Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Nur Rokhim
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji persepsi wisatawan lokal, nasional, dan internasional tentang manajemen pariwisata berkelanjutan. Selanjutnya, penelitian ini juga meneliti persepsi wisatawan tentang kontribusi, pengungkapan, dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan manajemen pariwisata berkelanjutan. Penelitian ini adalah dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan periode 2017-2019 dan total
sampel 384 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada persepsi yang sama di antara mereka kelompok wisatawan mengenai pengelolaan pariwisata berkelanjutan mungkin karena kesadaran tinggi para wisatawan yang sudah mereka miliki tentang keberlanjutan secara umum. Namun, ada perbedaan persepsi antara kelompok wisatawan dalam hal kontribusi, pengungkapan, dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan berkelanjutan manajemen Pariwisata. Wisatawan internasional memiliki persepsi tertinggi dalam hal kontribusi, seperti membeli produk lokal. Selain itu, wisatawan internasional juga punya persepsi yang lebih tinggi tentang pengungkapan dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan pariwisata berkelanjutan mungkin karena wisatawan internasional sudah terbiasa mendapatkan pengungkapan informasi di negara mereka. Dengan penelitian ini, maka Diharapkan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan akan meningkat, dan manajer pariwisata akan mengungkapkan kontribusi yang diberikan oleh wisatawan dan/atau manajemen pariwisata secara keseluruhan.

This study aims to examine the perceptions of local, national and international tourists about sustainable tourism management. Furthermore, this study also examined tourist perceptions about the contribution, disclosure, and completeness of the indicators for the disclosure of sustainable tourism management. This research was conducted in the Special Region of Yogyakarta with the period 2017-2019 and in total a sample of 384 respondents. This research shows that there is a similar perception among those groups of tourists regarding the management of sustainable tourism it might be due the high awareness of the tourists they already have about sustainability in general. However, there are differences in perceptions between groups of tourists in terms of contribution, disclosure, and completeness of the indicators for the ongoing disclosure of Tourism management. International tourists have the highest perception in terms of contributions, such as buying local products. In addition, international tourists also have Higher perceptions about disclosure and the completeness of indicators for disclosure of sustainable tourism may be due to international tourists already accustomed to getting information disclosed in their country. With this research, it is hoped that the involvement of stakeholders in sustainable tourism management will increase, and tourism managers will reveal the contribution made by tourists and/or tourism management as a whole."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annaba Nadya Cahyani
"ABSTRAK
Aktivitas kepariwisataan dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan sekitar destinasi wisata, baik positif maupun negatif. Suatu lingkungan yang tidak terjaga karena aktivitas kepariwisataan dapat menimbulkan efek domino bagi kepariwisataan itu sendiri sehingga pembangunan kepariwisataan perlu memerhatikan lingkungan sebelum lingkungan kehilangan kemampuan dan daya tariknya sebagai destinasi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan pembangunan pariwisata di Kota Yogyakarta dengan menggunakan teori implementasi kebijakan publik dari Van Meter dan Van Horn. Metode post positivist digunakan dalam penelitian ini dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam implementasinya, pembangunan pariwisata di Kota Yogyakarta masih memiliki kendala dalam hal keterbatasan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas. Aspek lainnya yang masih membutuhkan perhatian lebih dalam membangun pembangunan pariwisata di Kota Yogyakarta adalah lingkungan itu sendiri. Masih belum ada regulasi atau kebijakan untuk mengatur keberlanjutan lingkungan terutama terkait dengan konsumsi air dan manajemen limbah.

ABSTRACT
Tourism activites can affect the environment, either good effects or negative impacts. Unprotected environment may creates domino effect to the tourism activities itself so that the development of tourism must give more attention to the environment before the environment loses its power and attraction to become a tourism destination. This research aims to analyze the implementation of tourism development policy in Yogyakarta City by using Van Meter and Van Horns theory of policy implementation. The research method used in this study is post-positivist and the technique on collecting data is by conducting in depth interview, observation, and literature studies. Results of this study find that there is still limitation of human resources, both from their quality and quantity. Another aspect that needs more attention on tourism development in Yogyakarta is the environment itself where regulation or policy is needed in order to manage the sustainability of the environment, specifically in relation to water consumption and waste management."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Shidiq Darajat
"Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata tersebut perlu didukung sarana dan prasarana yang baik untuk mengembangkan objek wisata sehingga menarik wisatawan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul masih membutuhkan perbaikan terhadap sarana dan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul dan menganalisis hubungan antara tahap perkembangan objek wisata dengan jenis objek wisata dan bentuk medan Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan meliputi jumlah wisatawan objek wisata, fasilitas objek wisata primer, sekunder dan kondisional, aksesibilitas, komersialisasi, dan promosi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik chi-square. Data yang telah diperoleh dari masing-masing objek wisata dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan objek wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul berada pada tahap perkembangan kedua Involvement, tahap pekembangan ketiga Development dan tahap perkembangan keempat Consolidation. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis objek wisata dan bentuk medan terhadap tahap perkembangan objek wisata pada tingkat signifikansi = 0,05.

Bantul Regency has various tourism potentials such as nature tourism and cultural tourism. Tourism potential need to be supported by good facilities and infrastructure to develop tourist object so as to attract tourists. Several tourism object in Bantul Regency still need improvement on facilities and infrastructure. This study aims to analyze the development stage of tourism object, analyzing the development stage of the tourism object based on the type of tourism object and terrain of bantul regency. Variables used include the number of visitor tourism object, tourism object facilities primary, secondary and conditional , accessibility, commercialization, and promotion. The data have been obtained from each tourism object is grouped based on the development stage of tourism object. The method used are spatial analysis and statistical analysis chi square. The results showed that the stage of development of tourism object in bantul regency is in the second stage of development involvement , third development stage development and fourth stage of development consolidation . Based on statistical analysis shows no significant relationship between type of tourism object and terrain towards the development stage of the tourist object at the level of significance 0.05.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Huriati
"Perkembangan Kota Yogyakarta yang semakin tinggi intensitasnya dihadapkan pada keterbatasan lahan di pusat kota, akibatnya perkembangan akan mengarah ke daerah pinggiran kota yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Bantul dan Sleman. Penelitian ini menyampaikan penjelasan tentang perkembangan yang terjadi di daerah pinggiran Kota Yogyakarta, dilihat dari perkembangan permukimannya dalam kurun waktu tahun 1992-2006 terkait dengan variabelvariabel yang diteliti dan konsep keruangan Jawa di daerah tersebut. Perkembangan yang terjadi di daerah pinggiran ini dapat diidentifikasi dari perkembangan permukiman.
Perkembangan permukiman ini dipengaruhi oleh jaringan jalan, fasilitas pendidikan, ketetapan pemerintah dan prakarsa pengembang. Selain itu, pengaruh dari konsep keruangan Jawa juga masih terlihat dalam perkembangan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi bersifat memanjang dan konsentris, serta mengarah ke utara dan selatan, kemudian dari timur ke barat. Walaupun konsep keruangan Jawa tersebut masih terlihat, tetapi dalam perkembangan yang terjadi pola yang ada lebih dipengaruhi oleh keberadaan penarik lain seperti keberadaan kampus.

The development of Yogyakarta City that has inclined in intensity faced with the limitation of land in the city causes its development course to the urban fringe area, which administratively is in the Bantul and Sleman Regency. This research inform descriptions about the development that happens in the urban fringe area in Yogyakarta City, viewed from the development of its settlements during 1992-2006 concerned with the research variables and Javanese spatial concept in the area. The development which happens in urban fringe area can be identified from the change of settlement.
This change of settlement is affected by roads, facility of education, government policy and advisor?s developer. Furthermore,the influence of Javanese spatial concept can still be seen from development of settlement. The output of research shows that such development is linear and concentric, as well as directing to northward and southward, then from the east to the west. Though the Javanese spatial concept mentioned is still seen, however the development of the exiting pattern is affected more from on other variables such as the existence of campus.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34156
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbi Marwahid
"Penelitian ini melihat pembangunan pariwisata di Yogyakarta terutama pasca perang kemerdekaan. Studi ini mengambil ruang spasial di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masa temporal yang diambil antara tahun 1954 sampai tahun 1966, tahun tersebut diambil karena merupakan masa-masa awal pembangunan pariwisata yang digerakkan oleh pemerintah. Kajian pariwisata pasca perang kemerdekaan khususnya pada tahun 1950-an masih menjadi kajian yang terbatas. Kebanyakan penelitian tentang pariwisata masih fokus pada masa kolonial maupun pada masa Orde Baru. Padahal pariwisata pada masa itu berkembang seiring dengan kompleksitas yang terjadi baik di pemerintahan maupun di masyarakat sendiri. Aktivitas-aktivitas pariwisata pada saat itu juga cukup ramai dengan adanya masyarakat yang ingin mengenal daerah-daerah sebagai wujud cinta tanah air. Penelitian ini mengeksplorasi keterlibatan pemerintah dalam membangun kembali pariwisata dengan memanfaatkan segala potensi yang tersedia. Penelitian ini juga memperlihatkan korelasi antara pemerintah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Yogyakarta pada tahun 1950-an seiring dengan pembangunan pariwisata. Pariwisata yang berkembang kemudian menimbulkan berbagai dampak bagi pemerintah maupun masyarakat. Dampak tersebut meliputi bidang ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan pariwisata pada masa ini meski banyak mengalami kendala akan tetapi menjadi pijakan awal bagi pengembangan pariwisata pada dekade selanjutnya.

This study looks at tourism development in Yogyakarta, especially after the war of independence. This study takes the spatial space in the Special Region of Yogyakarta. The temporal period was taken between 1954, and 1966, this year was taken because it was the initial period of government-driven tourism development. The study of tourism after the war of independence, especially in the 1950s, is still a limited study. Most research on tourism still focuses on the colonial period as well as the New Order era. Whereas tourism at that time developed along with the complexities that occurred both in the government and in the community itself. Tourism activities at that time were also quite busy with people who wanted to know the areas as a form of love for the homeland. This study explores the involvement of the government in rebuilding tourism by utilizing all available potential. This study also shows the correlation between the government and the socio-economic conditions of the people in Yogyakarta in the 1950s, along with the development of tourism. Tourism that develops then causes various impacts for the government and society. These impacts cover the economic, social, and cultural fields. The development of tourism at this time, although experiencing many obstacles, became the starting point for tourism development in the next decade."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorqa Zainal Azizah
"Penelitian ini membahas pengelolaan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan faktor-faktor yang menghambat. Dana Keistimewaan merupakan dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk pembiayaan pelaksanaan lima kewenangan istimewa sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Teori yang digunakan untuk menjelaskan pengelolaan dana keistimewaan adalah teori desentralisasi, desentraliasi fiskal, dan pengelolaan anggaran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma post positivist
Dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumen, peneliti memperoleh hasil bahwa pengelolaan Dana Keistimewaan mencakup proses perencanaan stratejik, persiapan anggaran, eksekusi anggaran, pengawasan, pelaporan dan audit, serta review kebijakan, sesuai dengan pendapat Olander. Namun demikian, faktor sumber daya manusia dan regulasi masih menjadi penghambat dalam proses pengelolaan Dana Keistimewaan.

This research discusses about the management of special grant in the Special
District of Yogyakarta and the factors affect it. The special grant is a transferred
grant from the central government to the local government, Special District of
Yogyakarta, in funding the implementation of five special authorities based on the
Law Number 13 Year 2012 about Yogyakarta Special District. Researcher uses
decentralization theory, fiscal decentralization theory, and budget management
theory as relevant concepts. By using post-positivist paradigm and in-depth
interview as well as literature study, researcher find that the management of
special grant consists of some processes. They are strategic planning, budget
preparation, budget execution, accounting and monitoring, reporting and audit,
and policy review. Besides that, there are some factors affecting the budget
management, such as human resources management and regulation.;
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayu Fitria
"Penelitian bertujuan mengetahui peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing pasar tradisional, studi kasus peran Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta di Pasar Beringharjo Yogyakarta Tahun 2013 s.d. Juni 2014. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis menggunakan teori peran pemerintah dalam pembangunan.
Hasil penelitian ini adalah (1) Dinlopas Kota Yogyakarta berperan menonjol sebagai inovator dan modernisator. (2) Program/kegiatan yang dilakukan Dinlopas Kota Yogyakarta dapat dibagi 3 (tiga), promosi keluar; pembangunan internal; program/kegiatan bersifat ke dalam dan ke luar. (3) Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia (SDM) menjadi persoalan Dinlopas Kota Yogyakarta. (4) Pedagang memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam mengembangkan pasar tradisional sehingga memiliki daya saing terhadap pasar modern. Peningkatan daya saing pasar tradisional perlu untuk dilakukan guna mendukung ketahanan ekonomi daerah melalui peningkatan pendapatan asli daerah yang mendukung pembangunan ekonomi daerah.

This study aims to determine the role of government in enhancing the competitiveness of traditional markets with a case study of the role of the Department of Market Management of Yogyakarta (Dinlopas Yogyakarta) in Beringharjo Yogyakarta from 2013 to June 2014. The method used in this study is qualitative. Meanwhile theory used is theory of the role of government in development.
The study found that (1) Dinlopas Yogyakarta has a prominent role as an innovator and modernisator. (2) Programs and activities undertaken by Dinlopas Yogyakarta to improve the competitiveness of Beringharjo market can be divided into three types, i.e. external promotion; internal development; internal and external programs. (3) The limited budget and human resources is an issue for Dinlopas Yogyakarta. (4) Wholesalers in Beringharjo have so high participation in developing traditional market that it can compete with modern market.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang bentuk awal dan perkembangan tata kota Yogyakarta pada tahun 1756-1824 H. Dari pembahasan tersebut kemudian akan dikaji pula menge_nai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan tata kota Yogyakarta dan perkembangannya pada periode awal terbentuknya tata kota dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.Sebagai sumber data utama dalam penelitian ini adalah kota Yogyakarta periode awal yaitu tahun 1756-1824, yang secara administratif sekarang termasuk dalam wilayah kotamadya Yogyakarta. Selain itu juga digunakan peta-peta perkembangan kota Yogyakarta dari tahun 1756, 1785, 1790 dan 1824. Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka digunakan juga sumber data sekunder berupa peta Yogyakarta tahun 1994, serta kepustakaan mengenai sejarah kota Yogyakarta dan perkotaan, baik sejarah berdirinya kota maupunsejarah pemerintahannya dan politik. Di samping itu juga. kepustakaan mengenai keadaan lingkungan geografi, keadaan penduduk dan perekonomian serta kosmologi dan orientasi nilai. Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran bahwa apapun dasarnya sebuah kota tentu memiliki bentuk awal, bentuk awal dari perkembangan kota dalam perjalanan sejarahnya tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan dibentuk dan dipengaruhi oleb banyak faktor. Bentuk awal dan perkemban_gan tata kota serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditelusuri melalui keterangan sejarah baik berupa peta maupun sumber-sumber tertulis. Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan penga_matan dari peta-peta yang berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa pembangunan fisik kota Yogyakarta berawal dari pembangunan kraton yang dimulai dengan terlebih dahulu membuka hutan Beringan. Kraton tersebut terletak di desa Pacetokan antara sungai Winongo di sebelah barat dan sungai Code di sebelah timur . Kemudian pada peta tahun 1765 mulai tampak munculnya pemukiman di dalam benteng dan di sekitar benteng. Pada peta tahun 1790 perkembangan kota Yogyakarta terlihat mengarah ke arah utara. Hal ini ditandai dengan beragamnya jenis bangunan dan pemukiman di wilayah ini. Dengan demikian berdasarkan lokasinya unsur-unsur pendukung dan pembentuk kota Yogyakarta, terbagi menjadi 2 yaitu: di dalam benteng dan di luar benteng kraton. Sehingga pada peta tahun 1824 terlihat perkembangan kota Yogyakarta memanjang dari arah selatan ke utara di antara aliran sungai. Sematara itu di sisi barat dan timur kota tidak banyak mengalami perkembangan. Perkembangan kota mulai tampak meluas disebelah timur sungai Code dengan berdiri_nya Pura Pakualainan di wilayah ini, pada tahun 1813 H. Dari pengamatan terhadap perkembangan kota terlihat bahwa tata kota Yogyakarta bercirikan tata kota Islam (tradisional) pada umumnya. Susunan unsur-unsur pembentuk tata kota di Yogyakarta mengikuti susunan tata, kota Islam (tradisional), yaitu: kraton dan alun-alun berada di tengah kota, masjid di sebelah barat alun-alun, pasar di sebelah utara alun-alun dan pemukiman yang tersebar menge_lilingi kraton serta jaringan jalan yang saling berpo_tongan membentuk bujur sangkar. Dengan demikian perkembangan kota Yogyakarta diawali dengan pembangunan kompleks kraton sebagai prioritas utama, kemudian dilakukan pembangunan terhadap unsur-unsur kota yang lain seperti benteng keliling kraton, kompleks Taman Sari, Masjid Agung, pasar, tugu dan benteng Vredeburg. Sehingga unsur-unsur tata kota Yogyakarta berdasarkan jenis dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi :
- jaringan jalan;
- bangunan-bangunan umum;
-bangunan pertahanan-keamanan;
- bangunan hunian.
Melalui data sejarah perkembangan kota dan data kepustakaan lainnya dapat diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Yogyakarta serta penyebab terjadinya perubahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Yogyakarta tersebut adalah faktor jumlah penduduk, faktor penguasaan terhadap lingkungan dan kemajuan teknologi serta faktor politik dan ekonomi.

"
1996
S13876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anita Setyawati
"Kota Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki situs-situs bersejarah yang menjadi sumber daya dalam pariwisata. Terdapat sembilan objek wisata sejarah di Yogyakarta, yaitu Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Tamansari, Benteng Vredeburg, Museum Sasmitaloka, Museum Sonobudoyo, Museum Dewantara Kirti Griya dan Museum Perjuangan. Dalam menentukan perkembangan objek wisata sejarah dan hubungannya dengan kegiatan ekonomi disekitarnya digunakan analisis spasial dan statistik. Hasil yang didapatkan yaitu Puro Pakualaman dan Museum Sasmitaloka berada pada perkembangan tahap tiga; Kraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg dan Museum Sonobudoyo berada pada perkembangan tahap lima; sedangkan sisanya berada dalam tahap empat. Hubungan antara perkembangan objek wisata sejarah dengan kegiatan ekonomi sekitar yang berupa perhotelan, rumah makan dan toko cinderamata tidak berkorelasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Putri Mandaru
"Indonesia berhasil menduduki peringkat satu di Global Muslim Travel Index 2023. Dilaporkan pula pada laporan lanjutan GMTI, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masuk ke dalam 10 provinsi dengan nilai ACES (accessibility, communication, environment, dan services) tertinggi di laporan IMTI 2022. Provinsi DIY berkomitmen untuk menjadi destinasi pariwisata halal di Indonesia. Oleh karena itu, Provinsi DIY digunakan sebagai destinasi penelitian pariwisata halal ini. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis motivasi pendorong dan penarik wisatawan muslim untuk berwisata ke Provinsi DIY. Penelitian ini melibatkan 480 responden dengan Push and Pull Motivational Theory dan Structural Equation Modeling (SEM) sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan travel satisfaction secara tidak signifikan dipengaruhi oleh push motivation tetapi dipengaruhi secara signifikan oleh pull motivation. Kemudian, word of mouth secara positif signifikan dipengaruhi oleh travel satisfaction. Efek moderasi dari Islamic practices ditemukan pengaruhnya secara signifikan negatif pada hubungan antara push-pull motives terhadap travel satisfaction.

Indonesia succeeds in ranking first in the 2023 Global Muslim Travel Index. It was also reported in the GMTI follow-up report that the Province of the Special Region of Yogyakarta was included in the 10 provinces with the highest ACES (accessibility, communication, environment, and services) scores in the 2022 IMTI report. The Special Region of Yogyakarta is committed to becoming a halal tourism destination in Indonesia. Therefore, DIY Province is used as a research destination for this halal tourism. The purpose of this research is to analyze the driving and pulling motivations of Muslim tourists to travel to Special Region of Yogyakarta. This study involved 480 respondents using the Push and Pull Motivational Theory and the Structural Equation Modeling (SEM) as the research methods. The results of the study show that travel satisfaction is not significantly influenced by push motivation but is significantly influenced by pull motivation. Then, word of mouth is positively and significantly influenced by travel satisfaction. The moderating effect of Islamic practices is found to have a significantly negative effect on the relationship between push-pull motives and travel satisfaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>