Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati Purwaningsih
"This descriptive qualitative research examines social solidarity of the Chinese and Javanese (pesantren) ethnic groups in Lasem. Both Chinese and Javanese ethnic groups live side by side safely and peacefully, thus creating a harmonious life. The aim of this research is to explain the mechanical and organic solidarity between the Chinese and the santris living in the pesantren (Islamic Boarding School) in Kauman, Lasem. The research result indicates that organic solidarity can be seen when these two ethnic groups help each other in various activities. For example, in the haul (commemoration of the death of a person) of Mbah Sambu held by the Kauman Islamic boarding school, the Chinese ethnic gave support both morally and materially. Similarly, when the Chinese ethnic commemorate their feast days, they will receive support from the pesantren."
D.I. Yogyakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018
400 JANTRA 13:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurina
"Penelitian ini berusaha melihat bagaimana jaringan sosial dan modal sosial berperan dalam sebuah kegiatan bisnis. Di Indonesia kegiatan bisnis banyak sekali dikuasai oleh etnis Tionghoa, meskipun demikian etnis ini memliliki latar belakang sejarah yang kelam sejak masa kolonial. Kecemburuan sosial yang ada dimasyarakat membuat etnis ini kerap mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintah maupun masyarakat. Namun, meskipun mendapat perlakuan negatif, etnis ini tetap eksis dan bertahan di dunia bisnis. Dari hal tersebut penelitian ini dilakukan, untuk melihat apakah bisnis berbasis etnis ini berhasil karena adanya peran jaringan sosial dan modal sosial dalam prosesnya.
Dari penelitian ini diketahui bahwa jaringan dan modal sosial dalam bisnis berbasis etnis memang berperan pada awal bisnis tersebut berjalan, namun seiring waktu kekuatan jaringan tersebut menguat bukan karena kesamaan primordial melainkan karena kesamaan pengalaman dan kerja sama yang dilakukan dalam waktu yang lama. Jaringan sosial yang begitu kuat memberikan dampak negatif bagi institusi ekonomi itu sendiri karena kesamaan pengalaman membuat instusi ekonomi sulit berkembang. Dalam aspek modal sosial, peneliti mengkritisi bahwa modal sosial sulit untuk diaplikasikan dalam institusi ekonomi swasta.
Penelitian ini menggunakan Soft Systems Methodology dan masuk dalam kategori sosisologi ekonomi, khususnya mengenai The New Institutionalism Economy in Sociology. Lokasi penelitian di Pusat Grosir Metro Tanah Abang.

This paper discuss about social network dan social capital in business activity. In Indonesia business activity was handled by Tionghoa Ethnic, even this ethnic has bad history since the colonial era. Sosial jealousy make this ethnic gets negative stereotype and discrimination. But this ethnic still survive and exist in business activity. From that promblem this paper try to explain is the business based on ethnicity being successfull because social network and social capital.
The results of this research that social networkd and social capital in business based in ethnic is accured in the beginning of the business process, moreover that social network being stronger not because primordial factor but the same experience from the actors. Strong ties of social network give negative impact for economic institution because the experience in the group maakes the institution hard to develop itself. In capital social, this paper discuss that social capital is hard to be applied in economic institution based on market mechanism.
This paper use Soft System Methodology and part of Economic Sociology, especially about The New Institutionalism Economic In Sociology. The location of the research was in Pusat Grosir Metro Tanah Abang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Makmur
"ABSTRAK
Orang Tionghoa di Indonesia seperti sudah banyak diketahui sering
dikelompokkan dalam kategori totok dan peranakan. Ukuran ketotokan dan keperanakan itu bisa bermacam-macam, antara lain ada yang
mengidentikkan totok dengan mereka yang asli keturunan Cina, sedangkan
peranakan adalah mereka yang merupakan keturunan campuran. Ada pula yang mengkategorikan totok itu ialah mereka yang lahir di Tiongkok.
Sedangkan mereka yang lahir di Indonesia adalah peranakan. Kriteria yang lain melihat dari kebudayaan masyarakat atau kelompok orang Tionghoa yang bersangkutan. Orang Tionghoa Totok adalah mereka yang masih memiliki dan memegang teguh tradisi Cina dan masih menggunakan secara aktif bahasa Tionghoa baik yang Mandarin maupun dialek seperti Kanton, Hakka, Teochiu. Sedangkan peranakan adalah mereka yang sudah kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa Tionghoa dan aktif menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah serta terintegrasi dengan penduduk setempat (Skinner 1979:10-11, Suryadinata 1978:2) Diantara golongan totok dan golongan peranakan disamping terdapatnya perbedaan orientasi politik juga terdapat perbedaan dalam pandangan hidup, gaya hidup dan berbagai macam perbedaan lainnya yang dapat dirasakan oleh kedua belah pihak secara jelas bahwa mereka sebenarnya berbeda, tetapi hal ini akan sulit dirasakan dan diketahui oleh orang luar (Willmott 1960 : 107). Didalam kehidupan sehari-hari, golongan totok lebih suka bekerja untuk diri sendiri dan banyak bergerak di bidang usaha, sedangkan golongan peranakan lebih beraneka-ragam pekerjaannya (Skinner 1979: 11-16).
Penjelasan selanjutnya dibawah ini difokuskan pada masalah aturan-aturan yang berlaku bagi orang-orang Tionghoa di Indonesia, baik totok maupun peranakan semenjak zaman Hindia Belanda sampai masa kini.
Semenjak masa pemerintahan Hindia Belanda dahulu terdapat berbagai macam undang-undang, peraturan-peraturan, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi penduduk di Hindia Belanda.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wiretno
"ABSTRAK
Objek kajian pada artikel ini adalah etnis Arab yang tinggal di Kampung Pulopancikan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Gresik - Jawa Timur. Kampung Pulopancikan adalah kampung Arab tertua di Gresik. Kampung ini muncul dan berkembang seiring perjalanan Islamisasi di Jawa yang dilakukan sejak masa Sunan Maulana Malik Ibrahim. Keberadaan kampung ini juga didukung oleh catatan perjalanan Tom Pires dalam Suma Oriental. Hingga saat ini, kampung Pulopancikan masih dapat mempertahankan eksistensinya. Berbagai peninggalan masa lampau masih dapat dijumpai di kampung ini. Tulisan ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan pendekatan etnografi. Data diperoleh melalui studi kepustakaan melalui sumber-sumber tertulis yang relevan dan didukung dengan observasi lapangan secara langsung."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, 2004
361.1 IND d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathans,Yano
Jakarta: Libri, 2011
959.8 YAN p;959.8 YAN p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Baqir Zein
Jakarta: Gema Insani, 2000
305.8 ABD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent
"Skripsi ini membahas mengenai hukum perkawinan adat masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia khususnya pada masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan. Hukum perkawinan adat masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan kemudian dianalisis keberlakuannya menurut undang-undang perkawinan nasional. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris yang dilakukan dengan studi kepustakaan data sekunder lalu diikuti dengan penyajian dengan data lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan hukum perkawinan adat masih dijalankan oleh masyarakat etnis Tionghoa di Kota Medan. Selain itu, hukum perkawinan adat masih memiliki beberapa peranan dalam undang-undang perkawinan nasional.

This thesis describes adat marriage law practiced by Chinese people in Indonesia, particulary Chinese people living in Medan. The enforcability of the aforementioned Chinese adat marriage law is then being analyzed using the national marriage law. This research uses empirical-juridical apporach, which is done through studying secondary data, then presenting and analyzing the field data. The results of the research shows that adat marriage law are still practiced by Chinese people living in Medan. However, the adat marriage law practiced by the Chinese people living in Medan isn?t legally recognized by national marriage law, although the national marriage law only acknowledge several parts of adat marriage law."
Universitas Indonesia, 2016
S61759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>