Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Gita Argianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemakaian konjungsi pada anak penyandang ADHD ketika bercerita secara tertulis, khususnya mengenai kecenderungan jenis konjungsi yang muncul dan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan pemakaian konjungsi yang ditemukan dalam data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif, karena bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Langkah penelitian dimulai dengan (1) memilih informan penelitian; (2) melakukan observasi terhadap informan dan data; (3) menetapkan pemilihan data; dan (4) menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan konjungsi yang muncul dalam data ialah (1) konjungsi yang menunjukkan makna _urutan_ dengan pilihan kata lalu; dan (2) kemunculan konjungsi yang menempati posisi intrakalimat menunjukkan unsur-unsur yang cenderung dihubungkan oleh konjungsi pada data adalah klausa dengan klausa. Fenomena pemakaian konjungsi yang terlihat dalam data ialah (1) adanya konjungsi_-konjungsi lain yang ditemukan dalam data dan padanannya dalam teori konjungsi Kridalaksana; dan (2) adanya beberapa konjungsi yang dapat menempati posisi lain dalam klasifikasi posisi Kridalaksana."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S10862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primayana Miranti
"ABSTRAK
Anak ADHD digambarkan sering menampilkan perilaku yang membawa dampak negatif bagi hubungan antara anak dan orang-orang di sekitarnya, misalnya dengan orangtua dan teman sebaya anak (Mash dan Wolfe,1999). Perilaku anak seringkali tidak sesuai dengan tuntutan situasi atau harapan orang lain kepadanya. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai faktor apa yang menyebabkan anak ADHD menampilkan perilaku tersebut. Apakah anak ADHD
mengalami masalah dalam kemampuannya untuk memahami situasi dan mengalami kesulitan untuk menentukan perilaku yang tepat sesuai dengan situasi?
Cicerone (dalam www.nbia.nf.ca) mengemukakan istilah penalaran sosial yang terdiri atas dua komponen penting yaitu pemahaman sosial dan penilaian sosial. Pemahaman sosial menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami
situasi sosial, sedangkan penilaian Sosial mengacu pada kemampuan seseorang untuk menentukan keputusan yang tepat serta berperilaku secara tepat sesuai tuntutan situasi. Kemampuan penilaian sosial yang baik memerlukan kemampuan
seseorang untuk dapat mengantisipasi konsekuensi perilaku.
Anak ADHD digambarkan mengalami defisit dalam kemampuan untuk memahami situasi sosial (Campbell dalam Zentall, javorsky, dan cassady, 2001). Singh (dalam Cadcsky, Mota, dan Schachar, 2000) mengungkapkan bahwa anak ADHD cenderung mengalami kesulitan dalam menginterpretasi cues sosial. Menurut Osman (2002), anak ADHD cenderung kurang memperhatikan pemainan atau percakapan yang sedang berlangsung sehingga anak mengalami kesulitan memisahkan informasi yang penting dari yang kurang penting. Anak
kehilangan konteks situasi dan akhirnya menampilkan perilaku yang kurang tepat sesuai situasi yang sedang dihadapi.
Osman (2002) mengungkapkan bahwa banyak anak ADHD gagal
mengamati ekspresi wajah., gerakan tubuh, Serta tidak memahami perubahan intonasi suara yang diucapkan orang lain. Dikaitkan dengan kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi perilaku, Barkley (dalam Wenar,l994) mengemukakan bahwa anak ADHD gagal memahami hubungan dari suatu perilaku / peristiwa dengan perilaku / peristiwa lain yang muncul sebelum dan sesudahnya.
Dari pendapat tersebut tampak bahwa anak ADHD mengalami masalah dalam penalaran sosial karena anak gagal memahami situasi sosial dan mengantisipasi konsekuensi perilaku atau peristiwa. Di sisi lain ada pendapat yang
mengemukakan bahwa anak ADHD tidak mengalami defisit dalam
kemampuannya untuk memahami situasi sosial. Whalen dan Henker (dalam Mash dan Wolfe, 1999) mengemukakan bahwa anak ADHD tidak mengalami defisit dalam kemampuan penalaran sosialnya atau kemampuan anak untuk menginterpretasi situasi sosial. Penelitian Whalen, Henker, dan Granger (dalam Wenar,l994) menghasilkan bahwa masalah sosial yang muncul dalam hubungan antara anak ADHD dan teman sebaya tidak disebabkan oleh kegagalan dalam
pemrosesan informasi sosial pada anak ADHD. Anak ADHD ternyata memiliki kemampuan yang setara dengan anak normal dalam mengevaluasi apakah perbuatan teman sebayanya merupakan perbuatan yang tepat atau tidak tepat.
Berdasarkan dua pandangan yang ada mengenai kemampuan anak ADHD dalam hal penalaran sosial, peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut kemampuan penalaran sosial anak ADHD. Penelitian dilakukan terhadap empat orang anak yang didiagnosis mengalami ADHD dengan rentang usia antara 8 hingga 12 tahun. Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah subtes Picture Arrangement WISC-R Subtes tersebut mengukur kemampuan untuk menginterpretasi situasi sosial serta mengantisipasi konsekuensi dari perilaku atau shuasi (Sauler,I992). Untuk dapat berhasil mengerjakan tugas subtes Picture Arrangement, anak harus memahami situasi total pada setiap item. Untuk dapat
memahami situasi, anak perlu memperhatikan informasi-informasi yang tampil, perlu mengenali dan menginterpretasi perilaku, ekspresi wajah, ciri fisik, dan
kondisi psikologis tokoh. Anak juga perlu dapat mengantisipasi konsekuensi perilaku tokoh atau situasi pada gambar. Hal-hal lersebut mencermikan kemampuan pemahaman dan penilaian sosial anak Menurut Cicerone (dalam www.nbia.nf.ca), kedua hal tersebut merupakan komponen penting dalam melakukan penalaran sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat subjek memiliki
kemampuan penalaran sosial yang cukup baik. Dalam memahami dan menilai situasi pada kartu-kartu Subtes Picture Arrangement WISC-R, subjek mampu melakukan encoding terhadap situasi yang tampil pada kartu, serta melakukan person perception dengan mengenali dan menginterpretasi perilaku, kondisi psikologis, ciri fisik, dan ekspresi wajah tokoh. Secara umum subjek dapat memahami situasi dan mengantisipasi perilaku tokoh pada subtes Picture
Arragement WISC-R. Hasil penelitian tersebut mendukung pernyataan Whalen dan Henker (dalam Mash dan Wolfe, 1999) bahwa anak ADHD tidak mengalami defisit dalam kemampuan penalaran sosial atau kemampuan untuk menginterpretasi situasi sosial. Dikaitkan dengan hasil subtes Picture Completion tampak bahwa seluruh subjek memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membedakan hal yang penting dari yang kurang penting. Hal tersebut merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan penalaran sosial seseorang (Cicerone dalam www.nbia.nf.ca). Cara kerja subjek yang secara umum mampu memberikan perhatian yang cukup baik saat mengerjakan tugas subtes Picture Arrangement WLSC-R juga mendukung kemampuan subjek dalam melakukan penalaran sosial terhadap situasi pada kartu-kartu subtes Picture Arrangement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Wiraswasti Ningsih
2010
S3695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Desriani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Konjungsi (kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Karena peranannya sebagai kata penghubung, kata sambung (konjungsi) disebut juga dengan istilah konjungtor. Selain untuk menghubungkan dua kata, konjungtor juga dipakai untuk menautkan dua kalimat dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat yang kedua. Dalam tulisan ini, dibahas bentuk-bentuk konjungsi yang terdapat dalam bahasa Muna disertai dengan arti dan contoh penggunaannya dalam kalimat."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nidya Chandra Muji Utami
"Permasalahan remaja yang terlibat penggunaan narkoba khususnya di kota kota besar sekarang ini sangatlah meresahkan keluarga sebagai orangtua dan masyarakat. Adanya kasus seorang anak yang memakai narkoba dalam suatu keluarga oleh masyarakat kita seringkali dimaknai sebagai cerminan keluarga yang tidak bahagia, berantakan dan gagal di mama pasangan suami dan istri dalam keluarga tersebut dianggap sebagai orangtua yang tidak mampu mendidik anak-anaknya secara baik.
Dalam kenyataannya mempunyai seorang anak remaja yang terlibat pemakaian dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang bagi kebanyakan pasangan suami dan istri sebagai pasangan orangtua seringkali menimbulkan konflik dashyat yang bisa merupakan ancaman yang sangat serius bagi keutuhan rumah tangga. mereka jika tidak dikelola secara tepat.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui, menjelaskan dan menganalisa komunikasi yang terjadi antara pasangan suami istri saat mengetahui bahwa anak mereka terlibat dalam pemakaian obat-obatan terlarang (narkoba) Serta manajemen konflik yang dipakai pasangan suami istri informan penelitian dalam penanganan konflik sebagai upaya pengembalian keharmonisan dan peningkatan hubungan antarpribadi diantara mereka.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan paradigma kontruktivis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Komunikasi dan konflik tidak dapat dilepaskan dari segala aspek kehidupan rumah tangga. Perkawinan yang bahagia tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya konflik, melainkan pada bagaimana cara pihak-pihak yang berkonflik dalam mengelola konflik. Hal ini menegaskan bahwa apakah suatu konflik akan bersifat konstruktif ataukah destruktif sangatlah tergantung kepada cam-cam atau strategi-strategi pengelolaan dan penyelesaian konflik yang digunakan. Dan cara pasangan suami istri dalam keluarga, dalam mengelola konflik sangatlah tergantung kepada sistem keluarga di mana pasangan suami istri tersebut berasal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konflik bisa dikelola secara konstruktif dengan meningkatkan kualitas dari komunikasi dua arah (dialog) yang di dalamnya melibatkan keterbukaan. Keterbukaan akan memungkinkan pasangan suami istri untuk mereduksi ketidakpastian mereka akan reaksi pasangan, mengevaluasi hubungan mereka berdasarkan costs and rewards secara fair dan bersikap positif dalam menyingkapi masalah yang hadir dalam rumah tangga. Dalam penelitian ini, pasangan suami istri informan penelitian yang menggunakan keterbukaan dalam berkomunikasi dengan pasangannya, memperlihatkan rasa puas yang lebih tinggi dalam hubungan interpersonalnya dengan mempergunakan caracara penanganan konflik yang memuaskan kedua belah pihak seperti akomodasi, kolaborasi dan kompromi daripada mempergunakan cara-cara penanganan konflik kompetisi maupun penghindaran.
Akhirnya, hasil penelitian ini menujukkan bahwa penanganan konflik dengan cara-cara atau strategi-strategi yang tepat akan meningkatkan suatu hubungan dan mendatangkan kebahagiaan bagi pasangan suami-istri yang mengalami konflik dalam keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iaanatul Choiriyah
"Skripsi ini menjelaskan hasil penelitian mengenai koherensi dan kohesi dalam membentuk keutuhan wacana dalam Dunia Sato Kewan. Penelitian ini diawali pentingnya keutuhan wacana sebagai sarana penyampaian informasi. Jika suatu wacana tidak utuh, maka wacana tersebut akan menjadi sulit dipahami. Apabila wacana tersebut tidak dipahami, maka usaha penyampaian informasi yang dimaksudkan akan tidak tercapai. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui penanda formal koherensi, mengingat keutuhan wacana pada aspek ini berada pada tataran semantis; dan mengetahui bagaimana penanda formal pada kohesi menciptakan keutuhan pada sebuah wacana. Penelitian menggunakan konsep keutuhan wacana yang dipaparkan Halliday dan Hasan (1976), Kridalaksana (1978), Lubis (1993a) yang membahas keutuhan dalam wacana berbahasa Inggris dan Indonesia. Sementara Soedaryanto (1992) digunakan sebagai pendekatan terhadap onjek penelitian yang berbahasa Jawa. Konsep-konsep tersebut digunakan karena saling mendukung dan melengkapi. Dengan menerapkan beberapa konsep tersebut diharapkan tujuan penulisan, yang telah disinggung sebelumnya, dapat tercapai. Metode umum yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian mengenai koherensi menemukan beberapa penanda formal berupa konjungsi dan pronomina demonstratif. Sementara mengenai kohesi, mengetahui penanda formalnya membangun keutuhan wacana dengan mempertahankan kesinambungan topik informasi dan menciptakan keadaan saling merujuk. Dengan merinci beberapa persyaratan utuh tidaknya sebuah wacana, penulis pada penelitian ini menemukan indikator sebuah wacana yang baik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memperlihatkan kepada penulis dan khalayak umum mengenai pembentukan wacana yang baik dan mempermudah pemahaman, sehingga tujuan untuk menyampaikan informasi dapat tercapai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yan Sahrizal
"Penggunaan kala dalam anak kalimat subyek dan pelengkap penderita bahasa Rusia modern selalu dikaitkan dengan pengertian tentang kala absolutif dan kata relatif faktor yang menentukan dalam menganalisa anak kalimat di atas adalah, adanya dua titik pandang dalam bahasa Rusia, yaitu pembicara yang berada di luar bahasa (deiktis) dan unsur yang terdapat dalam bahasa, subyek.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang makna kala yang terdapat dalam anak kalimat bahasa Rusia modern, sehingga informasi yang diterima oleh pendengar atau pembaca tidak meragukan. Adanya informasi yang meragukan, disebabkan oleh adanya dua macam bentuk verba yang dipergunakan, yaitu verba ujaran dan verba keadaan. Pada verba ujaran informasinya selalu berdasarkan fakta pada saat kalimat itu dihasilkan, sedangkan verba keadaan tidak selalu terikat dengan fakta.
Anak kalimat subyek dan pelengkap penderita dalam kalimat kompleks berfungsi sebagai keterangan untuk induk kalimat. Oleh sebab itu penggunaan kala dalam anak kalimat tidak tergantung pada kala predikat verba yang terdapat pada induk kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>