Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Armaya
"Penelitian ini menguji secara empiris pengaruh transaksi investor asing (Foreign Net Buy (Sell))terhadap tingkatunderpricing(initial return) saham IPO pada emiten BUMN, Anak BUMN, dan Non-BUMN (swasta). Penelitian dilakukan pada 119data sampleyang terdiri dari 4 sample saham BUMN, 3 Anak BUMN, dan 112Non-BUMN (swasta). Selain transaksi investor asing pada vaiabel bebas ditambahkan juga ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol untuk analisa regresinya. Analisa dilakukan dengan melakukan regresi data panel. Hasil penelitian adalah (1) Transaksi investor asing berpengaruh terhadap underpricingkecuali pada emiten BUMN(2) Adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap underpricinghanya ditemukan pada emiten Anak BUMN.

This research empirically examines the influence of foreign investor (Net Buy (Sell) ) and size of company (Assets) on IPO’s stock underpricing for State Owned Enterprise (SOE), SOE Affiliates Company, and Non-SOE. The study was conducted on 119 data samples consisting of 4 samples in the SOE company, 3 samples in the SOE Affiliates Company, and 112 samples in the Non-SOE. The researcher also add a size of company as a control variable for the regression analysis. The analysis is carried out by conducting data panel regression. The results of the research are (1) The influence of foreign investors on underpricing is found except on the SOE (2) The influence of size of company on underpricing is found only on SOE Affiliates Company."
Lengkap +
2019
T54635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Punike Pirantya
"Pada pertengahan tahun 2007 BNI mengeluarkan kebijakan public offering yang tidak biasa. Setelah prospektus ringkas rights issue diumumkan di surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 28 Juni 2007, empat hari kemudian, tepatnya tanggal 2 Juli 2007, BNI kembali mengumumkan prospektus ringkas secondary offering di surat kabar yang sama. Yang menarik adalah kedua public offering tersebut sama—sama diperdagangkan di BEI mulai tanggal 13 Agustus 2007. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Bahana Securities untuk tingkat domestik dan JP Morgan untuk tingkat intemasional, sedangkan Hadinoto dan Partners ditunjuk sebagai konsultan hukum. Dalam pelaksanaan rights issue BNI menawarkan sekitar 1,99 milyar saham biasa seri C dengan harga Rp2.025 per saham. Para pemegang saham lama merniliki FIMIETD dengan rasio setiap pemegang 20 lembar saham lama berhak memesan tiga lembar saham baru. Sementara itu, secondary offering menawarkan sekitar 3,475 milyar saham biasa atas nania seri C, yang terdiri atas 1,5 milyar saham seri C lama milik Pemerintah untuk program divestasi dan 1,974 milyar saham seri C baru hasil pelaksanaan rights issue. Pada Sindo tanggal 1 Agustus 2007 diberitakan bahwa harga penawaran saham "secondary offering" ditetapkan sebesar Rp2.050 yang merupakan level minimum dari kisaran harga yang ditargetkan pemerintah sebelumnya, yaitu Rp2.050-Rp2.700 per saham. BNI mereficanakan dana hasil rights issue untuk rtieniperkuat struktur permodalan dálam rangka pengimplementasian Bassel II dan mengembangkan kegiatan usaha BNI. BNI memperkirakan akan mendapatkan dana sebanyak Rp3-4 trilyun dari publik bagi pengembangan usahanya. Di sisi. lain, Pemerintah menargetkan penerimaan APBN 2007 sebesar Rp3,3 trilyun dari divestasi' saham BNI melalui secondary offering. Aksi korporasi bersama BNI dan Pemerintah diprediksi akan tercatat sebagai transaksi terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia. Tujuan dari karya akhir mi adalah untuk menganalisis pergerakan cumulative abnormal return (CAR) pada hari-hari sekitar event dan uji signifikansi abnormal return, sehingga dapat diketahui keefektifan kedua kebijakan public offering BNI. Selain itu, karya akhir mi juga bertujuan untuk mengamati kisaran harga yang terjadi pada saat perdagangan di BE! terkait dengan target APBN Pemerintah. Metode yang digunakan dalam analisis kasus mi adalah event study yang memungkinkan pengamat menilai dampak peristiwa (event) terhadap harga saham perusahaan. Dampak tersebut diukur dengan memperkirakan abnormal return menggunakan market model. Dengan meregresikan abnormal return dengan waktu dan kemudian dilakukan pengujian koefisien regresinya dengan uji t akan diketahui efektivitas kebijakan BNI. Sementara itu, CAR digunakan untuk mengkaji dampak keseluruhan pengumuman di sekitar event. Hasil analisis menunjukkan terjadinya pergerakan pasar seminggu sebelum diumumkannya prospektus ringkas baik untuk rights issue maupun secondary offering. Bhkan, pergerakan tersebut juga telah terjadi sebelum perdagangan di BEI yang menimbulkan indikasI terjadinya kebocoran informasi atau adanya insider trading. Meskipun demikian, pasar merspon negatif yang, menyebabkan tidak terjadinya lonjakan nilai CAR pada saat hari pengumuman event. Bahkan, CAR bernilai negatif. Kemudian, total CAR pengumuman prospektus rights issue dan secondary offering daripada nilai CAR pada saat perdagangan keduanya di BET. Selain itu, fenomena overpricing ditunjukkan dalam divestasi saham BNI. Harga saham selama perdagangan di BET berada di kisaran Rp I .680-Rp2.000. Dengan kata lain, saham diperdagangkan pada level harga di bawah yang sudah ditetapkan Pemerintah pada saat rights issue dan secondary offering. Dengan demikian, kebijakan yang dijalankan oleh BNI tidak efektif dan target penerimaan APBN 2007 juga tidak tercapai. Mengacu pada kesimpulan tersebut, maka BNI diharapkan tidak lagi mengeluarkan dua kebijakan public offering sekaligus dan memperpendek rentang waktu antara pengumuman dan pelaksanaan public offering, sehingga dapat dicegah terjadinya kebocoran informasi. Pemerintah juga diharapkan tidak terlalu banyak mengeluarkan pernyataan di media yang membuat para pelaku pasar bingung. Sementara itu, underwriter sebagai salah satu penentu keberhasilan public offering diharapkan dapat merespon lebih cepat terhadap segala peristiwa yang terjadi di pasar, sedangkan investor disarankan tidak terlalu optimis di awal pada saat kebijakanpublic offering diumumkan.

In the middle of year 2007 BNI issued uncommon public offering. After announcing prospectus for rights issue in Bisnis Indonesia on June 28, 2007, four days later, precisely on July 2, 2007, BNI announced again prospectus for secondary offering. The interest thing is both public offering will be traded at the same time, starting from August 13 until August 20, 2007. As underwriters are PT Bahana Securities for domestic level and JP Morgan for international level. Meanwhile, Hadinoto and Partners act as law consultant. Rights issue of BNI will offer around 1,99 billion shares class C at price 2.025 rupiah per share. The existing shareholders with twenty old shares has right to book three new shares. In the meantime, secondary offering of BNI will offer around 3,475 billion shares class C. These shares consist of 1,5 billion old shares class C owned by government for divest program and 1,974 billion new shares class C from rights issue. Based on Sindo, August 1, 2007, price for secondary offering has stated at 2.050 rupiah per share which is minimum level from initial target price from governement, 2.050-2.700 rupiah per share. Capital from rights issue is planned for strengthening capital structure of BNI in order to implement Bassel II and develop business activities of BNI BNI predicts that BNI will get 3-4 billion rupiah from public for business development. In other side, Government has APBN target 3,3 billion rupiah from divest BNI shares through secondary offering. The corporate action BNI together with government is predicted as biggest transaction in the history of stock market in Indonesia. This thesis has purpose to observe trend of CAR around the event and sign jfIcance of abnormal return from rights issue and secondary offering, so the effectiveness of both public offering will be known. The other purpose of this thesis is also to observe share price during the trading regard to the AFBN target 200 7of government. The method for this case analysis is event study that enables an observer to assess impact of particular event on firm 's share price. That impact is measured by predicting abnormal return using market model. The efectiveness of BNI policy can be known through regressing between abnormal return and time and then continuing with t-test for coefficient of regression. Meanwhile, the entire impact of announcement around the event can be captured by CAR. The result of analysis showed that there was market movement a week before announcement of rights issue and secondary offering. This movement also happened a week before trading which indicated that there was leakage of information or insider trading. Nevertheless, market responded negatively causing no signicant leap around the event. Indeed, CAR values were also negative. Then, the total CAR from announcement of rights issue and secondary offering was higher than CAR value in BEI trading. Instead of that, the overpricing phenomenon was showed in divest of BNI shares. During the trading in BEI, the range of share price was 1.680-2.000 rupiah. In the other word, shares were traded on lower price than price that determined by government for rights issue and secondary offering. That is why, the policy of BNI could not be executed effectively and the target for revenue of AFBN 2007 could not be achieved. Based on that conclusion, it is hoped that BNI would not issue two policies ofpublic offering at the same time and shorten the period between announcement date and the execution itself, so the leakage of information can be prevented. Furthermore, the government should not give statement too much in media which could make market confuse. Meanwhile, the underw,'iter, as one of the success factor which determines the success of public offering, is expected to respond any event in market faster than before. For the investor, they should not be too optimistic at the first time when public offering was announced."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23035
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Martharini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola transaksi investor asing dan investor domestik di Bursa Efek Indonesia, menggunakan data harian pada periode 2013 hingga 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah vektor autoregresi (VAR). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergerakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai pembelian (penjualan) bersih investor asing pada saham yang diproksikan dalam Net Investment Flow (NIF) asing, dan nilai pembelian (penjualan) bersih investor domestik diproksikan dalam Net Investment Flow (NIF) domestik. Hasil VAR menunjukkan investor asing memiliki respon yang positif atas pergerakan return IHSG, sedangkan investor domestik memiliki respon negatif atas pergerakan return IHSG dalam perdagangan jangka pendek. Investor domestik memiliki respon negatif signifikan terhadap NIF asing, sedangkan NIF asing tidak terpengaruh oleh gerakan NIF domestik.

The purpose of this study is to analyze characteristics of foreign investor and domestic investor transactions in Indonesia Stock Exchange, using daily data for the period 2013 until 2017. The method used in this study is the vector autoregresion (VAR). Variables used in this research is the movement of returns IHSG, payment of purchase (sale) net investors, and the net purchase (sales) of domestic investors. The VAR result shows that foreign investors have a positive response to JCI's return movement, while domestic investors have negative response to JCI movement. Domestic NIF has a significant negative response with foreign NIF, whereas foreign NIF are not affected by the domestic NIF movement."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fransiska
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing dari perusahaan perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana IPO di BEI pada tahun 2009-2013. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan teknik pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan seluruh laporan keuangan perusahaan perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di BEI pada tahun 2009-2013. Adapun variabel independennya adalah tingkat underpricing sedangkan variabel dependennya adalah umur perusahaan reputasi underwritter reputasi auditor presentase jumlah sahamyang ditawarkan. Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER dan Earning per Share EPS. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa faktor faktor umur perusahaan reputasi underwritter dan reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan presentase jumlah sahamyang ditawarkan Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER dan Earning per Share EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

The purpose of this research is to analize the factors influencing underpricing in firms who did Initial Public Offering IPO in Indonesia Stock Exchange for Period 2009-2013. Its use multiple regression model with technique of secondary data compilation by compile all financial reports of firms who did IPO in Indonesia Stock Exchange for period 2009-2013. The independent variable is underpricing while the dependent variables are firm age underwritter reputation auditor reputation stocks percentage Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER and Earning per Share EPS. The result of this research is firm age underwritter reputation auditor reputation are influencing underpricing. But stocks percentage Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER and Earning per Share EPS are not influencing underpricing."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Kinanthi Sekardjagat
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital disclosure terhadap undepricing pada perusahaan yang melakukan IPO periode 2008-2018. Variabel intellectual capital disclosure diukur dari indeks intellectual capital milik Bukh et al yang terdiri dari 86 komponen intellectual capital yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu human capital, structural capital , dan relational capital. Untuk variabel underpricing diukur dari initial return pada saat perusahaan tersebut listing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder dari prospektus perusahaan dengan total sampel 235 perusahaan yang melakukan IPO periode 2008-2018. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif, uji normalitas, uji asumsi klasik, dan regresi berganda. Pengungkapan intellectual capital secara keseluruhan terbukti berpengaruh signifikan negatif dengan underpricing. Untuk pengungkapan komponen intellectual capital secara terpisah (structural capital, human capital, dan relational capital) terbukti semua berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin luas pengungkapan yang dilakukan, maka akan mengurangi tingkat undepricing.

ABSTRACT
This study aims to examine the effect of intellectual capital disclosure on undepricing in companies conducting an IPO for the 2008-2018 period. The variable intellectual capital disclosure is measured from the index of intellectual capital belonging to Bukh et al which consists of 86 components of intellectual capital divided into three categories, namely human capital, structural capital, and relational capital. The underpricing variable is measured from the initial return when the company is listed. This study use a quantitative approach, data collection is done through secondary data from prospectus companies with a total sample of 235 companies that conducted an IPO for the period 2008-2018. Data analysis in this study was conducted with descriptive analysis, normality test, classic assumption test, and multiple regression. Disclosure of intellectual capital as a whole is proven to have a significant negative effect on underpricing. For the disclosure of the components of intellectual capital separately (structural capital, human capital, and relational capital) all have a significant negative effect on underpricing. The results showed that the broader the disclosure made, it would reduce the level of undepricing.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Firmansyah
"Penelitian ini mempelajari pengaruh dari perhatian investor dalam menjelaskan imbal hasil abnormal dari 425 perusahaan non-finansial yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia pada 2015 – 2019. Perubahan tingkat perhatian investor diukur melalui tingkat pencarian di internet dari Google Trend. Regresi data panel menunjukkan bahwa tingkat pencarian harian di internet jumlah berita dapat secara konsisten menjelaskan imbal hasil abnormal dan dapat diasosiasikan dengan peningkatan imbal hasil abnormal. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan variabel perhatian lain sebagai variabel kontrol, seperti imbal hasil ekstrim hari sebelumnya, jumlah berita, tingkat perdagangan abnormal, dan volatilitas saham. Meskipun secara umum menunjukkan hasil yang konsisten, hasil pengukuran pada regresi data panel dengan model fixed effect menunjukkan probabilitas yang cukup rendah.

This study investigates the effect of internet search and news headline on explaining abnormal return of 425 non-financial companies listed on Indonesia Stock Exchange from 2015 to 2019. Investor attention is measured by internet search volume from Google Trend. Panel data regression results show that daily internet search can consistently explain today’s abnormal return and can be associated with higher abnormal return. The model includes other proxies of attention: yesterday’s abnormal return, number of news, abnormal trading activity, and stock volatility. The model shows consistent result, but the probability is not high.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Nugroho
"Tesis ini membahas bagaimana ketidakseimbangan pembelian di dalam BEI mempengaruhi harga saham, sehingga akhirnya mempengaruhi imbal hasil saham. Fakta di NYSE menunjukan bila herding beli mengakibatkan imbal hasil abnormal menjadi negatif dua hingga tiga tahun setelahnya. Dapatkah ditemukan pola yang sama pada BEI? Ditambah lagi investor asing yang umumnya bertransaksi dalam jangka pendek sedang meningkat. Hasil penelitian menemukan herding beli yang dilakukan investor asing menyerupai apa yang terjadi di NYSE dan memiliki hubungan yang negatif. Sebaliknya, herding investor lokal memiliki hubungan yang positif terhadap imbal hasil abnormal. Walau demikian, herding tidak cukup kuat meramalkan imbal hasil di masa depan.

This thesis discusses how the imbalance purchases in the IDX affect stock prices, then stock returns. Facts in NYSE showed that buy-herd has guided negative abnormal returns within next two to three years. Can the same pattern be found in the IDX? Increasing number of foreign investors which trading in shorter period is also an issue. It is found that buy-herd in IDX by foreign investors resemble what had happened on the NYSE portfolio, which was negative relationship to abnormal returns. Herding by local investors have a positive relationship to the abnormal returns instead. However, herding does not explain future abnormal returns.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30303
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Damayanti
"Penelitian ini mempelajari mengenai pola transaksi dan kinerja investasi pada saham yang terdaftar dalam pengumuman saham suspend dan saham unsuspend di Bursa Efek Indonesia selama periode 2016-2017 berdasarkan berbagai tipe investor dan juga mengkaji keberadaan price reversal pada periode tersebut. Dengan menggunakan data transaksi harian yang dibagi kedalam beberapa tipe investor lokal dan asing detail, didapatkan hasil bahwa, perilaku herding lebih kuat terjadi pada investor asing dibandingkan dengan investor lokal. Pada kategori tipe investor lokal dan asing detail, tipe investor perusahaan efek lokal memiliki perilaku herding paling kuat pada kedua periode suspensi. Kinerja investasi secara kumulatif investor asing lebih baik daripada investor lokal dan kinerja investasi terbaik didapatkan oleh tipe investor perusahaan efek lokal. Investor lokal memiliki pola investasi information-based model, sedangkan investor asing memiliki pola investasi value investing pada periode sebelum suspend dan information-based model pada periode setelah unsuspend. Untuk tipe investor detail yang memiliki pola investasi behavioral-based model pada kedua periode suspensi adalah investor individual lokal, investor perusahaan asing, dan investor bank asing. Sedangkan untuk pola value investing adalah investor individu asing. Investor asuransi lokal, investor lainnya lokal, dan perusahan efek asing memiliki pola investasi information-based model pada kedua periode suspensi. Berdasarkan analisa uji ANOVA didapatkan bahwa telah terjadi indikasi price reversal pada periode pengumuman sebelum suspend dan setelah unsuspend.

This research examines trading patterns and performance of stock before and after suspension announcement in Indonesia Stock Exchange during 2016 to 2017 based on investor type and also examines the existence of price reversal. By using the daily transaction data of domestic and foreign investor detail, proved that herding behavior is stronger in foreign investor than domestic investor in both suspension period. Based on detail investor category, securities company domestic investors have the strongest herding in both suspension period. Investment performance of foreign investors are better than domestic investors and the best investment performance are securities domestic investors. Domestic investors have information-based model as an investing pattern, while foreign investor has value investing model in before suspension and information-based model after suspension. For investor type that have behavioral-based model are individual domestic, corporate foreign, and bank foreign investors. Whereas, for value investing model is individual foreign investor. Insurance domestic, other domestic, and securities company foreign investors have information-based model investing pattern in both suspension period. Based on ANOVA analysis showed that there has been a price revesal indication in before suspend announcement and after unsuspend announcement period."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dian Savitri
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh stock mispricing terhadap return reversal saham-saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan panel data dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Variabel mispricing diukur melalui proksi volatilitas atau standar deviasi dari nilai residual. Terdapat empat variabel dependen di dalam penelitian ini untuk melihat mean reverting saham, yaitu return minggu pertama, return minggu kedua, return minggu ketiga dan return minggu keempat seletah periode mispricing.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat mispricing suatu saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap return reversal. Berdasarkan analisa t-statistic untuk setiap regresi, maka didapatkan hasil bahwa variabel mispricing paling berpengaruh terhadap return reversal saham terhitung pada minggu kedua setelah periode mispricing. Pada minggu ketiga dan keempat setelah periode mispricing, return saham telah mengikuti proses mean reverting, yaitu return berangsurangsur kembali perlahan kepada return semestinya.

This thesis discusses the effect of mispricing to return reversal stocks in the Indonesia Stock Exchange. This is a quantitative method using panel data from 2006 until 2011. Mispricing variable was measured by the residual volatility (standar deviation) proxy. There are four dependent variables in this study to look at the mean reverting of stocks, which are return on the first week, return on the second week, return on the third week and return on the fourth week after the mispricing period.
This study concludes that the stock mispricing has a positive and significant impact on return reversal. Based on t-statistic analysis for each regression, the most influence effects starts in the second week after mispricing period. In the third and fourth weeks after mispricing period, stock returns have been following the mean reverting process, which gradually return to the supposed return.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32247
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Puspita Sari
"Selain ekspektasi imbal hasil dan volatilitas, likuiditas saham merupakan faktor penting bagi investor dan otoritas bursa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara tingkat dan peluang return ekstrem terhadap likuiditas saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dan peluang return ekstrem dapat memengaruhi tingkat likuiditas saham di BEI. Return ekstrem menjadi daya tarik untuk meningkatkan transaksi saham bagi investor di Indonesia yang memiliki kecenderungan herd dan feedback trading. Investor memandang investasi saham sebagai "lottery stock" yang berpotensi memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat, meskipun dengan risiko yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan makin tinggi tingkat dan peluang return ekstrem, makin tinggi tingkat likuiditas saham. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam berinvestasi. Bagi otoritas bursa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengambilan kebijakan untuk meningkatkan likuiditas saham di BEI.

In addition to return expectations and volatility, stock liquidity is an important factor for investors and stock exchange authorities. This study aims to analyse the relationship between the level and possibility of extreme returns on the liquidity of stocks listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The results show that the level and possibility of extreme returns can affect the level of stock liquidity on the IDX. Extreme returns are an attraction to increase stock transactions for investors in Indonesia who have herd and feedback trading tendencies. Investors view stock investment as a "lottery stock" that has the potential to provide large profits in a short period of time, albeit with high risk. This condition means that the higher the level and probability of extreme returns, the higher the level of stock liquidity. For investors, the results of this study are expected to provide additional insight into investing. For the stock exchange authority, the results of this study are expected to help make policies to increase stock liquidity on the IDX."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>