak memoderasi hubungan job insecurity dan job involvement. Sebagai implikasinya, temuan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh organisasi sebagai acuan dalam mengantisipasi peningkatan job insecurity karyawan akibat adanya perubahan.

This study aims to determine the relationship between job insecurity and job involvement by considering the role of grit as the moderator in employees during the Covid-19 pandemic. Research respondents are 762 public and private sectors employees who work in organization which implemented policy changes due to Covid-19. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The sampling technique used is accidental sampling. The research measuring instruments consists of Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and Short Grit Scale (Grit-S). Data were collected using an online questionnaire and analyzed using regression analysis, utilizing SPSS PROCESS Model 1. It was found that grit did not moderate the relationship between job insecurity and job involvement. As the implication, the findings of this research can be used by organizations as reference to anticipate the increase of employee job insecurity due to changes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byarbreda Mahaputra
"Job insecurity seringkali diasumsikan dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja. Tetapi, penelitian menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut lebih rumit dibandingkan dengan asumsi. Beberapa studi sebelumnya gagal untuk menjelaskan hasil yang beragam mengenai kekuatan hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut mungkin dimoderasi oleh variabel lain. Dua variabel yang mungkin dapat menjelaskan hubungan job insecurity dan kepuasan kerja adalah employability -yang didefinisikan sebagai persepsi terhadap kemampuan karyawan untuk mencari pekerjaan baru atau tetap bekerja di pekerjaannya saat ini, dan perbedaan status kepegawaian karyawan -tetap dan kontrak. Penelitian ini memiliki hipotesis, employability dapat memoderasi hubungan job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap dan kontrak. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap 172 karyawan -yang terdiri dari karyawan tetap dan kontrak, perusahaan jasa logistik di Indonesia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa employability dapat memoderasi hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap, tetapi tidak pada karyawan kontrak. Dampak Hasil penelitian ini terhadap pemahaman hubungan job insecurity dan kepuasan kerja, didiskusikan lebih lanjut.

People often assume that job insecurity will always lead to lower job satisfaction. However, research shoes that the relationship between these two variables is more complicated than that assumption. Previous studies fail to provide conclusive results, which indicate that the relationships between job insecurity and job satisfaction may be moderated by other variables. Two variables that are potential in explaining this relationship is employability, defined as employees perception of their abilities to find a new job, and work status differences (i.e., permanent and contract employees). Therefore, this study hypothesizes that employability will moderate the relationship between job insecurity and job satisfaction for permanent but not contract not contract employees. Adapting scales from previous research, this study conducted a crosssectional survey of 172 employees, comprised of permanent and contract employees, of a logistic services company. Results reveal that employability moderates the relationship between job insecurity and job satisfaction among permanent and contract employees. The implication of these results for the advancement of organizational behavior theory, especially for understanding the impact of job insecurity on job satisfaction, is discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Ismail
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah job insecurity berhubungan dengan komitmen perubahan dan dimensi komitmen perubahan pada karyawan perusahaan rintisan berbasis digital. Partisipan penelitian meliputi 112 karyawan yang bekerja pada perusahaan rintisan (startup) berbasis digital (web, aplikasi, dll) yang berasal dari Indonesia dan sudah berdiri antara satu hingga lima tahun. Komitmen perubahan diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi berdasarkan Commitment to Change Inventory. Job insecurity diukur dengan menggunakan adaptasi Job Insecurity Scale. Hasil perhitungan Pearson correlation menunjukkan bahwa job insecurity tidak berhubungan signifikan terhadap komitmen perubahan (r= -0,02, p>0,05) dan komitmen perubahan normatif (r= -0,09, p>0,05). Selain itu job insecurity ditemukan berhubungan negatif signifikan dengan komitmen perubahan afektif (r= -0,29, p<0,01) dan positif signifikan dengan komitmen perubahan kontinuans (r= 0,29, p<0,01). Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan rintisan berbasis digital untuk memerhatikan job insecurity sebagai faktor yang berkaitan dengan komitmen perubahan afektif dan kontinuans.

This study aimed to see whether job insecurity was related to commitment to change and commitment to change dimensions in digital-based startup company employees. Study participants was comprised of 112 employees who worked in a digital-based startup company (web, application, etc.) that originated from Indonesia and was established between one to five years. Commitment to change was measured using questionnaire adapted based on Commitment to Change Inventory. Job insecurity was measured using the adaptation of Job Insecurity Scale). Pearson Correlation calculation results showed that job insecurity were not significantly related to commitment to change (r= -0,02, p>0,05) and normative commitment to change (r = -0,09, p> 0,05). Furthermore, job insecurity was found significantly negatively related with affective commitment to change (r = -0,29, p <0,01) and significantly positive with continuance commitment to change (r = 0,29, p <0,01). The results of the study could give digital-based startups consideration to give attention to job insecurity as one of the factors that related to affective and continuance commitment to change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Andina Ramadhiyanti
"Pandemi Covid-19 menimbulkan berbagai perubahan yang terjadi pada aspek kehidupan, termasuk dampak terhadap perusahaan dan karyawan. Krisis kesehatan dan ekonomi yang terjadi membuat perusahaan menerapkan beberapa kebijakan sebagai upaya untuk tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peran grit sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dengan kepuasan kerja pada karyawan. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan yaitu The Minessota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan short grit scale (Grit-S). Populasi dari penelitian ini adalah karyawan yang perusahaannya melakukan kebijakan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Analisis data secara statistik yang dilakukan yaitu uji asumsi, uji korelasi, dan uji moderasi menggunakan PROCESS Hayes Model 1. Berdasarkan hasil analisis statistik dari 748 partisipan ditemukan terdapat efek interaksi antara ketidakamanan kerja dan grit terhadap kepuasan kerja signifikan (b = -0,02, 95% CI [-0,04, -0,01], t=-3,09, p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa grit berperan sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dan kepuasan kerja. Analisis lanjutan yang dilakukan mendapatkan bahwa grit dapat melemahkan pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kepuasan kerja ketika grit pada tingkat kategori sedang dan tinggi. Hasil penelitian menegaskan pentingnya perusahaan untuk melakukan usaha guna menurunkan ketidakamanan kerja dan meningkatkan kepuasan kerja.

Covid-19 brought changes in various aspects of life, including impact on companies and employees. The health and economic crisis that occurred made the company implements several policies as an effort to continue to be able to carry out its operational activities. This study aims to examine the role of grit as a moderator in the relationship between job insecurity and job satisfaction on employee. The approach of this research is quantitative with a cross sectional study design. There are three measuring tools used, namely The Minesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and short grit scale (Grit-S). The population of this research is employees whose company implemented policy as result of the Covid-19. S Data analysis was carried out by assumption test, correlation test, and moderation test using PROCESS Hayes Model 1. Based on the statistical analysis from 748 participants, the results show significant interaction effect between job insecurity and grit on job satisfaction (b = -0.02, 95% CI [-0.04, -0.01], t=-3.09, p<0.05). With that, it can be concluded that grit acts as a moderator on the relationship between job insecurity and job satisfaction. Further analysis found that grit can attenuate the negative effect of job insecurity on job satisfaction when grit is in the medium and high category. The results of the study emphasize the importance of companies to make efforts to reduce job insecurity and increase job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Nadya Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mediasi dari problem-focused coping pada hubungan antara job insecurity dan manajemen impresi. Dengan menggunakan Transactional Stress Theory sebagai acuan, individu dengan job insecurity tinggi akan mempersepsikan bahwa dirinya masih bisa mengubah keadaan di tempat kerjanya menjadi lebih baik dengan cara mengaktifkan problem-focused coping yang pada gilirannya akan meningkatkan perilaku proaktif berupa manajemen impresi. Data diperoleh dari karyawan yang berasal dari berbagai organisasi di Jakarta N = 286, dan dianalisis dengan macro Hayes pada SPSS versi 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara job insecurity dan manajemen impresi, tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara job insecurity dengan problem-focused coping, terdapat pengaruh positif antara problem-focused coping terhadap manajemen impresi. Secara lebih lanjut, problem focused coping secara signifikan memediasi hubungan antara job insecurity dan manajemen impresi. Implikasi teoritis dan praktis akan dibahas selanjutnya dalam penelitian ini.

The study aims to investigate the mediating effect of problem focused coping on the relationship between job insecurity and impression management. Using Transactional Stress Theory to explain the relationship, it is suggested that a person with high job insecurity will perceive situation at work as something that can be modified, thus will lead them to perform impression management. Data were collected among employees from various organizations in Jakarta N 286, and were analyzed using the Hayes's PROCESS macro on SPSS version 20.
The results showed that there is no significant relationship between job insecurity and impression management, there is a negative and significant relationship between job insecurity and problem focused coping, and there is a significant positive relationship between problem focused coping and impression management. Furthermore, the indirect effect of job insecurity and impression management via problem focused coping was found significant. Theoretical and practical implications will be discussed later in this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>