Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Ayunisa
"

Kalangan homoseksual yang terdiri dari tiga kategori identitas, yaitu top, bottom, dan versatile, ternyata memiliki karakteristik dan pola pertemanan yang berbeda. Para homoseksual yang terdiskriminasi dalam relasi sosial heteroseksual memicu mereka membentuk homososialitas gay. Tujuan dari penelitian ini ingin mendeskripsikan bagaimana para homoseksual menjalin relasi pertemanan antarsesama sebagai bentuk dari eksistensi diri, mendapatkan dukungan sosial, hingga mendorong mereka menciptakan humor gay. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 8 orang dengan identitas seksual gay yang berbeda, yaitu terdiri dari 4 bottom, 2 top, dan 2 versatile. Kehadiran skrip seksual sangat membantu dalam memahami pola pertemanan di kalangan homoseksual sehingga skrip tersebut digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari. Munculnya stereotip antar identitas gay juga diartikan sebagai wujud dari hegemoni maskulinitas, khususnya yang terjadi pada homoseksual yang didominasi sifat feminin. Selain berperan dalam menciptakan gelak tawa dalam homososialitas gay, humor gay turut berperan sebagai norma gender dan kontrol sosial tiap kategori identitas sosial berperilaku.


Homosexuals consist of three categories of identity; top, bottom, and versatile which have different friendship characteristics and patterns. Homosexuals are often discriminated against in heterosexual social relationships which encourages them to make gay homosociality. The purpose of this study is to describe how homosexuals establish interpersonal relationships among others as a form of self-existence, to get social support, and to create gay humor. The subject involved in this study up to 8 people in different gay sexual identities, consists of 4 bottom, 2 top, and 2 versatile. The sexual script is significant in understanding the pattern of gay homosociality so that the script is used as a daily guideline. The appearance of stereotypes among gay identities is also interpreted as the form of hegemony masculinity, especially for those who dominated by feminine traits. In addition, the creation of gay humor acts as a gender norm and restraining homosexuals must behave.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 1991
306.76 INS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 1995
306.76 Gay
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Adhista
"Bahasa gay merupakan salah satu variasi bahasa yang terdapat di kelompok masyarakat. Bahasa tersebut termasuk ke dalam kelompok bahasa slang yang pembentukan dan penggunaannya memiliki maksud dan tujuan-tujuan tertentu dari para penggunanya. Penelitian ini membahas proses pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa gay dan penggunaannya dalam percakapan. Data yang digunakan merupakan percakapan yang dilakukan oleh sebuah kelompok gay dalam media sosial Whatsapp. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan kata dalam bahasa gay terbagi ke dalam tiga klasifikasi utama pembentukan, yaitu pembentukan berdasarkan asosiasi fonetis, asosiasi semantis, dan rujukan bahasa asing. Asosiasi semantis terdiri dari enam subklasifikasi, yaitu abreviasi, paragog, abreviasi dan paragog, asosiasi bunyi, onomatope, dan modifikasi internal. Kemudian, asosiasi semantis terdiri dari dua subklasifikasi, yaitu asosiasi semantis konteks lingual dan asosiasi semantis konteks nonlingual. Di sisi lain, rujukan bahasa asing terdiri dari tiga subklasifikasi bahasa asing yang dirujuk, yaitu bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Hokkien. Dari segi penggunaan katanya, bahasa gay digunakan untuk tujuan-tujuan khusus, seperti menimbulkan kesan genit dalam percakapan, penghalusan kata, serta sebagai pemberi ciri khusus kelompok pemakainya.

Gay language is one of variations of language in society. That language included in slang language which have special formation and uses of the weare group. This research analyzed the formation of word and its use in the conversation. The data is the conversation that used by a gay group on Whatsapp social media. This research used a qualitative method with descriptive data presentation. The result showed that the formation of words in gay language is divided into three classifications phonetic association, semantic association, and foreign language references. Phonetic association divided into six subclassifications abbreviation, paragogue, abbreviation and paragogue, sound association, onomatope, and internal modifications. Then, semantic association divided into two subclassifications semantic association lingual context and semantic association nonlingual context. On the other hand, foreign language references divided into three subclassifications English, Dutch, and Hokkien. In addition, gay word used for special purpose, such as rise the impression of a flirty in conversation, euphemism, and distinctive feature of the weare group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Tantoso Djohan
"Sikap masyarakat terhadap homoseksualitas mengalami perubahan dari masa ke masa (Gadpaille, 1989; Nevid., Fichner-Rathus, & Rathus, 1995; Oetomo, 2001; dan Spencer, 2004). Pada masa Yunani, masyarakat cenderung bersikap positif terhadap homoseksualitas tetapi pada zaman Romawi,homoseksualitas dianggap sebagai dosa karena pengaruh hukum-hukum agama mengenai seksualitas. Pada saat sekarang ini, sikap masyarakat intelektual,khususnya psikiater, menjadi lebih positif dengan menyatakan homoseksualitas sebagai bukan gangguan. Akan tetapi, masyarakat cenderung bersikap negatif terhadap homoseksualitas. Bentuk-bentuk sikap negatif ini adalah dengan memberikan stigma-stigma bahwa homoseksualitas berhubungan dengan perilaku seksual yang menyimpang dan identitas homoseksual sebagai idcntls yang menyimpang dari identitas heteroseksual. Kaum homoseksual yang berada di Indonesia juga masih mengalami diskriminasi hak-hak asasinya dan bentuk kekerasan(Kenda1, 1998; Oetomo, 2001; “Masyarakat”, 2002; "Mereka", 2004).
Dengan adanya keadaan masyarakat yang bersikap negatif peneliti hendak mengetahui dan memperdalam bagaimana kaum homoseksual menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain khususnya dalam hubungan pertemanan hubungan pertemanan ini dipilih karena hubungan pertemanan adalah hubungan yang dibentuk berdasarkau pilihan seseorang atas orang-orang yang disukai dan orang-orang yang menyenangkan untuk diajak melakukan kegiatan bersama (Dwyer, 2000). Hal ini membedakan hubungan pertemanan dengan hubungan keluarga yang merupakan hubungan 'terberi', yang sudah ada dengan sendirinya sejak manusia lahir hingga mati.
Dalam hubungan pertemanan, usaha aktif seseorang ditampakkan dalam membentuk hubungan pertemanan. Hubungan pertemanan menjadi penting untuk diteliti karena hubungan pertemanan umum dimiliki seseorang dibandingkan dengan hubungan romantis. Papalia, Olds, dan Feldman (1998) juga menyatakan bahwa hubungan pertemanan yang baik lebih stabil daripada hubungan pernikahan. hubungan pertemanan pada kaum homoseksual menarik untuk diteliti karena penelitian-penelitian pada kaum homoseksual yang pernah dilakukan di Indonesia belum menyinggung permasalahan ini sebagai tema utama. Permasalahan yang kerap diangkat adalah identitas homoseksual. Maka, penelitian ini hendak menjawab perttanyaan bagaimanakah hubungan pertemanan pada kaum homoseksual?
Pendalaman pertanyaan ini adalah dalam bentuk-bentuk hublmgan pertemanan yang dibentuk, proses pertemanan, serta manfaat pertemanan bagi kaum homoseksual. Untuk menjawab pertanyaan ini, penelitian ekploratif dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif terhadap dua orang gay. Teknik yang digunakan untuk pengambilan data adalah wawancara mendalam. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan cara analisis isi.
Dari data, diketahui bahwa kedua subyek memiliki orientasi homoseksual pada skala 5 mengikuti skala Kinsey dkk. Kedua subyek memiliki ketertarikan seksual terhadap orang-orang yang memiliki kesamaan gender dengan dirinya,keterlibalan seksual dengan seseorang atau lebih yang memiliki kesamaan jenis kelamin dengan dirinya, dan telah mengidentifikasikan diri sebagai gay. Bentuk hubungan homoseksual berbeda di antara kedua subyek penelitian. Pada A,bentuk hubungan adalah pasangan terbuka sedangkan pada Y, bentuk hubungan adalah pasangan tertutup.
Dari basil penlitian dapat disimpulkan bahwa hubungan pertemanan yang dibentuk adalah hubungan pertemanan seksual dan hubungan pertemanan dekat. Kesamaan oricntasi seksual dan adanya reward menentukan terbentuknya pertemanan. Maka., teman dekat adalah sesama gay. Kedua subyek tidak pemah memiliki ketertarikan seksual, dan tidak berkeinginan untuk menjalin hubungan seksual dengan teman dekatnya ini. Perteman dekat dengan kaum heteroseksual juga dapat terbentuk bila adanya penerimaan dari teman terhadap homoseksualitas subyek, baik teman tersebut mengetahui atau tidak mengetahui homoseksualitas subyek. Usaha mempertahankan pertemanan adalah dengan mengadakau pertemuan-pertemuan yang bermakna bersama teman-temannya, bersikap terbuka, dan memaafkan atau memaklumi kesalahan-kesalahan temannya Hubungan pertemanan casual yang dijalin oleh subyek membuat subyek memiliki teman untuk bersenang-senang atau beraktivitas bersama. Hubungan pertemanan dekat memenuhi kebutuhan akan intimasi, integrasi sosial,pengasuhan, dan bantuan.
Saran-saran yang diberikan adalah untuk menjalin hubmmgan dengan kaum homoseks, masyarakat perlu mcnunjukkan penerimaan tcrhadap kaum homoseks. Di samping itu, kaum homoseks disarankan untuk berinteraksi di dalam komunitasnya dan membentuk pertemanan-pertemanan dekat yang memungkinkan dirinya untuk mendapatkan perhatian dan bantuan kapan pun ia memerlukannya karena pertemanan dekat dapat memenuhi kebutnhan subyek akan intimasi, integrasi sosial, pengasuhan, dan bantuan. Untuk penelitian selanjutnya, akan menarik bila dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai hubungan pertemanan gay dengan pria homoseksual, masalah agama dan pernikahan pada kaum homoseksual. Terakhir, karena adanya keterbatasan dalam reliabilitas, validitas, dan generalisasi penelitian, peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini tidak diberlakukan secara umum kepada semua kaum homoseksual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gay, Peter
London: Weidenfeld and Nicholson, 1966-1969
190 GAY e II
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ratna Devitasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boellstorff, Tom
"This essay argues for paying attention to the life-worlds of gay and lesbian Indonesians. These Indonesians' lives provide valuable clues to how being 'Indonesian' gets defined and to the workings of nation-states more generally. In particularly, the lives of gay and lesbian Indonesians help to demonstrate how heteronormativity the assumption that heterosexuality is the only normal or proper sexuality plays a fundamental role in forming nation-states as "imagined communities." Restricting the family model to the heterosexual couple has been a key means by which the idea of the Indonesian nation (and other nations) has been promulgated and sustained. Thus, rather than see the exclusion of homosexuality as a latter-day response to an encroaching global gay and lesbian movement, this exclusion is most accurately understood as a point of departure by which the idea of 'Indonesia' comes to exist in the first place."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rafianti
"Tulisan ini membahas mengenai representasi identitas gay dalam film berjudul yaganbihaeng. Film yaganbihaeng berhasil menampilkan dinamika kehidupan seorang remaja gay di tengah lingkungan sekolah. Berbeda dari film remaja lainnya yang biasanya membahas sisi percintaan atau pendidikan, film ini membahas isu identitas seksual yang masih sangat minim keberadaanya. Hal ini lah yang menjadikan film ini objek dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi identitas gay dan representasi gay di lingkungan remaja dan sekolah dalam film yaganbihaeng. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode analisis deskriptif dan teori representasi Stuart Hall. Representasi yang digambarkan oleh film ini kebanyakan berupa sebuah kritik sosial terhadap masyarakat. Kritik mengenai pandangan dan perilaku masyarakat luas terhadap seorang homoseksual di dunia nyata yang cenderung buruk dan diskriminatif.
This paper discusses the representation of gay identity in the movie titled yaganbihaeng. Yaganbihaeng film managed to show the dynamics of the life of a gay teenager in the middle of a school environment. This is what makes this film the object of this research. Different from other teen films which usually discuss the side of love or education, this film discusses the issue of sexual identity which is currently a rare issue to be discussed. The purpose of this study was to find how the representation of homosexual identity and homosexual representation in the teens and schools in the film yaganbihaeng represented. The method used in this study is descriptive analysis method and representation theory of Stuart Hall. The representation described by this film is mostly in the form of a social criticism of society. Criticism of the views and behavior of the wider community which tends to be bad and discriminatory against a homosexual in the real world."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Firdha Amelia
"Tema LGBT, khususnya gay atau boys love, marak diangkat untuk drama serta film Korea Selatan akhir-akhir ini. Beberapa di antaranya mengisahkan perjuangan kaum gay untuk bisa hidup bebas menunjukkan identitas mereka serta terhindar dari stigma negatif dan diskriminasi yang dilayangkan oleh masyarakat. Piteopaenui Kkum dipilih oleh penulis sebagai film yang mewakili representasi identitas kaum gay di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi identitas gay dalam film Piteopaenui Kkum. Identitas kaum gay yang terdapat dalam film Piteopaenui Kkum diperoleh dengan menggunakan semiotika model John Fiske melalui metode analisis deskriptif. Penulis menganalisis para tokoh dalam film dengan menggunakan teori penokohan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film pendek Piteopaenui Kkum merepresentasikan identitas kaum gay yang sulit mengekspresikan diri, mengalami perundungan secara fisik dan verbal, dan mendapat label stereotip yang cenderung buruk sehingga pada akhirnya kedua tokoh utama ini menyerah pada keadaan dengan mengorbankan hubungan mereka.

LGBT themes, especially gay or boys love, have been widely used in South Korean dramas and films recently. Some of them tell the story of the struggle of gay people to be able to live freely, show their identity and avoid negative stigma and discrimination posted by the community. Piteopaenui Kkum was chosen by the writer as a film that represents the representation of gay identity in South Korea. The purpose of this study is to describe the representation of gay identity in the film Piteopaenui Kkum. The identity of the gay people in the film Piteopaenui Kkum is obtained by using the semiotic model of John Fiske through descriptive analysis method. The author analyzes the characters in the film by using the theory of characterization. The results show that the short film Piteopaenui Kkum represents the identity of gay people who find it difficult to express themselves, experience physical and verbal abuse, and get stereotyped labels that tend to be bad so that in the end these two main characters give up on the situation at the expense of their relationship."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>