Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7691 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathul Purnomo
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk menunjukkan secara logis bagaimana dialek negatif dan dekonstruksi dan diskontinuitas dapat diterapkan untuk meradikalisasi kekurangan dan non-radikalitas antagonisme politik yang diajukan oleh Mouffe dan Laclau. Berawal dari beberapa indikasi seperti kekuatan hegemonik sebagai alat demokrasi yang mereka proklamasikan tidak akan membawa rakyat ke politik itu sendiri. Penelitian ini akan menggunakan dan memodifikasi beberapa pemikiran teoritis yang digunakan untuk meradikalisasi politik. Penelitian ini mampu menunjukkan cara linier bagi politik untuk memiliki peluang untuk memenuhi cita-cita politik, di mana setiap orang memegang distribusi kekuasaan dalam jumlah yang sama, tingkat dasar.
ABSTRACT
This study aims to demonstrate logically how negative dialects and deconstruction and discontinuity can be applied to radicalize the shortcomings and non-radicalities of the political antagonisms proposed by Mouffe and Laclau. Starting from several indications such as the hegemonic power as a tool of democracy which they proclaim will not bring the people into politics itself. This research will use and modify some of the theoretical thinking used to radicalize politics. This research is able to show a linear way for politics to have a chance to fulfill political ideals, where everyone holds the distribution of power in the same amount, basic level."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Amin
"Perkembangan teknologi membuat semua orang menjadi semakin mudah menggunakan internet untuk memperoleh informasi dan hiburan. Namun di sisi lain, internet juga digunakan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan ideologinya. Penyebaran ideologi berawal dari situs-situs dan forum yang khusus dibuat untuk diisi dengan materi radikal. Akan tetapi, pada saat ini penyebaran ideologi radikal telah merambah ke situs-situs populer. Tulisan ini membahas salah satu situs populer, yaitu Youtube, yang dimanfaatkan sebagai media penyebaran ideologi radikal. Berdasarkan temuan data, banyak orang yang terpengaruh dengan tayangan video radikal di Youtube. Hasil analisis menunjukkan bahwa terpaan video radikal membuat seseorang memiliki opini politik yang lebih agresif.

Technological developments made it easier for everyone to use the internet to get information and entertainment. On the other hand, the internet is also used by radical groups to spread their ideology. The spreadth of ideology starts from websites and virtual forums that are specially prepared to be filled with radical material. However, this time spreadth of radical ideology has penetrated into popular sites. This thesis discusses one of the popular sites, namely Youtube, which is used as a medium for the spreadth of radical ideology. Based on data findings, many people have been affected by radical videos shown on Youtube. The results of the analysis show that the high exposure of radical video makes somebody contaminated by aggressive political gesture."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilah Nuroktina Larasati
"Tugas karya akhir ini membahas mengenai strategi pencegahan kejahatan terhadap radikalisasi online. Radikalisasi online secara definisi adalah proses dimana individu melalui aktivitas online berinteraksi dengan menggunakan berbagai fasilitas internet, hingga menerima persepsi bahwa kekerasan sebagai metode yang tepat untuk menyelesaikan konflik sosial dan politik. Radikalisasi online dapat terjadi karena adanya penguatan dari luar. Dampak dari radikalisasi online sangat besar, karena dapat memunculkan aksi terorisme di kemudian hari. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pencegahan kejahatan secara sosial yang melibatkan masyarakat. Pencegahan kejahatan secara sosial yang dapat digunakan adalah pemblokiran situs. Pemblokiran situs tentu saja dilakukan oleh kominfo berdasarkan 4 kriteria BNPT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pemblokiran dapat mencegah radikalisasi online.

This thesis discusses about crime prevention strategy of online radicalization. Online radicalization by definition is a process whereby individuals through online activities interact using various internet facilities, thus accepting the perception that violence is the right method for resolving social and political conflicts. Online radicalization can occur due to outside reinforcement. The impact of online radicalization is huge, because it can lead to terrorism in the future. Therefore, it takes a social crime prevention involving the community. Social crime prevention that can be used is blocking sites. Blocking sites done by Ministry of Communication and Information Technology RI (Kominfo RI) based on 4 criteria from National Counter Terrorism Agency (BNPT). The purpose of this research is to know that blocking can prevent online radicalization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Widiyarto
"Pakar politik ekonomi Amerika Serikat Profesor Geoffrey B Hainswort pernah mengatakan bahwa komunisme dan sosialisme sebagai paham dan ideologi tidak akan mati, mereka hanya tertidur lelap, Hal ini pula yang terjadi di Indonesia pasca hancurnya Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965 serta semua regulasi tentang larangan paham Marxisme dan Leninisme, kelompok kiri di Indonesia seolah-olah menghilang. Baru pada tahun 1990 an Indonesia mulai muncul ke permukaan yang direpresentasikan oleh Partai Rakyat Demokratik (PRD). Dalam perjalanannya, PRD memiliki dinamika organisasi dan konflik internal yang berujung pada perpecahan gerakan. Sehingga dalam tesis ini. penulis akan mengangkat pertanyaan penelitian: Bagaimana implikasi perpecahan PRD terhadap radikalisasi gerakan kiri di Indonesia? Disamping itu, untuk memperkaya ulasan masalah tersebut, penulis juga akan membahas bagaimana format radikalisasi kelornpok kiri di Indonesia pasca perpecahan internal PRD, serta seberapa besar ancaman strategis kelompok kiri di Indonesia pasca perpecahan PRD. Dalam tesis ini penulis menggunakan metode observasi langsung ke dalam organisasi PRD dengan menjadi aktivis PRD dari tahun 2008,.sehingga ban yak hal-hal yang ditemukan dengan cara informal tanpa harus meialui jalur formal. Selain itu, penggunaan jurnal, buku-buku, situs internet, sertu literatur lain juga dipakai untuk melengkapi data dan fakta tesis ini. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini selain terpetakannya format gerakan kiri.

The United States economic policy expert, Professor Geoffrey B Hainswort once said that communism and socialism as concept and ideology will not die, they just fell asleep. This also happens in Indonesia, after the collapse of the Communist Party of Indonesia (PKI) in 1965 and all regulations on the prohibition Marxism and Leninism, leftist groups in Indonesia seemed to disappear. In 1990s, the leftist group in Indonesia began appear as represented by the Peoples Democratic Party (PRD). In the process, PRD has an organizational change and internal conflicts that led to the disintegration of the movement So in this thesis. the author will raise the question: what is the implication of PRD disunity to the radicalization of the left movement in Indonesia? In addition, to enrich the issue, the author will also discuss a leftist radicalization format in Indonesia after the PRD internal divisions. as well as how much the strategic threat of leftist groups in Indonesia after the split of PRD. In this thesis, the writer use direct observation methods into PRD organization with becoming PRD activist from 2008, so many things that are found in an informal manner without having through formal channels. In addition, the use of journals, books, internet sites, and other literatures are also used to supplement the data and facts of this thesis. Results obtained from this study in addition to mapped format left movement in Indonesia after the split of PRD, in general we can also see the implications of the PRD movement towards various aspects of life in Indonesia (ideological, politicat economic, and socio-cultural), and in particular we can see?"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T33680
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Robby
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan analisa filosofis terhadap teori rekognisi dalam keragaman identitas dalam kehidupan sosial masyarakat, yang mana kondisi di dalamnya terjadi diskriminasi individu atas identitas yang dimiliki sehingga menjadi individu yang tidak diakui eksistensinya. Hal ini memberikan celah untuk menganalisa ulang bagaimana seharusnya individu dengan identitasnya dapat diakui keberadaanya dengan sepenuhnya sehingga akhirnya memunculkan kondisi kesetaraan dan solidaritas sosial. Praksis dalam kehidupan sosial memunculkan distribusi sensibilitas yang mengklasifikasikan individu-individu di dalam sistem. Adanya pengklasifikasikasian dalam hal apapun selalu mengarah pada ketidaksetaraan. Ketidaksetaraan dalam kondisi keragaman identitas menurut Axel Honneth akan memunculkan peluang terjadinya konflik. Menanggapi masalah tersebut, terdapat teori rekognisi yang berpotensi memberikan jalan keluar, yaitu dengan cara pengakuan terhadap keragaman identitas inividu-individu dan kesempatan yang setara dalam kehidupan sosial. Terkait dengan permasalahan diatas, teori rekognisi juga memiliki celah dalam usaha untuk memahami keberagaman identitas dalam relasi sosial. Perbedaan tersebut berada pada level rekognisi yang terletak pada interkultural dan intersubjektivitas yang kemudian berpengaruh kepada kondisi subjek individu yang berusaha merealisasikan dirinya melalui rekognisi yang diperolehnya. Dengan usaha perumusan teori rekognisi di level intersubjektivitas dan level interkultural dapat memberikan solusi bagi permasalahan keberagaman identitas.

ABSTRACT
This thesis is a philosophical analysis of the theory of recognition in the diversity of identity in the social life of society, where the conditions in which there is individual discrimination of the identity that has become an individual who is not recognized existence. This provides a loophole to re analyze how individuals with identities should be fully acknowledged so as to ultimately bring about conditions of social equality and solidarity. Praxis in social life brings out the distribution of sensibilities that classify individuals within the system. The existence of classifiers in any case always leads to inequality. Inequality under the conditions of diversity of identity according to Axel Honneth will raise the chances of conflict. In response to the problem, there is a theory of recognition that has the potential to provide a way out, that is, by recognizing the diversity of identities of individuals and equal opportunities in social life. Associated with the above problems, recognition theory also has a gap in the effort to understand the diversity of identity in social relations. The difference is at the level of recognition that lies in intercultural and intersubjectivity which then affects the condition of the individual subject who seeks to realize himself through the acquired recognition. With the effort of formulating the theory of recognition at the level of intersubjectivity and intercultural level can provide solutions to the problem of diversity of identity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lutfi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses radikalisasi, deradikalisasi, dan desistensi pada narasumber yang terlibat dalam paham radikalisme agama. Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap tiga narasumber yang masing-masing mewakili tiga jenis pengalaman dan faktor yang berbeda dalam terpapar dan mengadopsi paham radikal.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasumber terpapar paham radikalisme melalui faktor-faktor yang berbeda. Faktor-faktor ini menyebabkan narasumber merasa bahwa hanya kelompoknya yang paling benar dan orang di luar kelompoknya dianggap sebagai musuh yang perlu diperangi. Selanjutnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa proses deradikalisasi haruslah bertahap dan melibatkan intervensi yang tepat. Bagi narasumber, perenungan, diskusi, dan pendekatan humanis dari pihak kepolisian serta pemahaman agama yang lebih luas menjadi faktor penting dalam mengubah perspektif mereka dan melihat bahwa kekerasan bukanlah jalan yang benar.Selain itu, penelitian ini juga menyoroti peran keluarga dan komunitas dalam proses desistensi. Dukungan keluarga, komunikasi positif, pengawasan, dan ikatan emosional yang kuat antara individu dan anggota keluarga telah terbukti berkontribusi pada proses desistensi dari kejahatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, saran kebijakan yang bisa diambil adalah mendalami faktor-faktor pendorong radikalisasi, menganalisis efektivitas program deradikalisasi yang ada, serta mengembangkan program rehabilitasi dan reintegrasi sosial untuk membantu para teroris mencapai fase desistensi dari kejahatan mereka. Program tersebut harus melibatkan pendekatan edukatif, konseling, dan pendampingan jangka panjang. Dalam hal ini, pembentukan yayasan yang berfokus pada deradikalisasi dan reedukasi dianggap penting untuk membantu mantan pelaku tindak terorisme bertaubat dan menjauhi paham dan lingkungan radikal yang sebelumnya mereka pilih.

This research aims to analyze the factors influencing the processes of radicalization, deradicalization, and desistance among individuals involved in religious radicalism. The study employs a qualitative approach, conducting in- depth interviews with three participants representing different experiences and factors related to exposure and adoption of radical beliefs. The research findings indicate that individuals are exposed to radical ideologies through various factors, leading them to perceive their own group as superior and consider outsiders as enemies to be fought. Furthermore, the study reveals that the process of deradicalization must be gradual and involve appropriate interventions. For the participants, reflection, discussion, and a humane approach from law enforcement, as well as a broader understanding of religion, play crucial roles in changing their perspectives and recognizing that violence is not the correct path. The research also highlights the significance of family and community in the desistance process. Family support, positive communication, supervision, and strong emotional bonds between individuals and their families have proven to contribute to the desistance from criminal activities. Based on the research findings, policy recommendations include further exploring the driving factors of radicalization, analyzing the effectiveness of existing deradicalization programs, and developing rehabilitation and social reintegration programs to assist terrorists in reaching the desistance phase of their criminal behavior. These programs should involve educational approaches, counseling, and long-term support. In this regard, the establishment of foundations focusing on deradicalization and reeducation is considered crucial in helping former perpetrators of terrorism repent and distance themselves from their previously chosen radical beliefs and environments."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Nabilla Aditiarini
"Artikel ini membahas mengenai radikalisasi anak oleh orangtua yang terlibat menjadi foreign terrorist fighters FTF di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang warganya menjadi FTF di Irak dan Suriah maupun Marawi untuk bergabung dengan ISIS. Tulisan ini memfokuskan pada bagaimana orangtua meradikalisasi anaknya yang tidak memiliki pengetahuan tentang FTF untuk akhirnya bergabung menjadi FTF dan berangkat ke wilayah konflik bersama orangtuanya. Kemudian kasus tersebut akan dikaitkan dengan proses sosialisasi anak dan transmisi budaya yang didapatkannya sehingga menjadi FTF, termasuk perlindungan anak yang telah dilanggar oleh orangtuanya. Dengan acuan tersebut penulis akan melihat apa yang menyebabkan anak akhirnya terpengaruh radikalisasi orangtuanya dan ikut menjadi FTF. Tulisan ini menunjukkan terdapat beberapa rekomendasi dari penulis dalam menghadapi radikalisasi yang terjadi kepada anak.

This article discusses about radicalization to children by parents who involved as foreign terrorist fighters FTF in Indonesia. Indonesia is one of the countries whose members become FTFs in Iraq and Syria and also Marawi to join ISIS. This paper focuses on how parents radicalize children who has no knowledge about FTF to join as FTF and go to the conflict areas alongside their parents. And then the case will be explained with children rsquo s socialization process and cultural transmission they received until they become FTF, including the protection of children violated by their parents. With that reference, the writer will try to explain what causes the children to be influenced by their parents rsquo radicalization and become FTF. This paper shows that there are a few recommendations from the writer in facing radicalization of children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Duverger, Maurice
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010
306.2 DUV s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahuddin
"Munculnya radikalisme di kalangan kaum muda merupakan fenomena yang penting untuk diamati. Di tengah kehidupan sebuah bangsa yang tengah menapaki masa transisi menuju demokrasi, munculnya radikalisme politik bisa dimaknai secara ganda: positif dan negatif. Secara positif ia bisa dipandang sebagai daya dorong yang mempercepat proses demokratisasi, tetapi secara negatif bisa dimaknai sebagai ancarnan bagi tegaknya demokrasi. Dalam tesis ini peneliti lebih melihat radikalisasi pemuda sebagai hal yang positif dalam merombak sistem sosial politik yang lama, menuju ke arah sistem baru yang lebih adil dan demokratis.
Tesis ini memfokuskan perhatian pada proses terjadinya radikalisasi politik dalam tubuh Partai Rakyat Demokratik (PRD), sebuah partai politik yang ikut dalam Pemilu 1999. Sejak awal, PRD merupakan wadah tempat anak-anak muda melakukan serangkaian tindakan radikal dalam menentang kebijakan rezim Orde Baru Soeharto.
Dalam terminologi ilmu sosial radikalisme merupakan: suatu paham atau aliran dalam gerakan sosial politik, yang ingin membangun suatu dunia atau tatanan sosial politik yang lebih baik; dengan cara menghancurkan akar kejahatan sosial; menghilangkan institusi-institusi yang dianggap menjadi penghalang bagi tegaknya demokrasi; dengan program membangun sistem politik ekonomi yang demokratis dan bervisi kerakyatan. Sifat gerakan radikal adalah revolusioner (bukan evolusioner, reformis, atau gradual), dan untuk itu gerakan ini senantiasa menantang kemapanan kekuasaan yang tidak populis.
Penelitian ini-bersifat kualitatif, dengan mencoba memahami pemikiran, sikap dan sifat dari tindakan yang diambil oleh PRD dalam merespons perkembangan sosial politik yang ada, baik pada level lokal maupun nasional. Untuk kepentingan pemahaman itu, peneliti mengumpulkan bahan-bahan (data-data) melalui tiga cara; kajian dokumentasi dan literatur, wawancara mendalam, dan observasi.
Yang menjadi pedoman awal penelitian ini adalah pembacaan terhadap sejarah perjalanan bangsa secara umum, yang dengan jelas menempatkan pemuda sebagai salah satu sosok sentral. Di dalam banyak momentum penting, seringkali kaum muda tampil ke depan, memberikan jawaban dan solusi ketika terjadi kebuntuan politik. Eksistensi kaum muda yang demikian ini, dengan jelas tergambar dalam khazanah sejarah bangsa, yang dilukiskan dengan angkatan-angkatan; Angkatan 1908, Angkatan 28, Angkatan 45, dan juga Angkatan 1966. Dan mungkin Angkatan 1998!
Pada saat yang sama Peneliti juga menyaksikan ada sekelompok kaum muda yang tidak diukir dengan tinta emas sejarah seperti itu, tetapi sesungguhnya mereka juga memiliki andil dalam merobohkan struktur politik yang korup dan menindas. Mereka berjuang di tingkat akar rumput (grassroots) dengan penderitaan fisik dan mental karena berbagai tekanan; baik dari penguasa maupun dari masyarakatnya sendiri. Tetapi sesungguhnya mereka berhasil mewujudkan cita-cita mereka, yang antara lain berupa; `Pencabutan Dwi Fungsi ABRI', `Pencabutan Paket 5 W Politik', `Penurunan Soeharto', `Referendum untuk Rakyat Maubere'. Mereka itu adalah para aktivis Partai Rakyat Demokratik.
Dengan menggunakan kerangka strukturasi Giddens-yang menunjukkan adanya sifat dualitas dalam struktur (duality ofstructur)--penelitian ini menunjukkan bahwa meski Orde Baru dengan seluruh perangkat dan sumber daya yang mereka miliki (rules and resources) telah mencoba mendominasi seluruh aktor yang ada di bawahnya, tetap saja ada ruang dan cara yang cukup bagi aktor untuk melakukan 'perlawanan' terhadap struktur. Bahkan dalam banyak hal, aktor justru memanfaatkan kebijakan yang diterapkan oleh struktur sebagai `alat' untuk melawan. Gerakan kaum muda yang semula hanya bersifat protes sosial, karena ditumpas secara represif akhimya malah merubah gerakan menjadi bersifat ideologis dan radikal.
Tampak ada korelasi yang signifikan antara tingkat represifitas penguasa dengan tingkat resistensi yang diberikan. Mengikuti teori pegas, semakin kuat penekanan semakin kuat pula tingkat perlawanan.
Tesis ini berkesimpulan, pertama, konsep teoritik strukturasi Giddens relevan untuk menjelaskan tentang proses terjadinya radikalisme kaum muda (meski tesis ini hanya mengeksplorasi satu aspek dari tiga aspek utama yang disebut Giddens, yaitu aspek struktur `Dominasi'). Kedua, konsep radikalisme Popper berlaku dalam radikalisme PRD dengan catatan radikalisme PRD tidak persis se-ekstrim konstruksi Popper yang menyarankan adanya `pembunuhan, pengusiran dan pendeportasian'.
Ketiga, tentang kemunculan radikalisme, penelitian ini dalam beberapa hal mengukuhkan teori Jocano, tetapi ada perbedaan mendasar, jika Jocano menunjukkan radikalisme muncul sebagai respons terhadap modernisasi, PRD tidak pernah menentang atau menolak modernisasi. Radikalisme PRD hanya menentang dan melawan setiap aspek kehduoan yang mengancam tegaknya demokrasi dan HAM."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koomen, Willem
Hove, East Sussex: Routledge, 2016
363.325 KOO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>