"
Riset-riset politik yang selama ini telah dilakukan menemukan adanya hubungan antara religiusitas dengan ideologi politik, di mana terdapat kecenderungan religiusitas berkorelasi tinggi dengan konservatisme. Salah satu pengaruh dari religiusitas yang sejak awal dianggap paling efektif digunakan untuk mengarahkan sikap dan tingkah laku manusia adalah narasi keagamaan. Penelitian ini ingin melihat apakah narasi keagamaan dapat memengaruhi sikap ideologi politik. Di sisi lain, kelompok pertemanan juga memiliki peran dalam menjelaskan sikap terhadap isu-isu politik, dimana salah satu mekanisme psikologis yang dapat menjelaskan pengaruh kelompok pertemanan terhadap ideologi politik ini adalah konsep realitas terbagikan. Kelompok konservatif dianggap lebih memiliki keinginan tinggi untuk membagi realitas mereka dibandingkan dengan kelompok liberal, sehingga realitas terbagikan diduga semakin meningkatkan kecenderungan konservatif pada individu yang terpapar narasi keagamaan. Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian eksplanatori, kuantitatif dan eksperimental. Terdapat total 165 partisipan (66 laki-laki dan 99 perempuan) yang dikelompokkan secara acak ke dalam dua kelompok manipulasi penelitian (between-subject design). Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap narasi keagamaan memengaruhi sikap ideologi politik kearah yang cenderung konservatif dan fundamentalis. Sementara, uji moderasi tidak menemukan adanya pengaruh dari realitas terbagikan terhadap kekuatan hubungan antara narasi keagamaan dengan sikap ideologi politik. Berdasarkan temuan ini, terbukti bahwa narasi keagamaan memengaruhi sikap ideologi politik individu, namun pengaruh ini tidak diperkuat oleh adanya realitas terbagikan pada diri individu.
Previous researches in politics found a relationship between religiosity and political ideology, in which there is a tendency of religiosity to highly correlated with conservatism. One main effect of religiosity that considered most effective to direct human's attitude and behavior is religious narrative. Current research would inspect if religious narrative could affect political ideology. On the other hand, peer groups also have roles on explaining attitudes towards political issues, which could be explained by a psychological mechanism called shared reality. Conservatives considered have higher motivation to share realities with liberals, so that shared reality increase the tendency of political conservatism on individual exposed to religious narrative. This study classified as explanatory, quantitative, and experimental research. A total of 165 participants (66 male and 99 female) randomly assigned to one of two manipulation groups (between-subject design). Results show that exposure of religious narrative affect political ideology attitudes toward conservatism and fundamentalism. Whilst, moderation test did not find any effect of shared reality towards the relationship between religious narrative and political ideology. These findings conclude that political ideology attitudes could be affected by religious narrative, but this effect did not enhanced by shared reality within individuals.
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan collective narcissism sebagai moderator dalam hubungan antara ideologi politik dan intoleransi politik. Ideologi politik diduga dapat memprediksi intoleransi politik terhadap kelompok yang berbeda nilai, baik pada kelompok ideologi nasionalis sekuler maupun religius. Selain itu, diduga bahwa collective narcissism secara individual dapat menjelaskan intoleransi politik dan juga dapat memoderasi hubungan ideologi politik dan intoleransi politik. Partisipan sejumlah 256 orang WNI yang telah berusia di atas 18 tahun (Musia = 29,81, rentang pendidikan SMP - S3) mengisi kuesioner secara online melalui Survey UI. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi politik dapat menjelaskan intoleransi pada kelompok partisipan berideologi nasionalis sekuler tapi tidak pada kelompok partisipan berideologi religius. Collective narcissism ditemukan dapat memprediksi intoleransi politik pada kedua kelompok, dan hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik. Pada kedua kelompok tidak ditemukan peran moderasi dari collective narcissism terhadap hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik.
The objective of this study is to see the role of collective narcissism as moderator in the correlation between political ideologi and political intolerance. Political ideology was assumed to predict political intolerance towards social groups with different political views, in both secular nationalist and religious ideological groups. It was also assumed that collective narcissism can individually predict political intolerance, while also moderating the correlation between political ideology and political intolerance. The participants, 256 Indonesian citizens who are at least 18 years old, with education backgrounds ranging from junior high school to doctoral degree (Mage = 29,81), filled in questionnaires online in Survey UI. Results reveal that political ideology only explains political intolerance in the secular nationalist group of participants, but not in the religious group. Collective narcissism is found to predict political intolerance in both ideological groups, along with the correlation between political ideology and political intolerance. In both ideological groups, no moderating effect is found from collective narcissism in the correlation between political ideology and political intolerance.
"