Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12337 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cox, Simon
Jakarta: Hikmah, 2010
813.54 COX d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rahman Hakim
"ABSTRAK
Tesis ini membahas representasi Freemasonry, strategi representasi dan pengaruhnya terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. Penelitian ini menggunakan teori representasi dan semiotik Peirce.
Tesis ini menunjukkan bahwa The Lost Symbol merepresentasikan Freemasonry melalui simbol dan ritual Mason, arsitektur kota, monumen, bangunan dan lanskap Washington, D.C. Dengan strategi oposisi biner, dialektika dan negasi afirmasi, Freemasonry direpresentasikan sebagai persaudaraan dengan rahasia, beriman pada Tuhan Yang Maha Esa, terbuka, toleran dan pluralis. Representasi Freemasonry berpengaruh terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. sebagai kota kenangan (memorial city) dan kota sakral. Di samping itu, tesis ini juga menunjukkan posisi The Lost Symbol sebagai representasi tandingan dan respons atas gagasan konspirasi dalam konteks Amerika.

Abstract
The thesis examines the representation of Freemasonry in Dan Brown?s The Lost Symbol. The thesis looks at the problems: how the Freemasonry represented in the novel, what strategy used in representing Freemasonry and how it influences the representation of the capital city Washington, D.C. This novel is analyzed carefully and accurately using the theory of representation and Peirce?s semiotics.
The thesis argues that The Lost Symbol represents Freemasonry through Masonic symbols and rituals, city architectures, monuments, buildings, and landscapes in Washington DC. The representation of Freemasonry as fraternal organization poses the secret, faithful, open-minded, tolerant, and pluralist modes. The analysis uses binary opposition, dialectics and negation-affirmation technique to show that representation of Freemasonry influenced the representation of Washington, D.C. as memorial and sacred capital city. Besides, the thesis argues that The Lost Symbol positioned as counter-representation and response toward the idea of conspiracy in American context.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31323
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Burke, Kenneth
Chicago: University of Chicago Press, 1989
801.95 BUR o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lewis, C. Day
London: Jonathan Cape, 1949
808.1 LEW p
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Lapian, Anna Arnisawati
"Simbolisme merupakan sebuah aliran atau mazhab kesusastraan yang menggunakan simbol-simbol untuk memberi sugesti kepada pembaca tentang apa yang ingin disampaikan sang pengarang. Aliran ini diminati beberapa penyair Cina, salah satunya adalah Xu Zhimo yang hidup pada awal abad ke-20 Cina. Saat itu merupakan sebuah periode di mana Cina sedang bertransformasi ke masa modern dan mengalami perubahan-perubahan besar dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu sastra. Dari berbagai mazhab susastra yang memasuki Cina, romantisme dan simbolisme adalah yang paling dikenal. Xu Zhimo yang merupakan penyair bermazhab romantisme juga mendapat pengaruh simbolisme melalui karya-karya para penyair bermazhab simbolisme. Meskipun Xu Zhimo tidak pernah menyebut dirinya sebagai penyair simbolik, hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa terdapat aspek simbolisme dari beberapa puisi yang ditulis oleh Xu Zhimo.

Symbolism is a literary movement or school which using symbols to give readers suggestions about the objects conveyed by the author of the literature works. Some Chinese poets were interested in this literary movement, such as Xu Zhimo, who lived in the beginning of the 20th century of China. In that time, China underwent a transition to the modern phase and experienced some breakthrough changes. Chinese literature was one of the changes mentioning above. Among various literary movements entering China, romanticism and symbolism were the most well-knowns. Xu Zhimo, who was a poet of romanticism movement, also was influenced by symbolist poetry. Though he never mentioned himself as a symbolist poet, the thesis? research shows that some symbolism aspects are found in his poetry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Embu Eletherius Henriquez
"Penelitian tentang gaya tulisan media cetak dengan studi kasus pada harian Kompas menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Unit analisisnya adalah tulisan tajuk Kompas yang diambil dari rentang waktu tahun 1991-2001. Disain dalam metode penelitian studi kasus adalah single case multilevel analisis. Ada tiga tahapan analisis: mikro, yaitu pada teks tajuk; messo, yaitu pada struktur internal Kompas; dan anlisa pada level makro, yaitu pada struktur kekuasaan politik dan masyarakat.
Dari hasil studi pada tingkat teks ditemukan bahwa gaya tulisan tajuk Kompas memiliki karakter sebagai gaya yang tidak straight to the point. Dan gaya ini sangat menonjol pada era Orde Baru. Cara Kompas mengkritik lewat tajuknya dikenal sebagai cara yang tidak langsung, memutar. Gaya ini sedikit berubah, artinya tajuk kompas menjadi sedikit lebih lugas, pada era reformasi. Namun karakter aslinya tetap ada.
Gaya tulisan ini merupakan sebuah simbol antara kebebasan agensi, yaitu para pelaku dalam tubuh media cetak Kompas, yang berupaya melalui kebebasannya untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan filosofi yang dianutnya melalui tulisan tajuk dengan opini maupun kritik-kritiknya di satu pihak, dan tekanan struktur di lain pihak. Visi dan filosofi Kompas adalah humanisme dan demokrasi. Ekspresi dari kebebasan melalui tulisan tajuk untuk mewujudkan humanisme dan demokrasi itu harus berhadapan dengan kekuatan struktur yang menekan.
Jadi tulisan tajuk kompas itu berada pada posisi in between. Saling pengaruh antara struktur dan agensi itu dalam istilah Bourdieu dinamakan Habitus. Karena itu, Cara membaca kritik Kompas lewat tajuk-tajuknya, mengandaikan sebuah kemampuan to read between the lines, Ketika Kompas menghimbau secara normatif, itu artinya ada yang tidak beres dengan kenyataan. Sebaliknya, jika tajuk menulis sesuatu yang faktual, itu artinya secara normatif ada pelanggaran. Jadi tulisan itu bergerak antara yang normatif, melalui himbauan atau ajakan, dan yang faktual. Gaya penyampaian seperti ini, dalam teori speech act Jean Austin digambarkan sebagai say something in saying something. Itulah yang disebut sebagai perlocutionary act. Adanya saling interaksi itu, maka tajuk dan seluruh halaman Kompas dapat disebut sebagai public sphere (Habermas), juga dapat dilihat, menurut kacamata Bourdieu, sebagai field, yaitu arena untuk saling bersaing dan mempengaruhi antara agensi dan struktur.
Karena Jakob Oetama adalah tokoh paling berpengaruh di Kompas yang berlatarbelakang budaya Jawa, maka peran budaya dan latarbelakang pendidikan Jakob merupakan faktor lain yang juga ikut memberi warna pada gaya tulisan tajuk Kompas.
Melalui kritik-kritik yang disampaikan dalam tajuk, walaupun dengan gayanya yang halus dan memutar, Kompas sesungguhnya ingin membangun demokrasi dan sekaligus menguak mitos-mitos dan ideologi para penguasa. Persoalannya adalah sejauhmana itu bisa efektif. Bahasanya yang begitu halus dan rumit, membuat Kompas dikesankan sebagai bahasanya kaum elit. Bahkan, dengan cara mengkritik seperti ini jangan-jangan, demikian salah satu kecurigaan yang muncul, Kompas bukannya menguak mitos dan ideologi tetapi malah menciptakan mitos dan ideologi baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In relation to death, the burial is one of the procession of the human life cycle for every culture. Therefore, the procession of death have a very important role with the special treatment of the deceased. In relation to social life, the various aspects raised is a sign of the procession meant. To understand the various social aspects can be observed presumably conceived through the ymbols on coffin and grave mark."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dillistone, F. W. (Frederick William)
Yogyakarta: Kanisius, 2002
001.51 DIL pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dumatubun, Agapitus Ezebio
"Kebudayaan Malin anim di Merauke, Papua", lebih ditekankan pada analisa simbol kekuasaan. Unsur karona mempengaruhi timbulnya berbagai aktivitas adat dalam kehidupan orang Malin anim dan menjadikan karona sebagai obyek yang panting. Orang Malin anim berdasarkan aliran pemujaaan Ezam, Zozom, Ima, dan Mayo mendukung karona sebagai simbol kekuasaan yang didukung oleh seperangkat hubungan relasi-relasi kekuasaan yakni: (1) relasi kekuasaan berdasarkan keyakinan (Ezam, Zozom, Ima, Mayo) terpusat pada : (a) keyakinan pada Alawi, Afli, Azz, Anep, Demo, Torem; (b) Animha (manusia sejati); dan (c) Ritus Alngi-Alngi. (2) Berkaitan dengan relasi kekuasaan dalam struktur sosial, terpusat pada: (a) Subordinasi wanita; (b) kekuasaan benahor anem, mitawal boon anem, dan pakas anem, dan (c) Yemesrau Data yang diperlukan, dihimpun melalui suatu penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara secara mendalam.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa pelukisan mendalam tentang adat kebiasaan, pranata yang mengatur karona sebagai simbol kekuasaan yang berhubungan dengan makna ilahi (Mahi kalau), sakral (Aman), perkasa (Mahi Kasis), kekuasaan (Mahi Kalau), kekuatan (Kasis), penyeinbuh (Mahi Mboa), penyubur (Mahi), dan pembunuh (Mahi Lavay) yang diaplikasikan dalam kehidupan orang Malin anim. Sedangkan analisa penulisan dengan menggunakan pendekatan empirik kualitatif Adapun kesimpulan teoritisnya yaitu bahwa Karona simbol kekunsaan.
The dissertation under the title of: ?THE SYMBOL OF POWER: Karono in Malin Anim Culture in Merauke, Papua", has more emphasis to the symbol of power analysis. The karono element has influenced the arising of various traditional activities in the life of Malin anim people and making karono as an important obyect. The Malin anim people based on the stream of workshipping Ezam, Zozom, Imo, and Mayo have supported karona as the symbol of power as well as supported by a set of interconnected relationships with the power, namely: (1) power relationship based on faith (Ezam, Zozom, Imo, Mayo) which is concentrated in: (a) faith in Alawi, Aili, Azz, Anep, Demo, Totem; (b) Animha (genuine human being); and (c) Alngi-Alngi ritual. Relating to the power relationship in social structure, it is concentrated in: (a) women subordination; (b) the power of benahor anem, mitawal boon anem and palms anem, and (c) yemesrov. The required data is collected through a field research by applying the method of involved observation and in-depth interview.
The result as expected from this research in the form of in-depth description on traditional customs, protocol which regulates karona as the symbol of power as associated with the meaning of divinity (mohi kolau), sacral (amun), might (mahf kosis), power (mahi kalau), strength (kasis), healer (mahi mboa), fertilizer (mahr), and killer (mahi lavay) as applied in the life of Malin anim people. Whereas the analysis on the writing is conducted by applying qualitative empirical approach. As for its theoretical conclusion, namely that of karona as the symbol of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
D897
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johns, Catherine
London: British Museum Press, 1982
306.7 JOH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>