Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar Purba Geraldi
"Chikungunya merupakan penyakit yang menyebabkan kesakitan dan masih terjadi di Indonesia khususnya di Kecamatan Limo, Kota Depok pada bulan Juni 2018. Penanganan terbaik Chikungunya adalah dengan teknik pengendalian vektor yaitu Aedes aegypti. Salah satu teknik pengendalian yang dapat digunakan adalah ovitrap. Ovitrap adalah perangkap telur nyamuk yang menggunakan atraktan untuk menarik nyamuk betina bertelur. Attractant yang ada seperti air rendaman jerami sulit ditemukan dalam situasi sehari-hari, sehingga idenya adalah menggunakan air limbah rumah tangga sebagai attractant, yaitu air cucian beras hasil fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian eksperimen analitik pada lingkungan. Variabel yang diamati terdiri dari konsentrasi air cucian beras fermentasi yang terdiri dari konsentrasi 10%, 30%, dan 60% serta kontrol berupa air PAM. Variabel lain yang diamati adalah lokasi pemasangan di luar dan di dalam rumah. Atraktan juga dihitung parameter kimia dan fisik. Data yang diperoleh berupa data abnormal dengan perhitungan Saphirro-Wilk (p value > 0,05). Variabel konsentrasi dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Variabel lokasi pemasangan dianalisis dengan Mann-Whitney dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p value < 0,05). Suhu, kelembaban, parameter kimia, parameter fisik, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Chikungunya is a disease that causes morbidity and still occurs in Indonesia, especially in Limo sub-district, Depok City in June 2018. Chikungunya is best treated with vector control techniques, namely Aedes aegypti. One control technique that can be used is ovitrap. Ovitrap is a mosquito egg trap that uses attractants to attract female mosquitoes to lay eggs. Existing attractants such as straw soaking water are difficult to find in everyday situations, so the idea is to use household wastewater as an attractant, namely fermented rice washing water. The research was conducted with an analytical experimental research design on the environment. The observed variables consisted of the concentration of fermented rice washing water which consisted of concentrations of 10%, 30%, and 60% along with the control in the form of PAM water. Another variable observed is the installation location outside and inside the house. Attractants are also calculated chemical and physical parameters. The data obtained in the form of abnormal data with the calculation of Saphirro-Wilk (p value> 0.05). Concentration variables were analyzed using Kruskal-Wallis and there were no significant differences. The installation location variable was analyzed by Mann-Whitney and the results showed that there was a significant difference (p value <0.05). Temperature, humidity, chemical parameters, physical parameters, and other factors may affect the research results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karamoy, Andi Gunawan
"Nyamuk betina Aedes aegypti merupakan vektor yang mampu membawa berbagai virus penyebab penyakit, salah satunya adalah chikungunya. Hingga saat ini, masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang ada saat ini hanya bersifat simptomatik atau hanya mengobati gejalanya saja. Oleh karena itu, pilihan terbaik dalam melawan chikungunya adalah pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan perangkap telur nyamuk ovitrap. Efektivitas penggunaan ovitrap dapat ditingkatkan dengan menggunakan zat atraktan, seperti air rendaman jerami.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari zat atraktan lain yang lebih murah dan mudah didapatkan, tetapi memiliki kemampuan yang efektif untuk menarik nyamuk. Zat atraktan yang diteliti pada penelitian ini adalah air akuarium. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental analitik yang diuji pada suatu komunitas dan menggunakan 2 variabel bebas, yaitu konsentrasi dari air akuarium dan lokasi penempatan ovitrap.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsentrasi air akuarium terhadap efektivitas ovitrap p=0,818. Akan tetapi, terdapat hubungan yang bermakna antara peletakkan ovitrap terhadap efektivitas ovitrap p=0,005.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peletakkan ovitrap memengaruhi efektivitas ovitrap. Peletakkan ovitrap di luar rumah lebih efektif untuk memerangkap telur nyamuk dibandingkan di dalam rumah.

Aedes aegypti female mosquito is a vector capable of carrying various viruses that cause disease, one of which is chikungunya. Until now, there is still no treatment that can cure this disease. Current treatments are only symptomatic or only treat symptoms. Therefore, the best choice in fighting chikungunya is prevention that can be done by using an ovitrap. The effectiveness of ovitrap use can be increased by using attractant substances, such as straw soaking water.
This study aims to find other attractants that are cheaper and easier to obtain but have an effective ability to attract mosquitoes. The attractant substances examined in this study are aquarium water. This study used an analytical experimental design that was tested in a community and used 2 independent variables, namely the concentration of aquarium water and the location of placement of the ovitrap.
The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the concentration of aquarium water on the effectiveness of ovitrap p = 0.818. However, there is a significant relationship between location of ovitrap with the effectiveness of ovitrap p = 0.005.
From this study, it can be concluded that the placement of the ovitrap affects the effectiveness of the ovitrap. Placing the ovitrap outside the home is more effective for trapping mosquito eggs than in the house."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonaldo Lukito Nagaria
"

Penyakit chikungunya yang ditularkan gigitan Aedes aegypti masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dengan insidensi sebesar 10,1 per 1000 kasus. Upaya pemerintah hingga saat ini nyatanya belum mampu menanggulangi masalah tersebut, sehingga penggunaan ovitrap dapat menjadi solusi alternatif dalam mengendalikan populasi Aedes aegypti. Air cucian pakaian ditambahkan dengan tujuan meningkatkan jumlah telur yang ditetaskan pada ovitrap. Variabel yang diteliti meliputi konsentrasi atraktan dan letak penempatan ovitrap. Ovitrap masing-masing diisi dengan atraktan konsentrasi 10%, 30%, 60% serta air PAM (kontrol). Masing-masing ovitrap diletakkan di dalam dan luar rumah secara merata. Suhu dan Kelembapan lingkungan diamati menggunakan data Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika. Karakteristik atraktan yang dilihat meliputi warna, kekeruhan, pH, kadar amonia serta karbondioksida. Dari total 94 telur yang terperangkap, telur paling banyak didapat pada atraktan 10%. Nilai Oviposition Activity Index juga menunjukkan hanya atraktan 10% yang cenderung bersifat atraktan relatif terhadap kontrol. Uji Saphiro Wilk menunjukkan sebaran data tidak normal (p>0,05). Selanjutnya, uji Kruskal Wallis dan uji MannWhitney yang dilakukan untuk menguji kedua variabel sama-sama menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Tampilan atraktan yang keruh dan keberadaan wadah air di luar rumah diduga memengaruhi preferensi bertelur Aedes aegypti pada ovitrap. Hasil penelitian tidak menunjukkan potensi air cucian pakaian sebagai atraktan


Chikungunya, transmitted by Aedes aegypti, is a health problem in Indonesia, with incidence of 10,1 in 1000 cases. Control effort by Indonesian goverment by far is still inefective, thus making ovitrap as an alternative solution to control the population of Aedes aegypti. Adding laundry greywater as attractant may enchance the amount of mosquitos eggs laid on ovitrap. Variables studied in this research are attractants concentration and ovitrap placement. Each ovitrap was filled with 10%, 30%, 60% attractant and drinking water (control), respectively. Ovitraps were evenly put indoor and outdoor. Temperature and humidity of surrounding were recorded from Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisikas data. Colour, turbidity, pH, ammonia content and carbondioxide content of the attractant were also measured. There were 94 eggs caught, in which of them were mostly found in 10% attractant. Based on Oviposition Activity Index, only 10% concentration showed attractant trait, compared relatively to control. Saphiro-Wilk test showed abnormal distribution of the data. Both Kruskal Wallis and Mann-Whitney test showed insignificant results for the variables (p>0,05). Turbid appearance of the attractant and existing water-holding container outside the house were presumed to influence Aedes aegyptis oviposition preference. Consequently, the potency of laundry greywater was still not be proven.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Aditama
"Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Banda Aceh. Banda Aceh merupakan daerah endemik DBD dengan meningkatnya angka kejadian dan case fatality rate setiap tahun. Insiden tertinggi DBD berada di Kecamatan Baiturrahman dengan angka kejadian 120 per 100.000 penduduk dan tertinggi kedua adalah Kecamatan Jaya Baru dengan angka kejadian 84 per 100.000 penduduk. Keberadaan larva Aedes sp di masyarakat merupakan salah satu indikator populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jentik nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada masing-masing wadah ovitrap (tempurung kelapa, gelas plastik, dan potongan bambu) serta tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes sp sebelum dan setelah pemasangan wadah ovitrap. Jenis penelitian adalah explanatory study dengan desain eksperimental quasi. Teknik pengambilan sampel adalah proportional sampling. Populasi unit penelitian adalah 30 rumah. Ovitrap diletakkan merata pada 30 titik lokasi dari 10 kelurahan secara acak. Data jumlah jentik nyamuk Aedes yang terperangkap diambil empat kali secara berulang dengan selang waktu satu minggu. Analisis dengan rerata jumlah jentik di dalam ovitrap dan indeks ovitrap. Hasil jumlah jentik Aedes aegypti yang terperangkap sebanyak 1.265. Ovitrap yang paling efektif, yaitu potongan bambu rerata = 123, nilai p = 0,006, HI = 10,01% (16,66 ? 26,67%), CI = 36,8% (336,06 ? 39,74%), BI = 29,97% (73,33 - 103,3%). Otoritas kesehatan harus mempromosikan ovitrap bambu kepada masyarakat sebagai upaya pengendalian Aedes sp.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a public health problem in Banda Aceh. Banda Aceh is a DHF endemic city by increasing incidence rate (IR) and case fatality rate every year. The highest DHF incidence was in Baiturrahman District (IR = 120 per 100,000 people) and Jaya Baru District (IR = 84 per 100,000 people). Aedes sp larvae existence among people is one of Aedes aegypti population indicators in such region. This study aimed to find out numbers of Aedes sp trapped in each ovitrap (coconut shell, plastic cup, and piece of bamboo) and Aedes sp density level before and after ovitrap installation. This study was explanatory study using quasi-experimental design. The sampling technique was proportional sampling. Population of study was 30 houses. Ovitraps were randomly located in 30 places of 10 subdistricts. Data of trapped Aedes sp larvae numbers was collected four times repeatedly within one week time-lapse. Analysis was conducted using the mean number of larvae in ovitraps and ovitrap index. The number of Aedes sp larvae trapped was 1,265. The most effective ovitrap is piece of bamboo, mean = 123, p value = 0.006, HI = 10.01% (16.66 - 26.67%), CI = 36.8% (336.06 - 39.74%), BI = 29.97% (73.33 - 103.3%). Health authorities should promote bamboo ovitrap, especially to public as an act to control Aedes sp."
[Place of publication not identified]: Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Agus Triwibowo
"Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Nyamuk Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus chikungunya dan demam kuning. Pemberantasan A.aegypti berarti juga memberantas tempat perindukan agar dapat memutus siklus hidup nyamuk ini secara efektif. Diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat menggunakan air selain air bersih sebagai tempat perindukan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengamatan terhadap kemampuan telur Aedes aegypti menetas dan kemampuan pertumbuhan Aedes aegypti dari stadium telur sampai stadium dewasa pada air tanah sebagai kontrol, air hujan, air cucian pakaian, air limbah kamar mandi, air hujan dengan tanah 80 gram, air hujan dengan tanah 160 gram, air cucian pakaian dengan tanah 80 gram, air cucian pakaian dengan tanah 160 gram, air limbah kamar mandi dengan tanah 80 gram, air limbah kamar mandi dengan tanah 160 gram,. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Setiap kontainer dimasukkan telur Aedes aegypti sebanyak 25 buah dalam setiap kontainer air tercemar, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga. Hasil penelitian dianalisa dengan melihat grafik hasil dari pengamatan didapatkan hasil bahwa Aedes aegypti mampu berkembangbiak di media air yang kontak langsung dengan tanah. Rata-rata jumlah larva yang dapat hidup paling banyak terdapat pada air limbah kamar mandi dengan tanah 160 gram yaitu rata-rata 18 pada stadium larva, 18 stadium pupa dan 18 stadium dewasa. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak pada air tercemar dan kontak langsung dengan tanah, maka disarankan kepada pemerintah untuk melakukan kajian lebih mendalam mengenai perubahan perilaku tempat berkembang biak Aedes aegypti agar program pengendalian Aedes aegypti lebih tepat sasaran.

Aedes aegypti is type of mosquito that carries dengue virus causes dengue fever. Aedes aegypti is also a carrier for chikungunya virus and yellow fever. Eradication of Aedes aegypti also means eradicate breedingsites in order to break the life cycle of mosquitoes effectively. It’s known that Aedes aegypti can use water in addition clean water for a breeding place. The purpose of this study is to determine the ability of observation hatch the eggs of Aedes aegypti and growth ability of Aedes aegypti from the egg fase to the adult fase on ground water as a control, rain water, clotes washing water, waste water of showers, rain water with 80 grams of soil, rain water with 160 gram of soil, clotes washing water with 80 grams of soil, clotes washing water with 160 grams of soil, waste water with 80 grams of soil, waste water with 160 grams of soil. This study was quasi experimental. Each containers was inserted Aedes aegypti eggs as many as 25 pieces in each container of contaminated water, each treatment was repeated three times. Result were analize by looking at the graph of result from observation its known that Aedes aegypty is able to multiply in aqueous media which have direct contact with the ground. Average number of larvae that can live most was in the waste water of shower with 160 grams of soil. Which is an average 18 on larvae phase, 18 on pupa phase, and 18 on adult phase. From the analysis can be concluded that the Aedes aegypti can breed in polluted water and direct contact with the ground/soil. It is recommended for the government to have depth study for changes in behavior of Aedes aegypti breeding to make control programs more effective."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus di desa Kutowinangun, Grabag, Ngasinan Tlogorejo, Getasan dan masing-masing mempunyai ketinggian 550, 600, 620, 700, dan 1000 meter di atas permukaan laut. Kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan cara memasang perangkap telur Aedes (ovitrap), menunjukkan adanya perbedaan nyata antara ketinggian daerah pemukiman dengan kepadatan telur Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hermansyah
"Dalam prespektif pembangunan, pemberdayaan berbasis masyarakat pada dasamya merupakan penguatan potensi masyarakat (community empowerment) yang meletakkan masyarakat secara individu atau bersama sama sebagai subjek pembangunan. lnisiatif kreatif masyarakat dianggap sebagai sumber daya utama dalam proses pembangunan Pemberdayaan juga memberi ruang partisipasi penuh kepada masyarakat ke dalam suatu program pemberdayaan dan pembangunan itu sendiri, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai evaluasi program dan pembangunan.
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pelaksanaan program Penggerakan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Kelurahan (P3MK) yang dilaksanakan di Kelurahan Limo sebagai upaya pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kota Depok .
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program P3MK yang dilaksanakan di Kelurahan Limo, Kecamalan Limo, Kota Depok. Dengan dilakukannya evaluasi, diharapkan mendapatkan informasi tentang keberhasilan dan kelemahan pelaksanaan program, sehingga dapat digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan program berikutnya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode Logical Framework Analisis (LPA) dengan melihat dan menganalisis kesesuaian dan sinergi antara dimensi input, process, output, outcome, dan impact yang terjadi di dalam pelaksanaan program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data primer diperoleh dad basil wawancara mendalam (depth interview) kepada 16 orang informan dan observasi lapangan. Untuk memperoleh data sekunder, penulis melakukan studi dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil evaluasi sumatif terhadap pelaksanaan program P3MK di Kelurahan Limo menunjukan adanya kekuatan di dalam program ini yaitu masyarakat mempunyai kesempatan untuk ikut berpartisipasi langsung dalam pembangunan di lingkungannya. Masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan terlibat langsung dalam pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai evaluasi. Program juga dianggap sebagai bentuk dan proses pembelajaran bagi masyarakat dalam mengelola dan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di masyarakat sendiri. Masyarakat dan Lembaga kemasyarakatan juga merasa program ini membiasakan mereka untuk bekerjasama, bertanggung jawab dan peduli terhadap Iingkungannya. Masyarakat yang kurang mampu juga merasa terayomi oleh lingkungannya.
Selain kekuatan, ternyata pelaksanaan program P3MK di Kelurahan limo mempunyai kelemahan yang dapat mengganggu pelaksanaan program ke depan. Adapun kekurangan dan kelemahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : Pedoman Teknis Pelaksanaan program belum sempurna ; Kurangnya sosialisasi Program ; Dana Rp 50 Juta masih dirasakan kurang oleh masyarakat jika semua komunitas RW melakukan kegiatan kegiatan sesuai dengan usulan mereka ;Tidak adanya pendampingan langsung dilapangan oleh CDC) professional ; Belum bisanya semua sarana dan prasarana yang diusulkan komunitas RW dapat terlaksana ; Belum adanya data base mengenai masarakat miskin dan kurang mampu,
Untuk pelaksanaan program P3MK di masa datang, penulis mencoba untuk memberi usulan bagi perbaikan program. Dimana kelemahan dan kekuatan yang telah diidentifkasi dalam hasil penelitian Menjadi dasar bagi usulan yang diajukan. Usulan juga berdasakan prinsip-prinsip pemberdayaan berbasis komunitas .
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayida Saily
"ABSTRAK
DBD vector can be controlled biological by using Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bti concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in control Aedes aegypti larval. This study used an experimental design with intervention of Bti liquid formulation concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2.The survey was carried out in RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data before intervention was taken on January 13th 2010 and after intervention was taken on February 14th 2010. Entomological survey was conducted by single-larval method at 100 households in RT 11-18 that were chosen for Bti 2 ml/m2 intervention and 100 households in RT 5-10 for Bti 4 ml/m2 intervention. The data was analyzed by SPSS version 11,5 using chi square test. After intervention of Bti 2 ml/m2, the amount of positive larval water containers increased from 32 to 35, while Bti 4 ml/m2 decreased from 17 to 7. It can be concluded that Bti concentration 4 ml/m2 is more effective than Bti 2 ml/m2 in reducing the presence of Aedes aegypti larval.

ABSTRAK
kan secara biologis menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di tempat penampungan air (TPA). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan menggunakan Bti bentuk cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Penelitian dilakukan di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA yang berada pada100 rumah daerah intervensi Bti konsentrasi 2 ml/m2 di RT11-18 dan 100 rumah di RT 5-10 yang merupakan daerah intervensi Bti konsentrasi 4 ml/m2. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dengan analisis menggunakan uji chi square. Setelah pemberian Bti konsentrasi 2 ml/m2, jumlah TPA positif larva naik dari 32 menjadi 35 TPA, sedangkan pada Bti konsentrasi 4 ml/m2 jumlah TPA positif larva menurun dari 17 menjadi 7 TPA. Disimpulkan bahwa Bti konsentrasi 4 ml/m2 lebih efektif daripada konsentrasi 2 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Tangguh
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) dianjurkan untuk pengendalian DBD, tetapi mengenai efikasinya dalam membunuh Ae. aegypti belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek residu Bti di tempat penampungan air yang sering digunakan masyarakat. Penelitian dilakukan di Departemen Parasitologi Universitas Indonesia pada bulan April-Juni 2010. Bti formulasi cair (4 mg/m2) diteteskan ke tempat penampungan air (TPA) terbuat dari keramik, semen dan plastik dengan perlakuan tidak dikuras dan dikuras (sebanyak 2/3 isi bak dibuang dan diisi kembali dengan air tanah setiap hari). Ke dalam TPA dimasukkan 100 larva instar III Ae. aegypti lalu kematiannya dihitung setelah 24 jam. Hasil studi menunjukkan pada minggu pertama kematian larva 100% di semua TPA. Pada minggu kedua, kematian larva di TPA semen dan plastik >70%, kecuali di TPA keramik yang dikuras (44%). Pada minggu ketiga, mortalitas larva di semua kontainer <70%. TPA keramik mempunyai efek residu paling rendah dibandingkan plastik dan semen. Disimpulkan formulasi cair Bti tidak dapat dipakai untuk pengendalian DBD karena efek residunya hanya 1-2 minggu. Tidak ditemukan assosiasi antara jenis kontainer dengan mortalitas Ae. aegypti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Biological controls such as Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) has been implicated as a possible control of DHF. However its efficacy against Ae. aegypti is not known. The aim of the study is to know residual effect of Bti in common household containers. This study is conducted in Department of Parasitology Universitas Indonesia from April to June 2010. A liquid formulation of Bti with a concentration of 4 mg/m2 and three common household containers were used. Each container was added 100 third instar larvae of Ae. aegypti. Mortality count was done in 24 hour after the addition of the larvae. The results showed that in the first week there was 100% mortality in all containers. In the second week concrete and plastic containers had mortality >70%, except for water treated ceramic container (44%). In the third week, none of the water containers had mortality rate of 70%. Ceramic has the least residual effects compared to concrete or plastic containers. In conclusion, liquid formulation of Bti could not be used as vector control as its efficacy only lasted up to 1-2 week. There is no association between the type of containers with the mortality of Ae. aegypti larvae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkar, Saleha
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten sehingga perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD. Agar PSN tepat sasaran warga perlu dibekali pengetahuan dengan penyuluhan mengenai PSN. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan warga serta kepadatan vektor DBD. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi penyuluhan. Pre-test dilakukan pada bulan Agustus 2009 terhadap 106 warga desa Bayah dan post-test pada bulan Oktober 2009. Data dikumpulkan dengan wawancara dilanjutkan survei entomologi dengan single larval method lalu diidentifikasi secara mikroskopis. Data dianalisis dengan marginal homogeneity test. Hasil pre-test menunjukkan, 64,2% warga berpengetahuan kurang hanya 11,3% yang baik; sesuai dengan tingkat pendidikan yang rendah dan ekonomi yang kurang. Setelah penyuluhan 14% warga berpengetahuan baik dan 54% kurang yang secara statistik bermakna (p = 0,001). Dari survei entomologi diperoleh container index (CI) 18% dan house index (HI) 52% yang menunjukkan tingginya kepadatan dan penyebaran vektor. Setelah penyuluhan CI menjadi 16% dan HI 42% tetapi penurunan tersebut tidak berbeda bermakna (CI, p = 0,523; HI, p = 0,174) dan masih di atas index WHO. Disimpulkan penyuluhan meningkatkan tingkat pengetahuan warga mengenai PSN tetapi tidak menurunkan kepadatan vektor sehingga Bayah masih tetap berisiko tinggi DBD.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Bayah, Banten Province thus, control of mosquitoes breeding sites (CMBS) and health education is necessary. This study aimed to evaluate the effect of health education on people?s level of knowledge on CMBS and the density of Ae. aegypti. This study involved 106 villagers from Bayah in August (pretest) and October (postest) 2009. Data was collected through questionnaires, followed by observation of containers available in the house using single larval method and identified microscopically. Data was analyzed using marginal homogeneity test. The result showed, 64.2% and 1.3% villagers had poor and good knowledge on CMBS. This finding was in accordance to their education level and socio-economic status. After education, there were 14% had good and 54% poor knowledge (p = 0,001). Container index (CI) and house index (HI) were 18% and 52% respectively, suggesting high density of Ae. aegypti in that area. Following health education, CI and HI became 16% and 42% which were still above WHO level of indicator; which gave no significant difference in CI (p = 0,523) and HI (p = 0,174). In conclusion, the level of knowledge increased after health education which was not followed by significant decrease in vector density, suggesting Bayah is still categorized as highly transmitted area of DHF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>