Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
O. U. Herlina Narulita
"Latar Belakang : Tinea pedis dapat terjadi karena memakai sepatu tertutup (safety shoes) dalam waktu lama yang dapat menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah kelembaban di daerah sekitar kaki. Selain itu kondisi sepatu tertutup (safety shoes), khususnya safety shoes dengan kondisi bau, lembab, kotor, rusak dan sempit juga dapat menambah faktor resiko terjadinya tinea pedis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pemakaian safety shoes dan kondisi safety shoes terhadap kejadian tinea pedis pada pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan.
Metode : Desain penelitian menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 86 pekerja kebersihan di RS Swasta Jakarta Selatan. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri kuesioner Pengetahuan tentang foot hygiene, kuesioner perilaku tentang foot hygiene, pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.
Hasil : Prevalensi Tinea Pedis pada Petugas Kebersihan (n=86) 31,4%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang memiliki hubungan bermakna untuk terjadinya tinea pedis adalah lama pemakaian safety shoes dengan tinea pedis (p = 0,003), kondisi safety shoes yang tidak baik (p = 0,002), kondisi kaos kaki yang tidak baik (p = < 0,001), perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik (p = < 0,001).
Kesimpulan dan Saran : Pada penelitian menemukan bahwa prevalensi tinea pedis pada pekerja kebersihan RS Swasta cukup tinggi. Didapatkan bahwa faktor lama pemakaian safety shoes, kondisi safety shoes yang tidak baik, kondisi kaos kaki yang tidak baik dan perilaku tentang foot hygiene yang tidak baik mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya tinea pedis di RS Swasta Jakarta Selatan.

Background : Tinea pedis may occur due to wear occlusive footwear for along time that can add excessive sweating that add humidity in the area around the foot. Conditions occlusive footwear, safety shoes with a particular odor conditions, damp, dirty, broken and narrow also can increase risk tinea pedis. The aim of this study was determine the assosiation of duration of use safety shoes and safety shoes conditions on the tinea pedis on housekeeper in hospital.
Methods: Cross sectional design using 86 samples on housekeeping workers of Hospital. Data are obtained from questionnaire, consists of knowledge quetionnaire about foot hygiene, Behavioral questionnaire about foot hygiene, and examination of KOH 10% field observations.
Results: Prevalensi of tinea pedis in housekeeper (n=86) 31,4%.In this study was found that the factors have significant relationship to the occurance of tinea pedis is the use of occlusive footwear (safety shoes) for along time (p = 0,003), safety shoes are not good conditions (p = 0,002) ,shocks are not good conditions (p = < 0,001), and behaviors about foot hygiene is not good conditions (p = < 0,001).
Conclution: The study found that the prevalence of tinea pedis on housekeeper is quite high. Several risk factors Tinea is use occlusive footwear which long time each day, conditions of safety shoes, conditions of socks and behaviors about foot hygiene is not good conditions have significant relationship.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Indah Lestari
"ABSTRAK
Latar Belakang : Sepatu tertutup (boot) merupakan salah satu jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan oleh operator cucian mobil area basah untuk mencegah kecelakaan kerja. Namun dalam penggunaannya justru menimbulkan masalah kesehatan baru bagi pekerja yaitu penyakit jamur pada kaki (Tinea pedis). Penelitian ini bertujuan mengetahui insidensi Tinea pedis pada operator cucian mobil area basah dan membandingkan efektivitas jenis pelindung kaki tertutup (boot) dengan berongga bagi pencegahan Tinea pedis serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian Kuasi Eksperimental dilakukan pada pekerja cucian mobil area basah di perusahaan waralaba pencucian mobil. Data diperoleh dari kuisioner, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan KOH 10%, pengamatan di lapangan.
Hasil : Dari 55 orang pekerja diberikan 27 sepatu tertutup dan 28 sepatu berongga terdapat 6 orang yang mengalami Tinea pedis yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab KOH 10%. Dari 6 orang itu, 4 orang menggunakan sepatu tertutup (66,6%) dan 2 orang sepatu berongga (33.3%). Keempat orang yang positif berusia diatas 24 tahun dengan tingkat pendidikan sedang yaitu SLTA. Dari 6 orang tersebut juga diketahui tingkat pengetahuan terhadap Tinea pedis kurang sebanyak 5 orang dan tingkat sedang 1orang. Mereka yang memiliki tingkat kebersihan diri rendah berisiko 8 kali lebih besar untuk menderita Tinea pedis. (RR=8,000, 95% CI= 1,675- 38,204, p= 0,011). Pekerja pengguna sepatu tertutup memiliki proporsi 2 kali lebih besar dan risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami Tinea pedis bila dibandingkan dengan pengguna sepatu berongga (RR= 2,074, 95% CI= 0,413- 10,407, p= 0,422).
Kesimpulan: Pengguna sepatu tertutup lebih berisiko mengalami Tinea pedis bila dibandingkan dengan pengguna sepatu berongga. Faktor kebersihan diri seseorang yang rendah juga merupakan faktor yang meningkatkan risiko terjadinya Tinea pedis.

ABSTRACT
Background: Shoes (boots) is one Personal Protective Equipment used by car wash operators in wet areas to prevent accidents. But it can cause fungal diseases on foot (Tinea pedis). The aims of this study are not only to determine the incidence of Tinea pedis within the car wash operator in the wet areas and to compare the effectiveness of two kinds of PPE, shoes (boots) and porous shoes which are appropiate for the prevention of Tinea pedis but also the influencing factors.
Methods: Quasi-Experimental Research on the operators of car wash franchise company in wet areas. Data are obtained from the questionnaire, anamnesis, physical examination, examination of KOH 10%, field observations.
Results: Within 55 operators, 27 operators are given boots and 28 are given porous shoes. There are 6 people who have Tinea pedis which is conclude through anamnesis, physical examination, laboratory tests KOH 10%. Among them, 4 people using boots (66,66%) and 2 porous shoes (33,33%). The four positive people aged ≥ 24 years and are high school graduated . Among them, 5 people have low level of knowledge for Tinea pedis, 1 person is at moderate level. Those who have a low level of personal hygiene are 8 times greater at risk of suffering from Tinea pedis. (RR = 8.000, 95% CI = 1,675- 38.204, p = 0.011). Operators who use boots have 2 times greater proportion and 2 times greater risk for experiencing Tinea pedis when compared to the operators who use porous shoes.(RR= 2,074, 95% CI= 0,413- 10,407, p= 0,422).
Conclusion: Operators using shoes (boots) are more at risk of Tinea pedis, One?s low personal hygiene is also a factor which increases the risk of Tinea pedis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loora
"Menyimpulkan sifat kepribadian individu melalui sepatu yang dimilikinya. Penelitian ini merupakan penelitian zero acquaintance pertama di Indonesia dengan foto sepatu. Penulis mencaritahu aspek sepatu yang menggambarkan sifat kepribadian Big Five pemilik sepatu, aspek sepatu yang digunakan pengamat dalam mempersepsi, hubungan kedua aspek tersebut, konsensus persepsi antar pengamat, dan akurasi persepsi tersebut. Penelitian membandingkan dua kelompok pemilik sepatu, yaitu yang ekspresif pada sepatu dan yang ekspresif pada benda selain sepatu.
Hasil menunjukkan bahwa sifat openness to experience kelompok ekspresif pada sepatu diketahui dari aspek perkiraan jenis kelamin pemilik sepatu wanita dan aspek tersebut digunakan oleh pengamat. Sedangkan pada kelompok ekspresif pada benda lain, ditemukan aspek tinggi sepatu Dari kedua kelompok ini ditemukan sedikit perbedaan konsensus antar pengamat, dan tidak ada perbedaan akurasi persepsi pengamat.

Title Inferring someone rsquo s personality traits by her shoes A research on zero acquaintance through pictures of shoes was carried out for the first time in Indonesia. The author examined the aspects of shoes that descibed th Big Five characteristics of shoes rsquo owners and used by observers in making a perception, the correlation between those aspects, consensus of perceptions between observers, and the perceptions rsquo accuracy. The research compared two groups of shoes rsquo owner, the one who is expressive on shoes and the other one who is expressive on other things than shoes.
The results showed that the openness to experience trait from the group that was expressive on shoes was known from the gender aspect of shoes rsquo owners female and this aspect was used by obervers. On the other hand, the aspect of shoes height was found on the group that was espressive on other things. Based on these group, the difference on concensus between observers was found to be little, and no difference was noticed on the accuracy of observers rsquo perceptions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Hasna
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi persepsi pengamat terhadap ciri kepribadian pemilik sepatu berdasarkan tingkat ekspresi diri pada sepatunya. Pemilik sepatu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu dan pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada benda lain, untuk membedakan tingkat ekspresi diri pada sepatu. Skripsi ini memperbaiki beberapa kelemahan prosedur penelitian dari studi sebelumnya Loora, 2017 yang menemukan tidak ada perbedaan pada akurasi persepsi pengamat terhadap ciri kepribadian pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu dan benda lain. Modifikasi yang dilakukan pada skripsi ini adalah menambahkan jumlah responden, mengubah kriteria responden, mengubah definisi aspek-aspek sepatu, dan menambahkan ilustrasi aspek-aspek sepatu.
Hasil menunjukkan bahwa pengamat lebih akurat memersepsi ciri kepribadian pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu, dibanding pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada benda lain. Pengamat berhasil memersepsi ciri openness to experience dan conscientiousness pemilik sepatu yang mengekspresikan diri pada sepatu.

This study aims to compared observers accuracy on the shoes owners personality based on the level of self expression on their shoes. Shoe owners divided into two groups based on the level of self expression on shoes shoe owners who express themselves through shoes and shoes owners who express themselves through other objects. This thesis is conducted to improve Loora 2017 which found that there was no difference between the accuracy of observers perception on the shoe owners who express themselves through shoes and those who express themselves through other objects. This thesis modificated Loora 2017 by adding more respondents, changing respondent's criteria, changing definition of shoe's aspects, and adding shoe's aspects illustration.
The results of this thesis indicates that observers are more accurate to the perceived personality of shoe owners who express themselves through shoes, compared to those who express themselves through other objects. Openness to experience and conscientiousness of shoe owners that express themselves through shoes were accurately perceived by observers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Alexander Christopher Mangapul
"Produk sepatu edisi terbatas (limited edition shoes) sebagai variabel independen pada penelitian ini, yang mempengaruhi variabel perceived value, brand trust, dan purchase intention. Variabel LES memiliki dimensi berupa uniqueness, investment, dan self-expression. Sedangkan variabel mediator PV memiliki dimensinya sendiri yaitu emotional, social, dan economical. Desain penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah descriptive-conclusive dengan metode single cross-sectional. Pengumpulan sampel menggunakan non-probability sampling, dengan 218 responden yang mana berumur 14-35 tahun, berdomisili di Pulau Jawa, dan memiliki sepatu edisi terbatas (limited edition shoes). Pengumpulan survei dilakukan dengan cara via online, menggunakan platform google form, dan metode self-administered questionnaire. Data dari yang sudah terkumpul, akan diolah menggunakan software AMOS 23 IBM SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, characteristic limited edition shoes mempengaruhi perceived value, perceived value mempengaruhi brand trust, perceived value mempengaruhi purchase intention, dan brand trust mempengaruhi purchase intention. Terakhir, variabel moderasi scarcity of message meningkatkan frekuensi pengaruh di tiap variabel yang ada.

Limited edition shoe product (limited edition shoes) as an independent variable in this study, which affects the variable perceived value, brand trust, and purchase intention. The LES variable has dimensions in the form of uniqueness, investment, and self-expression. While the Perceived Value as a mediator variable has its dimensions namely emotional, social, and economical. The research design used for this study was descriptive-conclusive with a single cross-sectional method. The sample collection uses non-probability sampling, with 218 respondents who are 14-35 years old, live in Java and have limited edition shoes. The survey was collected online, using the Google form platform, and the self-administered questionnaire method. Data which has been collected, will be processed using IBM SPSS 23 AMOS software. The results of this study indicate that characteristic limited edition shoes affect perceived value, perceived value affects brand trust, perceived value affects purchase intention, and brand trust affects purchase intention. Finally, the scarcity of the message moderation variable increases the frequency of influence on each variable."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Linggar Saraswati
"Sehari-hari, memersepsi ciri kepribadian dari orang-orang di sekitar dilakukan oleh manusia. Penelitian ini merupakan penelitian zero-acquaintance kedua di Indonesia yaitu memersepsi ciri kepribadian Big Five melalui foto sepatu. Persepsi dilakukan melalui aspek-aspek sepatu yang mengandung informasi terkait ciri kepribadian pemiliknya dan dilihat akurasi persepsi yang disebut sebagai akurasi pengamat. Di sisi lain, kekuatan situasi mampu memengaruhi peran ciri kepribadian dalam bertingkah laku, termasuk memilih sepatu. Situasi kuat membatasi peran ciri kepribadian dalam memilih sepatu, sedangkan situasi lemah tidak.
Penelitian ini membandingkan akurasi pengamat pada dua kelompok sepatu yang berbeda, yaitu digunakan dalam situasi kuat dan dalam situasi lemah. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan akurasi persepsi ciri kepribadian antar kedua kelompok sepatu, yaitu openness to experience dan conscientiousness melalui sepatu yang digunakan dalam situasi lemah, sedangkan hanya conscientiousness melalui sepatu yang digunakan dalam situasi kuat.

On a daily basis, people perceive other peoples personality traits. The current research is the second zero acquaintance research in Indonesia that uses shoe photos to perceive the Big Five personality traits. Perceptions are done through shoe aspects that contain information regarding the owner rsquo s personality traits and the accuracy of the perception is sought, known as observers rsquo accuracy. On the other hand, situational strength constraints the role of personality traits in producing behavior, which include shoe choosing. A strong situation constraint the role of personality traits when choosing shoes, while a weak situation does not.
The research compares the observers rsquo accuracy between two different shoe groups, worn in strong and in weak situations. The results indicate that accuracy of perception differ between the two shoe groups, openness to experience and conscientiousness are accurately perceived from shoes worn in a weak situation, while only conscientiousness is accurately perceived from shoes worn in a strong situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Akhmad Badrian
"Penelitian ini menguji faktor-faktor eksternal yang memengaruhi purchase intention konsumen terhadap sepatu running di Kota Jakarta. Penelitian ini dilakukan di kota Jakarta dengan sampel pengguna sepatu running yang berdomisili di kota Jakarta. Melalui in depth interview diperoleh bahwa faktor- faktor eksternal yang diprediksi berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada sepatu running adalah design, price, product quality, dan brand image. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan jumlah sampel sebanyak 168 orang. Berdasarkan pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa design, price, product quality, dan brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap purchase intention konsumen pada sepatu running.

This study examined the external factors that influence consumer purchase intention toward running shoes in Jakarta. This research was conducted in the city of Jakarta with running shoes users residing in the city for the sample. Through in-depth interviews, the external factors that predicted to affect the consumer purchase intention in running shoes are design, price, product quality and brand image. This study were conducted using multiple regression analysis, with total samples of 168. Based on these tests, it can be concluded that the design, price, product quality and brand image in a positive and significant impact on consumer purchase intention in running shoes.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Dyah Agustiyanthi
"ABSTRAK
Pioneers (yaitu first mover yang pertama kali masuk ke suatu pasar sebelum para imitators), seringkali digambarkan sebagai mesin-mesin penggerak peliumbuhan ekonomi. Sebaliknya, imitators dipandang tidak lebih sebagai copycats yang malas melakukan inovasi. Namun, siapakah yang seringkali menguasai pasar? Fakta memperlihatkan bahwa tidak sedikit imitators yang mampu mengungguli pioneer-nya dan menjadi market leader.
Imitasi merupakan strategi yang umum dipakai oleh banyak perusahaan, dimana pada strategi ini imitators cukup meniru atau meng-copy beberapa aspek (baik produk, proses atau prosedur) yang telah dilakukan oleh pioneer. Banyak kemudahan yang didapat oleh suatu perusahaan!produsen dengan melakukan imitasi. Sementara pioneer dihadapkan pada sejumlah kendala dan tantangan, seperti: pengembangan produk bese1ia pasarnya, resiko kegagalan dan kerugian serta kesulitan dana; imitators justru menikmati sejumlah kemudahan, seperti: cepat, murah dan produk-produk yang dihasilkan juga telah lebih sesuai keinginan konsumen.
Ada tiga strategi imitasi yang lazim dilakukan imitators . Pertama, beberapa imitators menjual generic version dari produk-produk pioneer dengan harga yang jauh lebih murah, seperti yang dilakukan oleh pulpen Bic. Kedua, imitators dapat meniru dan mengembangkan (imitate and improve) produk pioneer, seperti pada kasus Boeing. Dan terakhir, banyak imitator yang mengalahkan smaller pioneer dengan memanfaatkan kekuatan pasar, kekuatan dana atau jalur distribusi yang telah dimiliki. Hal ini dapat dilihat pada kasus IBM yang mengalahkan sang pioneer (Apple II).
Industri yang terbilang raJm mengadaptasi strategi imitasi ini adalah industri sepatu kulit. Sebagai salah satu atribut penting dari fashion, sepatu kulit senantiasa mengalami perubahan. Berbeda dengan barang-barang elektronik (dimana perubahan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama), pada sepatu kulit perubahan trend dapat terjadi hanya dalam hitungan bulan. Sehingga mau tidak mau, produsen harus terus dapat mengimbangi perubahan trend yang terjadi di masyarakat.
Maraknya praktek peniruan terlihat j elas disalah satu sentra industri sepatu kulit, yaitu di PIK Penggilingan. Hampir seluruh toko (dari sekitar 75 toko yang berada di sana) memproduksi serta menjual sepatu/sandal imitasi. Mereka tidak hanya sekedar mencontek atau meniru model-model sepatu/sandal yang ada di pasaran, namun lebih jauh lagi mereka menggunakan beberapa merek sepatu/sandal temama, seperti: Buccheri, Charles Jourdan, Nike, Reebok, Eagle, Spotec dan masih banyak lagi untuk memasarkan sepatu/sandalnya.
Sebagai salah satu toko yang beroperasi di sana, Al Kausar pun tidak menabukan praktek imitasi ini. Di dalam tokonya dapat ditemui model-model sepatu/sandal yang memakai beragam merek. Untuk sepatu olahraga, terlihat beragam merek temama terpajang di rak, seperti: Nike, Reebok, Nekerman, Spotec atau Eagle. Bedangkan untuk sepatu kulit selain menggunakan nama tokonya, AI Kausar juga menggunakan beberapa merek lain, seperti: Yongki Komaladi Shoes dan Pierre Cardin. Penggunaan merek-merek yang telah dikenal masyarakat tadi terbukti ampuh untuk memasarkan sepatu/sandai imitasi. Keinginan memiliki sepatu/sandal bermerek nampaknya telah mendorong konsumen untuk membeli produk-produk bajakan ini. ''Beda rasauya memakai sepatu bermerek", demikian alasan umum yang mcrcka kemukakan.
Dalam memasarkan sepatu/sandal imitasinya, Al Kausar menerapkan lower-price strategy. Artinya, harga sepatu/sandal bajakan ini tidak semahal produk aslinya yang biasa dijual di toko-toko besar atau di mal. Selain bahan baku yang dipakai memang tidak terlalu baik, muralmya sepatu/sandal produksi Al Kausar juga dikarenakan belum memiliki brand name sebaik original product.
Kerasnya persaingan di industri sepatu kulit (khususnya di PIK Penggilingan) serta usia perusahaan yang memang belum terlalu lama, nampaknya telah menjadi pertimbangan utama Al Kausar untuk mengadopsi strategi imitasi. Ada beberapa keuntungan yang didapat Al Kausar dengan memproduksi dan menjual sepatu/sandal imitasi, diantaranya: cukup mudah dilakukan, tidak mengeluarkan banyak biaya promosi, menghemat waktu, lebih menguntungkan dan masih banyak lagi.
Walaupun penerapan Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia tidak berj alan sebagaimana mestinya, namun praktek saling tiru dan saling contek tetap riskan untuk dilakukan. Maka alangkah lebih baik jika dalam perjaianmmya, Al Kausar secara perlahan-lahan merubah strategi imitasi yang dilakukannya. Jika saat ini strategi yang dilakukannya adalah lower-price strategy (yaitu dengan meniru produk yang ada di pasaran serta menjualnya dengan harga yang lebih rriurah), maka dalam perkembangannya Al Kausar dapat melakukan strategi imitate and improve. Pada strategi imitate and improve, Al Kausar tidak lagi sekedar hanya meniru model atau desain sepatu/sandal yang telah ada di pasaran. Lebih jauh lagi, AI Kausar juga melakukan pengembangan dan inovasi atas sepatu/sandal yang telah ada di pasaran. Sehingga natinya sepatu/sandal produksi Al Kausar akan memiliki kualitas dan model/desain yang lebih bagus dibandingkan dengan yang produk aslinya (second but better)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Djaafar
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Shabrina
"Media dengan kemiringan 16o merupakan solusi efektif untuk mereduksi risiko low back pain akibat berdiri berkepanjangan. Sepatu yang berpengaruh terhadap besaran low back pain pada saat berdiri berkepanjangan, pada penelitian ini diteliti pengaruhnya terhadap besaran low back pain pada kondisi berdiri selama 2 jam diatas media miring. Namun berdiri berkepanjangan memiliki faktor risiko besar lainnya yaitu lower extremity pain, dimana dalam banyak penelitian risiko tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor sepatu sehingga lower extremity pain menjadi parameter utama yang diteliti pada penelitian ini. Sepatu yang diteliti adalah sepatu Safety dan Slip On dimana keduanya merupakan jenis sepatu yang paling banyak digunakan di industri manufaktur. Menggunakan metode Surface Electromyography SEMG, perbedaan respon otot Medial Gastrocnemius diukur terhadap kedua jenis sepatu yang pada penelitian ini ditemukan bahwa kedua jenis sepatu memiliki besaran aktivitas otot yang berbeda dan sepatu Safety memperlihatkan aktivitas yang lebih besar. Hal ini membuktikan bahwa sepatu berpengaruh terhadap besaran lower extremity pain saat berdiri selama 2 jam diatas media miring, serta sepatu Safety memiliki risiko lower extremity pain yang lebih besar. Metode Visual Analog Scale VAS dan Foot Pain Questionnaire mendukung temuan tersebut dengan memberikan hasil yan serupa. Pada penelitian ini ditemukan pula bahwa aktivitas berdiri selama 2 jam diatas media miring memiliki risiko lower extremity pain yang lebih besar dibandingkan dengan risiko low back pain berdasarkan pada nilai VAS. Pada metode Foot Pain Questionnaire ditemukan bahwa media miring meningkatkan risiko nyeri pada bagian ibu jari kaki dan telapak kaki bagian belakang. Maka penelitian ini merekomendasikan bahwa perlunya rancangan sepatu khusus untuk berdiri berkepanjangan pada media miring yang dapat mereduksi risiko lower extremity pain disamping risiko low back pain.

Media with 16o slope is an effective solution to reduce the risk of low back pain due to prolonged standing. Shoes that affect the amount of low back pain on prolonged standing, in this study examined the effect on the amount of low back pain on standing condition for 2 hours on sloping medium. However, prolonged standing has another major risk factor that is lower extremity pain, where in many studies the risk can be affected by shoes factor so that lower extremity pain becomes the main parameter studied in this research. The shoes observed in this study are Safety Shoes and Slip On as the most widely used shoes in the manufacturing industry. Using the Surface Electromyography SEMG method, the difference in Medial Gastrocnemius muscle response was measured against both types of shoes which in this study resulted that both types of shoes have different muscle activation values and Safety Shoes show greater activation. This proves that the shoe effect on the amount of lower extremity pain while standing for 2 hours on sloping medium and Safety Shoes have lower extremity risk. Visual Analog Scale VAS and Foot Pain Questionnaire methods support that right by giving the same results. This study also found that the activity of standing for 2 hours on sloping media has lower extremity pain risk greater than the risk of low back pain from the results of VAS method. Foot Pain Questionnaire method indicates that the activity of standing for 2 hours over sloping media has a high risk in thumb and the back foot. So in this study the authors recommend that it is necessary to design a special shoe for prolonged standing on a sloping medium that reduces the reduction of lower extremity pain risk besides low back pain risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>