Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Budiastuti
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2018
001.42 DYA v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmawan Ardi
Jakarta: Fakulitas Kedokteran, Universitas Indonesia , 2008
T56954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yongky
"Pendahuluan
Gejala depresi pada anak maupun dewasa mempunyai gambaran utama yang sama yaitu: Trias Depresi, yang terdiri dari perasaan yang tertekan atau sedih, Cara berpikir yang lamban atau terhambat dan terjadinya kelambanan psikomotor.(1.6) Walaupun demikian gambaran penyertanya dapat berbeda-beda sesuai dengan tahapan umur. Sering kali gambaran penyerta ini lebih dominan dari pada gambaran utamanya. Bayi dan anak-anak pra sekolah dapat tampak; spastis, cengeng, menarik diri, sukar tidur dan terhambat dalam perkembangannya. Pada anak-anak usia sekolah dan pra remaja dapat timbul cemas perpisahan yang akan menyebabkan anak itu menjadi lekat pada orang tuanya, menolak sekolah atau takut bahwa dirinya atau orang tuanya akan meninggal dunia. Pada anak remaja terutama yang laki-laki dapat timbul tingkah laku menentang atau anti sosial. Yang sering timbul juga adalah keinginan untuk meninggalkan rumah atau perasaan bahwa dirinya tidak dimengerti dan disayangi oleh orang tuanya, kegelisahan, cepat marah dan agresif. Juga sering terdapat rasa murung, keenganan dalam ikut serta pada kegiatan keluarga, penarikan diri dari keaktifan sosial, kadang-kadang mengunci diri dalam kamar. Kesukaran disekolah, kurangnya perhatian terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya dan penyalah gunaan obat dengan segala akibatnya sering kita dapatkan. Berhubung gambaran depresi pada
anak dan remaja itu bermacam-macam sehingga sukar untuk menegakkan diagnosis maka kita perlu mendeteksi keadaaan itu secara dini dan diperlukan alat untuk mengukur keadaan tersebut yang sesuai dengan keadaan di Indonesia.
11. Permasalahan
Sampai sekarang belum ada alat untuk mengukur keadaan depresi pada anak-anak umur 8-15 tahun. Bila ada alat untuk mengukur keadaan depresi tersebut, maka kita dapat melakukan deteksi dini adanya keadaan ini kemudian dapat dilakukan usaha-usaha untuk meringankan penderitaan tersebut dan membebaskan anak dari hambatan perkembangannya. Seringkali diagnosis depresi pada anak-anak sulit ditegakkan, karena gejala-gejalanya tidak seperti depresi pada orang dewasa. Pada anak-anak gejala-gejala depresi dapat bervariasi, antara lain hiperaktivitas, perilaku agresif dengan "acting out", kenakalan-kenakalan yang mirip delinkwensi dan gangguan-gangguan psikosomatik serta gangguan belajar. (15')
Ada beberapa pegangan untuk mendeteksi depresi sedini mungkin yaitu:
1. Perhatikan apakah anak memperlihatkan gejala-gejala adanya afek dan perilaku depresif.
2. Adakah sebelumnya terjadi hal-hal yang berhubungan dengan perpisahan dari orang yang bermakna dalam kehidupan anak itu, atau terjadinya perubahan dalam hubungan antara anak dengan orang yang dicintainya.
3. Keterangan salah seorang dalam keluarganya menderita depresi.
4. Mencoba mengerti proses pikir anak dengan mengadakan?
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Ratnasari Setyaningsih
"Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisis reliabilitas dan validitas alat ukur penilaian kinerja karyawan (PK2) yang digunakan oleh organisasi "UT'. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasus, karena bertujuan mendeskripsikan karakteristik suatu alat ukur PK2 yang telah dilakukan pada suatu organisasi, yang hasilnya dapat digeneralisasikan sebatas populasi di organisasi "U3".
Dalam penelitian ini digunakan tiga perangkat program, yaitu ITEMAN, SPSS 11.5 for Windows, dan Lisrel 8.54. Berdasarkan uji statistik, ketiga perangkat program ini menghasilkan nilai reliabilitas yang sama besarnya dan sama baiknya untuk ketiga kategori pada PK2. Nilai reliabilitas masing-masing kategori - Akademik, Non-Akademik, dan Struktural - adalah 0.874, 0.897, dan 0.861. Hasil perhitungan ini didukung oleh Standard Error of Measurement yang bernilai baik, yaitu 0.127, 0.122, dan 0.119. Lebih lanjut, berdasarkan T-value pada ketiga kategori PK2, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat validitas yang baik pada ketiga kategori PK2: T -value seluruhnya > 2.
Melalui uji kecocokan model ditemukan bahwa PK2 Akademik merupakan alat ukur yang baik karena setiap indikator pada PK2 Akademik memberikan bobot sumbangan yang relatif sama bagi pengukuran konstruk PK2 kategori ini. Namun, karena P-value-nya 0.00 dan nilai RMSEA-nya 0.138, PK2 Akademik, sebagai alat ukur, dapat dikatakan tidak sesuai dengan data atau menunjukkan kecocokan yang kurang mencukupi. Oleh karena itu, sebenarnya item-item pada kategori ini perlu diteliti lebih lanjut.
Sebaliknya, uji kecocokan model pada PK2 Non-Akademik dan Struktural memperlihatkan bahwa seluruh nilai pada umurnnya masuk kategori sesuai dengan data; tingkat kecocokannya dapat diterima. Diagram path pada kedua kategori ini juga memperlihatkan factor loading yang seluruhnya signifikan. Dengan demikian, seluruh indikator pada kedua kategori ini memberikan bobot sumbangan yang relatif seimbang bagi pengukuran kedua konstruk PK2 ini.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa ketiga kategori PK2 tersebut secara statistik telah terbukti relibel dan valid. Namun, karena tingkat kecocokannya, khususnya pada kategori Akademik, tidak sesuai dengan data (GOF rata-rata tidak berada pada good-fit), definisi operasional dan indikator kisi-kisi pada item-item yang nilai standardized-nya s 0.50 perlu ditinjau dan diperbaiki agar Iebih terfokus."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Feryantissa
"Konsep kesiapan sekolah mengaitkan konsep kesiapan belajar dengan suatu standar perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang memungkinkan seorang anak memenuhi ketentuan sekolah dan menyerap kurikulum sekolah. Untuk memasuki sekolah dasar, banyak sekolah yang meminta anak mengikuti tes masuk sekolah terlebih dahulu untuk melihat seberapa jauh kesiapan anak bersekolah. Sedangkan pada saat ini, alat yang dapat mengukur kesiapan sekolah anak masih kurang. Berhadapan dengan masalah kekurangan alat pengukur dan keinginan untuk menjamin bahwa hanya anak yang siap dapat memasuki sekolah, dilakukan penelitian untuk melakukan adaptasi alat Brenner Gestalt Test (BGT) yang digunakan untuk mengukur kesiapan sekolah. Ada berbagai kelebihan BGT yang dikatakan oleh Anton Brenner antara lain: ?bebas budaya?, sederhana, praktis, murah, dan cepat administrasinya.
Sebelum BGT digunakan di Indonesia, perlu diteliti apakah tes ini memenuhi persyaratan pengukuran yang baik, yaitu mempunyai item yang tersusun berdasarkan derajat kesulitan, menghasilkan skor yang relatif konstan dari waktu ke waktu, serta mengukur apa yang hendak diukur. Adapun penelitian dilakukan pada kelompok anak usia 5 sampai 6 tahun yang duduk di TK B. Alasan dipilih TK B adalah karena sesuai dengan karakteristik yang disebutkan dalam manual BGT dan karena kelas B merupakan kelas persiapan dimana anak disiapkan untuk masuk ke kelas I SD. Dengan alat ukur yang baik seperti BGT diharapkan dapat memprediksi anak yang "sudah siap" / "belum siap" untuk masuk sekolah dasar.
Analisis item dilakukan untuk mengetahui derajat kesukaran item dan urutan item, yaitu dengan menggunakan indeks kesukaran rata-rata. Uji validitas dilakukan dengan menghitung koefisien validitas internal dan eksternal menggunakan rumus Pearson product moment. Perhitungan koefisien validitas eksternal dilakukan dengan mengkorelasikan BGT dengan CPM serta mengkorelasikan BGT dengan skala kesiapan kemampuan prestasi dan skala kesiapan perilaku sosial-emosional dari Brenner. Uji reliabiiitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang ditujukan untnk menguji apakah BGT benar-benar mengukur kesiapan sekolah.
Analisis item memperlihatkan bahwa subtes-subtes BGT pada umumnya sudah tersusun berdasarkan derajat kesukarannya dan derajat kesukaran item tergolong pada taraf sangat mudah sampai sedang. Uji validitas internal menunjukkan bahwa aspek yang diukur dalam subtes-subtes BGT sudah cukup homogen. Uji validitas eksternal menunjukkan bahwa BGT juga mengukur kemampuan yang sama sepetti CPM dan BGT dapat memprediksikan hasil dari skala kesiapan kemampuan prestasi dan skala kesiapan perilaku sosial-emosional. Apabila skor total BGT tinggi dapat diprediksikan hasil penilaian skala kesiapan akan tinggi juga dan sebaliknya, apabila skor total BGT rendah maka hasil penilaian skala kesiapan akan rendah juga. Uji reliabilitas terhadap seluruh item dalam BGT menghasilkan skor yang cukup tinggi berarti BGT dapat dikatakan sebagai alat yang reliabel. Dengan nilai ini masih dilakukan pengguguran item-item yang dianggap tidak valid dan dihasilkan koefisien reliabilitas yang lebih tinggi lagi dengan hanya tinggal satu subtes (Gestalt Sepuluh Bulatan) saja. Ini berarti subtes ini dapat dikatakan sebagai alat yang reliabel untuk mengukur kesiapan sekolah.
Saran yang diberikan adalah melakukan perbaikan pada instrumen penelitian yaitu merevisi pada item-item yang kurang valid atau menambah jumlah item dalam BGT, kemudian melanjutkan penelitian dengan cakupan wilayah yang lebih luas agar hasilnya dapat digeneralisir pada seluruh kelompok populasi. Saran untuk penggunaan praktis adalah membedakan BGT pada anak TK A karena item-item dalam BGT ini terlalu mudah bagi anak TK B, sehingga dapat diprediksi kesiapan sekolah anak sejak dini."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hirania Wiryasti
"Inventori Kesiapan merupakan disusun oleh Risnawaty (2003) sebagai alat diagnostik yang bertujuan untuk mengukur kesiapan menikah pada individu yang berada dalam tahap pranikah. lnventori tersebut merupakan inventori kesiapan menikah yang pertama kali disusun di Indonesia. Sebagai alat diagnostik yang baru inventori tersebut memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu peneliti melakukan modifikasi terhadap Inventori Kesiapan Menikah.
Modifikasi pertama adalah menambahkan teori yang lebih komprehensif dari langkah tersebut. Peneliti menambahkan tiga aspek kesiapan menikah yaitu "Minat dan pemanfaatan waktu Iuang". "Perubahan pada pasangan dan pola hidup" dan “Latar belakang suku bangsa". Dua aspek pertama dijadikan sebagai domain baru dengan nama yang sama. Aspek yang ketiga dijadikan sebagai bagian dari domain “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar". Modifikasi berikutnya adalah menambahkan 16 item yang mengukur ketiga aspek
yang baru serta mengeliminasi 12 item asli dan memodifikasi 11 item asli pada Inventori Kesiapan Menikah. Modifikasi terakhir adalah mengubah pilihan jawaban. instruksi pengerjaan pernyataan dan data kontrol. Alat hasil modifikasi peneliti disebut dengan Modifikasi lnventori Kesiapan Menikah.
Peneliti kemudian melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Caranya adalah dengan melakukan pengambilan data terhadap 52 individu yang akan melangsungkan pernikahannya yang pertama kali dalam jangka waktu maksimal 6 bulan mendatang. Validitas yang diuji adalah construct validity. Metode yang digunakan adalah internal consistency yaitu mengkorelasikan skor total tiap domain kesiapan menikah dengan skor total kesiapan menikah. Rumus yang digunakan adalah product-moment Pearson.
Reliabilitas yang diuji adalah infernal consistency reliability. Metode yang digunakan adalah koefisien alpha Cronbach. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer SPSS 11.O.
Hasil yang diperoleh adalah Modifikasi lnvemori Kesiapan Menikah merupakan alat diagnoslik yang bertujuan untuk mengukur ringkat kesiapan menikah individu. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya kurang lebih 30 menit. Inventori ini lerdiri dari 8 domain, yaitu "Komunikasi", “Keuangan", “Anak dan Pengasuhan", “Pembagian Peran Suami-Istri", "Latar Belakang Pasangan dan Relasi dengan Keluarga Besar", "Agama", "Minat dan Pemanfaatan Waktu
Luang", “Perubahan pada Pasangan dan Pola Hidup".
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa domain “Komunikasi", “Keuangan", “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar", serta "Minat dan pemanfaatan waktu luang" memiliki validitas yang cukup baik. Domain "Anak dan pengasuhan", “Pembagian peran suami istri", serta "Agama" memiliki validitas yang sedang. Sedangkan domain “Perubahan pada pasangan dan pola hidup" tidak valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa domain
"Komunikasi", “Anak dan pengasuhan", serta “Minat dan pemanfaatan waktu luang" memiliki reliabilitas yang cukup baik. Namun domain "Keuangan", “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar", "Agama", serta “Perubahan pada pasangan dan pola hidup" memiliki reliabilitas yang kurang balk. Hasil terakhir adalah ada 19 item yang perlu direvisi atau dieliminasi unruk meningkatkan reliabilitas Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Secara
keseluruhan domain yang dapat langsung digunakan dalam mengukur kesiapan menikah pada individu adalah "Komunikasi", “Anak dan pengasuhan", serta “Minat dan pemanfaatan waktu Iuang". Domain lainnya masih perlu direvisi dan ditelaah lebih lanjut.
Sebagai saran praktis. Modifikasi lnventori Kesiapan Menikah dapat digunakan oleh individu dan konselor pernikahan unnuk mengetahui tingkat kesiapan menikah dan aspek-aspek kesiapan menikah yang masih perlu dikembangkan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan perbaikan alat dan menggunakan metodologi penelitian yang lebih rinci."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardi Armando Goenawan
"Kemajuan di bidang kesehatan memberikan dampak yang besar dalam status kesehatan manusia, Hal ini dapat terlihat dengan semakin rnenurunnya angka morbiditas dan rendahnya angka mortalitas, serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia memiliki jumlah penduduk 207,5 juta jiwa pada tahun 2000. Dengan tingkat pertumbuhan 1,35% per tahun, jumlah penduduk akan menjadi 400 juta jiwa di tahun 2050. Untuk itu, usaha menekan laju pertumbuhan harus terus dilakukan dan memberikan prioritas pada pembinaan potensi dan kualitas penduduk.
Di tahun 1991, usia harapan hidup penduduk Indonesia adalah 64,4 tahun. Pada tahun 2000 diproyeksikan umur harapan hidup telah mencapai 67 tahun. Diperkirakan, pada tahun 2020 usia harapan hidup Iansia Indonesia mencapai 71.7 tahun. Dari segi jumlah, lansia Indonesia juga menempati urutan ke empat terbesar di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat, yaitu 15.4 juta jiwa, atau sekitar 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia, menurut data terakhir yang dikemukakan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Terjadi peningkatan yang cukup dramatis bila dibandingkan dengan tahun 1970-an yang hanya 4,5% dari jumlah penduduk, atau 6.6% di tahun 1990. Karenanya diperkirakan, pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 11% dari jumlah penduduk.
Kenyataan ini membawa Indonesia pada era penduduk berstruktur tua (aging society) dengan potensi dan permasalahannya. Pembinaan potensi dan kualitas penduduk menjadi prioritas pada saat ini agar aging society tersebut tidak menjadi beban masyarakat dan negara. Kebijakan kesehatan masyarakat sudah perlu mengarah kepada memperpanjang "usia kehidupan yang aktif dan produktif ?
Kondisi tetap aktif dan produktif ini, tentunya mustahil bila harus bergantung kepada orang lain. Dengan kata lain, lansia harus mampu berfungsi secara otonom dan tetap independen dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini dikenal istilah kapasitas fungsional atau kompetensi sebagai determinan penting tingkat independensi seseorang.
Berbagai usaha antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan menurunnya kapasitas fungsional atau tingkat kompetensi akibat proses penuaan maupun penyakit degeneratif harus menjadi prioritas. Termasuk di sini adalah perlunya dikembangkan instrumen-instrumen yang dapat mendeteksi secara dini terjadinya penurunan tersebut. Seperti telah kita ketahui, terdapat banyak aspek yang perlu dinilai dalam menentukan kapasitas fungsional atau tingkat kompetensi seseorang. Sejauh ini, telah dikembangkan berbagai instrumen yang mampu menilai kapasitas fungsional berdasarkan aspek tertentu.
Sebagai contoh instrumen Activities of Daily Living (ADL/Index Barthel) yang menilai aspek kemampuan pemeliharaan fisik diri sendiri dan Instrumental Activities of Daily Living (IADL) yang menilai aspek kemampuan pemeliharaan diri secara instrumental atau kemampuan pemeliharaan fisik diri sendiri dalam kaitan dengan aplikasinya di komunitas. Karena yang diukur adalah aspek yang relatif mendasar dalam kapasitas fungsional maka penggunaannya lebih tepat pada pengukuran yang berbasis rumah sakit atau pada lansia yang telah mengalami penurunan kapasitas fungsional yang jelas. Sedangkan untuk menilai kapasitas fungsional yang lebih tinggi, tidak akan terdeteksi oleh kedua instrumen tersebut.
Untuk itu dibutuhkan instrwnen seperti Tokyo Metropolitan Institute of Gerontology Index of Competence (TMIG IoC) yang mampu mengukur tingkat kapasitas fungsional yang lebih tinggi di samping fungsi lainnya yang lebih mendasar yang terkait dengan kompetensi lansia. Tokyo Metropolitan Institute of Gerontology Index of Competence (TMIG IoC) adalah merupakan suatu instrumen yang sangat praktis dan sederhana sehingga dipertimbangkan agar dapat dipakai sebagai self-rating/self-administrative instrument untuk mengukur indeks kapasitas fungsi luhur dan fungsi-fungsi lainnya yang lebih mendasar. Dengan diketahuinya indeks kapasitas fungsional tersebut maka dapat dilakukan berbagai tindakan antisipatif untuk mencegah ataupun memperlambat kemungkinan terjadinya penurunan indeks tersebut di kemudian hari, yang berarti semakin berkurangnya tingkat independensi seseorang."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Rosa
"Pengujian reliabilitas dan validitas instrumen ukur perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil pengukuran sesuai dengan yang diharapkan"
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2021
690 MBA 56:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soeseno Honggojoewono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1975
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Markus K. Hidayat
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1979
S2198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>