Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Aulia Winesa
"Beban kerja yang berat dapat membuat guru memiliki persepsi negatif tentang teacher well-being karena itu guru membutuhkan kemampuan resiliensi untuk tetap bertahan dengan beban kerjanya yang begitu berat sehingga dapat menjaga well-being mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah menemukan hubungan antara resiliensi dan teacher well being. Diasumsikan bahwa resiliensi dapat menjadi prediktor terhadap teacher well-being. Partisipan merupakan 263 orang guru yang aktif mengajar di berbagai jenjang sekolah dengan lama mengajar dimulai dari 6 bulan hingga di atas 30 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi pearson untuk melihat hubungan antarvariabel dan regresi linear sederhana untuk melihat peran resiliensi terhadap teacher well-being. Hasil penelitian dengan analisis regresi linear memperlihatkan bahwa resiliensi menjelaskan 11,1% variansi teacher well being. Penelitian ini memberikan kesadaran bahwa resiliensi pada guru dapat menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan untuk meningkatkan teacher well-being. Berdasarkan hasil yang didapatkan, peneliti berharap dunia Pendidikan dapat memberikan intervensi terkait resiliensi untuk meningkatkan teacher well being.

eavy workload could make teachers have negative perceptions about teacher well-being, therefore teachers need resilience to withstand the heavy workloads to maintain their well being. Based on the background, the purpose of this study is to find a relationship between resilience and teacher well-being. It is assumed that resilience can be a predictor of teacher well-being. Participants are 263 teachers who actively teach at various levels of school with teaching duration ranging from 6 months to above 30 years. Data analysis was performed using Pearson correlation analysis to see the relationship between variables and simple linear regression to see the role of resilience to teacher well-being. The results of linear regression analysis showed that resilience explained 11.1% of the teacher well-being variance. This study provides awareness that resilience to teachers can be one of the important things to consider to improve teacher well being. Based on the results obtained, researchers hope the world of education can provide interventions related to resilience to improve teacher well being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Nur Meiliana
"Topik kesejahteraan pada guru menjadi pembahasan yang terus bergulir dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, guru masih dianggap sebagai salah satu profesi dengan tingkat stres yang cukup tinggi, tak terkecuali guru di sekolah dasar yang tugasnya lebih menantang dibandingkan guru di jenjang pendidikan lain. Padahal, stres pada guru dapat memengaruhi berbagai aspek, bukan hanya terhadap proses belajar siswa, melainkan juga pemenuhan kebutuhan personal guru itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki teacher subjective well-being yang baik. Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi teacher subjective well-being adalah self-compassion. Penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi hubungan antara self-compassion dan teacher subjective well-being pada guru sekolah dasar dengan menggunakan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) dan Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Melalui 224 partisipan yang mengikuti penelitian ini, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dengan teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). Dalam hal ini, komponen-komponen positif dalam self-compassion mampu membantu guru sekolah dasar memaknai perannya lebih dalam sehingga teacher subjective well-being pada guru meningkat.

The topic of teacher well-being is commonly discussed over time. Up to this day, teacher is still mainly named as one of the most stressful job, not to mention elementary school teachers whose demands are more challenging than other secondary teachers. This topic is appealing since teacher’s stress influences some aspects, not only student’s learning process, but also teacher’s journey on personal growth. Therefore, it is important for teacher to maintain a good level of teacher subjective well-being. One of the factors expected to be affecting teacher subjective well-being is self-compassion. This study aimed to explore the correlation between self-compassion and teacher subjective well-being among elementary school teachers using Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) and Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Through the participation of 224 elementary school teachers, a positive, significant correlation is found between self-compassion and teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). In this case, the positive components of self-compassion can help elementary school teachers grasp the meaning of their own role, thus increasing their teacher subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Farhah
"Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru.

A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kinerja gu SD yang bergender wanita dalam menjalankan perannya sebagai instruktur pengentasan buta aksara. Penelitian dilaksanakan di 3 Kecamatan di Kabupaten Tangerang: Neglasari, Pinang dan Priok dimulai bulan September sampai dengan November 2007. Pengumpulan data dilaksanakan melalui pengamatan langsung dan wawancara naturalistik dengan penyandang buta aksara dan instruktur buta aksara yang diambil secara acak. wawancara naturalistik juga dilakukan terhadap Pengelola Sanggar Belajar , Pejabat Pemda , Pejabat subdinas Pendidikan Tingkat Kabupaten dan Ketua Kelompok Belajar untuk mendapatkan data tentang kelangsungan program pengentasan buta aksara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru SD masih tetap berperilaku sebagai sebagai guru SD pada saat menjalankan perannya sebagai instruktur buta aksara bagi kelompok orang dewasa, peserta program PBA lebih menyukai instruktur wanita dibanding laki-laki, dan peran Pemerintah daerah sebagai penyandang dana sangat dominan dalam memelihara kelangsungan program PBA di daerah. Disarankan agar para guru SD yang menjadi instruktur buta aksara merubah cara pendekatan pedagogik yang merupakan landasan metode pembelajaran bagi orang dewasa."
JUPENDI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Momon Sulaeman
"Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan sosial yang sangat strategis terutama pendidikan dasar. Pada pendidikan dasar terjadi proses pembentukan dasar pengetahuan, keterampilan, sikap serta iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kondisi masyarakat yang menunjukkan sikap dan prilaku yang memprihatinkan perlu ditanggulangi secepatnya. Salah satu upaya penanggulangannya adalah dengan mendidik generasi muda melalui pendidikan yang berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, salah satunya adalah guru yang kompeten. Guru sebagai agen pembaharu dalam perubahan sosial, kompetensinya perlu terns menerus ditingkatkan agar dapat berperan aktif secara konstruktif dalam perubahan sosial.
Banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru, salah satunya adalah sistem pembinaan kompetensi melalui gugus sekolah. Gugus Sekolah merupakan kumpulan dari tiga sampai delapan sekolah dasar yang berada dalam Iingkungan terdekat. Gugus sekolah sebagai wadah pemberdayaan guru secara kelompok melibatkan pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru yang ada dalam gugus tersebut. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam gugus sekolah ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan guru.
Gugus sekolah yang telah melakukan pemberdayaan dengan baik merupakan suatu inovasi yang perlu disebarluaskan kepada gugus lain untuk menjadi model dan motivasi. Gugus sekolah memberikan manfaat yang besar terhadap tahap pembentukan kelompok, pola interaksi kelompok, proses kelompok serta kohesitas kelompok. Selain itu perlu dideskripsikan aktivitas-aktivitas pemberdayaan yang telah dilakukan oleh gugus sekolah sehingga upaya pemberdayaan yang dilakukan gugus lebih terarah. Untuk itu penelitian ini akan mendeskripsikan manfaat gugus sekolah sebagai kelompok serta aktivitas-aktiivitas pemberdayaan yang dilakukan di dua gugus sekolah di Kelurahan Pasarminggu Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan manfaat gugus serta aktivitas-aktivitas pemberdayaan yang dilakukan Gugus Mujair dan Gugus Palapa di Kelurahan Pasarminggu Jakarta Selatan. Untuk mencapai tujuan dipilih pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskripitif. Melalui pendekatan tersebut proses pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, studi dekumentasi, wawancara mendalam dan pengamatan terhadap sumber-sumber data.
Kerangka teori yang melandasi penelitian ini yaitu tentang pemberdayaan kelompok, pola interaksi dalam kelompok, proses yang terjadi dalam kelompok, kohesitas kelompok, gugus sekolah serta teori tentang kompetensi guru, khususnya guru sekolah dasar.
Temuan-temuan panting penelitian bahwa gugus sekolah memiliki potensi sebagai wadah pemberdyaan karena daiam proses pembentukannya memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang terlibat daiam pendidikan dasar. Kelompok gugus sekolah merupakan salah satu upaya pemberdayaan dengan pendekatan pembangunan sosial yang memberikan manfaat yang besar dalam interaksi kelompok, proses dalam kelompok, serta peningkatan kohesitas kelompok.
Analisis terhadap temuan-temuan merumuskan bahwa gugus sekolah memberikan manfaat yang besar daiam upaya pemberdayaan guru sekolah dasar. Selain itu ananlisis penelitian ini menggunakan tujuh aspek yang dijadikan ukuran pemberdayaan gugus yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, suasana kerja, kerjasama, kemandirian dalam melaksanakan tugas, pemahaman dan komitmen terhadap tujuan, menerima dan memberikan pelatihan, memberikan kontribusi untuk pemecahan masalah.
Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan gugus sekolah memberikan manfaat yang bermakna terhadap guru yang terlibat dalam gugus Mujair dan gugus Palapa. Kedua gugus inipun telah melakukan pemberdayaan yang berpedoman kepada tujuh aktivitas pemberdayaan.
Penelitian ini menyarankan agar faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penyelengaraan gugus sekolah seperti komunikasi, transparansi, penyusunan dan sosialisasi program gugus, pengakuan dan penghargaan terhadap guru, pemahaman terhadap tujuan dan komitmen terhadap tujuan terus ditingkatkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarsono
"ABSTRAK
Pendidikan 'Sekolah merupakan salah satu upaya penyiapan dan pengembangan SDM Indonesia yang berkualitas. Keberadaan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas dewasa ini menempati posisi strategis terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih modem dengan orientasi industri, komunikasi dan informasi.
Menyiapkan dan mengembangkan SDM Indonesia yang berkualitas dilakukan melalui berbagai sektor. Sektor pendidikan tetap menjadi salah satu pilihan strategis untuk mencapai kondisi tersebut. Penerapan Link & Macth merupakan salah satu upaya tepat untuk menyiapkan dan mengembangkan SDM Indonesia yang berkualitas.
:Dalam penerapan Link & Macth guru mata pelajaran pada SMU memiliki peranan yang sangat penitng. Guru mata pelajaran yang memiliki kualifikasi dan melaksanakan tugas sesuai kualifikasinya akan banyak mendukung peningkatan kualitas siswa di dalam memahami tiap-tiap disiplin ilmu. Guru mata pelajaran dengan integralitas kualifikasinya akan memotivasi siswa untuk menjadi tenaga cakap dan terampil dalam bidangnya masing--masing.
Guru .merupakan salah satu unsur panting di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu pengadaan guru yang sesuai dengan kebutuhan merupakan kondisi ideal yang dicita-oitakan Dalam kenyataannya kondisi ideal tersebut sulit tenwujud karena formasi guru yang tersedia tidak selamanya sesuai kebutuhan. Keterbatasan formasi tersebut disesuaikan dengan kondisi obyektif masyarakat. Guru sebagai tenaga profesional mernerlukan kesejahteraan yang memadai agar dalam metaksanakan tugasnya lebih konsisten, konsekuen dan penuh rasa tanggung jawab
Keterbatasan formasi guru mendorong pengelola pendidikan birokrasi dan guru untuk bekerja sangat giat. Pemerataan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan yang bermutu di'segala lapisan masyarakat memerlukan penyebaran guru mata pelajaran yang berkualitas. Oleh sebab itu guru yang memiliki kualifikasi tertentu dan berprestasi diberi kemudahan untuk mutasi dari daerah perkotaan ke sekolah-sekolah di pedesaan atau pedalaman.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Purnama Dinar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dapat memprediksi teacher well-being dalam konteks pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia (N = 494; M = 39,9 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah Schutte Emotional Intelligence Scale oleh Schutte et al. (1998) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire oleh Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi secara signifikan dapat memprediksi teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. Kecerdasan emosi ditemukan memiliki effect size kecil terhadap teacher well-being. Hasil penelitian memiliki implikasi bahwa terdapat faktor lain yang berperan dalam teacher well-being. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penelitian selanjutnya mengenai teacher well-being

This study aims to investigate the role of emotional intelligence in predicting teacher well-being in the context of online learning due to the Covid-19 pandemic in Indonesia. This research was conducted on elementary and secondary school teachers in Indonesia (N = 494; M = 39.9 years). The measuring instrument used is the Schutte Emotional Intelligence Scale from Schutte et al. (1998) and the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire from Renshaw et al. (2015). Simple regression technique was used to analyze the data. The result of the analysis shows that emotional intelligence significantly predicts and has a small effect on teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. The results of the study have practical implications that can be considered for schools to carry out emotional intelligence development training for teachers. Furthermore, it is implied that other factors also play a role in teacher well-being and should be taken into consideration by future research on this topic"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Purnama Dinar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dapat memprediksi teacher well-being dalam konteks pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia (N = 494; M = 39,9 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah Schutte Emotional Intelligence Scale oleh Schutte et al. (1998) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire oleh Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi secara signifikan dapat memprediksi teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. Kecerdasan emosi ditemukan memiliki effect size kecil terhadap teacher well-being. Hasil penelitian memiliki implikasi bahwa terdapat faktor lain yang berperan dalam teacher well-being. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penelitian selanjutnya mengenai teacher well-being.

This study aims to investigate the role of emotional intelligence in predicting teacher well-being in the context of online learning due to the Covid-19 pandemic in Indonesia. This research was conducted on elementary and secondary school teachers in Indonesia (N = 494; M = 39.9 years). The measuring instrument used is the Schutte Emotional Intelligence Scale from Schutte et al. (1998) and the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire from Renshaw et al. (2015). Simple regression technique was used to analyze the data. The result of the analysis shows that emotional intelligence significantly predicts and has a small effect on teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. The results of the study have practical implications that can be considered for schools to carry out emotional intelligence development training for teachers. Furthermore, it is implied that other factors also play a role in teacher well-being and should be taken into consideration by future research on this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>