Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reandra Fasdityo Poerba
"Perbedaan budaya ditemukan memiliki pengaruh dalam perilaku kemalasan sosial. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan individu dari budaya individualistis, individu dari budaya kolektivis lebih cenderung mengalami masalah sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah kemalasan sosial terjadi ketika individu dari budaya kolektivis bekerja dengan individu dari budaya individualistis. Dengan menggunakan eksperimen dengan desain 3-tingkat antar kelompok, 36 mahasiswa Universitas Queensland (22 orang berasal dari Indonesia & 14 orang dari Australia) secara acak ditugaskan untuk bekerja secara individu (koaktif), dalam kelompok tiga orang Indonesia (orang Indonesia dianggap memiliki budaya kolektif), atau dalam kelompok yang terdiri dari satu orang Indonesia dan dua orang Australia (campuran kolektif). Secara total, dalam penelitian ini ada empat kelompok individu, empat kelompok kolektif Indonesia, dan empat kelompok kolektif campuran. Mereka diminta untuk menuliskan nama-nama negara sebanyak mungkin di selembar kertas, di mana skor mereka digunakan untuk mengukur kemalasan sosial (variabel dependen). Hasil pengujian teknik statistik dengan menggunakan independent sample t-test menemukan bahwa peserta dalam kondisi koaktif secara signifikan menuliskan lebih banyak negara dibandingkan dengan peserta dalam kondisi kolektif. Selain itu, ditemukan pula bahwa ada perbedaan yang tidak signifikan antara peserta dalam kondisi kolektif Indonesia dan peserta dalam kondisi kolektif campuran. Hal ini  menunjukan bahwa kemalasan sosial lebih banyak terjadi dalam kerja kelompok, dan bahwa nilai-nilai budaya tidak mempengaruhi kemalasan sosial. Untuk penelitian lebih lanjut, perbaikan dalam hal  metode penelitian harus dilakukan, misalnya dengan  menghindari menempatkan peserta yang akrab dalam kelompok yang sama, menguji peserta dari negara kolektivis yang berbeda, menganalisa kepribadian peserta yang berbeda-beda, dan membuat tugas agar tidak menarik.
Cultural differences have been found to have an influence in the behaviour of social loafing. Previous research indicates that compared to individuals from individualistic cultures, individuals from collectivist cultures are more likely to do social loafing. This study objective is to examine whether social loafing occurs when individuals from collectivist culture work with individuals from individualist culture. Using experimental with 3-level between groups design, 36 University of Queensland students (22 Indonesians & 14 Australians) were randomly assigned to either work individually (coactive), in groups of three Indonesians (collective Indonesians), or in groups of one Indonesian and two Australians (collective mixed). In total, there were four groups of individuals, four groups of collective Indonesian, and four groups of collective mixed. They were required to list as many countries as they could on a piece of paper, where their scores were used to measure social loafing (dependent variable). Independent-groups t-tests revealed that participants in the coactive condition listed significantly more countries compared to participants in the collective condition. It was also revealed that there was a non-significant difference between participants in the collective Indonesian condition and participants in the collective mixed condition. This means that social loafing occurred more in group work, and that cultural values did not influence social loafing. Improvements regarding methodological issues have been recommended. Future research should avoid putting familiar participants in the same group, test participants from several collectivist countries, analyse the different personalities within participants, and make the task uninteresting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Renanda Rizky Miranti
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah identifikasi dan evaluasi dapat mengurangi pemalasan sosial (social loafing) di kalangan mahasiswa. Sebanyak 38 mahasiswa dari University of Queensland (19 laki- laki, 19 perempuan) berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain experimen kelompok independen 2x2. Setiap peserta dialokasikan secara acak ke dalam kondisi koaktif atau kolektif, dan kemudian dialokasikan ke dalam kondisi yang dievaluasi atau tidak dievaluasi. Hasil pengujian dengan menggunakan metode Independent sample T-tes mengungkapkan bahwa peserta dalam kondisi kolektif-tidak dievaluasi menghasilkan lebih banyak jawaban daripada kondisi kolektif yang dievaluasi, sehingga dapat dikatakan bahwa orang akan menghasilkan lebih banyak ide dalam kelompok jika mereka tidak dievaluasi untuk ide tersebut. Perbaikan metodologis disarankan dalam penelitian ini. Penelitian di masa depan sebaiknya menyelidiki hubungan antara kepribadian dan pemalasan sosial.

The main aim of this paper is to discover whether identifiability and evaluation can reduce social loafing among university students. A total of 38 University of Queensland students (19 males, 19 females) participated in this study. The study used a 2x2 independent groups design. Each participant was allocated randomly into either coactive or collective condition, and then allocated into either the evaluated or non-evaluated condition. Independent groups t-tests revealed that participants in the collective-non-evaluated condition produced more responses than the collective-evaluated condition, suggesting that people would generate more ideas in a group if they were not evaluated for it. Methodological improvements are suggested. Future research should investigate the relationship between personality and social loafing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sultan Agung Prabulanang Azhary
"Studi ini merupakan penelitian dengan eksperimen 2x2 between-groups design. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 60 partisipan yang merupakan gabungan dari mahasiswa The University of Queensland, Queensland University of Technology, dan Griffith University (Perempuan = 21, Laki-Laki = 35, Lain-Lain = 4, M = 23.90). Partisipan selanjutnya akan ditempatkan secara acak dalam variasi kondisi bekerja (individual dan kolektif) dan variasi identifikasi (teridentifikasi dan tidak teridentifikasi). Kemalasan sosial diukur menggunakan tugas kinerja, dimana partisipan diminta untuk membuat daftar ide untuk topik tesis akhir selama 10 menit. Dari data yang diperoleh, didapatkan hasil yang tidak signifikan antara partisipan yang bekerja secara individual maupun kolektif dalam kemalasan sosial. Begitu pula dengan partisipan di dalam kondisi kolektif teridentifikasi dan kolektif tidak teridentifikasi, didapatkan hasil yang tidak signifikan dalam kemalasan sosial. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mencari faktor-faktor lain yang dapat mencegah kemalasan sosial.

Previous studies saw that social loafing could be looked at using identifiability but the task that was used has no immediate impact and not personally involving for participants, where the results of the task may impact their future accolades. This study looked at how motivation (through identifiability) could mitigate social loafing. By using a 2x2 between-groups design, 60 university volunteers were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups (collectively), and to either the identified or not-identified condition. The participants were told to generate a list of thesis topic ideas for 10 minutes to measure social loafing. The result we obtained rejects the first hypothesis, where independent groups t-tests revealed that there is no significant difference in thesis topic ideas generated between the participants who worked coactively and the participants who worked collectively and as for the second hypothesis, the result also showed that there is no significant difference between thesis topic ideas generated from both collective-identified condition and collective-not identified condition. As people are more wary of their future endeavours, future research is encouraged to find new factors that could mitigate social loafing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Putera Dhaneswara
"ABSTRAK
Tidak banyak penelitian yang mengangkat topik mengenai perbedaan gender dalam kemalasan sosial pada individu yang mempunyai keunikan diri yang rendah. Penelitian ini ingin mengetahui apakah laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam fenomena kemalasan sosial dan keunikan diri digunakan dalam studi ini untuk menyesuaikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel keunikan diri untuk mengukur tingkat kemalasan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tingkah laku laki ndash; laki dan perempuan dengan keunikan diri yang rendah dan kondisi kolektif dari pendapat partisipan tentang kegunaan pisau sebanyak ndash; banyaknya dalam waktu satu menit. Penelitian ini menggunakan model 2x2 dengan jumlah partisipan sebanyak 40 orang. Partisipan diberikan tes dan dinilai sebagai rdquo;rata ndash; rata rdquo; sebelum mereka dikelompokkan sebagai kelompok koaktif dan kolektif. Jumlah dari kegunaan pisau dikalkulasikan sebagai variabel dependen. Uji independen t-test dalam kondisi koaktif menemukan lebih banyak kegunaan pisau dibandingkan dengan partisipan dalam kondisi kolektif. Hasil ini mendukung hipotesis pertama bahwa kondisi koaktif menunjukan performa lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi kolektif. Namun, hasil studi ini tidak dapat menunjukan perbedaan diantara laki-laki dan perempuan dalam fenomena kemalasan sosial. Penelitian mendatang seharusnya bisa lebih fokus dalam meningkatkan metode, prosedur, dan menambah lebih banyak sampel partisipan dalam merepresentasikan populasi yang ditargetkan.

ABSTRACT
There were a limited amount of studies that focused on gender differences in social loafing on individuals who possess low self-uniqueness. The study focused on gender differences to discover the differences between male and female gender in the respect of social loafing and self-uniqueness was included as the follow up from previous studies which observe the individuals with self-uniqueness as one of the measures related with social loafing. This study aimed to investigate performance in both male and female gender with low self-uniqueness in a collective condition from generating functions of a knife as many as possible in one minute. Using 2x2 independent-groups design, 40 students were conveniently sampled to become participants. Participants were given a test and graded as ldquo;average rdquo; before they were put into whether coactive or collective group. The number of knife functions was calculated as the dependent variable. Independent-groups t-tests participants in coactive conditions generated more functions compared to participants in a collective condition. This confirms the first hypothesis which shows that coactive group will perform better compared with the collective group. Nonetheless, the study did not show any distinguishable differences between male and female. Future research should focus on improving method, procedures and add more participants sampled in representing the targeted population."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Narendraputri
"Studi saat ini meneliti efek dari etnis pada kemalasan social (social loafing) menggunakan keterampilan matematika yang dikenal sebagai salah satu keterampilan terbaik dan paling banyak digunakan masyarakat Timur, yang berbeda dari penelitian sebelumnya pada pengukuran variabel untuk mengukur keterampilan kuantitatif peserta. 40 murid University of Queensland direkrut sebagai peserta. Penelitian ini menggunakan 2 (etnis: Timur atau Barat) dengan 2 (kondisi tugas: individu atau kelompok) desain kelompok independen untuk mengukur keakuratan tugas dalam menghitung jumlah uang. Keseluruhan tugas adalah untuk menghitung uang sebagai bagian dari eksperimen kemalasan social (social loafing). Hasil penelitian tidak mendukung dua hipotesis. Implikasi praktis ditempatkan di lapangan kerja yang berlaku pada keberhasilan organisasi merekrut karyawan baru dan kerja sama tim.

The current study investigated the effect of ethnicity on social loafing using mathematical skill that is known to be one of the best and most used skill by Eastern society, which is differed from the previous studies on measurement of the variable on measuring participants’ quantitative skill. 40 University of Queensland students were recruited as participants. This study used a 2 (ethnicity: Eastern or Western) by 2 (task condition: individual or group) independent group design to measure the accuracy of task in calculating amount of money. The task completed was to count the money as a part of social loafing experiment. Results have not supported the two hypotheses. Practical implication placed on work field that applicable in organizational success of recruiting new employee and teamwork."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Carpati Geraldy
"ABSTRACT
Reward has been found to attenuate social loafing in a simple experiment task.This study aimed to investigate the reward size expectancy on social loafing in abrainstorming task generating as many words as possible in three minutes .Using a 2x2 between groups design, 40 university students were randomlyassigned to coactive individual or collective work in a group of five condition,and to either small or large reward condition. The dependent variable was theaverage number of words generated per person. Independent group t test foundthat participants in coactive conditions performed better generated more words than those in collective conditions, indicating that social loafing is more likely tooccur when someone works as group compare to work individually. Meanwhile,participants in collective small reward condition performed better than those incollective large reward conditions, depicting that small reward is more likely toreduce social loafing in a group task. p.p1 margin 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px font 12.0px Helvetica.

ABSTRACT
Pemberian hadiah ditemukan berhasil menurunkan perilaku kemalasan sosialdalam sebuah eksperimen sederhana. Studi ini bertujuan untuk meneliti dampakpengharapan ukuran hadiah terhadap perilaku kemalasan sosial dalam sebuahtugas brainstorming menuliskan sebanyak mungkin kata dalam waktu tigamenit. Menggunakan desain 2x2 antar kelompok, sebanyak empat puluhmahasiswa secara acak ditempatkan ke dalam kelompok koaktif bekerja secaraindividu atau kolektif bekerja secara berkelompok . Adapun variabel terikatyang dilihat adalah rata-rata jumlah kata yang berhasil ditulis oleh masingmasingpartisipan. Menggunakan independent group t-test, hasil penelitianmenunjukkan bahwa partisipan dari kelompok koaktif memiliki performa yanglebih baik dengan menuliskan lebih banyak kata dibandingkan partisipan darikelompok kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kemalasan sosial lebihmungkin terjadi saat seseorang bekerja secara berkelompok dibandingkandengan saat bekerja secara individu. Sementara itu, partisipan dari kelompokkolektif dan mendapatkan hadiah kecil menuliskan lebih banyak katadibandingkan dengan partisipan dari kelompok kolektif dan mendapatkan hadiahbesar. Hal ini menggambarkan bahwa hadiah yang berukuran kecil lebihmemungkinkan untuk mengurangi perilaku kemalasan sosial dalam sebuah tugaskelompok p.p1 margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px Helvetica "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Amyra Mayshara
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perasaan teridentifikasi pada kemalasan sosial dalam menghasilkan topik tesis. Melalui desain kelompok independen 2x2, 60 mahasiswa psikologi tahun ketiga dari tiga universitas di Queensland secara sukarela meluangkan waktu dan secara acak ditugaskan pada kondisi koaktif atau kondisi kolektif, dan pada kondisi yang dapat diidentifikasi atau tidak dapat diidentifikasi. Jumlah topik tesis yang dihasilkan per orang dihitung sebagai indikasi kemalasan sosial (variabel terikat). Berlawanan dengan hipotesis kami, t-test kelompok independen mengungkapkan bahwa peserta yang bekerja secara koaktif tidak menghasilkan topik tesis lebih banyak daripada peserta yang bekerja secara kolektif, dan peserta dalam kondisi yang dapat diidentifikasi secara kolektif tidak menghasilkan lebih banya topik tesis daripada peserta dalam kondisi yang dapat diidentifikasi secara koaktif. Ada beberapa penjelasan untuk masalah ini dan perbaikan metodologi telah disarankan. Penelitian di masa depan harus menggunakan ukuran sampel yang lebih besar, mencoba mengadopsi within-subject design, dan mempelajari kemalasan sosial pada kelompok yang sudah lama terbentuk. 

This study aimed to examine the effect of identifiability in social loafing in a thought-generating task (generating thesis topics). Via a 2x2 independent-groups design, 60 third-year psychology students from three universities in Queensland volunteered their time and were randomly assigned to coactive conditions or collective conditions (in a group of three), and to identifiable or unidentifiable conditions. In the identifiable conditions, participants were told to put their names next to the topics they produce. The number of generated thesis topics per person was calculated as an indication of social loafing (dependent variable). Contrary to our hypotheses, independentgroups t-tests revealed that participants working coactively generated no more thesis topics than participants working collectively, and participant['ome explanations for this issue and methodological improvements have been suggested. Future research should use a larger sample size, try to adopt a within-subject design, and examine long-established groups."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dianinoer Tamatalo Putri
"Penelitian ini dibuat bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara nilai kolektivisme kelompok dan komitmen perubahan pada karyawan di 2 perusahaan BUMN bidang energi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 176 orang karyawan yang bekerja dalam perusahaan yang sedang berubah dan minimal telah bekerja selama 2 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Commitment to Change Inventory untuk mengukur komitmen perubahan berdasarkan konsep Herscovitch dan Meyer (2002) yang telah diadaptasi oleh Mangundjaya (2014), lalu menggunakan alat ukur dari proyek GLOBE untuk mengukur kolektivisme kelompok (House, Hanges, Javidan, Dorfman, & Gupta, 2004). Hasil uji korelasi menggunakan teknik statistik Pearson menemukan hasil bahwa kolektivisme kelompok memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen perubahan (r=0.219,p<0.01).

The aim of the study was to find a correlation between in-group collectivism as work values and commitment to change among employees in two energy sector state-owned companies. The total of respondents were 176 employees who worked at least 2 years in the changing company. The inventories that used in this study were commitment to change inventory which was adapted by Mangundjaya (2014), constructed by Herscovitch and Meyer (2002), whereas in-group collectivism measured by GLOBE inventory (House, Hanges, Javidan, Dorfman, & Gupta, 2004). The result obtained in this study showed that there was a positive and significant correlation between in-group collectivism and commitment to change (r=0.219,p<0.01).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Sanubari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Gambaran Keberfungsian Sosial pada Penderita Skizofrenia di dalam Keluarga, Organisasi, dan Kelompok Kerja dan Sosial Penelitian ini berfokus untuk mencari tahu peran penderita skizofrenia di dalam keluarga, organisasi, dan kelompok kerja dan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Metode yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi, studi literature, dan life history. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dengan skizofrenia mampu berperan di dalam keluarga, organisasi dan kelompok kerja dan sosial.

ABSTRACT
This study discusses Description of Social Functioning on Schizophrenic Sufferer in Family, Organization and Work and Social Groups. This study focuses on finding out the role of schizophrenic sufferer in family, organization, and work and social groups. This research is descriptive research with qualitative method. The method used is indepth interview, observation, and literature study. The results of this study people with schizophrenia can play a role in family, organization and work and social groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Izazi Anwar
"Karya tulis ini meneliti bagaimana budaya dapat mempengaruhi manusia dalam memiliki preferensi tertentu untuk bekerja dalam tim. Untuk lebih spesifik, apakah kolektivisme kelompok anggota dalam memiliki efek pada preferensi untuk kerjasama tim dengan kelompok anggota luar. Salah satu sifat kepribadian, yaitu keterbukaan pikiran, dianggap dapat memoderasi hubungan ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mahasiswa internasional dari University of Groningen dan Universitas Indonesia sebagai sampel. Setelah analisis dijalankan, terungkap bahwa budaya dan sifat kepribadian tidak berpengaruh terhadap preferensi untuk memilih anggota tim. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberi implikasi untuk praktek manajerial, salah satunya adalah manajer harus melihat lebih jauh dari factor budaya dan kepribadian dalam mengelola tim multikultural.

This research examined how culture might affect people in having certain preference for teamwork. To be specific, whether collectivism in in groups members has an effect on the preference for teamwork with out groups members. A personality trait, which is open mindedness, is considered to moderate this relationship. The study was conducted using international university students of University of Groningen and University of Indonesia as samples. After the analysis was run, it is disclosed that culture and personality trait does not matter in selecting teamwork members. Thus, this has implications for managerial purpose, one of them being managers should look further from cultural and personality factors in managing multicultural teams.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>