Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shirly Palupi Setiawan
"Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa efek perang nilai tukar secara keseluruhan di negara - negara berkembang melalui survei studi. Studi ini juga menginvestigasi efek devaluasi dalam jangka pendek terhadap neraca perdagangan secara empiris. Model regresi digunakan dalam menganalisa hubungan antara nilai tukar dan neraca perdagangan untuk membuktikan hipotesa Kurva J dengan menggunakan  panel data dari 8 negara - negara berkembang dalam periode 2000 - 2016. Negara - negara tersebut yang terdiri dari Venezuela, Brazil, China, Iran, Congo, Malaysia, Philippines, and Uruguay diklasifikasikan berdasarkan rezim nilai tukar. Hasil studi menunjukkan bahwa efek jangka pendek devaluasi berdampak buruk terhadap neraca perdagangan disebabkan oleh tingginya ketergantungan imported inputs dalam produksi barang ekspor pada negara - negara berkembang.

This paper presents a survey study reviewing the overall effects of currency wars in developing countries. The study also investigates the short run effects of devaluation on trade balance particularly in an empirical study. A regression model is established to analyse the relationship between exchange rates and the trade balance in verifying the J-curve hypothesis by using a panel data of eight developing countries for the period 2000 - 2016. These countries, which consist of Venezuela, Brazil, China, Iran, Congo, Malaysia, Philippines, and Uruguay, are classified based on their exchange rate regimes. The findings indicate that the short run effects of devaluation lead to a worsening in trade balance due to most of developing countries are highly dependence on imported inputs in their production of exports.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rickards, James
"Drawing on a mix of economic history, network science, and sociology, "Currency Wars" provides a rich understanding of the increasing threats to U.S. national security, from dollar devaluation to collapse in the European periphery, failed states in Africa, Chinese neomercantilism, Russian adventurism, and the current scramble for gold."
London: Portfolio/Penguin, 2011
332.4 RIC c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Budiarti
"Tesis ini menganalisis depresiasi nilai tukar terhadap neraca perdagangan bilateral dan fenomena J-curve untuk kasus Indonesia dengan 6 negara mitra dagang terbesarnya yaitu Jepang, Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jerman, dan Inggris. Metode pendekatan Autoregressive Distributed Lag (ARDL) terhadap ECM digunakan untuk mengestimasi data perdagangan bilateral Indonesia pada periode I998Ql-2008Ql.
Hasil empiris menunjukkan bahwa efek depresiasi nilai tukar rupiah memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia. Fenomena J-curve ditemukan pada neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat, China, Jerman, dan Korea Selatan. Sementara untuk neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Jepang dan lnggris, fenomena J-curve hanya terjadi pada jangka pendek saja.

The focus of this study is to analyze the effect of currency depreciation on the bilateral trade balance and the J-curve phenomenon for Indonesian trade and her 6 major trading partners-Japan, United States of America, China, South Korea, Germany and United Kingdom. The Autoregressive Distributed Lag (ARDL) approach to error correction model is deemed to be appropriate to estimate Indonesia's bilateral trade data during the period of l998Ql-2008Ql.
The empirical result reveals that depreciation of rupiah has short-run and long-run effects on the bilateral trade balance between indonesia and her 6 major trading partners. However, the J-curve phenomenon is present in 4 cases, i.e. in the trade balance between Indonesia and USA, China, Germany, and South Korea. As for Japan and U.K, the J-curve phenomenon only occurs in the short~run.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T21099
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Silvano Bangun
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pembentukan mata uang tunggal di ASEAN-5 dengan meneliti hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan variabel optimum currency area (OCA) menggunakan Dollar Singapura sebagai mata uang acuan. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model (ECM) dengan periode penelitian pada tahun 1975-2010. Hasil analisis penelitian ini didasari oeh variabel kriteria OCA membuktikan Dollar Singapura bukan merupakan mata uang acuan yang ideal untuk ASEAN-5, dengan Thailand dan Malaysia merupakan negara yang paling mendekati untuk membentuk mata uang tunggal dengan Singapura. Sedangkan Indonesia dan Filipina belum siap.

The purpose of this research is to analyze the feasibility to form a currency union in ASEAN-5 through the investigation of how well the optimum currency area (OCA) criteria variabels could explain the exchange rate volatility by using Singapore Dollar as an anchor currency. This research uses Error Correction Model (ECM) Method with 1975-2010 research period. Based on OCA criteria, this study results show that Singapore Dollar is not suitable as anchor currency and not all ASEAN-5 countries such as Indonesia and Philipines could form currency union."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moekti Prasetiani Soejachmoen
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lewis, Brenda Ralph
New York: Random House, 1993
R 737.4 LEW c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Paramita
"Tesis ini membahas bagaimana pengaruh tingkat korupsi dan tingkat volatilitas nilai tukar mata uang di suatu negara mempengaruhi return dari Private equity (PE) pada negara tersebut. Penelitian dimulai dengan melihat apakah volatilitas nilai tukar mata uang memiliki pengaruh yang negatif terhadap return private. Kemudian penelitian ini dilanjutkan dengan melihat apakah corruption perception index memiliki dampak yang positif terhadap return Private equity.. Untuk menghidari bias, penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel kontrol yang juga memiliki pengaruh terhadap return private equity, yaitu: pertumbuhan ekonomi (GDP growth), dan tingkat suku bunga (Rf), dan size investasi (ln size PE).
Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel volatilitas mata uang, dan ternyata variabel index persepsi korupsi memiliki dampak yang negatif terhadap return PE. Variabel GDP growth ditemukan tidak memiliki dampak yang signifikan, serta variabel tingkat suku bunga ditemukan memiliki dampak negatif terhadap return PE. Variabel size juga ditemukan memiliki dampak negatif terhadap return PE.
Penelitian ini kemudian memeriksa pengaruh dari variabel-variabel yang sama terhadap investasi PE pada tiga jenis perusahaan investee yang berbeda. Ditemukan bahwa tidak semua variabel berdampak pada performa PE dalam setiap fase. Fase seed/early stage terpengaruhi oleh risk-free rate, tahap growing/expansion dari private equity terpengaruh oleh corruption perception index dan risk-free rate. Dan tahap mature/buyout dari private equity terpengaruh oleh currency volatility index, corruption perception index, dan variabel size.

This thesis explores the impact of Corruption Perception Index and Currency Voltility on Private equity returns in several Asian countries. First, this study detects if the Currency Volatility Index of a country has a negative impact towards the return of Private Equities. Secondly, it also detects wether Corruption Perception Index of a country has a positive effect against private equity return. To avoid research bias, this research include several control variables, that are: economic growth (GDP growth), and risk-free rate (Rf), and investment size (size per deal).
This research found that there are no significant effect of currency volatility index towards private equity returns. This research also found that the corruption perception index (CPI) has negative impacts to the private equity return, and GDP growth is found to have no significant effects on private equity returns, and risk-free rate is found to have negative impact on private equity returns. Size variable is also found to have negative impact on private equity return.
This research also checks the impact of each variables for three different types of private equity investments. We found that not every variables impacts private equity performance in every investment types. The early/seed investment is highly impacted by the risk-free rate, whilst the growing/expansion investment of private equity is highly impacted by the corruption perception index and the risk-free rate. And at last the mature investment of a private equity is highly impacted by the currency volatility index, the corruption index and the size variable.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Erna Sari Ulina
"Salah satu alternatif mengatasi persoalan dispersi mata uang adalah dengan membentuk mata uang tunggal, tetapi harus memenuhi berbagai persyaratan agar manfaat yang diperoleh lebih besar dari kerugian. Salah satu teori yang mendasari pembentukan mata uang bersama adalah Teory Optimum Currency Area (OCA), di mana nilai tukar negara-negara dalam OCA harus bergerak ke arah derajat yang sama (co-movement). Nilai tukar nominal akan mengambil alih peran variabel riil dalam melakukan penyesuaian terhadap goncangan. Co-movement nilai tukar harus dipengaruhi oleh indikator makro, yaitu inflasi, suku bunga, produk domestik bruto, dan jumlah uang beredar.
Arah permodelan dan teknik estimasi yang digunakan harus ditujukan untuk mendeteksi terpenuhinya ketiga karakteristik di atas, sehingga digunakan vector error correction model (VECM). Hasilnya, diketahui co-movement jangka panjang hanya diperoleh dari pergerakan ringgit Malaysia dan dolar Singapura. Namun, tidak semua indikator makro menjadi faktor penjelas dari pegerakan nilai tukar itu. Dengan demikian, secara keseluruhan tidak ditemukan indikasi pementukan mata uang tunggal dari pergerakan nilai tukar dan indikator makro ekonomi ASEAN5.

One alternative to overcome the dispersion problem is the currency by establishing a single currency, but must meet various requirements for benefits greater than the losses. One theory that underlies the formation of a common currency is the Theory of Optimum Currency Area (OCA), in which the exchange rate of countries in the OCA should be moving toward the same degree (comovement). Nominal exchange rate would takeover the role of real variables in making adjustments to the shocks. Co-movement rate should be influenced by economic indicators, namely inflation, interest rates, gross domestic product, and the money supply.
The direction of modeling and estimation techniques used should be directed to detect the fulfillment of the three characteristics above, so the used vector error correction model (VECM). The result, known to long-term co-movement is only obtained from the movement of Malaysian ringgit and Singapore dollar. However, not all macro indicators of movement explanatory factors of exchange value. Thus, overall indication to create not find a single currency exchange rate fluctuations and macroeconomic indicator ASEAN5.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T28307
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Gilbert D.
"Tesis ini meneliti validitas pengukuran risiko nilai tukar IDR dengan USD, JPY dan SGD pada nilai ekstrim. Analisis ini dilakukan karena permodelan VaR dengan cara tradisional berdasarkan distribusi normal seperti metode Historical Simulation. Risk Matrics, EWMA dan GARCH, sering gagal dalam mencakup probabilitas untuk nilai ekstrim dari pergerakan valuta asing yang tidak diharapkan dan menghasilkan analisis risiko dengan error yang tinggi. VaR pada nilai ekstrim dianalisis untuk periode 1997-1998 dan 2003-2004 dengan metode Historical Simulation, GARCH dan Generalized Extreme Value Distribution.
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa metode Generalized Extreme Value Distribution valid untuk mengukur risiko nilai tukar saat nilai ekstrim dengan confidence level 99%, sedangkan metode tradisional berdasarkan distribusi normal tidak valid untuk confidence level 99%.

The purpose of this thesis is to reserch the validity of currency risk of IDR to USD, JPY, and SGD at extreme value. This analysis is carried out due to the failure of VaR model in traditional method based on normal distribution like Historical Simulation, Risk Matrics, EWMA, and GARCH to cover the probability at extreme value of un-expected movement in foreign exchange market and produce risk analysis with high errors. VaR at extreme value is calculated for two periods, 1997-1998 and 2003-2004 with methods of Historical Simulations, GARCH, and Generalized Extreme Value Distribution.
The result of validity test shows that Generalized Extreme Value Distribution is valid to measure currency risk at extreme with confidence level 99%, while traditional method with normal distribution are not valid for confidence level 99%.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad Widagdo
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Bagi perusahaan multinasional salah satu resiko yang dihadapi dalam bidang keuangan adalah adanya fluktuasi nilai mata uang. Perubahan nilai mata uang itu besar sekali pengaruhnya terhadap setiap keputusan yang akan diambil. Walaupun nilai tukar tidak dapat diperkirakan secara akurat, paling tidak perusahaan perlu mengantisipasi dan menyusun strategi untuk menghadapinya.
Exposure karena adanya fluktuasi mata uang dikelompokkan dalam bentuk translation, transaction dan economic exposure. Bila dianalisa dalam kerangka waktu, translation exposure berorientasi pada data masa lampau, transaction exposure lebih menekankan pada transaksi-transaksi yang "outstanding", sedang economic exposure mengarah ke masa mendatang. Perbedaan karakteristik exposure ini berakibat pula pada teknik penanganannya.
Sesuai dengan karakteristik exposure yang dihadapi perusahaan multinasional maka dalam pengelolaan dana valuta asing dapat diterapkan bermacam-macam teknik. Untuk menterjemahkan perubahan nilai tukar pada translation dikenal bentuk Balance Sheet Hedge dan Contractual Hedge yang terdiri antara lain Current/Non-current Method, Closing Rate Method, Monetary/Non-monetary Method dllnya. Sementara itu untuk mengurangi exposure yang terjadi pada transaction dikenal tiga bentuk hedging yakni COntractual Hedge, Operating Strategies dan SWAP Agreement. Bentuk hedging ini antara lain Future Contract, Money Market Hedge, Option Market Hedge, Currency Swap, Parallel Loan dll. Sedangkan dalam pengelolaan economic exposure strategi yang dapat diterapkan ialan dengan pemngimplementasikan diversifikasi operasi dan keuangan.
Pengelolaan valuta asing (foreign exchange) di PT. Rajawali Idnonesia telah dimulai pada tahun 1990. Langkah ini diambil mengingat banyak transaksi dalam valuta asing dilakukan hampir setiap hari. Walaupun penerimaan perusahaan dalam multi currency akan tetapi mata uang asing yang digunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban didominasi oleh USD, NLG dan IDR. Adapun teknik-teknik yang digaunakan selama tahun 1991 antara lain dalam bentuk money deposit, arbitrage, swap sell-buy, swap buy-sell, call option yang mencapai nilai kurang lebih USD 249 juta.
Dalam karya akhir ini akan dievaluasi salah satu kegiatan pengelolaan dana valuta asing berupa transaksi swap mengingat transaksi ini nilainya lebih kurang 32% dari total nilai pengelolaan dana valuta asing yang ada di PT. Rajawali Indonesia dan sering pengelolaannya dilakukan secara sederhana. Sebagai contoh kasus dikemukakan dua transaksi yakni swap sell-buy tgl 13 Mei 1991 dan swap buy-sell tgl 20 Desember 1991. Pada transaksi MEi 1991 sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh Seksi Pengelolaan Dana Luar Negeri PT. Rajawali Indonesia memperoleh keuntungan sebesar YSD 1.690,43 dan terhindar dari rugi kurs sebesar USD 18.551,43. Sementara itu pada transaksi Desember 1991 perusahaan mencatat total penghematan sebesar 154.533.053,19.
Dalam menentukan apakah transaksi swap perlu dilakukan atau tidak perusahaan harus dapat memperkirakan spot rate akhir yang akan terjadi. Apabila spot rate akhir lebih besar daripada rate yang ditawarkan maka transaksi swap bisa diterima. Untuk melaksanakan teknik ini nilai spot rate harus di-forecast dengan sebaik-baiknya.
Dua teknik peramalam nilai tukar yang dikemukakan dalam pembahasan dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana prosedur permalan nilai tukar dilakukan. Secara keseluruhan dari evaluasi tentang uji teknik peramalan nilai tukar, Technical Forecasting merupakan teknik yang baik digunakan untuk memprediksi nilai tukar mata uang dibandingkan dengan Fundamental Forecasting. Dengan hasil prediksi yang bagus ini, maka PT. Rajawali Indonesia disarankan untuk mempergunakan Technical Forecasting khususnya dalam melakukan swap jangka pendek untuk meminimumkan resiko kerugian karena fluktuasi nilali mata uang. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang dapat digunakan Fundamental Forecasting. Nilai tukar yang dihasilkan dari forecasting ini akan menentukan apakah transaksi swap perlu dilakukan atau tidak. Selanjutnya disimpulkan bahwa transaksi swap tgl 13 Mei 1991 dapat dilakukan oleh PT. Rajawali Indonesia sedang untuk tgl 20 Desember 1991 sebaiknya tawaran transaksi swap tidak perlu diterima."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>