Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147654 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vidia Hawaria
"ABSTRAK
Kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan terapi, namun kepatuhan untuk melakukan pengobatan oleh pasien seringkah rendah, termasuk pada terapi antibakteri jangka pendek. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan pasien dalam menggunakan antibakteri yang diresepkan di tiga puskesmas wilayah timur Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan dengan metode studi potong lintang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden berusia 18 tahun ke atas dan menebus resep antibakteri di puskesmas dari tanggal 2 November-1 Desember 2010. Resep berupa sediaan solid per oral yang harus dihabiskan paling lama satu minggu. Berdasarkan data hasil penelitian 35 total responden, 13 responden (37,1%) dinyatakan patuh terhadap penggunaan antibakteri dan 22 responden (62,9%) lainnya yang dinyatakan tidak patuh. Alasan ketidakpatuhan yang paling banyak dikemukakan oleh responden yang tidak menyelesaikan pengobatan adalah sudah merasa sembuh dari penyakit sehingga merasa tidak perlu menghabiskan obat (85,7%). Selain itu, tidak ditemukan adanya hubungan antara faktor sosiodemografis, pengetahuan pasien terhadap obat, pengobatan yang kompleks, dan adanya riwayat penyakit lain dengan kepatuhan terhadap pengobatan. Studi menunjukkan tingginya angka ketidakpatuhan terhadap penggunaan antibakteri. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi masyarakat mengenai penggunaan antibakteri secara tepat untuk mencegah semakin meluasnya resistensi bakteri.

ABSTRACT
Patient compliance is essential to determine the successful therapy. Yet, poor compliance seems to frequently occur, including compliance to short-term antibacterial therapy. The purpose of this research was to evaluate the patient compliance to antibacterial use prescribed at three public health centers in the eastem region of Tangerang Selatan. A cross sectional study was conducted on people aged 18 or older who filled antibacterial prescription at the public health centers during November 2-December 1, 2010. Prescription should contain solid oral preparations which had to be fmished by a week or less. Out of 35 respondents, 13 respondents (37.1%) were identified as fully compliant while the other 22 (62.9%) failed to meet the criteria of compliance. Most of the respondents who did not finish the medication (85.7%) stated they had been feeling well so that continuing taking medication is not necessary. Sociodemographic factors, patients knowledge to medication, complicated therapy, and presence of other disease are not related to patient compliance to antibacterial use. This study showed high noncompliance rate. Therefore, a public education is urgent regarding the proper use of antibacterial in order to prevent wider spread of bacterial resistance."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S70322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Riani Sandra
"Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nagka kematian ibu dan bayi dengan suatu kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategic Making Pregnancy Safer dan Pengadaan Buku KIA. Pengetahuan ibu yang baik tentang Buku KIA akan berdampak positif pada kegiatan ibu yang berhubungan dengan kesehatan dan salah satunya imunisasi. Asumsi penulis pengetahuan baik yang ibu miliki tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas imunisasi bayi/balitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap.
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki anak yang berusia diatas 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan denga menggunakan desain studi cross sectional yang menjadi reponden adalah 96 ibu yang memiliki buku KIA dan balita diatas 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan, larangan dari keluarga dekat dan pemanfaat Buku KIA memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Saran yang diberikan yaitu lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan agar mampu memberikan informasi tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Trinita
"Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru dan organ tubuh lain. TB menjadi permasalahan global yang hanya dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur sehingga diperlukan kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan pasien dan menganalisis hubungannya terhadap kepatuhan pengobatan pasien di tiga Puskesmas dengan prevalensi TB tertinggi di Kota Depok. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas, kartu pengobatan pasien (TB.01), kartu identitas pasien (TB.02), dan SITB. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan total 82 sampel dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien (50%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang mengenai penyakit dan pengobatan TB, sedangkan hanya 23 pasien (28%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk dan 18 pasien (22%) dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat kepatuhan pasien TB paru di tiga puskesmas menunjukkan bahwa sebanyak 60 pasien (73,2%) sudah patuh sementara 22 pasien lainnya (26,8%) tidak patuh dalam menjalankan pengobatan. Analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan pasien terhadap tingkat kepatuhan pasien (p=0,000; R=0,652). Semakin baik pengetahuan pasien, semakin patuh pasien dalam menjalankan pengobatan. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mengedukasi pasien TB agar dapat meningkatkan kepatuhannya.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs and other body organs. TB is a global problem that can only be cured with regular treatment, so patient’s adherence is required. This study aims to assess the level of patient knowledge and discuss patient treatment adherence at three Community Health Centers with the highest TB prevalence in Depok City. The design of this research was cross-sectional. The sample acquisition method was carried out using a total sampling technique using a questionnaire that had been tested for the validity and reliability, patient treatment cards (TB.01), patient identity cards (TB.02), and SITB. The data collected were primary data and secondary data with a total of 82 samples and analyzed using IBM®SPSS® version 27. The results showed that the majority of patients (50%) had a moderate level of knowledge regarding TB disease and treatment, while only 23 patients (28%) who had a poor level of knowledge and 18 patients (22%) with a good level of knowledge. The compliance level of pulmonary TB patients in the three health centers showed that 60 patients (73.2%) were compliant while 22 other patients (26.8%) were not compliant in carrying out treatment. Inferential statistical analysis shows that there is a strong correlation between patient knowledge and the level of patient compliance (p=0.000; r=0.652). The better the patient's knowledge, the more compliant the patient will be in carrying out treatment. Therefore, the role of health workers is very important in educating TB patients in order to increase their compliance"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esde Dianusana Etieka
"Dalam penatalaksanaan diare non spesifik sering terjadi ketidaktepatan pengobatan seperti pemakaian antibiotika. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pola dan biaya penggunaan antibiotika pada pasien rawat jalan diare non spesifik balita ini dilaksanakan di puskesmas MTBS dan non-MTBS di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2012.
Rerata item obat per resep, persentase pemberian oralit dan persentase resep mengandung antibiotika pada puskesmas MTBS berturut ? turut adalah 3,18 item, 89,53% dan 25,43%. Pada puskesmas non-MTBS adalah 3,33 item, 60,11% dan 62,84%. Pola peresepan berhubungan dengan biaya obat pada kedua puskesmas, sementara faktor penjamin tidak berhubungan. Penatalaksanaan MTBS di puskesmas mendorong rasionalitas penggunaan antibiotika.

In the management of non-specific diarrhea, frequently found inaccuracy of treatment such as the use of antibiotics. The research aims to determine the patterns and costs of antibiotic used in the toddler outpatient of non-specific diarrhea. It was conducted in IMCI and non-IMCI health centers in South Tangerang City in 2012.
The mean drug items per prescription, percentage of ORS and the percentage of prescriptions containing antibiotics in IMCI health centers were 3.18 item, 89.53% and 25.43%. In the non-IMCI health centers the figures were 3.33, 60.11% and 62.84%. Prescribing pattern was associated with the cost of drugs in both health centers, while source of payment was unrelated. IMCI management in health centers encourages rational antibiotics use."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T36759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrizal
"Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu didukung oleh jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Selanjutnya proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Pada tahun 1992 Departemen Kesehatan telah mengeluarkan buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas yang memuat uraian tentang standard terapi yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seluruh dokter Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan pengobatan.
Dari hasil survey pendahuluan diketahui hampi 80 % dokter Puskesmas tidak mematuhi pedoman pengobatan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian sejak bulan September sampai bulan Oktober 2002, dengan pendekatan kuantitatif secara pengamatan (observasional) dengan dasar potong lintang (cross sectional) yang menggunakan sampel total populasi sebanyak 44 orang dokter Puskesmas di kota Jambi, dengan tujuan mengetahui gambaran kepatuhan, faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dokter Puskesmas terhadap penerapan pedoman pengobatan dalam penggunaan antibiotika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25 dokter Puskesmas (56,8 %) kurang patuh, sedangkan sisanya 19 dokter Puskesmas (43,2 %) patuh. Dari hasil uji Chi Square diketahui bahwa sikap dan persepsi dokter Puskesmas, supervisi dan ketersediaan obat di Puskesmas berhubungan bermakna dengan kepatuhan dokter Puskesmas terhadap penerapan pedoman pengobatan dalam penggunaan antibiotika. Dokter Puskesmas yang mempunyai sikap negatif tehadap pedoman pengobatan akan berpeluang kurang patuh 4,4 kali dari yang mempunyai sikap positif dan dokter Puskesmas yang memiliki persepsi kurang kondusif terhadap pedoman pengobatan akan berpeluang kurang patuh 7,2 kali dari yang memiliki persepsi kondusif. Supervisi yang kurang baik oleh atasan akan berpeluang dokter Puskesmas kurang patuh 8,6 kali dari supervisi atasan yang baik, sedangkan dokter Puskesmas yang memiliki ketersediaan obat tidak cukup akan berpeluang kurang patuh 20,5 kali dari yang memiliki ketersediaan obat cukup.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat beberapa saran untuk dinas kesehatan kota Jambi menyusun pedoman pengobatan yang bersifat lokal yang melibatkan seluruh dokter Puskesmas dengan melakukan penyesuaian Pedoman Pengobatan dari Departemen Kesehatan, mengkomunikasikan dan mensosialisasikan penggunaan pedoman pengobatan, melaksanakan lokakarya dengan tujuan tergalangnya kerja sama antar tenaga kesehatan, menyusun perencanaan obat menggunakan metoda morbiditas akan menghasilkan jumlah obat mendekati kebutuhan riil untuk masing-masing penyakit pada populasi, serta meningkatkan peran dinas kesehatan kota melakukan supervisi. Untuk dinas kesehatan propinsi Jambi perlu melakukan bimbingan teknis secara periodik tentang penggunaan dan pengelolaan obat di puskesmas, serta peran dokter Puskesmas menulis resep sesuai dengan standard terapi yang ada dan mengikuti kaedah penulisan resep yang lengkap. Saran untuk peneliti lain melakukan penelitian tentang dampak kemungkinan terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika Ampisilin, Arnoksisilin dan Tetrasiklin akibat pemberian yang tidak sesuai dalam interval waktu dan lama pemberian.

Analysis Of Health Center Staff's Compliance On Therapy Guidelines In Antibiotics Use In The Municipality Of Jambi, 2002In order to maintain the quality of public health service, available human resource, medicines, medical equipments, other supporting facilities, health delivery process, received compensation, and community, as user should be provided. Then, the health delivery process can be enhanced through quality improvement and professional health resources. In 1992 the Ministry of Health had published Primary Therapy Guidelines for Health Center that contains the explanation about standard of therapy that should be noticed and be conducted by all health staff in delivering therapy.
From the preliminary survey, it was found that almost 80% of the health center staff (doctors) did not adhere to the therapy guidelines. Based on that matter, the study about the health center staff's compliance was conducted from September to October 2002. The study employed an observational quantitative approach as with cross sectional method and covered a sample of 44 doctors who work at health center in the Municipality of Jambi. The objective of this study was to find the description of compliance and factors related to the health center staff's compliance on application of therapy guidelines in antibiotics use.
The study found out that 56.8% of the health center staff did not comply on the therapy guidelines and the rest (43.2%) complied on the therapy guidelines. A Chi square test showed that attitude and perception of health center staff, supervision, and drug supply related to the staffs compliance significantly. The staff who had negative attitude to the therapy guidelines was risky to have not quite compliance about 4.4 times of the staff who had positive attitude. The staff whose the lack of good perception was risky 7.2 times lower to have compliance than the staff whose good perception on the therapy guidelines. The staff who did not get good enough supervision from the higher manager gave a risk 8.6 times lower compliance than the staff who did get good supervision. Meanwhile, inadequate drug supply in the health center had risk about 20.5 times to not quite comply on the therapy guidelines.
According to the result above, it is recommended to the Health Office in the Municipality of Jambi to make a local therapy guidelines which involves all doctors in the health center by conducting the adjustment of therapy guidelines that published by the Ministry of Health and also to make drug planning by using morbidity method which will result the quantity of medicine that is close to the real need for each disease in population, and to maintain the Health Office roles to do supervision as well. Recommendation for the Jambi Province Health Office, it is necessary to conduct technical assistance periodically about using and managing medicines/drug in the health center, and to maintain doctor roles to write the prescription appropriately with the principle of prescription writing. It is recommended to other researchers to conduct the study about the possible impact of bacterial resistance against antibiotics such as amphycillin, amoxycillin, and tetracyclin, caused by inappropriate time interval and time during period therapy delivery."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayah
"Depkes Rl menyatakan bahwa penyakit pulpa dan kerusakan tulang periapikal masih menjadi masalah, karena dari pantauan penyakit gigi dan mulut psnderita yang berkunjung ke rumah sakit menunjukkan bahwa kaxics gigi sebanyak l7,22% dan penyakit pulpa serta periapikal sebanyak 38,83%. Hal ini tidakjauh berbeda dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2006 bahwa dari kasus penyakit gigi dan mulut di Kota Tangerang penyakit pulpa dan nekrosis periapikal scbanyak 39,4%.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mcmatuhi standar profesi dan menghomnati hak pasien. Dalam situasi apapun tenaga dolcter, selaku tenaga kesehatan pofesional, merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab atas pelayanan medis yang dilakukannya. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dokter gigi diharapkan dapat bekerja secara profesional dalam memberikan pelayanan gigi dan mulut kepada masyarakat untuk memelihara kesehatan maupun pengobatan gigi.
Bcrdasarkan hal tersebut, maka penulis berminat untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pcngobatan nekrosis pulpa di Puskesmas Kota Tangerang. Penelitian ini menganalisis hubungan sejumlah faktor-faktor intemal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, Iama kcuja, pengetahuan, pelatihan, pcrsepsi, motivasi dan sikap, serta sejumlah thktor-faktor ekstemal yang terdiri dari sax-ana, komitmen pimpinan dan beban kerja yang dinilai mempengamhi kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pengobatan nekrosis pulpa.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang dirancang dengan metode cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh dari observasi dan penyebaran kuisioner kepada responden yaitu sebanyak 35 doktcr gigi di Puskesmas yang ada di Kota Tangerang. Penelitian ini mcnggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis membuktikan bahwa pada faktor intemal hanya variabel masa kexja dan motivasi, sedangkan pada faktor ekstemal hanya variabel beban kerja yang mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pengobatan nekrosis pulpa. Pada analisis multivariat variabel independen yang mcmiiiki hubungun paiing dominan dengan kepatuhan adalah motivasi.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang untuk memotivasi dokter gigi agar mematuhi standar yang sudah ada dengan cara memberikan perhatian dan penghargaan kepada dokter gigi yang sudah melaksanakan standar pelayanan medis dengan baik. Seiain itu, perlu menambah personil dokter gigi untuk beberapa Puskesmas yang beban ke|janya relatif oukup tinggi sehingga beban kerja dokter gigi tidak terlalu tinggi dan dapat mematuhi standar pelayanan medis. Disamping itu, Dinas Kesehatan perlu memerhatiknn faktor sarana yang ada di tiap-tiap Puskesmas sebagai upaya memberikan rangsangan bagi dokter gigi umuk dapat belcexja dengan baik dan dapat mematuhi standar yang ada.

Depkes RI state that pulp disease and periapical bone damage still become problems, because 'fiom monitoring of tooth and mouth disease, patient that visited hospital shows tooth caries is 17.22% and pulp disease and periapical is 38.83%. It was not significantly different with Health Depanment Tangcrang City at 2006 that pulp and periapical nccroscs fiom tooth and mouth cases in Tangerang City are 39.4%.
Health staff in conducting their task obliged to obey profession standard and respecting patients’ right. ln any situation, doctor as professional health staf£ is the core that responsible for medical service he gave. in conducting health service in Puskesmas, dentist hoped to work professionally in giving tooth and mouth services to public for maintaining health and tooth medication.
Based on it, writer interested to research factors that affecting dentist compliance toward medical service standard of necroses pulp medication in Puskesmas Tangerang City. This research is analyzing relation of some intemal factors that consist of age, gender, work length, knowiedge, training, perception, motivation and attitude; also some extemal factors that consist of medium, leadership commitment and work responsibility that assessed affecting dentist obedient toward medical service standard of pulp necroses medication.
This research is quantitative research designed by cross sectional method. Data used is secondary data and primary data that obtained from distributing questioner to 35 dentists in Puskwmas Tangerang City. This research is using analysis of univariate, bivariate and multivariate.
Analysis result shows that intemal factors were only work length and motivation, while extemal factors was only work responsibility has significant relation with dentist compliance toward medical service standard of pulp necroses medication. On multivariate analysis of independent variable that has the most dominant relation with compliance is motivation.
From this research suggested to Health Department Tangerang City to motivate dentist so that comply with available standard by giving attention and appreciation to dentist that already implementing good medical service standard. Besides, Health Department requires paying attention toward available medium factor in each Puskesmas as effort to encourage dentist work better and comply with available standard.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kota Tangerang memiliki 30 Puskesmas dengan wilayah kerja dan jumlah
pengunjung tiap puskesmas yang berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah
pengunjung dan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat dari adanya perbedaan
karakteristik tiap wilayah kerja puskesmas tersebut. Metode penelitian dengan
analisis deskriptif keruangan. Kesimpulan bahwa Tingkat kunjungan puskesmas
tinggi dipengaruhi oleh karakteristik wilayah seperti, jumlah penduduk,
aksesibilitas dan fasilitas yang dimiliki oleh puskesmas, sedangkan untuk
kepadatan industri dan penggunaan tanah berupa permukiman tidak teratur dan
teratur tidak memengaruhi jumlah kunjungan pada tiap puskesmas. Karakteristik
pengunjung puskesmas didominasi oleh pengunjung dengan penyakit ISPA dan
masyarakat kurang mampu dengan ditandai oleh pengguna Jamkesmas. Wilayah
pengunjung tinggi berada pada wilayah penelitian dengan jumlah penduduk,
aksesibilitas dan fasilitas puskesmas tinggi. Tingkat wilayah pengunjung tinggi
berada di wilayah Puskesmas Ciledug, Jalan Baja, Larangan Utara, Cibodasari,
Cipondoh, Jatiuwung, Kunciran dan Sukasari. Wilayah kerja puskesmas yang
sudah ideal berdasarkan jumlah penduduk dan jarak pelayanan berada di wilayah
kerja Puskesmas Bugel, Kedaung Wetan, Padurenan, Pasar Baru, Pondok Bahar
dan Poris Gaga."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2010
S34214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji M. Darda
"Perkembangan Kota Jakarta yang semakin tinggi intensitasnya dihadapkan pada keterbatasan lahan di pusat kota, akibatnya perkembangan akan mengarah ke daerah pinggiran kota yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kec. Ciputat dan Kec. Pamulang Penelitian ini menyampaikan penjelasan tentang perkembangan yang terjadi di daerah pinggiran Kota Jakarta, dilihat dari perkembangan permukimannya dalam kurun waktu tahun 1991-2007 terkait dengan variabel-variabel yang diteliti. Perkembangan yang terjadi di daerah pinggiran ini dapat diidentifikasi dari perkembangan permukiman. Perkembangan permukiman ini dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, jaringan jalan, fasilitas pendidikan dan harga tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi bersifat menyebar dengan karakteristik yang berbedabeda. Permukiman teratur lebih terkonsentrasi di wilayah yang jauh dari DKI Jakarta dan tidak terlalu dipengaruhi oleh akses tetapi oleh harga tanah yang sangat rendah. Sedangkan pada permukiman tidak teratur lebih terkonsentrasi di wilayah yang dekat dengan DKI Jakarta dan tidak dipengaruhi oleh harga tanah melainkan dekat dengan akses yang mendekati DKI Jakarta dan juga fasilitas pendidikan seperti kampus.

The development of Jakarta that has inclined in intensity faced with the limitation of land in the city causes its development course to the urban fringe area, which administratively is in the Ciputat and Pamulang Regency. This research inform descriptions about the development that happens in the urban fringe area in Jakarta, viewed from the development of its settlements during 1991-2007 concerned with the research variables. The development which happens in urban fringe area can be identified from the change of settlement. This change of settlement is affected by density of peoples, roads, facility of education and price of land.
The output of research shows that such development is cluster with differents characteristic. The orderly settlements are more concentration in region long from DKI Jakarta and not always affected by roads but by the low price of land. But the disorder settlement more concentration in region near from DKI Jakarta and not affected by price of land but near accces to Jakarta and facility education like campus.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sefni Gusmira
"Proporsi penyakit hipertensi di Depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit
ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
terapi antihipertensi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas
di Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke
Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi
konvensional (74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian besar pasien hipertensi
yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi,
berpendidikan rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita hipertensi tahap II.
Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan
kelompok terapi konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada kelompok terapi
konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan
bermakna antara keduanya (p>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh penggunaan obat bahan alam yang digunakan
bersamaan dengan obat konvensional dalam menurunkan tekanan darah.
Evaluation on Conventional Antihypertension Use and Natural-Conventional Combination on Patient with
Hypertension. The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary health centers had
given antihypertensive medication. In addition to the drugs commonly given by a doctor (conventional), many patients
took medicinal plants (natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination therapy of
convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five primary health centers in Depok. This
retrospective cohort study used samples of hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy group (74 people) and combination
of conventional-herbal therapy group (49 people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers
area of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi, less educated, unemployed/
housewives, low income and suffering from hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had
better effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic. However, no significant difference
between them (p>0.05). The continuity of treatment affected systolic blood pressure (p<0.05). This study showed that
had not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional drugs in lowering blood pressure."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sefni Gusmira
"ABSTRAK
Proporsi penyakit hipertensi di depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah
melakukan terapi terhadap penyakit ini dengan memberikan antihipertensi. Selain
obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi efek terapi antihipertensi kombinasi konvensionalbahan
alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas di
Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel
pasien hipertensi yang datang ke Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian
sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi konvensional
(74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian
besar pasien hipertensi yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah
perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi, berpendidikan
rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita
hipertensi tahap II. Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi
kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan kelompok terapi
konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada
kelompok terapi konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi
konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan bermakna antara keduanya
(P>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik
(P<0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh
penggunaan obat bahan alam yang digunakan bersamaan dengan obat
konvensional dalam menurunkan tekanan dar

Abstract
The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary
health centers had given antihypertensive medication. In addition to the drugs
commonly given by a doctor (conventional), many patients took medicinal plants
(natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination
therapy of convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five
primary health centers in Depok. This retrospective cohort study used samples of
hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy
group (74 people) and combination of conventional-herbal therapy group (49
people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers area
of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi,
less educated, unemployed / housewives, low income and suffering from
hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had better
effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic.
However, no significant difference between them (P> 0.05). The continuity of
treatment affected systolic blood pressure (P <0.05). This study showed that had
not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional
drugs in lowering blood pressure."
Lengkap +
2010
T29598
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>